Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH DASAR-DASAR BIOKIMIA

Isolasi, Pemurnian, dan Penerapan Enzim dari Biota Laut

Kelompok 4

Nidha Fathurahmy L011171301


Muhammad Mahdar L011191006
Muhammad Luthfy Shafwan L011191019
Muhammad Hadi L011191054
Musdalifa L011191059
Nur Afifah Nawing L011191068
Muhammad Jihad Al Munawwir.Y L011191095
Nugraha Ali Dimyati L011191126

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSIRTAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
Makalah yang berjudul “Isolasi, Pemurnian, dan Penerapan Enzim dari Biota
Laut” dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan maupun kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan memberikan pengetahuan.

Bekasi, 20 September 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………….2

Daftar Isi………………………………………………………………………..….3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………4

I.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 4

I.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….5

I.3. Tujuan …………………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………...…………..6

II.1 Definisi Enzim ……………………………………………………….....6

II.2 Isolasi Enzim …………………………………………………………..14

II.3 Pemurnian Enzim ……………………………………………………...17

II.4 Penerapan Enzim pada Biota Laut …………………………….............19

II.5 Aplikasi Isolasi dan Pemurnian Enzim ………………………….........22

BAB III PENUTUP………………………………………………………...........25

III.1 Kesimpulan …………………………………………………………...25

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sel hidup ibarat pabrik kimia yang bergantung pada energi yang harus
mengikuti berbagai kaidah kimia. Reaksi kimia yang memungkinkan adanya
kehidupan disebut metabolisme. Terdapat ribuan reaksi berkesinambungan yang
teijadi di dalam setiap sel, sehingga metabolisme merupakan reaksi yang
menakjubkan. Agar sel berfungsi dan berkembang dengan sebagaimana
mestinya,lintasan metaboliknya harus diatur dengan seksama.

Sel dapat mengatur lintasan metabolik yang mana yang beijalan, dan
seberapa cepat, dengan cara memproduksi katalis yang tepat yang dinamakan
ENZIM, dalamjumlah yang sesuaidan pada saat diperlukan. Hampir semua reaksi
kimia kehidupan berlangsung sangat lambat tanpa katalis, dan enzim merupakan
katalis yang lebih khas dan lebih kuat dibandingkan dengan ion logam atau
senyawa anorganik lainnya yang dapat diserap tumbuhan dari tanah.

Di dalam sel enzim tidak terdistribusi merata di seluruh plasma, namun


terkonsentrasi pada organela-organela tempat terjadinya reaksi. Misalnya enzim
yang berkaitan dengan reaksi Calvin dan Krebs berkumpul di mitokondria dan
kloropas. Enzim yang dibutuhkan dalam sitesis DNA dan RNA serta untuk proses
mitosis terdalam didalam inti sel. Enzim-enzim di dalam sel akan beberja secara
berkesinambungan. Artinya produk suatu tahap reaksi akan dibebaskan pada
tempat dimana produk ini dapat segera dikonversi oleh enzim lain berikutnya.

Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh


sel. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme
dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka
reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.
Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/
nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh
energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan,
dan lain-lain.

Selain dimanfaatkan sebagai biokatalisataor, enzim banyak berperan


dalam industri komersial dalam bidang pangan maupun medis dan farmakologi.
Untuk mendapatkan suatu produk yang maksimal, maka dalam setiap kali reaksi
biologis digunakan enzim untuk mempermudah proses maupun menghemat biaya
produksi suatu proses.

4
Untuk memproduksi enzim dalam jumlah besar dan mempunyai aktivitas
yang tinggi, perlu diperhatikan faktor-faktor penting seperti kondisi pertumbuhan,
cara isolasi, cara pemurnian serta jenis substrat yang digunakan agar diperoleh
enzim dengan tingkat kemurnian tinggi.

I.1 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Definisi Enzim


2. Menjelaskan Isolasi Enzim
3. Menjelaskan Pemurnian Enzim
4. Menjelaskan Penerapan Enzim pada Biota Laut
I.2 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi Enzim

2. Untuk Mengetahui Isolasi Enzim

3. Untuk Mengetahui Pemurnian Enzim

4. Untuk Mengetahui Penerapan Enzim pada Biota Laut

5
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi Enzim

Enzim merupakan katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengurangi


dampak pencemaran lingkungan dan pemborosan energi karena reaksinya tidak
membutuhkan energi, bersifat spesifik dan tidak beracun. Enzim telah
dimanfaatkan secara luas pada berbagai industri produk pertanian, kimia dan
industri obat-obatan. Tiga sifat utama dari biokatalisator adalah menaikkan
kecepatan reaksi, mempunyai kekhususan dalam reaksi dan produk serta kontrol
kinetik (Akhdiya, 2003).

Enzim memegang peranan penting dalam proses pencernaan makanan


maupun proses metabolisme zat-zat makanan dalam tubuh. Fungsi enzim adalah
mengurangi energi aktivasi, yaitu energi yang diperlukan untuk mencapai status
transisi (suatu bentuk dengan tingkat energi tertinggi) dalam suatu reaksi kimiawi.
Suatu reaksi yang di katalisis oleh enzim mempunyai energi aktivasi yang lebih
rendah, dengan demikian membutuhkan lebih sedikit energi untuk
berlangsungnya reaksi tersebut.

Enzim merupakan unit fungsional yang berperan mengkatalisis reaksi-


reaksi dalam metabolisme sel dan reaksi-reaksi lain dalam tubuh. Spesifikasi
enzim terhadap substratnya teramat tinggi dalam mempercepat reaksi kimia tanpa
produk samping (Lehninger, 1992).

Molekul selalu bergerak dan bertumbukan satu sama lain. Jika suatu molekul
substrat menumbuk molekul enzim yang tepat, maka akan menempel pada
enzim.Tempat menempelnya molekul substrat pada enzim disebut sisi aktif.
Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul produk.

Secara kimia, enzim yang lengkap (holoenzim) tersusun atas dua bagian,
yaitu bagian protein dan bagian yang bukan protein. Bagian protein disebut
apoenzim, bersifat labil (mudah berubah), misalnya terpengaruh oleh suhu dan

6
keasaman. Bagian yang bukan proteindisebut gugus prostetik (aktif), terdiri atas
kofaktor atau koenzim. Kofaktor berasal dari molekul anorganik, yaitu logam,
misalnya besi, tembaga, dan seng. Sedangkan koenzim merupakan gugus prostetik
terdiri atas senyawa organik kompleks, misalnya NADH, FADH, koenzim A, dan
vitamin B.

Enzim juga memerlukan tambahan komponen kimia dalam aktivitasnya


yang disebut dengan kofaktor dan koenzim. Kofator merupakan suatu molekul
anorganik seperti ion Fe2+, Mn2+ atau Zn2+ yang terikat lemah pada apoenzim.
Sedangkan koenzim adalah molekul organik kompleks yang terikat kuat
pada apoenzim. Apoenzim adalah bagian enzim yang berupa protein yang bersifat
tidak tahan panas. Enzim yang mempunyai struktur sempurna dan aktif
mengkatalisis reaksi bersama dengan koenzim disebut holoenzim. (Lehninger,
1982).

a. Apoenzim

Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas,
dan berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang
sama dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari enzimnya.

b. Koenzim

Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada


apoenzim. Akan tetapi, koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari
apoenzim. Koenzim bersifat termostabil (tahan panas), mengandung ribose dan
fosfat. Fungsinya menentukan sifat dari reaksinya. Misalnya, Apabila koenzim
NADP (Nicotiamida Adenin Denukleotid Phosfat) maka reaksi yang terjadi
adalah dehidrogenase. Disini NADP berfungsi sebagai akseptor hidrogen.

Koenzim dapat bertindak sebagai penerima/akseptor hidrogen, seperti


NAD atau donor dari gugus kimia, seperti ATP (Adenosin Tri Phosfat).

7
1.1 klasifikasi Enzim

a. Protease
Enzim ini merupakan enzim proteolitik (suatu enzim yang dapat
memecahkan protein).
b. Amylase
Amylase merupakan suatu enzim Carbohydrolitic (suatu enzim yang dapat
memecahkan karbohidrat)
c. Invertase
Invertase merupakan suatu enzim Disakaridase yang berfungsi untuk
memecahkan Sukrosa menjadi Glukosa & Fruktosa, sehingga dapat
meningkatkan pemakaian gula-gula ini.
d. Alpha-galactosidase
Merupakan enzim yang dapat menghidrolisis gula kompleks
(oligosakarida), dimana gula ini banyak terdapat pada sayur-sayuran, dan
sejenis padi-padian. Kelompok gula seperti : Raffinose, Stachyose, dan
Verbascose tidak dapat dicerna oleh manusia karena manusia tidak dapat
menghasilkan Alpha-Galactosidase, yang diperlukan untuk memecahkan
kelompok gula tersebut. Akibatnya, tubuh tidak dapat menyerapnya
sehingga gula-gula tersebut akan menetap dalam usus. Didalam usus, gula
tersebut difermentasi oleh bakteri normal dalam usus bagian bawah dan
sebagai hasil fermentasinya adalah terbentuknya gas dalam usus. Inilah
yang menyebabkan rasa kembung sedangkan Alpha-Galactosidase ini
membatasi pembentukan gas dalam usus dengan cara meningkatkan
pemecahan karbohidrat ini sebelum mencapai usus bagian bawah.
e. Lipase
Merupakan enzim yang digunakan untuk mencernakan lemak (trigliserida)
menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
f. Cellulase
Enzim yang tidak ditemukan dalam tubuh manusia, dimana enzim ini
digunakan untuk memecahkan ikatan yang ditemukan dalam serat. Dengan
memisahkan struktur matriks serat yang membungkus zat-zat gizi pada

8
tanaman, Cellulase meningkatkan nilai gizi buah-buahan dan sayur-
sayuran.
g. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Pepsin
bertanggungjawab atas pemecahan sekitar 10% protein. pepsin merupakan
satu-satunya enzim yang mencerna kolagen, yang merupakan suatu protein
dan kandungan utama dari daging.
h. Enzim proteolitik
Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat
digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. enzim ini
hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
i. Enzim pankreatik.
Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat
dan lemak. Enzim-enzim tersebut antara lain lipase (mengurai lemak),
amilase (mengurai karbohidrat), dan protease (mengurai protein).
j. Lisosim ,
Suatu enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri dan virus yang
merugikan. Zat ini terdapat dalam jumlah 300 kali lebih banyak pada ASI
daripada susu sapi. Enzim ini antara lain aktif mengatasi bakteri E. coli
dan Salmonella
k. Enzim pemecah protein
Enzim pemecah protein (enzim protease) menjadi komponen penyusunnya
yaitu asam amino. Asam amino inilah yang kemudian diserap tubuh

1.2 5. Cara kerja enzim

Molekul selalu bergerak dan bertumbukan satu sama lain. Jika suatu molekul
substrat menumbuk molekul enzim yang tepat, maka akan menempel pada
enzim.Tempat menempelnya molekul substrat pada enzim disebut sisi aktif.
Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul produk. Ada 2 teori mengenai
kerja enzim, yaitu:

a. Teori gembok anak kunci (key-lock)


Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu
jenis substrat saja. Substrat sesuai dengan sisi aktif seperti gembok kunci

9
dengan anak kuncinya. Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik.
Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif
berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai
pengaruh yang sama.
b. Teori cocok terinduksi (induced fit).
Sisi aktif enzim lebih fleksibel dalam menyesuaikan struktur substrat. Ikatan
antara enzim dan substrat dapat berubah menyesuaikan dengan substrat.

Aktivitas dari enzim dalam mengkatalis reaksi dipengaruhi oleh beberapa


faktor, diantaranya adalah:
a. Konsentrasi enzim
Pada konsentrasi substrat tertentu kecepatan reaksi enzimatis
bertambah pada saat bertambahnya konsentrasi enzim dan akan
konstan pada konsentrasi enzim tertentu.
b. Konsentrasi substrat
Pada saat konsentrasi enzim konstan bertambahnya konsentrasi
substrat meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis. Pada
konsentrasi tertentu tidak terjadi peningkatan kecepatan reaksi
walaupun konsentrasi substrat ditambah. 
c. Suhu
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, pada suhu
tinggi secara umum reaksi kimia berlangsung cepat. Pada suhu
optimum kecepatan reaksi enzimatis adalah optimum. Pada suhu
melewati suhu optimumnya dapat menyebabkan terjadinya
denaturasi enzim sehingga menurunkan kecepatan reaksi.
d. Ph
Struktur enzim dipengaruhi oleh pH lingkungannya. Enzim dapat
bermuatan positif, negatif atau bermuatan ganda (zwitter ion).
Perubahan  pH lingkungan berpengaruh pada aktivitas sisi aktif
dari enzim.
e. Inhibitor

10
Merupakan zat yang dapat menghambat kerja enzim. Bersifat
reversible dan irreversible. Inhibitor reversible dibedakan menjadi
inhibitor kompetitif dan nonkompetitif  Keberadaan inhibitor akan
menurunkan kecepatan reaksi enzimatis. Inhibitor dapat
membentuk kompleks dengan enzim baik pada sisi aktif enzim
maupun bagian lain dari sisi aktif enzim. Terbentuknya kompleks
enzim inhibitor akan menurunkan aktivitas enzim terhadap
substratnya (Poejiadi, 1994).

Peranan inhibitor dalam reaksi:

a. Inhibitor reversible bersaing (kompetitif), bentuk mirip dengan substrat


dan dapat berikatan dengan bagian aktif enzim sehingga tidak terjadi
reaksi. Menghambat kerja enzim dengan menempati sisi aktif enzim.
Inhibitor ini besaing dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif
enzim. Pengambatan bersifat reversibel (dapat kembali seperti semula)
dan dapat dihilangkan dengan menambah konsentrasi substrat. Inhibitor
kompetitif misalnya malonat dan oksalosuksinat, yang bersaing dengan
substrat untuk berikatan dengan enzim suksinat dehidrogenase, yaitu
enzim yang bekerja pada substrat oseli suksinat.
b. Inhibitor reversible tidak bersaing (nonkopetitif), berikatan dengan bagian
tidak aktif dari enzim sehingga tidak terjadi reaksi. Inhibitor ini biasanya
berupa senyawa kimia yang tidak mirip dengan substrat dan berikatan
pada sisi selain sisi aktif enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan
bentuk enzim sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan
substratnya. Contohnya antibiotik penisilin menghambat kerja enzim
penyusun dinding sel bakteri. Inhibitor ini bersifat reversible tetapi tidak
dapat dihilangkan dengan menambahkan konsentrasi substrat.
c. Inhibitor irreversible, dapat berikatan dengan enzim dan menyebabkan
enzim berubah bentuk sehingga aktivitas katalitik enzim
menurun. Inhibitor ini berikatan dengan sisi aktif enzim secara kuat
sehingga tidak dapat terlepas. Enzim menjadi tidak aktif dan tidak dapat

11
kembali seperti semula (irreversible). Contohnya, diisopropilfluorofosfat
yang menghambat kerja asetilkolin-esterase.
d. Inhibitor Alosterik, dapat berikatan dengan enzim dan bagian aktif enzim
berubah bentuk sehingga ikatan antara enzim dan substrat tidak terbentuk.

1.3 Ciri-ciri Enzim

a. Protein
Sebagian besar enzim (kecuali ribozime), adalah protein. Dengan
demikian sifat-sifat yang dimilikinya sama dengan sifat sifat protein, yaitu:
menggumpal pada suhu tinggi dan terpengaruh oleh Ph
b. Bekerja secara khusus
Enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu, dan tidak dapat
mempengaruhi reaksi lainnya. Sebagai contoh: di dalam usus rayap
terdapat protozoa yang menghasilkan enzim selulase sehingga rayap dapat
hidup dengan makan kayu karena dapt mencerna selulosa (salah satu jenis
karbohidrat/polisakarida). Sebaliknya manusia tidak dapat mencerna kayu,
meskipun mempunyai enzim amilase, yaitu enzim yang dapat mencerna
amilum/pati (yang juga merupakan jenis polisakarida). Enzim amilase dan
selulase masing-masing bekerja secara khusus.
c. Dapat digunakan berulang kali
Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada
saat terjadi reaksi. Meskipun dalam jumlah sedikit, adanya enzim dalam
suatu reaksi yang dikatalisirnya akan mempercepat reaksi, karena enzim
yang telah bekerja dalam reaksi tersebut dapat digunakan kembali.
d. Rusak oleh panas
Enzim adalah suatu protein yang dapat rusak oleh panas disebut
denaturasi. Kebanyakan enzim rusak pada suhu di atas 50°C. Reaksi kimia
akan meningkat dua kali lipat dengan kenaikan suhu sebesar 10oC.
Kenaikan suhu di atas suhu 50°C tidak dapat meningkatkan reaksi yang
dikatalisir oleh enzim, tetapi justru menurunkan atau menghentikan reaksi
tersebut. Hal ini disebabkan enzimnya rusak sehingga enzim tersebut tidak
dapat bekerja. Demikian juga apabila kita memesan enzim-enzim dari

12
perjalanan, dan enzim tersebut disimpan dalam lemari es. Suhu rendah
tidak merusak enzim tetapi hanya menonaktifkannya saja.
e. Diperlukan dalam jumlah sedikit
Oleh karena enzim berfungsi sebagai mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut
bereaksi, maka jumlah yang dipakai sebagai katalis tidak perlu banyak.
Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali, selama molekul tersebut
tidak rusak.
f. Dapat bekerja bolak-balik
Umumnya enzim dapat bekerja secara bolak-balik. Artinya, suatu enzim
dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain,
dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu
menjadi senyawa semula.
g. Dipengaruhi lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh pada kerja enzim adalah suhu, pH, hasil
akhir, dan zat penghambat.
 Suhu
Enzim bekerja optimal pada suhu 30°C atau pada suhu tubuh dan
akan rusak pada suhu tinggi. Biasanya enzim bersifat nonaktif pada
suhu rendah (0°C atau di bawahnya), tetapi tidak rusak. Jika
suhunya kembali normal enzim mampu bekerja kembali.
Sementara pada suhu tinggi, enzim rusak dan tidak dapat berfungsi
kembali.
 pH
Enzim bekerja optimal pada pH tertentu, umumnya pada pH netral.
Pada kondisi asam atau basa, kerja enzim terhambat. Agar enzim
dapat bekerja secara maksimal, pada penelitian/percobaan yang
menggunakan enzim, kondisi pH larutan dijaga agar tidak berubah,
yaitu dengan menggunakan larutan penyangga (buffer)
 Hasil akhir
Kerja enzim dipengaruhi hasil akhir. Hasil akhir yang menumpuk
menyebabkan enzim sulit “bertemu’ dengan substrat. Semakin
menumpuk hasil akhir, semakin lambat kerja enzim.

13
 Zat penghambat
Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut zat penghambat
atau inhibitor. Zat tersebut memiliki struktur seperti enzim yang
dapat masuk ke substrat, atau ada yang memiliki struktur seperti
substrat sehingga enzim salah masuk ke penghambat tersebut. Hal
ini dapat dijelaskan sebagai berikut: semisal enzim itu anak kunci,
terdapat zat penghambat (inhibitor) yang: strukturnya mirip anak
kunci (enzim), sehingga zat penghambat itu dapat masuk ke dalam
gembok kunci (substrat), bentuknya mirip gembok kunci (substrat),
sehingga enzim sebagai anak kunci “keliru masuk ” ke anak kunci
palsu.

II.2 Isolasi Enzim

Untuk memproduksi enzim dalam jumlah besar dan mempunyai aktivitas


yang tinggi, perlu diperhatikan faktor-faktor penting seperti kondisi pertumbuhan,
cara isolasi, serta jenis substrat yang digunakan. Kondisi pertumbuhan yang
menunjang produksi enzim secara maksimal adalah pH, suhu inkubasi, waktu
inkubasi, dan komposisi media pertumbuhan harus mengandungsumber energi,
sumber karbon, sumber nitrogen dan mineral (Wang, 1979)
Enzim dapat diperoleh dengan mengisolasi dari sumbernya. Enzim yang
telah diisolasi ini dapat dimanfaatkan lebih lanjut dalam bidang industri maupun
kesehatan Untuk mengeluarkan enzim dari sumbernya perlu dilakukan isolasi
yang dapat dilakukan cara.
Metode isolasi enzim yang sering digunakan adalah ekstraksi, koagulasi,
sentrifugasi, filtrasi, dan kromatografi (Susi, 2002).
a. Ekstraksi
Metode ekstraksi enzim ditentukan oleh jenis sumbernya. Enzim yang
terdapat pada tepung biji-bijian diekstraksi dengan cara mencampur pada
media cair kemudian diaduk, enzim dari bagian tanaman yang bersifat lunak
diekstraksi dengan dipotong kecil-kecil, dipres kemudian disaring dengan
kain, sedangkan untuk mengekstrak enzim dari daun dan biji-bijian dengan
cara digiling, dihomogenasi dalam media cair atau langsung diblender dalam

14
media cair. Dalam ekstraksi enzim dari tanaman digunakan bufer untuk
mempertahankan harga pH. Beberapa pH yang dapat digunakan misal: bufer
tris-hidroksimetil amino metan, bufer glisin dan bufer fosfat (Joseph, at all,
1994).
b. Filtrasi
Dasar pemisahan adalah ukuran partikel. Efisiensinya dibatasi oleh:
- Bentuk partikel
- Kemampuan partikel menahan tekanan
- Kekentalan fasa cair
c. Sentrifugasi.
Metode sentrifugasi merupakan cara pemisahan enzim dari partikel-
partikel lain yang tidak dikehendaki. Semakin kecil partikel, kecepatan
sentrifugasi yang diperlukan semakin besar. Pemisahan dilakukan sentrifugasi
pada kecepatan dan gaya berat tertentu sehingga sel-sel mikroorganisme
mengendap dan supernatant merupakan cairan yang berisi enzim. Dasar
pemisahan secara sentrifuge yaitu:
- Perbedaan antara fasa cair dan padat
- Ukuran partikel,
- Berat jenis partikel,
- Berat jenis bahan cair/larutan,
- Jari-jari sentrifus.

Penelitian terhadap organisme yang ada di lautan khususnya dalam kaitan


dengan pencarian senyawa bioaktif dan enzim-enzim penting masih dalam tahap
permulaan. Telah diketahui bahwa laut menyimpan kekayaan alam dan manfaat
yang sangat besar. Salah satu kekayaan alam laut yang cukup banyak terdapat di
perairan Indonesia, seperti di perairan Jawa, Sumatera, Sulawesi, Papua,
Kalimantan dan lainnya, adalah jenis spons. Spons merupakan salah satu
organisme hidup yang sudah ada sejak 600 juta tahun yang lalu. Spons dapat
berasosiasi dengan sejumlah besar mikroorganisme berbeda meliputi
Cyanobacteria, bakteri heterotrofik, alga uniseluler dan zoochlorellae, (Kuniawan.
A., 2012).

15
Penelitian awal tentang isolasi dan karakterisasi suatu strain Bacillus baru
yang berasosiasi dengan spons Mediterranean yaitu Aplysina aerophoba yang
menghasilkan enzim penting seperti lipase dan esterase (Brusca dan Brusea,
1999). Spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang
yang mempunyai potensi bioaktif yang belum banyak dimanfaatkan. Hewan laut
ini mengandung senyawa aktif yang persentase keaktifannya lebih besar
dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat,
(Astuti, P., 2003).
Spons adalah hewan berpori yang termasuk filterfeeder yaitu hewan yang
memiliki cara makan dengan menyaring air laut yang mengandung makanan
melalui pori-pori (ostium). Makanan porifera berupa mikroorganisme atau sisa
organisme mati yang berada di kolom air. Selain sebagai makanan
mikroorganisme juga dapat menjadi simbion dengan menggunakan tubuh spons
sebagai inangnya, untuk tempat hidup dan perlindungan. Sedangkan
mikroorganisme dapat memberikan kontribusi untuk pertahanan inangnya dengan
eksresi antimikroba dan substansi bioaktif lainnya. Organisme laut yang sesil
seperti spons diperkirakan sangat bergantung pada mekanisme pertahanan kimia
untuk melawan hewan-hewan predator dan perlekatan dari mikroorganisme
pathogen, (Abubakar, 2011).
Kelimpahan jenis bakteri yang diisolasi dari spons pada umumnya
didominasi oleh bakteri Aeromonas, Flavobacterium, Vibrio sp, Pseudomonas sp,
Acinobacter dan Bacillus sp., (Brusca GJ. 1999). Pemeriksaan secara acak
terhadap berbagai koloni dan pengamatan mikroskopis langsung menunjukkan
bahwa 95% bakteri laut bersifat Gram negatif. Bakteri laut sebagian besar
bergerak secara aktif. Bakteri laut mempunyai kemampuan mencerna hampir
semua senyawa organik dan sebagian besar senyawa anorganik akan mengalami
perubahan akibat kegiatan bakteri laut.
Secara umum bakteri laut lebih kuat dalam hal mencerna protein dari pada
karbohidrat. Perlu diketahui pula bakteri laut sangat peka terhadap turun atau
naiknya salinitas larutan. Bakteri mampu berinteraksi dengan berbagai organisme
laut, sehingga tidak ada satupun organisme laut yang bebas dari interaksi dengan
bakteri. Salah satu bentuk interaksi bakteri ialah interaksi hubungan trofik yaitu

16
interaksi bakteri baik yang hidup bebas maupun yang berada dalam partikel
merupakan sumber makanan organisme laut mulai dari ciliata, spons,
coelenterata hingga polychaeta, molusca, crustacea, holothurian dan tunicata.

II.3 Pemurnian Enzim

Menurut Dennision (2002), tahapan pemurnian enzim sangat erat


kaitannya dengan pemurnian protein. Dasar dari pemisahan ini adalah
memisahkan protein dari semua protein lain yang tidak diperlukan yang semuanya
berada pada material yang sama. Secara umum, pemurnian protein dapat
digolongkan dalam tiga tahapan yaitu: ekstraksi, fraksinasi dengan salting out dan
dialisis.

Metode – metode pemurnian enzim antara lain pengendapan, filtrasi


membran, kromatografi adsorbsi, kromatografi afinitas dan filtrasi gel.

Pemurnian merupakan tahap yang penting setelah enzim diisolasi.


Pemurnian enzim dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan
pelarut organik, gel filtrasi atau menggunakan garam (Collowick, 1995).

1. Cara pengendapan dalam garam organik (salting out) atau pelarut organik
(aseton),

Fraksinasi dengan garam berdasarkan pada sifat-sifat garam seperti


kelarutan dan keefektifannya dalam mengendapkan protein. Garam-garam
yang sangat efektif adalah garam-garam yang mengandung anion yang
bermuatan banyak seperti sulfat, fosfat dan sitrat. Garam yang paling sering
digunakan adalah garam amonium sulfat.

Amonium sulfat yang terlarut setelah proses fraksinasi dipisahkan dengan


cara dialisis. Prinsip dialisis adalah difusi garam amonium sulfat melalui
membran semipermeabel.

Penggunaan amonium sulfat untuk salting out memiliki keuntungan antara


lain harga relative murah, kelarutannya tinggi, pH larutan tidak berubah secara
ekstrem, dan tidak bersifat toksik. Kerugiannya ialah konsentrasi garam yang

17
tertinggal dalam produk tinggi dan kurang efisien dalam menghilangkan
pencemar.

Pengendapan protein dengan pelarut organik seperti aseton akan


menghasilkan produk dengan aktivitas tinggi, tetapi kondisi reaksi harus
dipertahankan pada suhu rendah (-5°C) untuk mencegah denaturasi protein.

Proses pemumian menyebabkan hilangnya kofaktor yang penting sehingga


menyebabkan hilangnya aktivitas enzim. Selain itu dapat pula terjadi
denaturasi protein akibat pengaruh suhu dan pH selama pemurnian
berlangsung.

2. Melalui membran ultrafiltrasi.

Membran ultrafiltrasi lebih kecil pengaruhnya terhadap denaturasi protein


dibandingkan presipitasi dengan polietilen glikol ataupun salting out. Selain
itu pemisahan enzim skala besar lebih menguntungkan melalui membrane
ultrafiltrasi dibandingkan sentrifugasi karena membutuhkan waktu dan biaya
lebih rendah.

Prinsip pemisahan dengan proses ultrafiltrasi ialah memisahkan komponen


berdasarkan bobot molekul. Meskipun retensi molekul merupakan fungsi dari
ukuran molekul, namun terbukti bobot molekul dapat digunakan sebagai
peubah yang lebih praktis, khususnya pada molekul dengan bobot molekul
tinggi. Setelah proses isolasi enzim akan diperoleh supernatant. Supematan
yang diperoleh dimurnikan dengan membran ultrafiltrasi dan hanya protein
yang berukuran lebih dari 30000 Dalton tertinggal di atas membran.

Pemurnian enzim melalui membran ultrafiltrasi menghasilkan enzim.


Enzim hasil membran ultrafiltrasi selanjutnya diendapkan dengan aseton
dingin (-20°C) dengan perbandingan 2 : 3. Pengadukan dilakukan selama 15
menit pada suhu 4°C dan selanjutnya diinkubasi semalam pada suhu 4°C.
Setelah disentrifugasi, endapan yang diperoleh dicuci dengan air suling untuk
menghilangkan sisa aseton. Endapan tersebut kemudian dilarutkan dengan
buffer fosfat sitrat pH 7.0

18
Tujuan yang ingin dicapai dalam pemurnian enzim adalah mengisolasi
enzim spesifikasi dan ekstra sel “Mentah” (crude) yang mengandung banyak
komponen lain. Molekul-molekul kecil dapat disingkirkan lewat dialysis atau
filtrasi gel, asam nukleat melalui pngendapan dengan antibiotik streptomisin,
dan seterusnya. Permaslahannya adalah memisahkan enzim yang kita
kehendaki dari ratusan protein yang mempunyai stuktur kimia dan fisika yang
serupa. Perjalanan suatu pemurnian tipikal dan enzim hati dengan pemulihan
yang baik serta pemurnian keseluruhan yang besarnya mencapai 490 kali lipat.

Enzim α-amilase (1,4-α-D-glukanohidrolase; EC 3.2.1.1) adalah enzim


ekstraselular yang mendegradasi ikatan α-1,4-glikosidik polisakarida pati
(Divakaran et al., 2011). Selain penggunaannya dalam hidrolisis pati, α-
amilase juga dimanfaatkan secara luas dalam dunia industri seperti fermentasi,
tekstil, kertas, obat-obatan, dan gula (Gupta et al. 2003).

Enzim α-amilase banyak diproduksi dari berbagai jenis bakteri, fungi,


tanaman, dan hewan baik yang berasal dari daratan maupun laut. Daerah
lautan yang meliputi 71 persen dari permukaan bumi memiliki sangat banyak
sumber enzim yang bermanfaat yang belum tereksplor.

Bakteria dan jamur dari laut menghasilkan enzim-enzim berbeda


bergantung dari habitat dan fungsi ekologi mereka. Enzim dari mikroba laut
menjadi poin yang sangat menarik dan telah menjadi perhatian para peneliti
mikroba dan beberapa enzim telah diisolasi dari air laut maupun sedimen laut
(Chandrasekaran & Kumar, 1997). Pemurnian parsial amilase Arthrobacter
arilaitensis dilakukan dengan cara pengendapan oleh aseton dan kromatografi
penukar ion (Akta prime plus). Pengendapan dengan aseton (Merck)
dilakukan pada konsentrasi 30 - 90%.

II.4 Penerapan Enzim

Enzim merupakan biokatalisator yang efektif, efisien dan selektif yang


akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata (Lehninger,
1995). Enzim mengkatalisis reaksi tanpa produk samping dan ramah lingkungan
sehingga enzim dapat dimanfaatkan untuk tujuan reaksi atau jenis produk yang

19
diharapkan. Saat ini enzim yang banyak digunakan untuk diaplikasikan secara
komersial dalam proses industri adalah kelompok enzim hidrolase.

Enzim hidrolase adalah enzim-enzim yang bekerja atau menguraikan suatu


substrat dengan menggunakan molekul air. Berdasarkan substratnya, enzim
hidrolase terbagi atas karbohidrase, esterase dan proteinase atau protein.
Beberapa enzim hidrolase yang banyak digunakan dalam proses industri adalah
enzim selulase, amilase, lipase dan protease.

Dalam proses industri enzim memiliki peranan penting, seperti enzim


selulase yang berperan dalam proses pembuatan zat kimia, pulp dan kertas, dan
farmasi. Amilase yang berperan dalam industri makanan, lipase yang berperan
dalam industri obat-obatan, pereaksi klinis, bahan tambahan makanan, sintesan
biopolimer, kosmetik dan berperan dalam produksi bioetanol serta protease yang
berperan dalam pengolahan pangan (Pastor et. al, 2001), penenunan (Helmann,
1995), penyamakan kulit, deterjen, textil dan pengolahan limbah cair. Pada tahun
2000, penjualan enzim merupakan peringkat yang tinggi dalam bidang
bioteknologi dan diperkirakan mencapai US$ 1,6 milyar (Pawiroharsono, 2008;
Sharma, 2001; Moon dan Parulekur, 1993).

Enzim dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya enzim dari
mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan sumber untuk menghasilkan enzim
yang potensial karena mampu berkembang dengan cepat, mempunyai berbagai
jenis aktivitas enzim dan hidup pada kondisi-kondisi ekstrim seperti pada sedimen
dan perairan laut (Gray dan Elliott, 2009).

a. Protein dari biota laut dan petensinya dalam industri protein dari yang
menggunakan teknologi biota laut nano-silika

Peranan protein dalam proses biosilifikasi menjadi semakin


penting seiring dengan potensi aplikasi protein tersebut dalam
memproduksi berbagai produk berbahan baku silika yang bersifat ramah
lingkungan. Protein tersebut bekerja seperti enzim dan menjadi cetakan,
dengan pola/tipe yang spesifik, tergantung dari jenis atau spesies biotanya,
yaitu diatom dan spons tersebut (bersifat genetik). Temuan tersebut

20
mengindikasikan bahwa, eksplorasi terhadap protein dari biota laut
menjadi sangat penting untuk mendapat protein dengan kemampuan
biosilifikasi skala nano dengan pola unik atau pola tertentu seperti yang
kita kehendaki untuk aplikasi industri nantinya.

Peran protein dalam proses pembentukan biosilika yang terjadi di


dalam tubuh beberapa biota laut telah menginspirasi peneliti untuk
mempelajari dan meniru teknologi tersebut untuk aplikasi industri. Dengan
proses biologi biasa, protein dari spikula spons dan dinding sel diatom
dapat berfungsi menjadi cetakan dan mendirect proses biosilika berskala
nano. Isolasi dan identifikasi protein tersebut, yang dilanjutkan dengan uji
coba proses biosilika secara in vitro, memperlihatkan potensi protein
tersebut sebagai biokatalis/agen biologi dalam sintesis silika.

Sintesis silika secara kimia, seperti dalam produksi bahan resin,


katalis, dll, selama ini dikenal merupakan proses yang tidak ramah
lingkungan dan boros energi (diperlukan suhu, pH dan tekanan tinggi).
Karena itu, eksplorasi dan riset lebih lanjut mengenai protein ini dirasa
sangat penting mengingat bahan dasar silika, termasuk didalamnya
teknologi nano, telah dipergunakan dalam berbagai bidang industri
termasuk diantaranya industri pangan, elektronika, otomotif, dan lain-lain.

b. Keefektifan ekstrak biota laut Alglaophenia terhadap aktifitas enzim


ekstraselluler dan kandungan ptotein Fusarium serta persentase busuk
batang vanili
Aktivitas enzim ekstraseluler Fusarium dan kandungan proteinnya
secara nyata menurun setelah diberi perlakuan konsentrasi ekstrak
Aglaophenia yang meningkat. Penurunanaktivitasenzimpatogentersebut
seiring dengan menurunnya persentase busuk batang pada tanaman vanili.
Keefektivan ekstrak tersebut terhadap Fusarium lebih tinggi dibandingkan
dengan mancozeb. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak hewan laut
Aglaophenia sp. sangat efektif sebagai fungisida untuk mengendalikan
Fusarium oxysporum penyebab busuk batang vanili.

21
II. 5 Aplikasi Isolasi dan Pemurnian Enzim

1. Isolasi Enzim Lipase


Langkah kerja isolasi enzim lipase secara sederhana adalah sebagai
berikut:
a. Diambil 100 ml inokulum dimasukkan pada erlenmeyer 1000 ml
yang berisi media fermentasi kemudian diinkubasi selama 24 jam
dengan pH 8 dan suhu 35ºC.
b. Setelah itu dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm
selama 15menit. Filtrat hasil sentrifugasi disebut ekstrak enzim
kasar.
c. Ekstrak kasar tersebut kemudiandipisahkan dari endapannya
kemudian ditentukan volume, kadar protein dengan Metode
Lowry,aktivitasnya dengan Metode titrimetri, dan uji esterifikasi.
2. Isolasi Enzim Papain Dari Getah Pepaya
a. Kumpulkan getah pepaya dan simpan dalam keadaan dingin ± 90
gr (dried powder)
b. Campur @30 gr getah pepaya kering dengan 1 gr celite, 1gr
cystein dan 10 ml aquadest.
c. Masing – masing campuran ditambahkan (NH4)2SO4 1 gr untuk
variabel A, 2 gr variabel B, tambahkan 2 gr NaCl untuk variabel C.
d. Aduk dengan magnetic stirer selama 20 menit pada suhu 40Oc.
Saring suspensi melalui kertas saring whattman. Suspensi dibuang
sedangkan filtrate dipisahkan.
e. Filtrat lalu dicentrifugasi 10’ dengan kecepatan sesuai variabel.
Didapat endapan sebesar a gram dan filtrat.
f. Filtrat lalu didiamkan satu malam di lemari es.
g. Saring filtrat dengan kertas saring whattman. Sehingga didapat
endapan sebesar b gram dan filtrat.
h. Apabila a + b > 1 gram, maka ambil 1 gr endapan dalam 10 ml
aquadest.
i. Apabila a + b < 1 gram, maka ambil 1 ml filtrat III lalu encerkan
sampai 10 ml.

22
3. Isolasi Enzim Bromelain dengan Menggunakan Aseton
Langkah kerja isolasi enzim bromelain dengan menggunakan aseton
secara sederhana adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan dan membersihkan nenas (batang, buah) dan
memotongnya menjadi bagian yang kecil.
b. Memblender bagian tersebut dengan menambahkan es batu (kalau
ada) agar enzim tidak rusak
c. Memisahkan filtrat dari ampas dengan penyaringan.
d. Mendinginkan filtrat selama 3 jam
e. Larutan ditambahkan aseton dingin dengan kadar 30%, 50% dan
70 %.
f. Di endapkan dengan menggunakan sentrifuge selama 15 atau 30
menit
g. Memisahkan endapan yang terbentuk. Filtrat ditambahkan
ammonium sulfat dengan kadar 40% dan disentrifuge sehingga di
dapat endapan kedua. Kemudian filtrat ditambahkan ammonium
sulfat dengan kadar 60% dan kemudian di sentrifuge
h. Endapan kemudian di uji kadar proteinnya. Penentuan kadar
protein enzim dari endapan yang terbentuk dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang tertentu.
4. Isolasi Enzim Bromelain dengan Menggunakan Ammonium Sulfat
Isolasi dengan menggunakan ammonium sulfat secara sederhana
adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan dan membersihkan nenas
b. Memotong nenas dan menambahkan buffer posfat dengn pH 7
kemudian di blender.
c. Menyaring dan mengambil filtrat dan mendinginkannya selama
15 menit.
d. Menambahkan ammonium sulfat dengan kadar 20% kemudian
didinginkan selama 15 menit.
e. Larutan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm
dan suhu 0 0C.

23
f. Memisahkan endapan yang terbentuk. Filtrat ditambahkan
ammonium sulfat dengan kadar 40% dan disentrifuge sehingga
didapat endapan kedua. Kemudian filtrat ditambahkan ammonium
sulfat dengan kadar 60% dan kemudian di sentrifuge
b. Endapan kemudian di uji kadar proteinnya.

24
BAB III
Penutup

II.1 Kesimpulan

Enzim adalah senyawa protein yang dapat mengatalisi reaksi-reaksi kimia dalam
sel dan jaringan makhluk hidup. Enzim merupakan biokatalisator artinya senyawa
organic yang mempercepat reaksi kimia. Enzim merupakan unit fungsional yang berperan
mengkatalisis reaksi-reaksi dalam metabolisme sel dan reaksi-reaksi lain dalam tubuh.
Enzim dapat diperoleh dengan mengisolasi dari sumbernya. Metode isolasi enzim yang
sering digunakan adalah ekstraksi, koagulasi, sentrifugasi, filtrasi, dan kromatografi.
Pemurnian merupakan tahap yang penting setelah enzim diisolasi. Pemurnian enzim
dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan pelarut organik, gel filtrasi
atau menggunakan garam.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ekowati Chasanah. 2007 . PROTEIN DARI BIOTA LAUT DAN POTENSINYA


DALAM INDUSTRI YANG MENGGUNAKAN TEKNOLOGI NANO-
SILIKA. 51-52. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/137-360-1 PB%20(1).pdf

Harahap, Fauziyah (2012) FISIOLOGI TUMBUHAN : SUATU PENGANTAR. Bab


VI.. http://digilib.unimed.ac.id/1641/80/Bab%20VI.pdf

I Ketut Suada. 2011. KEEFEKTIVAN EKSTRAK BIOTA LAUT


AGLAOPHENIA TERHADAP AKTIVITAS ENZIM EKSTRASELULER
DAN KANDUNGAN PROTEIN FUSARIUM SERTA PERSENTASE
BUSUK BATANG VANILI. 164. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/82167-ID-
keefektivan-ekstrak-biota-laut-aglaophen%20(1).pdf

Kamus Kimia. 2013. ISOLASI DAN PEMURNIAN ENZIM. Bab II .


http://kamuskimia29.blogspot.com/2013/12/isolasi-dan-pemurnian-
enzim.html

Kumar, P., R. Manorama, Z. Begum, & S. Shivaji. 2010. Arthrobacter antarcticus


sp. nov., Isolated from An Antarctic Marine Sediment. International Journal
Systimatic Evolution Microbiology. 60: 2263-2266.

Putri, Yunita S. 2014. Skrining dan Uji Aktivitas Enzim Protease Bakteri dari Limbah
Rumah Pemotongan Hewan. Bab II.
http://repository.unair.ac.id/25635/14/14.%20Bab%202.pdf

26
PERTANYAAN DAN JAWABAN DISKUSI

1. Jelaskan hubungan penelitian awal tentang isolasi dengan spons?


(L011191050)
Jawaban :
Hubungan strain bacillus dengan spons yaitu, strain bacillus itu bakteri,
dimana pada penelitian awal digunakan spons. bakteri yang diisolasi dari
spons pada umumnya didominasi oleh bakteri Aeromonas,
Flavobacterium, Vibrio sp, Pseudomonas sp, Acinobacter dan Bacillus sp.,
Bakteri ini mempunyai kemampuan mencerna hampir semua senyawa
organik dan sebagian besar senyawa anorganik.
2. pada metode isolasi enzim filtrasi, salah satu hal yang membatasi efisiensi
partikel adalah kemampuannya menahan tekanan. Pertanyaannya yaitu
dari mana sumber dari tekanan penghambat ini.
(L011191003)
Jawaban :
Isolasi artinya mengeluarkan enzim dari sumbernya. Tahap pertamanya
yaitu ekstraksi, ekstraksi dapat dilakukan dengan menghomogenkan
dengan media cair, setelah di ekstraksi, dilakukan filtrasi atau
penyaringan. Hasil ekstraksi tadi mengandung partikel partikel, dimana
partikel yang berhasil lolos pada proses ini yaitu partikel yang dapat
menahan tekanan. Menahan tekanan disini maksudnya kemampuan
partikel agar tidak terjadi difusi osmosis terhadap media di luarnya.
Tekanan bersumber dari inhibitor(penghambat), pH, suhu. Pengaruh suhu
dan pH selalu dijadikan parameter yang sangat penting dalam menentukan
aktivitas enzim.

27

Anda mungkin juga menyukai