Kelompok 4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
Makalah yang berjudul “Isolasi, Pemurnian, dan Penerapan Enzim dari Biota
Laut” dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan maupun kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan memberikan pengetahuan.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….2
Daftar Isi………………………………………………………………………..….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………...…………..6
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sel hidup ibarat pabrik kimia yang bergantung pada energi yang harus
mengikuti berbagai kaidah kimia. Reaksi kimia yang memungkinkan adanya
kehidupan disebut metabolisme. Terdapat ribuan reaksi berkesinambungan yang
teijadi di dalam setiap sel, sehingga metabolisme merupakan reaksi yang
menakjubkan. Agar sel berfungsi dan berkembang dengan sebagaimana
mestinya,lintasan metaboliknya harus diatur dengan seksama.
Sel dapat mengatur lintasan metabolik yang mana yang beijalan, dan
seberapa cepat, dengan cara memproduksi katalis yang tepat yang dinamakan
ENZIM, dalamjumlah yang sesuaidan pada saat diperlukan. Hampir semua reaksi
kimia kehidupan berlangsung sangat lambat tanpa katalis, dan enzim merupakan
katalis yang lebih khas dan lebih kuat dibandingkan dengan ion logam atau
senyawa anorganik lainnya yang dapat diserap tumbuhan dari tanah.
4
Untuk memproduksi enzim dalam jumlah besar dan mempunyai aktivitas
yang tinggi, perlu diperhatikan faktor-faktor penting seperti kondisi pertumbuhan,
cara isolasi, cara pemurnian serta jenis substrat yang digunakan agar diperoleh
enzim dengan tingkat kemurnian tinggi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Molekul selalu bergerak dan bertumbukan satu sama lain. Jika suatu molekul
substrat menumbuk molekul enzim yang tepat, maka akan menempel pada
enzim.Tempat menempelnya molekul substrat pada enzim disebut sisi aktif.
Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul produk.
Secara kimia, enzim yang lengkap (holoenzim) tersusun atas dua bagian,
yaitu bagian protein dan bagian yang bukan protein. Bagian protein disebut
apoenzim, bersifat labil (mudah berubah), misalnya terpengaruh oleh suhu dan
6
keasaman. Bagian yang bukan proteindisebut gugus prostetik (aktif), terdiri atas
kofaktor atau koenzim. Kofaktor berasal dari molekul anorganik, yaitu logam,
misalnya besi, tembaga, dan seng. Sedangkan koenzim merupakan gugus prostetik
terdiri atas senyawa organik kompleks, misalnya NADH, FADH, koenzim A, dan
vitamin B.
a. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas,
dan berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang
sama dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari enzimnya.
b. Koenzim
7
1.1 klasifikasi Enzim
a. Protease
Enzim ini merupakan enzim proteolitik (suatu enzim yang dapat
memecahkan protein).
b. Amylase
Amylase merupakan suatu enzim Carbohydrolitic (suatu enzim yang dapat
memecahkan karbohidrat)
c. Invertase
Invertase merupakan suatu enzim Disakaridase yang berfungsi untuk
memecahkan Sukrosa menjadi Glukosa & Fruktosa, sehingga dapat
meningkatkan pemakaian gula-gula ini.
d. Alpha-galactosidase
Merupakan enzim yang dapat menghidrolisis gula kompleks
(oligosakarida), dimana gula ini banyak terdapat pada sayur-sayuran, dan
sejenis padi-padian. Kelompok gula seperti : Raffinose, Stachyose, dan
Verbascose tidak dapat dicerna oleh manusia karena manusia tidak dapat
menghasilkan Alpha-Galactosidase, yang diperlukan untuk memecahkan
kelompok gula tersebut. Akibatnya, tubuh tidak dapat menyerapnya
sehingga gula-gula tersebut akan menetap dalam usus. Didalam usus, gula
tersebut difermentasi oleh bakteri normal dalam usus bagian bawah dan
sebagai hasil fermentasinya adalah terbentuknya gas dalam usus. Inilah
yang menyebabkan rasa kembung sedangkan Alpha-Galactosidase ini
membatasi pembentukan gas dalam usus dengan cara meningkatkan
pemecahan karbohidrat ini sebelum mencapai usus bagian bawah.
e. Lipase
Merupakan enzim yang digunakan untuk mencernakan lemak (trigliserida)
menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
f. Cellulase
Enzim yang tidak ditemukan dalam tubuh manusia, dimana enzim ini
digunakan untuk memecahkan ikatan yang ditemukan dalam serat. Dengan
memisahkan struktur matriks serat yang membungkus zat-zat gizi pada
8
tanaman, Cellulase meningkatkan nilai gizi buah-buahan dan sayur-
sayuran.
g. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Pepsin
bertanggungjawab atas pemecahan sekitar 10% protein. pepsin merupakan
satu-satunya enzim yang mencerna kolagen, yang merupakan suatu protein
dan kandungan utama dari daging.
h. Enzim proteolitik
Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat
digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. enzim ini
hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
i. Enzim pankreatik.
Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat
dan lemak. Enzim-enzim tersebut antara lain lipase (mengurai lemak),
amilase (mengurai karbohidrat), dan protease (mengurai protein).
j. Lisosim ,
Suatu enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri dan virus yang
merugikan. Zat ini terdapat dalam jumlah 300 kali lebih banyak pada ASI
daripada susu sapi. Enzim ini antara lain aktif mengatasi bakteri E. coli
dan Salmonella
k. Enzim pemecah protein
Enzim pemecah protein (enzim protease) menjadi komponen penyusunnya
yaitu asam amino. Asam amino inilah yang kemudian diserap tubuh
Molekul selalu bergerak dan bertumbukan satu sama lain. Jika suatu molekul
substrat menumbuk molekul enzim yang tepat, maka akan menempel pada
enzim.Tempat menempelnya molekul substrat pada enzim disebut sisi aktif.
Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul produk. Ada 2 teori mengenai
kerja enzim, yaitu:
9
dengan anak kuncinya. Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik.
Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif
berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai
pengaruh yang sama.
b. Teori cocok terinduksi (induced fit).
Sisi aktif enzim lebih fleksibel dalam menyesuaikan struktur substrat. Ikatan
antara enzim dan substrat dapat berubah menyesuaikan dengan substrat.
10
Merupakan zat yang dapat menghambat kerja enzim. Bersifat
reversible dan irreversible. Inhibitor reversible dibedakan menjadi
inhibitor kompetitif dan nonkompetitif Keberadaan inhibitor akan
menurunkan kecepatan reaksi enzimatis. Inhibitor dapat
membentuk kompleks dengan enzim baik pada sisi aktif enzim
maupun bagian lain dari sisi aktif enzim. Terbentuknya kompleks
enzim inhibitor akan menurunkan aktivitas enzim terhadap
substratnya (Poejiadi, 1994).
11
kembali seperti semula (irreversible). Contohnya, diisopropilfluorofosfat
yang menghambat kerja asetilkolin-esterase.
d. Inhibitor Alosterik, dapat berikatan dengan enzim dan bagian aktif enzim
berubah bentuk sehingga ikatan antara enzim dan substrat tidak terbentuk.
a. Protein
Sebagian besar enzim (kecuali ribozime), adalah protein. Dengan
demikian sifat-sifat yang dimilikinya sama dengan sifat sifat protein, yaitu:
menggumpal pada suhu tinggi dan terpengaruh oleh Ph
b. Bekerja secara khusus
Enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu, dan tidak dapat
mempengaruhi reaksi lainnya. Sebagai contoh: di dalam usus rayap
terdapat protozoa yang menghasilkan enzim selulase sehingga rayap dapat
hidup dengan makan kayu karena dapt mencerna selulosa (salah satu jenis
karbohidrat/polisakarida). Sebaliknya manusia tidak dapat mencerna kayu,
meskipun mempunyai enzim amilase, yaitu enzim yang dapat mencerna
amilum/pati (yang juga merupakan jenis polisakarida). Enzim amilase dan
selulase masing-masing bekerja secara khusus.
c. Dapat digunakan berulang kali
Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada
saat terjadi reaksi. Meskipun dalam jumlah sedikit, adanya enzim dalam
suatu reaksi yang dikatalisirnya akan mempercepat reaksi, karena enzim
yang telah bekerja dalam reaksi tersebut dapat digunakan kembali.
d. Rusak oleh panas
Enzim adalah suatu protein yang dapat rusak oleh panas disebut
denaturasi. Kebanyakan enzim rusak pada suhu di atas 50°C. Reaksi kimia
akan meningkat dua kali lipat dengan kenaikan suhu sebesar 10oC.
Kenaikan suhu di atas suhu 50°C tidak dapat meningkatkan reaksi yang
dikatalisir oleh enzim, tetapi justru menurunkan atau menghentikan reaksi
tersebut. Hal ini disebabkan enzimnya rusak sehingga enzim tersebut tidak
dapat bekerja. Demikian juga apabila kita memesan enzim-enzim dari
12
perjalanan, dan enzim tersebut disimpan dalam lemari es. Suhu rendah
tidak merusak enzim tetapi hanya menonaktifkannya saja.
e. Diperlukan dalam jumlah sedikit
Oleh karena enzim berfungsi sebagai mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut
bereaksi, maka jumlah yang dipakai sebagai katalis tidak perlu banyak.
Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali, selama molekul tersebut
tidak rusak.
f. Dapat bekerja bolak-balik
Umumnya enzim dapat bekerja secara bolak-balik. Artinya, suatu enzim
dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain,
dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu
menjadi senyawa semula.
g. Dipengaruhi lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh pada kerja enzim adalah suhu, pH, hasil
akhir, dan zat penghambat.
Suhu
Enzim bekerja optimal pada suhu 30°C atau pada suhu tubuh dan
akan rusak pada suhu tinggi. Biasanya enzim bersifat nonaktif pada
suhu rendah (0°C atau di bawahnya), tetapi tidak rusak. Jika
suhunya kembali normal enzim mampu bekerja kembali.
Sementara pada suhu tinggi, enzim rusak dan tidak dapat berfungsi
kembali.
pH
Enzim bekerja optimal pada pH tertentu, umumnya pada pH netral.
Pada kondisi asam atau basa, kerja enzim terhambat. Agar enzim
dapat bekerja secara maksimal, pada penelitian/percobaan yang
menggunakan enzim, kondisi pH larutan dijaga agar tidak berubah,
yaitu dengan menggunakan larutan penyangga (buffer)
Hasil akhir
Kerja enzim dipengaruhi hasil akhir. Hasil akhir yang menumpuk
menyebabkan enzim sulit “bertemu’ dengan substrat. Semakin
menumpuk hasil akhir, semakin lambat kerja enzim.
13
Zat penghambat
Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut zat penghambat
atau inhibitor. Zat tersebut memiliki struktur seperti enzim yang
dapat masuk ke substrat, atau ada yang memiliki struktur seperti
substrat sehingga enzim salah masuk ke penghambat tersebut. Hal
ini dapat dijelaskan sebagai berikut: semisal enzim itu anak kunci,
terdapat zat penghambat (inhibitor) yang: strukturnya mirip anak
kunci (enzim), sehingga zat penghambat itu dapat masuk ke dalam
gembok kunci (substrat), bentuknya mirip gembok kunci (substrat),
sehingga enzim sebagai anak kunci “keliru masuk ” ke anak kunci
palsu.
14
media cair. Dalam ekstraksi enzim dari tanaman digunakan bufer untuk
mempertahankan harga pH. Beberapa pH yang dapat digunakan misal: bufer
tris-hidroksimetil amino metan, bufer glisin dan bufer fosfat (Joseph, at all,
1994).
b. Filtrasi
Dasar pemisahan adalah ukuran partikel. Efisiensinya dibatasi oleh:
- Bentuk partikel
- Kemampuan partikel menahan tekanan
- Kekentalan fasa cair
c. Sentrifugasi.
Metode sentrifugasi merupakan cara pemisahan enzim dari partikel-
partikel lain yang tidak dikehendaki. Semakin kecil partikel, kecepatan
sentrifugasi yang diperlukan semakin besar. Pemisahan dilakukan sentrifugasi
pada kecepatan dan gaya berat tertentu sehingga sel-sel mikroorganisme
mengendap dan supernatant merupakan cairan yang berisi enzim. Dasar
pemisahan secara sentrifuge yaitu:
- Perbedaan antara fasa cair dan padat
- Ukuran partikel,
- Berat jenis partikel,
- Berat jenis bahan cair/larutan,
- Jari-jari sentrifus.
15
Penelitian awal tentang isolasi dan karakterisasi suatu strain Bacillus baru
yang berasosiasi dengan spons Mediterranean yaitu Aplysina aerophoba yang
menghasilkan enzim penting seperti lipase dan esterase (Brusca dan Brusea,
1999). Spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang
yang mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan. Hewan laut
ini mengandung senyawa aktif yang persentase keaktifannya lebih besar
dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat,
(Astuti, P., 2003).
Spons adalah hewan berpori yang termasuk filterfeeder yaitu hewan yang
memiliki cara makan dengan menyaring air laut yang mengandung makanan
melalui pori-pori (ostium). Makanan porifera berupa mikroorganisme atau sisa
organisme mati yang berada di kolom air. Selain sebagai makanan
mikroorganisme juga dapat menjadi simbion dengan menggunakan tubuh spons
sebagai inangnya, untuk tempat hidup dan perlindungan. Sedangkan
mikroorganisme dapat memberikan kontribusi untuk pertahanan inangnya dengan
eksresi antimikroba dan substansi bioaktif lainnya. Organisme laut yang sesil
seperti spons diperkirakan sangat bergantung pada mekanisme pertahanan kimia
untuk melawan hewan-hewan predator dan perlekatan dari mikroorganisme
pathogen, (Abubakar, 2011).
Kelimpahan jenis bakteri yang diisolasi dari spons pada umumnya
didominasi oleh bakteri Aeromonas, Flavobacterium, Vibrio sp, Pseudomonas sp,
Acinobacter dan Bacillus sp., (Brusca GJ. 1999). Pemeriksaan secara acak
terhadap berbagai koloni dan pengamatan mikroskopis langsung menunjukkan
bahwa 95% bakteri laut bersifat Gram negatif. Bakteri laut sebagian besar
bergerak secara aktif. Bakteri laut mempunyai kemampuan mencerna hampir
semua senyawa organik dan sebagian besar senyawa anorganik akan mengalami
perubahan akibat kegiatan bakteri laut.
Secara umum bakteri laut lebih kuat dalam hal mencerna protein dari pada
karbohidrat. Perlu diketahui pula bakteri laut sangat peka terhadap turun atau
naiknya salinitas larutan. Bakteri mampu berinteraksi dengan berbagai organisme
laut, sehingga tidak ada satupun organisme laut yang bebas dari interaksi dengan
bakteri. Salah satu bentuk interaksi bakteri ialah interaksi hubungan trofik yaitu
16
interaksi bakteri baik yang hidup bebas maupun yang berada dalam partikel
merupakan sumber makanan organisme laut mulai dari ciliata, spons,
coelenterata hingga polychaeta, molusca, crustacea, holothurian dan tunicata.
1. Cara pengendapan dalam garam organik (salting out) atau pelarut organik
(aseton),
17
tertinggal dalam produk tinggi dan kurang efisien dalam menghilangkan
pencemar.
18
Tujuan yang ingin dicapai dalam pemurnian enzim adalah mengisolasi
enzim spesifikasi dan ekstra sel “Mentah” (crude) yang mengandung banyak
komponen lain. Molekul-molekul kecil dapat disingkirkan lewat dialysis atau
filtrasi gel, asam nukleat melalui pngendapan dengan antibiotik streptomisin,
dan seterusnya. Permaslahannya adalah memisahkan enzim yang kita
kehendaki dari ratusan protein yang mempunyai stuktur kimia dan fisika yang
serupa. Perjalanan suatu pemurnian tipikal dan enzim hati dengan pemulihan
yang baik serta pemurnian keseluruhan yang besarnya mencapai 490 kali lipat.
19
diharapkan. Saat ini enzim yang banyak digunakan untuk diaplikasikan secara
komersial dalam proses industri adalah kelompok enzim hidrolase.
Enzim dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya enzim dari
mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan sumber untuk menghasilkan enzim
yang potensial karena mampu berkembang dengan cepat, mempunyai berbagai
jenis aktivitas enzim dan hidup pada kondisi-kondisi ekstrim seperti pada sedimen
dan perairan laut (Gray dan Elliott, 2009).
a. Protein dari biota laut dan petensinya dalam industri protein dari yang
menggunakan teknologi biota laut nano-silika
20
mengindikasikan bahwa, eksplorasi terhadap protein dari biota laut
menjadi sangat penting untuk mendapat protein dengan kemampuan
biosilifikasi skala nano dengan pola unik atau pola tertentu seperti yang
kita kehendaki untuk aplikasi industri nantinya.
21
II. 5 Aplikasi Isolasi dan Pemurnian Enzim
22
3. Isolasi Enzim Bromelain dengan Menggunakan Aseton
Langkah kerja isolasi enzim bromelain dengan menggunakan aseton
secara sederhana adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan dan membersihkan nenas (batang, buah) dan
memotongnya menjadi bagian yang kecil.
b. Memblender bagian tersebut dengan menambahkan es batu (kalau
ada) agar enzim tidak rusak
c. Memisahkan filtrat dari ampas dengan penyaringan.
d. Mendinginkan filtrat selama 3 jam
e. Larutan ditambahkan aseton dingin dengan kadar 30%, 50% dan
70 %.
f. Di endapkan dengan menggunakan sentrifuge selama 15 atau 30
menit
g. Memisahkan endapan yang terbentuk. Filtrat ditambahkan
ammonium sulfat dengan kadar 40% dan disentrifuge sehingga di
dapat endapan kedua. Kemudian filtrat ditambahkan ammonium
sulfat dengan kadar 60% dan kemudian di sentrifuge
h. Endapan kemudian di uji kadar proteinnya. Penentuan kadar
protein enzim dari endapan yang terbentuk dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang tertentu.
4. Isolasi Enzim Bromelain dengan Menggunakan Ammonium Sulfat
Isolasi dengan menggunakan ammonium sulfat secara sederhana
adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan dan membersihkan nenas
b. Memotong nenas dan menambahkan buffer posfat dengn pH 7
kemudian di blender.
c. Menyaring dan mengambil filtrat dan mendinginkannya selama
15 menit.
d. Menambahkan ammonium sulfat dengan kadar 20% kemudian
didinginkan selama 15 menit.
e. Larutan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm
dan suhu 0 0C.
23
f. Memisahkan endapan yang terbentuk. Filtrat ditambahkan
ammonium sulfat dengan kadar 40% dan disentrifuge sehingga
didapat endapan kedua. Kemudian filtrat ditambahkan ammonium
sulfat dengan kadar 60% dan kemudian di sentrifuge
b. Endapan kemudian di uji kadar proteinnya.
24
BAB III
Penutup
II.1 Kesimpulan
Enzim adalah senyawa protein yang dapat mengatalisi reaksi-reaksi kimia dalam
sel dan jaringan makhluk hidup. Enzim merupakan biokatalisator artinya senyawa
organic yang mempercepat reaksi kimia. Enzim merupakan unit fungsional yang berperan
mengkatalisis reaksi-reaksi dalam metabolisme sel dan reaksi-reaksi lain dalam tubuh.
Enzim dapat diperoleh dengan mengisolasi dari sumbernya. Metode isolasi enzim yang
sering digunakan adalah ekstraksi, koagulasi, sentrifugasi, filtrasi, dan kromatografi.
Pemurnian merupakan tahap yang penting setelah enzim diisolasi. Pemurnian enzim
dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan pelarut organik, gel filtrasi
atau menggunakan garam.
25
DAFTAR PUSTAKA
Putri, Yunita S. 2014. Skrining dan Uji Aktivitas Enzim Protease Bakteri dari Limbah
Rumah Pemotongan Hewan. Bab II.
http://repository.unair.ac.id/25635/14/14.%20Bab%202.pdf
26
PERTANYAAN DAN JAWABAN DISKUSI
27