KIMIA ORGANIK I
" PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER"
DISUSUN OLEH :
TEKNIK KIMIA 2015/ SHIFT 2
ASISTEN :
TEGUH SETYAWAN, S.Si
DOSEN PEMBIMBING :
IRA GALIH PRABASARI, S.T., M.Si
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
2016
PERCOBAAN VI
I. JUDUL PERCOBAAN
III. TUJUAN
: 1.Mengetahui
sekunder
prinsip
penapisan
metabolit
V. LANDASAN TEORI
Jika manusia diberikan akal budi dan gerak pindah koordinasi tubuh. Makhluk hidup
selain manusia di bekali oleh Allah SWT untuk menghasilkan senyawa sebagai alat
survival.
Sifat sifat kimiawi metabolit sekunder tersebut umumnya memiliki berat molekul
yang kecil contora 50 1500 Dalton. Umumnya tidak larut air karna bersifat semi polar.
Selain melakukan biosintesis skunder, makhluk hidup melakukan biosintesis primer
sebagai proses kimiawi vital untuk melakukan aktivitas hidup. Biosintesis ini dilakukan untuk
menghasilkan senyawa senyawa esensial, misalnya : gula (karbohidrat) untuk menghasilkan
energy, asam amino untuk membangun jaringan dan biokotalis, asam lemak untuk
membangun dinding sel dan cadangan energy.
Metabolit primer terdiri dari 3 golongan utama yakni karbohidrat, protein dan lemak.
Glukosa esensial untuk menghasilkan energy, asam amino vital untuk menghasilkan hormon
dan neuro tratsmitter, lemak untuk menyambung jaringan. Antar metabolit primer ini juga
akan saling membentuk persenyawaan dalam membangun sel sel dan jaringan kemudian
organ.
Adapun sifat sifat kimiawi metabolit primer memiliki berat molekul kecil mulai
dari 80 300 Dalton lamu, larut dalam air (gula dan asam amino) atau tidak larut air misalnya
asam lemak.
Jika saling berikatan membentuk senyawa dengan berat molekul sangat besar (BM
1000 10.000 j) memiliki aktivitas anti kanker, anti bakteri, anti infeksi, anti kolestrol, anti
diabetes dll.
Karna metabolit skunder berjumlah jutaan dan akan terus ditemukan ratusan senyawa
baru setiap tahun, maka tidak mungkin seseorang bisa menghafalkannya. Walaupun setiap
golongan struktur, diperlukan framework metode berfikir yang mampu mencakup garis besar
metabolit sekunder.
Tujuan memahami biosintesis metabolit sekunder :
1. Senyawa dialam berjumlah jutaan dan tidak mungkin dihafal. Setiap tahun ditemukan
ratusan senyawa senyawa baru. Bahkan antar senyawa baru satu sama lain
membentuk senyawa yang lebih kompleks.
2. Keteraturan pola struktur. Dengan memahami kerangka dan jalur asal biosintesis suatu
golongan senyawa bisa digunakan untuk membantu menentukan struktur kimia. Intik
kerangka tersebut memiliki keteraturan pola dan memiliki bentuk yang seragam.
3. Desain obat modern. Dengan memahami jalut biosintesis dan mekanisme penyakit
dimungkinkan desain obat (sintesis obat dan QSAR (Quantitative Struktur Antivity
Relationship) atau HKSA (Hubungan kuantitatif struktur aktifitiv))
4. Aspek selektifitas. Terkait kondisi patologis (biokimiawi penyakit) biosintesis terkait
dengan berbagai mekanisme penyakit dan pengobatan. Pembentukan senyawa
penyebab penyakit dimungkinkan memilih target, mengeblok atau meminimalkan
senyawa biologis penyebab penyakit misalnya : menurunkan jumlah kolestrol,
merusak kapsul dari virus, mengeblok protein penyebab diabetes, meminimalkan
pembentukan NO (NItNt) pada penyakit jantung atau menyebabkan jelas kerusakan
jaringan.
5. Aplikasi bioteknologi untuk produksi. Dalam jalur biosintesis senyawa tertentu,
melalui bioteknologi kuantitas produk senyawa bermanfaat seperti obat yang
dihasilkan bisa di naikan. Jika senyawa kimia hanya bisa dihasilkan dalam jumlah
amat kecil misal taksol atau vinkristin maka produksinya bisa digantikan.
Berbagai mekanisme penyakit dan target obat baru ditemukan dengan biosintesis,
misalnya target biiosintesis kolestrol, target enzim pengganggu insulim, target pengganggu
asetil kolin pada atzhaemors. Ilmu biosintesis bukanlah ilmu yang mati dan statis namun
berbagai misteri besar kehidupan ada di dalamnya.
Untuk memahami dasar biosintesis metabolit skunder maka terlebih dahulu
diperlukan beberapa istilah kunci :
1. Starting material adalah senyawa sederhana biasanya cukup stabil secara kimiawi dan
menjadi bahan baku biosintesis misalnya asam laktat glukosa, fruktosa dan senyawa
gula lain
2. Prekusor adalah senyawa yang berbentuk dari starting materialnamun bukan produk
akhir. Prekursor kebanyakan merupakan asam amino.
3. Jalur biosintesis atau pathwag adalah rangkaian tahapan reaksi perubahan starting
material menjadi metabolit.
4. Biokatelis sebagaimana pengertian katalis padaumumnya namun katalis dalam
biosintesis adalah enzim enzim pembantu reaksi.
5. Produk : Senyawa akhir yang dihasilkan yakni senyawa poliketida (c2) terpenoid (c5)
penil propenoid (c9).
Metabolit sekunder berasal dari biosintesis primer. Umumnya starting material paling
awal adalah senyawa metabolit primer skunder dan stabil secara ilmu kimia dan fisika. Yakni
gula.
Definisi alkaloid klasik menyatakan bahwa semua senyawa metabolit skunder yang
mengandung unsure mitrogen. Adapun senyawa dalam kerangka asotet, terpenoid, shikimat
yang mengalami aminasi (pemasukan atom N)
Senyawa alkaloid memiliki peran yang sangat besar didalam bidang kedokteran.
Senyawa yang pertama kali diisolasi secara murni adalah morfinberloid. Berbagai doping
bahan obat narkotik. Kopi dikonsumsi sehari hari oleh manusia mengandung alkaloid yakni
kafein, coklat adalah alkaloid teobromin.
Namun secara dominan alkaloid adalah senyawa metabolit skunder yang berasal dari
precursor asam amino, sehingga untuk mempelajari alkaloid bisa ditelusuri berdasarkan
building atau kerangka asam amino asalnya.
Golongan utama alkaloid.
Karangan struktur alkaloid sangat tinggi. Alkaloid berpotensi sebagai sumber obat
yang berlimpah dan berefek farmakologis beragam, sifat fisika kimia yang bersifat
semipolar dan mampu berinteraksi dengan anembian sel. Kontribusi atom N didalam struktur
memberikan efektifitas interaksi kimiawi dengan useptor. (Saifudin, 2014)
Didalam bidang kesehatan yang dari waktu kewaktu terus berkembang. Infeksi
merupakan suatu keadaan masuknya micro organism kedalam tubuh. Berkembang biak dan
menimbulkan penyakit. Suatu tipe parasitisme yang terjadi bila suatu organisme hidup dengan
merugikan organisme lain. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh empat kelompok berhama
penyakit, Yaitu bakteri, jamur, virus, dan parasit.
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk melawan bakteri bakteri potogen. Antara
lain dengan upaya penemuan senyawa yang mampu membunuh dan menghambat bakteri
tersebut. Zat zat seperti ini kemudian dikenal dengan istilah zat anti bakteri. Perkembangan
obat anti bakteri merupakan suatu kemajuan terpenting dalam bidang pengobatan.
Salah satu zat anti bakteri yang banyak digunakan adalah antibiotik simisintetik.
Meningkatnya penggunaan antibiotik dalam mengatasi berbagai penyakit yang disebabkan
oleh bakteri mulai menimbulkan masalah baru, terutama karena sebagian besar bahan
pembuatannya merupakan bahan kimia berbahaya. Selain itu juga dapat menimbulkan
resistensi mikroba pathogen sehingga hal ini mengharuskan untuk mencari sumber molekul
bioaktif baru untuk menjadikan antibiotik baru salah satu potensi antibiotik yaitu sebagai
antimikroba.
Tanaman sebagai sumber yang paling umum agen antimikroba. Salah satu tanaman
yang paling berpotensi sebagai antibakteri adalah sirsak.
Maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dilakukan untuk sampel yang tidak tahan
panas dengan cara perendaman dalam pelarut tertentu selama waktu tertentu. Dalam proses
ekstoks suatu bahan tanaman, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa
hasil ekstraksi diantaranya jenis pelarut, konsentrasi, pelarut, metode ekstraksi dan suhu yang
digunakan untuk ekstraksi. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain alat yang
dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendaman tetapi menghasilkan produk yang
baik, selain itu dengan teknik ini zat zat yang tidak tahan panas tidak akan rusak.
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut. Proses ini
sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam, karena selama perendaman terjadi
peristiwa plasmalisir yang menyebabkan terjadi pemerahan dinding sel akibat perbedaan
tekanan didalam dan diluar sel, sehingga senyawa yang ada dalam sitoplasma akan terlarut
dalam pelarut organik dan proses ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang diinginkan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan
efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dan pelarut
tersebut. Secara umum pelarut methanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam
proses isolasi senyawa organik bahan alami karena dapat melarutkan sebagian besar golongan
senyawa.
Proses ini terus berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
didalam dan diluar sel. Maserasi juga dapat diatur lama perendaman yang dilakukan.
Maserasi berupa serbuk bertujuan untuk memperluas permukaan sehingga interaksi
pelarut dengan senyawa yang akan diambil lebih efektif dan senyawa yang dapat terekstrak
sempurna. Semakin kecil ukuran bahan yang digunakan maka semakin luas bidang kontak
antara lain bahan dengan pelarut. Kondisi ini akan menyebabkan kecepatan untuk mencapai
keseimbangan system menjadi lebih besar.
Jaringan bahan atau simplisia dapat mempengaruhi efektivitas ekstraksi. Ukuran
bahan yang sesuai akan menjadikan proses ekstraksi berlangsung dengan baik dan tidak
memakan waktu lama. Pengadukan berkala bertujuan untuk menghindari memadatnya serbuk
sehingga pelarut sulit menembus dan kesulitan mengambil senyawa senyawa aktif karena
serbuk yang digunakan cukup banyak.
Uji warna digunakan untuk mengetahui adanya golongan senyawa metabolit
sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, steroid, tannin dan poliferol. Uji
metabolit sekunder yang pertama yaitu uji alkaloid. Uji ini bertujuan untuk mengetahui
adanya senyawa golongan alkaloid dengan menggunakan pereaksi warna dragendroff. Adanya
senyawa golongan alkaloid ditunjukan dengan adanya endapan berwarna orange dengan
preaksi dragendroff.
Uji metabolit sekunder yang selanjutnya yaitu uji flavonoid. Uji flavonoid dilakukan
dengan menggunakan serbuk Mg dan Hel pekat. Hasil uji Flavonoid dengan menggunakan uji
warna menghasilkan larutan warna hijau, yang menandakan hasil negatif.
Uji metabolit selanjutnya yaitu uji saponin. Hasil uji saponin menghasilkan larutan
dengan terbentuknya busa yang stabil, setinggi kurang lebih 1,5 cm, yang menandakan hasil
positif.
Uji metabolit sekunder selanjutnya yaitu uji terpenoid dan steroid dengan
menggunakan pereaksi lieberman-burchard. Senyawa steroid ditunjukan dengan terbentuknya
warna hijau dan adanya senyawa terpenoid ditunjukan dengan terbentuknya warna ungu.
Uji metabolit sekunder berikutnya yaitu adalah uji polifenol dan uji tanin. Hasil uji
polifenol dengan menggunakan uji warna menghasilkan larutan warna hijau kebiruan yang
menandakan hasil positif. Tanin bekerja dengan cara mengendapkan proteindan dapat
merusak membran sel sehingga pertumbuhan jamur terhambat. Uji tanin menghasilkan warna
hijau kebiruan yang lebih pekat dibandingkan uji polifenol. (Ningsih, 2016)
Kandungan bahan kimia anti mikroba dalam ekstrak daun sambiloto dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah lokasi tanaman. Pemilihan bagian tanaman
sambiloto memiliki kandungan atau konsentrasi antimikroba yang tidak sama. (Sikumalay,
2016)
Batang pengaduk
Gelas ukur 25ml
Lempeng porselin
Cawan porselin
Rak tabung reaksi
Tabung reaksi
Pipet tetes
Lumpang porselin
2. BAHAN
a. Bagian dari tumbuhan
1. Wortel
2. Daun pepaya
3. Daun singkong
4. Daun kemangi
5. Jeruk nipis
6. Daun pandan
7. Sambiloto
b. Larutan H2SO4 2m
c. H2SO4 pekat
d. Larutan HCI 2m
e. Anhidrida Asetat/Asam asetat
f. Larutan NaoH 1N
g. Larutan Feci3 1%
h. Pereaksi Bouchardat
8. Serai
9. Terong
10. Kunyit
11. Sawi
13. Bunga mawar
b. Daun Pepaya
Ekstrak Daun Pepaya
- diukur 1-2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
Anhidrida Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan\
H2S04 Pekat
c. Daun Singkong
Ekstrak Daun Singkong
- diukur 1-2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
Anhidrida Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diamati warna yang terbentuk
- dicatat warna yang terbentuk
Hasil
d. Daun Kemangi
Ekstrak Daun
Kemangi
- diukur 1-2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
Anhidrida
Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
e. Jeruk Nipis
Ekstrak Jeruk Nipis
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
Anhidrida Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diamati warna yang terbentuk
- dicatat warna yang terbentuk
Hasil
f. Daun Pandan
Ekstrak Daun Pandan
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
Anhidrida Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diamati warna yang terbentuk
- dicatat warna yang terbentuk
Hasil
g. Sambiloto
Ekstrak Sambiloto
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
Anhidrida Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diamati warna yang terbentuk
- dicatat warna yang terbentuk
Hasil
h. Serai
Ekstrak Serai
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diamati warna yang terbentuk
- dicatat warna yang terbentuk
Hasil
i. Terong
Ekstrak Terong
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
Anhidrida Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
j. Kunyit
Ekstrak Kunyit
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
Anhidrida Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diamati warna yang terbentuk
- dicatat warna yang terbentuk
Hasil
k. Sawi
Ekstrak Sawi
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
Anhidrida Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
l. Sirih
Ekstrak Sirih
Anhidrida Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diamati warna yang terbentuk
- dicatat warna yang terbentuk
Hasil
m. Bunga Mawar
Ekstrak Bunga Mawar
- diukur 1-2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
Anhidrida Asetat
- diukur 2 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
H2S04 Pekat
b. Daun Pepaya
Ekstrak Daun Pepaya
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
Hasil
c. Daun Singkong
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
Hasil
d. Daun Kemangi
Ekstrak Daun Kemangi
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
Hasil
e. Jeruk Nipis
Ekstrak Jeruk Nipis
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
Hasil
f. Daun Pandan
Ekstrak Daun Pandan
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
Hasil
g. Sambiloto
Ekstrak Sambiloto
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
Hasil
h. Serai
Ekstrak Serai
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
Hasil
i. Terong
Ekstrak Terong
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
Hasi
l
j. Kunyit
Ekstrak Kunyit
- diukur 10 ml
k. Sawi
Ekstrak Sawi
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
Hasil
l. Sirih
Ekstrak Sirih
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
m. Bunga Mawar
Ekstrak Bunga Mawar
- diukur 10 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- dikocok vertical selama 10 detik
- ditambahkan
Hcl 2N
- diukur 1 tetes
- dimasukkan ke tabung reaksi
Hasil
b. Daun Pepaya
Ekstrak Daun
Pepaya
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil
c. Daun Singkong
Ekstrak Daun Singkong
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
d. Daun Kemangi
Ekstrak Daun Kemangi
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil
e. Jeruk Nipis
Ekstrak Jeruk Nipis
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil
f. Daun Pandan
g. Sambiloto
Ekstrak Sambiloto
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil
h. Serai
Ekstrak Serai
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil
i. Terong
Ekstrak Terong
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil
j. Kunyit
Ekstrak Kunyit
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil
k. Sawi
Ekstrak Sawi
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil
l. Sirih
Ekstrak Sirih
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil
m. Bunga Mawar
Ekstrak Bunga Mawar
- diukur 5 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- ditambahkan
NaOH 1N
- diukur 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
- diaduk dan diamati warna yang terbentuk
Hasil
b. Daun Pepaya
Ekstrak Daun Pepaya
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
c. Daun Singkong
Ekstrak Daun Singkong
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
d. Daun Kemangi
Ekstrak Daun Kemangi
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
e. Jeruk Nipis
Ekstrak Jeruk Nipis
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
f. Daun Pandan
Ekstrak Daun Pandan
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
g. Sambiloto
Ekstrak Sambiloto
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
h. Serai
Ekstrak Serai
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
i. Terong
Ekstrak Terong
- diukur 1 ml
j. Kunyit
Ekstrak Kunyit
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
k. Sawi
Ekstrak Sawi
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
l. Sirih
Ekstrak Sirih
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
m. Bunga Mawar
Ekstrak Bunga Mawar
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
FeLl3 1%
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
b. Daun Pepaya
Ekstrak Daun Pepaya
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
Pereaksi Benedict
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
c. Daun Singkong
d. Daun Kemangi
Ekstrak Daun Kemangi
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
Pereaksi Benedict
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
e. Jeruk Nipis
Ekstrak Jeruk Nipis
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
Pereaksi Benedict
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
f. Daun Pandan
Ekstrak Daun Pandan
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
Pereaksi Benedict
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
g. Sambiloto
Ekstrak Sambiloto
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
Pereaksi Benedict
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
h. Serai
Ekstrak Serai
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
Pereaksi Benedict
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
i. Terong
Ekstrak Terong
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
Pereaksi Benedict
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
j. Kunyit
Ekstrak Kunyit
- diukur 1 ml
k. Sawi
Ekstrak Sawi
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
Pereaksi Benedict
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
l. Sirih
Ekstrak Sirih
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
Pereaksi Benedict
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
m. Bunga Mawar
Ekstrak Bunga Mawar
- diukur 1 ml
- dimasukkan ke lempeng porselin
- ditambahkan
Pereaksi Benedict
- diukur 3 tetes
- dimasukkan ke lempeng porselin
- diamati
Hasil
N
o
1
2
3
4
5
Perlakuan
Masukkan daun singkong ke cawan porselin, lalu
tumbuk hingga halus
Diperas hasil tumbukannya di lempeng porselin
untuk diambil ekstraknya
Tambahkan antihidrida asetat 2 tetes
Tambahkan H2SO4 pekat 2 tetes
Amati
Pengamatan
Halus berserat
Warna hijau
Warna hijau
Warna cokelat
Negatif
Daun
Kemangi
Halus berserat
Warna hijau
Hijau agak hilang
Hijau
Positif
Halus berserat
Warna hijau
Warna hijau
Hijau tua
Positif
Halus berserat
Hijau lumut
Merah kehijauan
Merah kehijauan
Positif
Halus berserat
Orange
Orange
Orange
Negatif
Halus berserat
Hijau
Hijau
Hitam
Negatif
No
Perlakuan
Pengamatan
1 Daun singkong ditumbuk di cawan porselin
Halus berserat
2 Diperas hasil tumbukan di lempeng porselin untuk Hijau
diambil ekstraknya
3 Diaduk ekstrak tadi dilempeng porselin
Berbusa
4 Tambahkan Hcl 2N 1 tetes
Busa hilang
5 Amati
Negatif
Bahan
Daun
Sirih
No
Perlakuan
Pengamatan
1 Daun sirih ditumbuk di cawan porselin
Halus berserat
2 Diperas hasil tumbukan di lempeng porselin untuk Hijau
diambil ekstraknya
3 Diaduk ekstrak tadi dilempeng porselin
Hijau
4 Tambahkan Hcl 2N 1 tetes
Busa hilang
5 Amati
Negatif
3). Identifikasi Senyawa Golongan Kuinon
Bahan
Daun
Singkong
Daun
Kemangi
Daun
Pandan
Daun
Sambilot
o
Wortel
No
Perlakuan
1 Daun singkong ditumbuk dicawan porselin hingga
halus
2 Diperas hasil tumbukannya dilempeng porselin
untuk diambil ekstraknya
3 Ditambahkan 2 tetes NaOH 1N
4 Diaduk
5. Amati
1 Daun kemangi ditumbuk dicawan porselin
2 Diperas hasil tumbukannya dilempeng porselin
untuk diambil ekstraknya
3 Ditambahkan 2 tetes NaOH 1N
4 Diaduk
5 Amati
1 Daun pandan ditumbuk dicawan porselin
2 Daun pandan diperas ke lempeng porselin untuk
diambil ekstraknya
3 Ditambahkan 2 tetes NaOH 1N
4 Diaduk
5 Amati
1 Daun sambiloto ditumbuk dicawan porselin
2 Daun sambiloto diperas ke lempeng porselin untuk
diambil ekstraknya
3 Ditambahkan 2 tetes NaOH 1N
4 Diaduk
5 Amati
1 Wortel ditumbuk dicawan porselin
2 Wortel diperas ke lempeng porselin untuk diambil
ekstraknya
3 Ditambahkan 2 tetes NaOH 1N
4 Diaduk
5 Amati
Pengamatan
Halus berserat
Warna hijau
Warna hijau
Warna hijau
Negatif, tidak merah
Halus berserat
Hijau
Warna hijau
Tidak berubah merah
Negatif
Halus berserat
Hijau
Hijau
Tidak merah
Negatif
Halus berserat
Warna hijau
Hitam kehijauan
Tidak merah
Negatif
Halus berserat
Orange
Orange
Orange
Negatif
Daun
Sirih
Bahan
Daun
Singkong
Daun
Kemangi
Daun
Pandan
Daun
Sambiloto
Wortel
Daun
Sirih
1
2
No
Perlakuan
1 Daun singkong ditumbuk dicawan porselin
2 Daun singkong diperas ke lempeng porselin untuk
diambil ekstraknya
3 Tambahkan Fecl 1% 3tetes
4 Amati
1 Daun kemangi ditumbuk dicawan porselin
2 Daun kemangi diperas ke lempeng porselin untuk
diambil ekstraknya
3 Tambahkan Fecl 1% 3tetes
4 Amati
1 Daun pandan ditumbuk dicawan porselin
2 Daun pandan diperas ke lempeng porselin untuk
diambil ekstraknya
3 Tambahkan Fecl 1% 3tetes
4 Amati
1 Daun sambiloto ditumbuk dicawan porselin
2 Daun sambiloto diperas ke lempeng porselin untuk
diambil ekstraknya
3 Tambahkan Fecl 1% 3tetes
4 Amati
1 Wortel ditumbuk dicawan porselin
2 Wortel diperas ke lempeng porselin untuk diambil
ekstraknya
3 Tambahkan Fecl 1% 3tetes
4 Amati
1 Daun sirih ditumbuk dicawan porselin
2 Daun sirih diperas ke lempeng porselin untuk
diambil ekstraknya
3 Tambahkan Fecl 1% 3tetes
4 Amati
Pengamatan
Halus berserat
Warna hijau muda
Warna hitam
Positif
Halus berserat
Hijau
Hijau tua kehitaman
Positif
Halus berserat
Hijau
Hijau
Positif
Halus berserat
Hijau
Hitam kehijauan
Positif
Halus berserat
Orange
Orange
Negatif
Halus berserat
Hijau
Hijau tua kehitaman
Positif
No
Perlakuan
Daun
Singkong
1
2
Daun
Kemangi
3
4
1
2
Daun
Pandan
3
4
1
2
Daun
Sambilot
o
Wortel
Daun
Sirih
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Pengamatan
Halus berserat
Hijau muda
Hijau tua
Positif
Halus berserat
Hijau
Hitam
Positif
Halus berserat
Hijau
Hitam
Positif
Halus berserat
Hijau
Hitam
Positif
Halus berserat
Hijau
Hitam
Positif
Halus berserat
Hijau tua
Hitam
Positif
X. PEMBAHASAN
Metabolit sebagai alat untuk survival mendukung kehidupan mereka. Misal
alkaloid sebagai senyawa pertahanan dari musuh dan hama. Havanoid senyawa penghias,
senyawa pewarna terpenoid sebagai atraktan atau penarik, atau politenol dalam rangka
menetralkan senyawa beracun. Kenyataanya, manusia juga menghasilkan metabolit kategori
alkaloid. Berbagai neurotransmitter adalah alkaloid. Tanpa alkaloid endogen, hidup manusia,
akan cacat dan tidak sempurna.
Sifat-sifat kimiawi metabolit sekunder tersebut umumnya memiliki berat molekul
yang kecil (antara 50 1500 Delton). Umumnya tidak larut dalam air, karena bersifat
semipolar, dan struktur kimianya sangat beragam. Jika saling bersenyawa yang jarang
membentuk molekul besar.
Metabolit primer terdiri dari 3golongan utama yaitu karbohidrat, protein dan lemak.
Glukosa esensial untuk menghasilkan energi, asam amino vital untuk menghasilkan berbagai
hormone dan neurotransmitter lemak untuk membangun jaringan tubuh. Jaringan otot
tersusun dari persenyawaan kompleks. (Sarfudin, 2014)
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan
organism yang ditentukan dalam bentuk unik atau berbeda beda, antara spesies satu dan
lainnya. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit,
menarik polimeter dan sebagai molekul sinyal (vorpoorte dan Alferman). Identifikasi
kandungan metabolit sekunder merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian,
pencairan senyawa bioaktif GaN dari bahan alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis
obat GaN dari bahan alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis obat GaN atau prototipe
obat geraktivitas tertentu. (Harborne, 2006)
Senyawa metabolit sekunder biasanya tersebar merata keseluruh bagian tumbuhan,
tetapi dalam kadar yang berbeda-beda. Senyawa-senyawa golongan triterpenoid diketahui
memiliki aktivitas visiologis tertentu, seperti jamur, anti bakteri, virus, anti virus, kerusakan
hati, gangguan menstruasi dan dapat mengatasi penyakit diabetes. Keaktifan senyawasenyawa yang berfungsi sebagai anti radikal bebas ditentukan oleh adanya gugus fungsi OH
(Hidruksi) bebas dan ikatan rangkap berbeda-beda. Karbon-karbon seperti flavon, havana,
skualen, tokoterut,bekariten, dan vitamin C.
Metabolit sekunder berasal dari biosintesis primer. Umumnya starting material
palinga awal adalah senyawa metabolit primer sederhana dan stabil secara kimia dan fisika,
yakni gula.
Dengan demikian berdasarkan jalur biosintesis digolongkan menjadi:
1. Golongan asetat (C2), polikada dan asam lemak
2. Mevavonat dan deoksisilulosa (C5) : Terpenoid
3. Golongan sikimat : perolmetanoloid (C7) dan fenilpropanoid (C9)
4. Golongan alkaloid
5. Golongan campuran : kombinasi antara metabolit sekunder dengan metabolit primer
H
H
H
O
C
H
OH
Gambar 10.1 Metabolit sekunder.
(Saifudin, 2014)
Tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan, zat
pewarna, penambah aroma makanan, parfum, insektisida dan obat. Ada 150.000 insektisida
metabolit sekunder yang sudah diidentifikasikan dan ada 4000 metabolit sekunder baru.
(Marliana, 2007)
Penapisan kimia merupakan tahap awal dari pengerjaan secara kimia. Metode yang
digunakan harus bersifat sederhana, pengaturan dan pengerjaannya cepat, menggunakan
raegan yang selektif terhadap suatu golongan senyawa tertentu. (Perkasa, 2015)
Pada peraktikun kimia organik I yang terakhir ini, dilakukan identifikasi senyawa
golongan terpenoid, steroid dengan uji Lieberman-burchad. Identifikasi senyawa golongan
saponin, identifikasi senyawa golongan kuinon, identifikasi senyawa golongan tanin, dan
identifikasi senyawa golongan alkaloid dengan menggunakan pereaksi boucdhard. Dengan
bahan pertamam yaitu bagian-bagian dari tumbuhan seperti wortel, daun papaya, daun
singkong, daun kemangi, jeruk nipis, daun pandan, sambiloto, serai, terong, kunyit, sirih, dan
bunga mawar sebagai sampel.
Identifikasi pertama yang dilakukan yaitu identifikasi senyawa terpenoid, steroid
dengan uji Lieberman-Bouchard. Raegan ini biasanya digunakan untuk mengindentifikasi
secara kualitatif yaitu kolesterol-kolesterol merupakan komponen-komponen tunbuhan yang
mempunyai baud an dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan disebut sebagai
minyak atsisi.
Biasanya raegan Lieberman-Bouchard digunakan untuk biru dan hijau. Raegan
Lieberman-Bouchard dibuat dari asam sulfat pekat dan antiidrida asetat, alasan digunakan
asam asetat antiidridat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan
membentuk turunan asetil didalam klorofom. Reaksi pereaksi LB dengan steroid akan
membentuk warna biru yang didahului yaitu dengan terbentuknya warna lembayung.
Reaksi Lieberman-Buchard
O
H2SO4
:O
O
+ CH3COOH
HO
EH2SO4+CH3COOH
O
(Harborne, 1987)
Daun singkong, wortel, daun sirih, daun papaya, kunyit, jeruk nipis, terong, serai,
pada peraktik ini tidak mengandung steroid ataupun terpenoid, sehingga pada pengujian ini
hasil yang ditunjukan negatif, dimana tidak terjadi perubahan warna yang menunjukkan
adanya kandungan steroid ataupun terpenoid, hanya saja setelah penambahan raegen warna
larutan menjadi lebih pekat.
Dapat diketahui bahwa daun singkong, wortel, daun sirih, daun papaya, kunyit, jeruk
nipis, terong, serai tidak memiliki kolesterol. Sedangkan pada daun kemangi, pandan, daun
sambiloto dan kunyit menunjukan perubahan warna menjadi merah, hijau, ungu ataupun
kebiru.
Warna yang dihasilkan pada daun kemangi, pandan, dan daun sambiloto serta kunyit
menunjukan warna hijau sehingga uji ini positif. Bisa terlihat pada gambar 10.1 pada nomor 1
yaitu kemangi, nomor 2 yaitu daun pandan, nomor 3 adalah sambiloto.
CH2
OH
CO2H
OH
CO
O
CH2OH - O
OH
OH
(Harborne, 1987)
Pada uji ketiga yaitu identifikasi senyawa golongan kainon, pada bagian tumbuhan
seperti pada identifikasi senyawagolongan saponin bahan yang dipakai. Kuinon sendiri adalah
senyawa yang mempunyai kromotur dasar seperti kromotur pada benzokuinon, yang terdiri
atas dua gugus karbonil, yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon.
Kuman ini digunakan tumbuhan sebagai pencegah dari gangguan serangga. (Harborne, 1987)
Pada percobaan ini, yang menghasilkan warna merah yaitu hanya kunyit. Jadi hanya
kunyit yang positif. Sedangkan bahan yang lainnya tidak menghasil warna merah. Maka
negatif.
Reaksi pembentukan :
OH
O
OH
O
- 2H
oksidan
(Harborne, 1987)
Gambar10.3 Identifikasi senyawa golongan kuinon positif.
Pada gambar disamping, yaitu yang dilingkari merupakan
kunyit, yang dilakukan identifikasi senyawa golongan kuinon.
Menghasilkan warna merah hati, pada kunyit.
Jadi, kunyit hasilnya positif dikarenakan menghasilkan warna
merah hati. Sedangkan pada bagian tumbuhan lain tidak berwarna
merah.
Identifikasi selanjutnya yaitu pada senyawa tanin. Bahan yang
digunakan yaitu pada senyawa daun pepaya, daun singkong, daun kemangi, jeruk nipis, daun
pandan, daun sambiloto, serai, kunyit, sirih dan bunga mawar.
Tanih merupakan suatu senyawa golongan yang terbesar dari senyawa kompleks,
yang tersebar luas pada dunia tumbuhan. Tanih umumnya terdapat dalam organ daun, buah,
kulit, batang, dan kayu. Didalam tumbuhan, letah tanih terpisah dari protein dan enzim
sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya maka reaksi
penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan
pencernaan hewan. Fungsi tanin dalam tumbuhan adalah untuk menghalau hewan pemakan
tumbuhan karena berasal cepat.
Reaksi pada senyawa golongan ini sebagai berikut :
FeCI3
Fe3l
+
3CI
OH
OH
OH
+Fe3t
+Fe(OH)3
OH
OH
OH
OH
OH
OH
(Harborne, 1987)
Identifikasi tanin dilakukan dengan cara mereaksikan sampel dengan F2cl3 1%, hasil
positif ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna hijau, ungu atau hitam. Pada percobaan
ini, 7 sampel positif mengandung tanin, yaitu daun singkong menghasilkan warna hijau, pada
nomor 2 yaitu daun kemangi, daun sambiloto, daun sirih, kunyit, mawar, terong.
Gambar 10.4 identifikasi senyawa golongan tanin positif.
Pada gambar 10.4 yang dilengkapi merupakan bagian
tumbuhan yang menghasilkan warna hijau, ungu, atau hitam.
Pada nomor satu yaitu daun sinkong menghasilkan warna
hijau, pada nomor dua yaiutu daun kemangi menghasilkan
warna hijau tua, pada nomor tiga yaitu daun sambiloto
menghasilkan warnahijau kehitaman, nomor empat yaitu daun
sirih menghasilkan warna hijau, nomor lima yaitu kunyit
menghasilkan warna hijau, nomor enam yaitu mawar
menghasil kan warna hijau tua, dan nomor tujuh yaitu terong
menghasilkan warna hijau pudar. Dapat dikatakan pada
bagian tumbuhan diatas menghasilkan identifikasipositif pada tanin. Sedangkan
pada daun pandan, wortel, daun pepaya, jeruk nipis, dan serai menghasilkan uji
negatif ketika ditetesi Fell3 1%
Pada identifikasi selanjutnya yaitu identifikasi senyawa alkaloid dengan
pereaksi Bouchardat. Sampel yang digunakan tetap sama pada identifikasi
senyawa golongan tanin. Sebelum itu kita harus mengetahui apa itu alkaloid.
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat dialam bersifat basa atau alkali
dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul
senyawa tersebut dalam struktur lingkaran heterusiklik atau anomatik, dan
dalam dosis kecil dapat memberikan efek formakolosis pada manusia dan hewan.
(Harborne, 1987)
+C2
Nkt
Pada identifikasi alkaloid ini yang negatif yaiut wortel, daun pepaya, daun mawar.
XI. PERTANYAAN
1. Bagaimana dan terangkan prinsip penapisan senyawa metabolit sekunder yang ada
lakukan!
Jawab : Prinsip penapisan biasa disebut dengan fitokimia. Jadi , fitokimia terhadap
kandungan senyawa metabolit sekunder untuk mengetahui kompponen kimia pada tumbuhan
tersebut secara kudutatif. Prinsip fitokimia ini berdasarkan kandungan tumbuhan yang
dimiliki senyawa target yang akan di analisis. Analisis ini bersifat kuantatif sehingga
dihasilkan adalah data kualitatif. Oleh karena itu metode fitokimia dapat diketahui secara
kualitatif kandungan kimia didalam jenis tumbuhan. (Harborne, 1987)
2. Terangkan prinsip identifikasi yang anda lakukan dan tuliskan reaksinya.
a. Dengan identifikasi senyawa golongan terpenoid atau steroid dengan uji LiebermanBorchardad ini menggunakan penambahan anmota asetat dan H2SO4 yang
menghasilkan perubahan warna merah kehitaman/ungu kebiruan maka hasilnya bisa
disimpulkan positif.
Reaksi : Ekstraksi tumbuhan + CH3COOH 9 + H2SO4
b. Identifikasi senyawa golongan saponin
Pada identifikasi ini menggunakan tambahan HCI. Jika saponin setelah ditambahkan
HCI menghasilkan busa maka hasilnya positif. Saponin merupakan kelompok
senyawa dalam bentuk glukosa terpenoid/steroid.
Reaksi : Ekstraksi tumbuhan +HCI
c. Identifikasi senyawa golongan kuinon
Prinsipnya apabila setelah ditambahkan NuOH 1N dan diaduk maka hasilnya merah
hasilnya positif.
Reaksi : Ekstraki tumbuhan +NuOH
d. Identifikasi senyawa golongan tanin
Prinsipnya positif jika terjadi penambahan larutan FeCl 1% apabila perubahan warna
merah menjadi hijau, ungu, atau hitam.
Reaksi : Ekstraki tumbuhan + FeCl
e. Identifikasi senyawa golongan alkaloid pada uji dengan pereaksi Bouchardat
: Plantae
: Visiuplantae
: Spermatophiyta
: Embryophita
: Traeheophyta
: Spermatophiyta
: Diperoles
: Diperasiae
: Piper. L
: Piles Ketie . L
: Salonin
: Plantae
: Tracheobinoria
: Spermatophiyta
: Magnoliaphyta
: Magneliaphyta
: Dilemdiae
: Capprisies
: Brassic Caceae
: blassica
: Blassica Junea L
: Kalori, Vitamin B
: Plantae
: Tracheobinoria
: Spermatophiyta
: Magnoliopisida
: Magnoliopisida
Subkelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Kandungan
e. Kemangi
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Kandungan
f. Pepaya
Kingdom
Subkingdom
Superdivisi
Divisi
Kelas
Subkelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Kandungan
: Residae
: Sapindales
: Samindales
: Rataseae
: Citerus Sinensis Asbeck
: Vitamin C, Asam survur
: Plantae
: Spermatophiyta
: Dieaty edande
: Amaranthaceae
: Iamiaceae
: Oamum
: Oamum Bassiliun L
: Kalsium, Protein
: Plantae
: Tracheobronta
: Spermatophiyta
: Magnoliaphyta
: Magnoliopisida
: Dillonidea
: Violales
: Caricaceae
: Cariceae
: Cariea Papaya L
: Vitamin A, B, Kalori, Zat papan
g. Serai
Kingdom
Subkingdom
Superdivisi
Divisi
Kelas
Subkelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Kandungan
: Plantae
: Tracheobronta
: Spermatophiyta
: Magnoliphyta
: Lisiopsida
: Comelindeae
: Podies
: Povoade
: Cimbopagen
: Cimbopagen catrattus
: Steroid, Gramol, Saponim
h. Bunga mawar
Kingdom
Divisi
Kelas
Subkelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
: Plantae
: Spermatophiyta
: Magnoliopisida
: Astenaniae
: Lamiales
: Achantaeces
: Andraghapis
: Andraghapis paniceteae
Kandungan
i. Singkong
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Kandungan
: Plantae
: Magnophyta
: Magnophyta
: Eporbiales
: Eporbiaceae
: Manikot
: Manikot apeae
: Karbiohidrat, Kalsium, Protein, Lemak
j. Pandan
Kingdom
Subkingdom
Superdivisi
Divisi
Kelas
Subkelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Kandungan
: Plantae
: Tracheobionta
: Spermatophiyta
: Magnoliaphyta
: Areadae
: Pandanaies
: Pandanaies
: Pandanaeeae
: Pandarius
: Pandarius amay hollow ios
: Tanin, saponin, alkaloid, plavonoid,
k. Terong
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Kandungan
: Plantae
: Magnolophyta
: Magnolophyta
: Sanales
: Salaneseae
: Salanum
: Salanum melegenal
: Alkaloid
l. kunyit
Kingdom
Ordo
Familia
Genus
Kandungan
(Hard, 2005)
: Plantae
: Zungberakas
: Zungiberaceae
: Guraina
: Minyak ashri
XII. KESIMPULAN
1. Prinsip penapisan metabolit sekunder adalah prinsip yang sederhana, cepat, dapat
dilakukan dengan alat minimal seperti terhadap golongan senyawa yang dipelajari (terpenoid,
steroid, saponim, kuinon, tanin dan alkaloid) semi kualitatif memberikan keterangan
tumbuhan ada atau tidaknya senyawa tertentu dan ada atau tidaknya senyawa yang akan diuji.
2. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam sampel pada praktikum ini yang
positif mengandung senyawa golongan steroid/terpenoid yaitu daun kemangi, daun pandan,
daun sambiloto, mawar. Bagian tumbuhan yang mengandung saponin yaitu daun kemangi,
daun pandan dan daun pepaya. Senyawa golongan kuinon hanya berkembang pada kunyit.
Senyawa golongan tanin yang positif terdapat pada daun singkong, kemangi, sambiloto,
kemangi, pandan, sirih,kunyit, mawar, dan terong. Bagian tumbuhan yang mengandung
senyawa alkaloid yang positif yaitu singkong, kemangi, pandan, sambiloto, sirih, kunyit, jeruk
nipis, terong, dan serai.
3 Cara mengidentifikasikan senyawa metabolit sekunder pada klarifikasi senyawa golongan
terpenoid/steroid dengan melihat perubahan warna merah ke hijau ke ungu ke biru berarti
positif. Pada klentifikasi senyawa golongan saponim positif bila busa hilang bila ditambahkan
reagen. Pada identifikasi kainon positif jika terbentuk warna merah. Pada identifikasi tanim
positif bila perubahan warna menjadi hijau ungu atau hitam dan ientifikasi alkaloid positif
apabila terlihat endapan pada larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Fachry, 2013. Ekstrak Senyawa Kurlauminold dari Kunyit. Palembang Universitas Sriwijaya
http: //gourndi.unsri.co.id (Diakses pada 1 Desember)
Harborne. J. B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan.
Bandung : ITB bandung.
Hard. Craine. 2005. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Jakarta, Erlangga
Marliana. 2007. Cara mengidentifikasi Flavonoid. Bandung, ITB
Nurani. 1990. Kimia Organik Jilid I. Jakarta, Erlangga
Perkasa, Galih, 2015. Pengaruh kinetic dan Asam 2,4. Diklorofinoksi Asetat Terhadap
Kandungan Metabolit Sekunder. Jakarta : Universitas Almajaya
Saifudin, Aziz. 2014. Senyawa Asam Metabolit Sekunder. Jakarta, Erlangga
Sikomalay, Adriyan. 2010. Efek antibakteri dan Pegasa Daun Sambiloto. Padang :
Universitas Andalas