Anda di halaman 1dari 22

i

MAKALAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI


PEMANFAATAN ENZIM XILANASE UNTUK INDUSTRI
PULP DAN KERTAS


Oleh :

1. Eno Dhimas A.S. (125061100111028)
2. Belda Amelia J. (125061100111030)
3. Ulvatus S. (125061100111032)
4. Joe Azatil I.A. (125061100111036)
5. Farizqa H. (125061100111038)
6. Arizka Frans B. (125061100111040)




PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai PEMANFAATAN ENZIM XILANASE UNTUK INDUSTRI
PULP DAN KERTAS
Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengharapkan pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, Desember 2013

Penulis









iii

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 2
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 3
2.1 Enzim .................................................................................................... 3
2.2 Xilan dan Xilosa .................................................................................... 4
2.3 Enzim Xilanase ..................................................................................... 7
2.3.1 Pemanfaatan Enzim Xilanase Pada Industri................................8
2.4 Aspergillus niger ...................................................................................9
2.5 Pembuatan Enzim Xilanase...................................................................10
2.6 Proses Bio-Bleaching Pada Pulp...........................................................14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... .18














iv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini industri pulp dan kertas menghadapi masalah pencemaran
lingkungan berkaitan dengan proses penghilangan lignin. Proses yang masih
dilakukan sekarang ini menggunakan cara kimia dengan memakai klorin,
dimana proses ini menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan.
Alternatif lain yang sedang dikembangkan saat ini adalah proses penghilangan
lignin dengan menggunakan cara biologi (biobleaching), yaitu memanfaatkan
enzim dari mikroorganisme yang dapat mendegradasi lignin tanpa merusak
serat selulosa, menghemat energi, memperbaiki ikatan antar serat dan
mereduksi pencemaran lingkungan. Dalam enzim hemiselulosa, enzim yang
mempunyai peranan penting dalam proses biobleaching yaitu enzim xilanase.
Enzim ini berfungsi untuk mendegradasi hemiselulosa, sehingga mempercepat
proses delignifikasi.
Enzim Xilanase yang digunakan dalam proses biobleching ini diekstrak
dari mikroorganisme berupa jamur jenis Aspergillus niger dan Trichoderma
reesei.















v

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri dan pemanfaatan enzim xilanase?
2. Bagaimana produksi enzim xilanase dari mikroorganisme?
3. Bagaimana mekanisme enzim xilanase dalam pemutihan kertas?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri dan pemanfaatan enzim xilanase.
2. Mengetahui produksi enzim xilanase dari mikroorganisme.
3. Mengetahui mekanisme enzim xilanase dalam pemutihan kertas.

1.4 Manfaat
Dengan mengetahui pemanfaatan enzim dalam dapat menambah pengetahuan
tentang penggunaan enzim dalam industri pulp dan kertas, dapat mengetahui
mekanisme dalam pemutihan kertas sehingga mengurangi penggunaan klor yang
membahayakan bagi lingkungan.












vi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Enzim
Enzim merupakan biopolimer yang berperan sebagai katalis hayati dalam
reaksi-reaksi biokimia yang terjadi dalam sel mahkluk hidup. Penggunaan
enzim di bidang industri, baik industri pangan maupun bukan pangan sudah
banyak berkembang. Enzim sebagai biokatalis bekerja secara spesifik dan
sangat efisien, umumnya kerja enzim juga tidak membutuhkan pemanasan atau
perlakuan tekanan seperti katalis non biologis. Enzim secara umum dapat
dihasilkan dari hewan, tanaman, dan mikroorganisme. Pada penelitian ini
dilakukan produksi enzim xilanase dari jenis mikroba yang termasuk kapang.
Hal ini dikarenakan kemampuannya menghasilkan enzim xilanase dan
mengekskresikan enzim ke media sehingga mempermudahkan proses produksi
dan isolasi enzim.
Enzim merupakan protein yang memiliki sifat-sifat yang sangat khas
seperti berat molekul, kondisi reaksi pada aktivitas optimum dan stabilitas
Enzim. Aktivitas dan stabilitas enzim sangat dipengaruhi oleh modifikasi
kondisi fisik dan kimia yang dapat menyebabkan perubahan struktur sekunder,
tersier dan kuartener dari molekul enzim.
Pokok utama mekanisme kerja enzim adalah konsepsi aktivasi pemecahan
substrat yang didahului pembentukan kompleks enzim substrat. Bentuk
kompleks enzim substrat terbentuk karena perbedaan afinitas kimia antara
substrat dan enzim pada daerah tertentu yang disebut pusat aktif. Penambahan
larutan seperti pelarut organik dan juga larutan logam akan mempengaruhi
mekanisme kerja enzim karena terjadi interaksi molekuler (Cesar dan Vladimir,
1996).
Interaksi antara enzim dengan substrat dapat terjadi menurut dua hipotesis
yaitu hipotesis Lock and Key dan hipotesis Induced-Fit. Menurut hipotesis Lock
and Key, spesifitas enzim termasuk adanya struktur komplementer antara enzim
dengan substrat terjadi karena substrat mempunyai kesesuaian bentuk ruang
dengan enzim pada struktur sisi aktif enzim. Sedangkan menurut hipotesis
Induced-Fit, substrat mempunyai kesesuaian ruang dengan sisi aktif pada
vii

kompleks enzim-substrat, tetapi dalam proses pengikatan substrat enzim
mengalami perubahan konformasi sehingga strukturnya sesuai dengan substrat.
Proses ini disebut sebagai proses induksi (Palmer, 1991). Enzim mengikat
molekul substrat membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat sementara
dan lalu terurai membentuk enzim bebas dan produknya.



Stabilitas enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah
waktu penyimpanan, suhu, pH dan senyawa-senyawa yang dapat
menginaktifkan enzim, misalnya protease, dan penyebab denaturasi lainnya.
Reaksi katalisis enzim, seperti halnya reaksi kimia yang lain dipengaruhi oleh
suhu. Jika suhu meningkat, maka laju reaksi juga akan meningkat. Akan tetapi
karena enzim adalah protein, maka semakin tinggi suhu akan mengakibatkan
proses inaktivasi enzim juga semakin meningkat. Pada kondisi normal, struktur
aktif enzim dijaga oleh keseimbangan kekuatan non-kovalen yg berlainan, yaitu
ikatan hidrogen, hidrofobik, ionik, dan Van der Walls. Dengan naiknya suhu,
semua kekuatan tersebut menurun dan molekul protein enzim akan terbuka.
Karena pada pusat aktif enzim selalu terdiri dari beberapa residu asam amino
yang terdapat dalam struktur tiga dimensi protein enzim, maka pembukaan
rantai molekul protein menyebabkan kerusakan pusat yang aktif sehingga
enzim menjadi inaktif. Pada suhu tinggi, substrat juga dapat mengalami
perubahan konformasi sehingga sisi reaktifnya tidak dapat lagi atau mengalami
hambatan dalam memasuki lokasi aktif enzim. Enzim yang stabil dan optimum
pada suhu tinggi diatas suhu 55
o
C dapat dikatakan sebagai enzim termostabil
(Yu et al.1987).

2.2 Xilan dan Xilosa
Polisakarida yang terdapat dalam kayu maupun dalam jaringan lain selain
selulosa juga terdapat poliosa atau hemiselulosa. Poliosa berbeda dari selulosa
karena terdiri dari berbagai unit gula, rantai molekul lebih pendek dan karena
percabangan rantai molekul. Rantai utama poliosa dapat terdiri atas satu unit
Gambar 1. Mekanisme kerja enzim
viii

(homopolimer) misalnya xilan, atau terdiri atas dua atau lebih unit
(heteropolimer) misalnya glukomanan. Xilan akan dihidrolisis menjadi xilosa
dengan bantuan enzim xilanase dengan reaksi sebagai berikut :
C
5
H
8
O
4
+ H
2
O C
5
H
10
O
5

Xilosa termasuk dalam kelompok gula pentosa. Hemisellulosa juga dapat
didegradasi oleh bakteri selulolitik. Degradasi hemiselulosa juga dapat
dilakukan oleh bakteri non selulolitik dengan kapasitas yang minimal. Sebagian
besar bakteri ini mampu memfermentasikan xilan.
Xilan merupakan komponen utama dari hemiselulosa. Polimer xilosa
adalah komponen yang paling banyak terdapat dalam hemiselulosa tanaman.
Hemiselulosa xilan merupakan xilosa yang berikatan -1,4 dengan jumlah
monomer 150 - 200 unit. Menurut Wenzl (1990), komponen monomer
hemiselulosa dapat dibagi kedalam beberapa tipe antara lain :
1. Glukomanan, yaitu hemiselulosa dimana monomer penyusunnya terdiri
dari -D-glukopiranosa dan -D-manopiranosa.
2. Arabinogalaktan, yaitu hemiselulosa dimana monomer penyusunnya
terdiri dari -D-galaktopiranosa dan L-arabinosa.
3. Xilan, yaitu hemiselulosa dimana monomer penyusunnya terdiri dari -
D-xilanopiranosa.
Xilan merupakan poliosa, umumnya dengan rantai utama homopolimer
dari unit-unit xilosa yang terikat dengan ikatan glikosidik -(1,4). Kebanyakan
xilan diisolasi dari berbagai species kayu keras yang mempunyai nisbah sekitar
10:1 (Xil:Me-GluU) yaitu rata-rata pada setiap unit xilosa kesepuluh terikat
dengan gugus samping asam 4-O-metiloglukaranat.









Gambar 2. Struktur xilan
ix


Sebagian besar bakteri pendegradasi serat seperti Fibrobacter
succinogenesis dan Ruminococcus flavefaciens mampu memfermentasikan
xilan. Kalau dibandingkan dengan selulosa, xilan lebih cepat diuraikan oleh
sejumlah besar mikroorganisme, dan banyak bakteri pengurai selulosa
memproduksi xilanase. Xilanase dibentuk oleh beberapa bakteri (Clostridium
sp.) secara konstitutif, sedangkan bakteri lain sesudah terjadi induksi oleh xilan.
Pada fungi kemampuan mengolah xilan merupakan kebiasaan. Bahkan untuk
jamur yang dibudidayakan, xilan merupakan substrat yang menonjol. Sebagai
produk oleh pengaruh xilanase bebas sel, terjadi di samping xilosa dan
xilobiosa juga potongan-potongan yang lebih panjang. (Vanadianingrum, 2008)








Gambar 4. Konversi Xilan menjadi Xilosa oleh enzim Xilanase
Gambar 3. Struktur Xilan dan titik-titik tempat melekatnya enzim
x

Gambar diatas adalah reaksi hidrolisa xylan beberapa sumber karbon
yang sering digunakan yaitu seperti molases, serealia, pati, glukosa, sukrosa dan
laktosa. Produksi enzim xilanase sebagai sumber karbon adalah xilan. Xilan
dengan aktivitas xilanase yang dihasilkan oleh mikroorganisme akan
terhidrolisis menjadi xilosa. Hemiselulosa xilan merupakan polimer xilosa yang
berikatan -1,4 dengan jumlah monomer 150-200 unit. Rantai xilan bercabang
dan strukturnya tidak terbentuk kristal sehingga lebih mudah dimasuki pelarut
dibandingkan dengan selulosa. Sebagian besar xilan terdiri atas 2-4
heteroglikan. Heteroglikan yang umum dijumpai adalah arabino-Dxilan, L-
arabino-D-glukurono-Dxilan, 4-o-metil-D-glukorono-Dxilan,L-arabino-D-xilan,
D-gluko-Dmannan, D-galakto-D-gluko-Dmannan, dan L-arabino-D-galaktan
(Park et al. 2002)

2.3 Enzim Xilanase
Enzim-enzim pendegradasi xilan disebut enzim xilanolitik atau enzim
xilanase. Macam-macam enzim xilanase antara lain: enzim ekso dan endo--
xilanase, enzim -xilosidase , dan enzim -L-arabinofuranosidase. Enzim endo-
-xilanase mampu memutus ikatan -1,4 pada bagian rantai utama xilan melalui
bagian dalam rantai xilosa menghasilkan xilooligosakarida. Enzim exo-xilanase
meotong rantai xilosa dari luar rantai panjang menghasilkan produk utama
xilosa dan xilooligosakarida rantai pendek. Enzim -xilosidase memotong
xilooligosakarida rantai pendek menjadi xilosa. Enzim -L-arabinofuranosidase
memotong ikatan -1,3 arabinofuranosidik pada rantai samping polimer xilan
(Gambar 4).








Gambar 5. Struktur Enzim Xilanase
xi

2.3.1 Pemanfaatan Enzim Xilanase pada Industri
A. Pemanfaatan Xilanase Sebagai Gula Xilosa
Xilanase juga dapat digunakan untuk menghidrolisis xilan
(hemiselulosa) menjadi gula xilosa. Xilan banyak diperoleh dari limbah
pertanian dan industri makanan. Pengembangan proses hidrolisis secara
enzimatis merupakan prospek baru untuk penanganan limbah
hemiselulosa. Gula xilosa banyak digunakan untuk konsumsi penderita
diabetes. Di Malaysia gula xilosa banyak diguna-kan untuk campuran
pasta gigi ka-rena dapat berfungsi memperkuat gusi. Dengan beragamnya
keguna-an gula xilosa maka perlu adanya inovasi ke arah produksi xilosa
tersebut.Inovasi tersebut muncul diantaranya apabila enzim penghidro-
lisis lignoselulosa tersebut sudah tersedia. Adakalanya untuk mem-proses
gula xilosa belum diminati karena kurang ekonomis meng-ingat
kandungan xilan sangat rendah dibandingkan dengan selulosa. Namun
demikian, perlu dipertimbangkan untuk melakukan proses multienzim
sehingga hasilnya tidak hanya xilosa saja (dari xilan) tetapi juga glukosa
(dari selulosa dan oligo sakarida lainnya). Sedangkan adanya teknologi
baru seperti teknologi membran, di mana dapat memisahkan komponen
sesuai ukuran molekul maupun berat molekul maka dapat dilakukan
fraksinasi glukosa dan xilosa dengan mudah.

B. Pemanfaatan Xilanase Untuk Makanan dan Minuman
Xilanase dapat juga digunakan untuk menjernihkan juice, ekstraksi
kopi, minyak nabati, dan pati (Wong dan Saddler, 1993). Kombinasi
dengan selulase dan pektinase dapat untuk penjernihan juice dan
likuifikasi buah dan sayuran.
Efisiensi xilanase dalam perbaikan kualitas roti yang telah
dilakukan, yaitu xilanase yang berasal dari Aspergillus niger var awamori
yang ditambahkan ke dalam adonan roti menghasilkan kenaikan volume
spesifik roti dan untuk lebih meningkatkan kualitas roti maka perlu
dilakukan kombinasi penambahan amilase dan xilanase (Maat et al.,
1992).Sekalipun potensi penggunaan enzim xilanase cukup beragam
tetapi untuk memproduksi juga masih menghadapi beberapa kendala,
xii

antara lain tidak tersedianya strain mikroorganisme unggul dan kurangnya
pengetahuan tentang teknologiproduksi enzim. Di lain pihak, pakar dari
negara maju mengakui bahwa negara yang kaya akan keanekaragaman
hayati, termasuk Indonesia, merupakan sumber mikroorganisme maupun
tanaman yang potensial untuk bioproses.

C. Pemanfaatan Xilanase pada Industri Pulp dan Kertas
Pada pembuatan kertas, xilanase digunakan untuk menghilangkan
hemiselulosa dalam proses bleach-ing. Enzim ini sebagai pengganti cara
kimia sehingga pencemaran racun limbah kimia akan dihindari dan lebih
murah. Bahan baku kayu pembuat kertas setelah melalui proses digester
dan pencucian, sebenarnya masih dalam keadaan kotor (derajat putihnya
rendah). Untuk menghasil-kan kertas yang bermutu tinggi perlu dilakukan
proses pemutihan. Proses pemutihan bertujuan untuk menghilangkan
lignin, hemiselulosa penyebab warna coklat dan zat ekstraktif yang
dikandung dari hasil pencucian dan penyaringan. Proses pemutihan
biasanya dilakukan bertahap, karena mempunyai kelebihan di antaranya
adalah nilai derajat putihnya tinggi. Proses bertahap ini terdiri atas tahap
khlorinasi, ekstraksi, dan penambahan khlorin dioksida. Khlorin adalah
bahan beracun, sehingga khlorin sisa proses yang dibuang ke perairan
sungai akan membuat polusi yang tinggi. Penggantian penggunaan
khlorin untuk pemutihan kertas telah memberikan peluang untuk aplikasi
bioteknologi (Richana, 2002)

2.4 Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah mould dari klas fungi imperfecti, tersebar
dimana-mana pada bermacam substrat antara lain terdapat pada buah-buahan,
sayur-sayuran dan makanan lain yang telah busuk. Jamur ini berperan dalam
mendekomposisi polisakarida di dalam kayu, mempunyai suhu pertumbuhan
30
o
C 37
o
C, pH : 4 6 dan bersifat aerob. Klasifikasinya adalah :
(Dwijoseputro, 1984)
Divisi : Fungi imperfecti
Sub kelas : Hyphomyces
Ordo : Monoliales
xiii

Famili : Monoleaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Niger

Aspergillus niger adalah jamur berfilamen yang terdapat dimana-mana
dan sering ditemukan di tanaman yang sudah mati dan terdekomposisi. A. niger
memiliki sifat saprofit dan berperan penting pada proses degradasi dan daur
ulang tanaman-tanaman yang telah mati. Untuk memecah polimer kompleks
dari tanaman menjadi molekul kecil, A. niger membutuhkan energi dan sumber
nutrisi, yaitu dengan menghasilkan berbagai macam enzim hidrolitik seperti
Amilase, Protease, Pektinase, Xilanase, dan Lipase.







2.5 Pembuatan Enzim Xilanase
Sumber karbon utama bagi produksi enzim xilanase adalah xilan yang
banyak terdapat pada limbah hasil pertanian. Xilan akan dihidrolisis oleh enzim
xilanase menghasilkan xilosa (C
5
H
10
O
5
). Penggunaan xilan dalam produksi
xilanase skala besar terlalu mahal. Sebagai sumber alternatif karbon selain xilan
dapat digunakan jerami padi, tongkol jagung, bagas tebu, kulit pisang, limbah
ekstrak minyak biji kapas dan limbah hasil pertanian lainnya. Hal ini dilakukan
dengan memotong jerami padi sepanjang 10 mm, kemudian dipanaskan 121
o
C
selama 1 jam. Sesudah penyaringan, xilan kasar diendapkan dengan etanol 99 %
dan diinkubasi selama 24 jam. Sedangkan pemanfaatan ampas/limbah ekstrak
minyak biji kapas sebagai pengganti xilan telah dilakukan oleh Yoshida et al.
(1994).
Formulasi media dalam pertumbuhan dan produksi hasil fermentasi
merupakan suatu tahap penting untuk mendesain percobaan dalam skala kerja.
Oleh karena itu perlu adanya pengaturan komposisi media dan pemilihan
Gambar 6. Aspergillus niger
xiv

substrat yang tepat bagi pertumbuhan suatu mikroba agar dapat menghasilkan
enzim xilanase dalam jumlah maksimal. Pemilihan substrat menjadi bagian
penting dalam suatu proses produksi enzim, karena substrat dan produk hasil
hidrolisis enzim biasanya merupakan induser utama bagi mikroorganisme
dalam mensekresikan enzim. Jenis substrat yang digunakan dalam komposisi
media fermentasi dapat sederhana atau kompleks juga tergantung pada jenis
mikrobanya. Substrat (senyawa penginduksi) dapat berupa substrat murni (xilan,
xilooligosakarida) atau juga dapat berupa bahan lignoselulosa alami yang
memiliki kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Penggunaan xilan muni dalam produksi xilanase skala besar sangat
mahal. Oleh karena itu digunakan sumber karbon lain selain xilan yang berasal
dari berbagai limbah pertanian dan hutan atau xilan yang diisolasi dari limbah
industri. Substrat tersebut meliputi kulit ari gandum, tongkol jagung, ampas
tebu, jerami padi, jerami gandum dan sebagainya. Hasil penelitian menjelaskan
bahwa penggunaan bahan lignoselulosa alami lebih baik dari pada xilan atau
selulosa yang murni (Muawanah, 2006).









Saat ini produksi enzim banyak dilakukan dengan menggunakan metode
fermentasi fasa padat atau solid state fermentation (SSF). Prinsip dasar SSF
adalah pertumbuhan mikroba pada substrat padat basah dengan kadar air rendah
atau berada di dalam pori tanpa adanya pergerakan air, namun substrat harus
memiliki kadar air yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan
metabolisme mikroba. Proses produksi dengan SSF memiliki beberapa
keuntungan jika dibandingkan dengan metode lain seperti sub merged
Gambar 7. Komposisi Selulosa, Hemiselulosa, Lignin, dan Abu pada limbah pertanian
xv

fermentation diantaranya adalah medium fermentasi yang lebih murah,
peralatan dan pengaturan operasi sederhana diperoleh jumlah produk yang lebih
tinggi, kebutuhan energi yang rendah, proses scaling up yang lebih mudah,
stabilitas produk yang lebih tinggi dan pengendalian kontaminasi lebih mudah
karena rendahnya kadar air saat fermentasi berlangsung. Salah satu faktor
utama keberhasilan proses SSF adalah pemilihan substrat padat. Substrat padat
tersebut digunakan sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi mikroba untuk
melakukan aktivitas hidupnya. Oleh karena itu substrat padat sebaiknya
mengandung makronutrisi (karbon, nitrogen), mikronutrisi dan elemen-elemen
lainnya yang dapat mendukung aktivitas mikroba
Sintesis xilanase dapat terjadi secara konstitutif maupun induktif.
Xilanase yang disintesis secara konstitutif akan mendegradasi xilan yang
merupakan heteropolisakarida berukuran besar dan tidak dapat masuk begitu
saja ke dalam sel. Hidrolisis xilan tersebut menghasilkan fragmen yang
mempunyai berat molekul rendah, seperti xilosa, xilobiosa, xilotriosa, dan
oligosakarida lainnya. Xilosa dan xilooligomer yang berukuran kecil tersebut
dapat dengan mudah masuk ke dalam sel bakteri dan menginduksi sintesis
xilanase melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Regulasi sintesis xilanase
dapat dilihat pada (Gambar 8). Induksi xilanase oleh xilooligomer melalui dua
mekanisme. Mekanisme pertama, xilooligomer ditransport langsung ke dalam
sel dan kemudian dihidrolisis oleh -xilosidase intraseluler menjadi xilosa.
Mekanisme ini didukung oleh keberadaan - xilosidase intraseluler yang secara
umum terdapat di dalam mikroorganisme. Mekanisme kedua, xilooligomer
dihidrolisis menjadi xilosa selama proses transportasi melalui membran ke
dalam matriks sel. Hidrolisis dilakukan oleh transporter penghidrolisis
(hydrolitic transporters) yang memiliki sisi aktif untuk memecah ikatan ekso--
1,4 seperti yang dimiliki oleh -xilosidase. Tahapan ini dapat dilakukan jika
enzim -xilosidase juga memiliki aktivitas transferase. Kedua mekanisme di
atas akan menghsilkan xilosa yang merupakan induser dalam sintesis xilanase.
Senyawa xilosa juga kemudian mengalami proses transglikosilasi menghasilkan
XylB1-2Xyl dan GlcB1-2Xyl. Senyawa ini bertindak sebagai induser tambahan
terhadap gen penyandi enzim xilanolitik.

xvi










Setelah enzim terbentuk, proses selanjutnya adalah proses pemisahan dan
pemurnian enzim. Beberapa tahap pemurnian enzim antara lain, pemisahan
enzim seperti ekstraksi atau isolasi, presipitasi, filtrasi, sentrifugasi dan
pemekatan misalnya dengan ultrafiltrasi. Isolasi dan ekstraksi dapat digunakan
sebagai tahap awal proses pemisahan enzim. Proses ekstraksi dan isolasi enzim
dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut tertentu. Pemilihan pelarut harus
tepat, baik pH, maupun kekuatan ion pelaruut sehingga dapat ditekan jumlah
kontaminan yang tercampur dalam enzim. Penggunaan pelarut untuk
mengekstrak enzim hanya digunakan pada fermentasi media padat, sedangkan
pada fermentasi cair tidak diperlukan. Pelarut yang digunakan untuk
mengekstrak enzim dapat berupa air atau buffer dengan kekuatan ionik rendah.
Jumlah pelarut yang digunakan tergantung pada tujuan ekstraksi tersebut. Bila
diinginkan untuk mendapatkan filtrat enzim dengan unit aktivitas yang tinggi
penggunaan pelarut diusahakan seminimal mungkin. Bila bertujuan untuk
mendapatkan enzim semaksimal mungkin maka penggunaan pelarut
ditingkatkan jumlahnya (Muawanah, 2006)
Metode pengendapan dengan konsentrasi garam bervariasi dilakukan
dengan menambahkan garam amonium sulfat ke dalam ekstrak kasar enzim
disertai pengadukan pada suhu rendah. Garam yang ditambahkan dapat
merupakan ammonium sulfat, natrium sulfat, natrium fosfat dan sebagainya,
Gambar 8. Regulasi biosintesis xilanase
xvii

tergantung pada jenis enzim. Ammonium sulfat lebih sering digunakan karena
kelarutannya yang tinggi, mudah didapatkan, harganya relatif murah, bersifat
menstabilkan enzim serta dapat mencegah aktivitas enzim proteolitik .
Kelarutan protein dipengaruhi oleh konsentrasi garam amonium sulfat
yang ditambahkan dan kekuatan ion yang ditimbulkan dari penambahan garam
amonium sulfat. Semakin besar konsentrasi garam yang ditambahkan, maka
terjadi peningkatan muatan listrik di sekitar protein yang akan menarik molekul
air dari koloid protein. Interaksi hidrofobik antara sesama molekul protein pada
suasana ionik tinggi akan menurunkan kelarutan protein. Peristiwa ini disebut
salting out. Salting out dengan garam dapat digunakan untuk memisahkan
protein dari komponen terlarut lainnya. Endapan enzim yang terbentuk
dipisahkan dengan sentrifugasi dan supernatan yang dihasilkan digunakan
untuk fraksinasi selanjutnya. Garam yang tersisa pada endapan enzim
dipisahkan dengan dialisis. Dialisis adalah proses transpor solut melalui
membran, dimana solut dipindahkan antara dua cairan. Pada proses dialisis
terjadi perpindahan garam ammonium sulfat yang mempunyai berat molekul
rendah dari sampel berganti dengan larutan buffer dalam dialisat. Difusi garam
dari satu sisi membran ke sisi yang lain terjadi karena adanya gradien
konsentrasi. Perbedaan kecepatan difusi melalui membran timbul karena
adanya perbedaan ukuran molekul yang menyebabkan garam terpisah dari
enzim. Pada waktu garam bergerak melalui pori-pori membran, garam
teradsorpsi pada permukaan membran dan selanjutnya bergerak dari sisi
membran yang satu ke sisi membran yang lain. Proses ini dipertahankan oleh
adanya tekanan osmotik (Monica, 2007)

2.6 Proses bio-bleaching pada Pulp
Tujuan utama dari proses pemutihan adalah untuk meningkatkan derajat
putih pulp. Proses pemutihan pulp tidak hanya membuat pulp menjadi lebih
putih atau cerah, tetapi juga membuatnya stabil sehingga tidak menguning atau
kehilangan kekuatan selama penyimpanan. Penggunaan klor sebagai bahan
pemutih pulp mulai banyak ditinggalkan karena buangannya mengandung
senyawa klor organik (dioksin dan furan) yang bersifat toksik, mutagenik,
persisten, bioakumulatif sehingga menimbulkan persoalan lingkungan yang
sangat serius. Salah satu metode alternatif untuk mengurangi dampak
xviii

lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan klor adalah penggunaan
xilanase dalam proses pemutihan pulp, xilanase berfungsi sebagai fasilitator
untuk mempermudah proses penghilangan kompleks lignin-karbohidrat (LCC)
yang terbentuk saat proses pulping sehingga mudah bereaksi dengan bahan
kimia pemutih dan meningkatkan ekstraksi lignin. Penggunaan xilanase dapat
menurunkan konsumsi senyawa klorin sampai dengan 20 - 40% dan dapat
meningkatkan kualitas kertas yang dihasilkan. Selain itu, penggunaan enzim
dalam proses pemutihan pulp biayanya lebih rendah jika dibandingkan dengan
proses delignifikasi oksigen, extended cooking, dan substitusi ozon, klorin dan
hidrogen peroksida yang membutuhkan biaya tinggi.
Karakteristik xilanase yang dapat digunakan dalam proses pemutihan ini
diharapkan tahan suhu tinggi (60-70
o
C), tahan pH alkali, berupa endoxilanase,
dan bebas dari aktivitas selulase. Hingga saat ini, aplikasi penggunaan xilanase
pada industri pulp dan kertas sangat jarang karena adanya beberapa kendala
yang dihadapi, diantaranya adalah belum tersedianya xilanase komersial yang
sesuai dengan dengan kondisi proses prapemutihan pulp (tahan suhu tinggi dan
pH alkali); proses produksi xilanase saat ini menggunakan xilan murni sebagai
induser sehingga biaya produksi mahal; enzim bersifat eksotik (bukan
anorganik), penyimpanan enzim yang terlalu lama tanpa menggunakan metode
penyimpanan yang baik dapat menurunkan aktivitas enzim sehingga dosis
pemakaian terus meningkat, dan kurangnya transfer teknologi mengenai
penggunaan enzim di industri. Karakteristik xilanase komersial yang ada saat
ini memiliki suhu optimum kurang dari 50 C dengan pH asam atau netral
sehingga kurang sesuai dengan kondisi proses pra-pemutihan pulp. Beberapa
contoh xilanase komersial yang ada saat ini adalah Irgazyme (pH 5 - 7, 55
o
C),
Cartazyme HS-10 (pH 3 - 5, 30 C 50 C), Pulpzyme HB (pH 6 - 8, 50 C -
55 C) dan Novozyme (pH 8, 40 C) (Septiningrum et al, 2011)
Modifikasi hemiselulosa yang ekstensif terjadi saat proses pemasakan
pulp. Pada pembuatan pulp secara dengan metode Kraft, ketika konsentrasi
alkali semakin tinggi, xilan akan terdepolimerisasi secara terpisah dan
menghasilkan substituen berupa gugus asetil dan arabinosil. Selama proses
pemasakan pulp berlangsung, konsentrasi alkali akan berkurang dan akan
semakin terdegradasi, xilan rantai pendek akan mengendap dalam bentuk kristal
pada permukaan mikrofibril selulosa. Karena proses pengendapan ini,
xix

hemiselulosa akan semakin terkonsentrasi pada permukaan fiber dari
mikrofibril.








Enzim xilanase akan menghidrolisis xilan yang terendapkan di
permukaan fiber tadi, sehingga bagian-bagian lignin disekitar fiber akan mudah
terlepas. Penjelasan tersebut dapat digambarkan seperti yang terdapat pada
gambar 9.













Gambar 9. Mekanisme kerja Enzim Xilanase
xx

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan mengaplikasikan enzim xilanase pada proses pulp dan bleaching,
maka penggunaan klorin akan dapat dikurangi. Selain mengurangi polutan
dalam proses bleaching xilanase dapat menghasilkan kertas yang lebih terang.
Selain itu, Enzim Xilanase memiliki harga yang relatif murah dibandingkan
dengan bleaching agent lainnya seperti klorin.



















xxi

DAFTAR PUSTAKA

Beg, Q.K., M. Kapoor, L. Mahajan, and G.S. Hoondal. 2001. Microbial Xylanases
and Their Industrial Applications; a review. J. Appl. Micribiol. Biotechnol.
56:326-338.
Cesar T, Vladimir M. 1996. Purification dan properties of the xilanase produced
by Thermomyces lanuginosus. Journal Enzyme and Microbial Technology.
19:289-296. Elsevier Science Inc.
Dwijoseputro, D., Prof . Dr. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Maat, J., Roza, M., Verbekel, J., Stam, H., Santos da Silva, M.J., Bosse, M.,
Egmond, M.R., Hagemans, M.L.D., van Gorcom, R.F.M., Hessing, J.G.M.,
van Der Hondel, C.A.M.J.J., dan van Rotterdam, C. 1992. Xylanases and
their application in bakery. Di dalam Visser et al. (Eds.). Xylans dan
Xylanases. Elsevier, Amsterdam. P. 349-360.
Muawanah, Anna. 2006. Produksi Enzim Xilanase Thermostabil dari
Thermomyces lanuginosus IFO 150 pada Substrat Bagasse Tebu. Bogor :
IPB
Park, S.Y., S.W. Kang, J.S. Lee, S.I. Hong, Kim SW. 2002. Xylanase Production
in Solid State Fermentation by Aspergillus niger Mutant Using Statistical
Experimental Design. App. Microbiol.Biotechnol. page 761-766.
Richana, N., P. Lestari, A. Thontowi, dan Rosmimik. 2000. Seleksi Isolat Bakteri
Lokal Penghasil Xilanase. J. Mikrobiologi Indonesia 5(2):54-56.
Septiningrum,Krisna Dan Chandra Apriana P. 2011. Produksi Xilanase Dari
Tongkol Jagung Dengan Sistem Bioproses Menggunakan Bacillus Circulans
Untuk Pra-Pemutihan Pulp. Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1, 2011, Hal.
87-97
Vanadianingrum, Evrin Safrilya.2008. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri
Penghasil Enzim Xilanase Dari Cairan Rumen Kambing & Domba Dan
Sumber Air Panas Di Cipanas (Skipsi). Bandung:Institut Teknologi
Bandung.
xxii

Wong, K.K.Y dan Sadler, J.N. 1993. Applications of hemicellulases in the food
dan pulp dan paper industries. Di dalam Coughlan dan Hazlewwod (Eds.).
Hemicelluloses dan Hemicellulases. Portland Press, London. P. 127-143.
Yoshida, S., Satoh, T., Shimokawa, S., Oku, T., Ito, dan Kusakabe, S. 1994.
Substrat specifity of Streptomycis -xylanase toward glycoxylan. Biosci.
Biotechnol. Biochem. 58 (6):1041-1044.
Yu EK, Tan LUL, Gahan MHK. 1987. Production of thermostable xylanase by
thermophilic fungus Thermoascus aurantiacus. Enzyme. Microbiol. Technol.
9:16-24.

Anda mungkin juga menyukai