Anda di halaman 1dari 14

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV (EMPAT)
 ANDI ADIYAKSA BAHAR
 ALDYA SALSABI SJAFII
 FAUZAN SIDDIQ
 ZASKIA AULIA RAUF
 A. ADETYA WULANDARI
 NURUL HIDAYAH PARAWANSYAH
 ADINDA DWI SALSABILA
 YONATAN GELO TANGKEALLO
 ANDI MUHAMMAD THALIL
 ANDI ALFIAH FAUZIYAH

DOSEN PENGAMPU:
drh. Dian Fatmawati, M.Biomed.

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page i


DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………. ii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………… 01
1.1. Latar Belakang………………………………………………... 01
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………. 02
1.3. Tujuan Penulisan……………………………………………… 02
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………. 03
2.1. Enzim sebagai Biokatalisator……………………………….… 03
2.2. Karakteristik Enzim………………………………...………… 03
2.3. Mekanisme Kerja Enzim……………………………………… 04
2.3.1. Teori Lock and Key……………………………………….. 05
2.3.2. Teori Induced-fit…………………………………………… 05
2.4. Enzim berdasarkan Tempat Kerjanya…………………….…… 06
2.4.1. Endoenzim………………………………………………… 06
2.4.2. Eksoenzim………………………………………………… 06
2.5. Sistem Reproduksi…………………………………….……… 06
2.5.1. Konsep Sistem Reproduksi……………………………….. 06
2.5.2. Reproduksi Aseksual……………………………………… 07
2.5.3. Reproduksi Seksual…………………………………...…… 07
2.6. Enzim yang Bekerja pada Sistem Reproduksi Hewan…….…. 07
2.6.1. Enzim Akrosin……………………………………….….… 07
2.6.2. Enzim Hyaluronidase……………………………………… 08
2.6.3. Enzim Steroidogenesis………………………………..…… 09
2.7. Gangguan yang Mengahambat Kerja Enzim…………………. 09
2.7.1. Kolestrol Berlebih…………………………………………. 09
BAB III. KESIMPULAN…………………………….…………… 10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page ii


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reproduksi adalah salah satu kemampuan hewan yang paling penting. Tanpa
kemampuan tersebut suatu jenis hewan akan punah.Oleh karena itu, perlu
diciptakan individu baru dalam jumlah besar untuk mempertahankan spesies
hewan tersebut. Proses pembentukan individu baru ini disebut reproduksi
(urogenital). Reproduksi dapat terjadi secara reproduktif atau vegetatif.
Reproduksi vegetatif tidak melibatkan proses pembentukan gamet, sedangkan
reproduksi generasi diawali dengan pembentukan gamet. Gamet mengandung
unit genetik (elemen genetik) yang disebut gen. Gen mengandung banyak kode
informasi genetik, yang ditemukan dalam DNA.
Sistem reproduksi vertebrata jantan terdiri dari sepasang testis, organ
reproduksi jantan, gonad aksesori (pada mamalia), dan organ koordinasi (pada
hewan yang dibuahi secara internal).Sistem reproduksi wanita terdiri dari
sepasang ovarium (ada yang hanya memiliki satu) dan organ reproduksi betina.
Mamalia dilengkapi dengan alat kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu.
Reproduksi hewan vertebrata pada umumnya serupa, namun karena perbedaan
lokasi hidup, perkembangan anatomi, dan gaya hidup, maka terjadi perbedaan
dalam proses pembuahan. Misalnya, hewan air sering melakukan pembuahan di
luar tubuhnya (pembuahan eksternal), sedangkan hewan darat sering melakukan
pembuahan di dalam tubuhnya (pembuahan internal). Hewan yang melakukan
pembuahan internal dilengkapi dengan organ koordinasi, yaitu organ yang
mengalirkan sperma dari organisme jantan ke organisme betina.
Enzim memainkan peran penting dalam proses reproduksi hewan. Mereka
bertanggung jawab untuk memecah dan mencerna lapisan pelindung di sekitar sel
telur, sehingga sperma dapat menembus dan membuahinya. Enzim yang terlibat
dalam proses ini ditemukan di akrosom, suatu struktur yang terletak di ujung
kepala sperma. Akrosom mengandung enzim seperti hialuronidase dan akrosin,
yang membantu memecah zona pelusida, lapisan glikoprotein yang mengelilingi
sel telur.
Enzim juga berperan dalam metabolisme hewan, yang terkait erat dengan
proses reproduksinya. Misalnya, enzim terlibat dalam sintesis hormon seperti
estrogen dan testosteron, yang penting untuk perkembangan dan fungsi sistem
reproduksi. Enzim juga terlibat dalam pemecahan nutrisi dari makanan, yang
menyediakan energi dan bahan pembangun yang diperlukan untuk proses
reproduksi Secara keseluruhan, enzim sangat penting untuk proses reproduksi

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page 1


hewan, karena mereka terlibat dalam pemecahan lapisan pelindung di sekitar
telur dan dalam sintesis serta pemecahan hormon dan nutrisi yang diperlukan
untuk fungsi reproduksi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan enzim?
b. Apa saja karakteristik umum enzim?
c. Bagaimana mekanisme kerja enzim?
d. Apa saja enzim yang terdapat pada organ reproduksi hewan?
e. Apa saja gangguan yang terdapat pada organ reproduksi hewan
sehingga mengganggu kerja enzim?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini,
yaitu
a. Untuk mengetahui definisi enzim
b. Untuk mengetahui karakteristik umum enzim
c. Untuk mengetahui mekanisme kerja enzim
d. Untuk mengetahui enzim yang terdapat pada organ reproduksi hewan.
e. Untuk mengetahui gangguan yang terdapat pada organ reproduksi
hewan sehingga menggangu kerja enzim

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Enzim sebagai Biokatalisator


Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup. Enzim
menyusun sebagian besar total protein dalam sel. Suatu sel dapat memuat 2000
jenis molekul enzim. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator, yaitu mempercepat
laju suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Maksudnya,
enzim tidak ikut berubah menjadi produk tetapi akan kembali ke bentuk asalnya
setelah reaksi kimia selesai. Enzim mengubah molekul substrat menjadi hasil
reaksi (produk) yang molekulnya berbeda dari substrat. Enzim merupakan
katalisator (protein katalitik) untuk reaksi-reaksi kimia di dalam sistem biologi.
Sebagai katalis, enzim memiliki ciri khas, yaitu (1) bersifat tidak diubah oleh
reaksi yang dikatalisnya, (2) enzim tidak mengubah kedudukan normal dari
kesetimbangan kimia, meskipun enzim mempercepat reaksi (Susanti & Fibriana,
2018 : 2).

2.2. Karakteristik Enzim


Menurut Sumbono, 2021 : 13, hampir semua enzim yang telah ditemukan
adalah protein. Enzim adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang terutama
terdiri dari rantai asam amino dengan membentuk ikatan peptide. Berat molekul
enzim berkisar antara 10.000 sampai 2.000.000. Enzim dapat didenaturasi dan
diendapkan dengan garam, pelarut dan reagen lainnya. Enzim merupakan
biokatilisaor yang mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi. Beberapa
karakteristik umum dari enzim-enzim yakni:

 Thermolabil, mudah rusak bila dipanaskan lebih dari 60℃


 Merupakan senyawa protein, sehingga sifat protein masih melekat
pada enzim
 Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksi
menjadi sangat cepat dan berulang-ulang
 Bekerja di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim)
 Umumnya enzim bekerja mengkatalis reaksi satu arah, meskipun ada
yang mengkatalis reaksi dua arah
 Bekerjanya spesifik, karena sisi aktif enzim setangkup dengan
permukaan substrat tertentu

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page 3


 Umumya enzim tidak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat nonprotein
tambahan yang disebut kofaktor
 Enzim bersifat koloid, luas permukaan besar, bersifat hidrofil
 Dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation maupun
anion
 Enzim sangat peka terhadap faktor-faktor yang menyebabkan
denaturasi protein misalnya suhu, pH, dan lain-lain
 Enzim dapat dipacu maupun dihambat aktivitasnya
 Enzim merupakan biokatalisator yang dalam jumlah sedikit memacu
laju reaksi tanpa merubah kesseimbangan reaksi
 Enzim tidak ikut terlibat dalam reaksi, struktur enzim tetap baik
sebelum maupun setelah reaksi berlangsung
 Enzim bermolekul besar
 Enzim bersifat khas/spesifik
 Suhu: optimum 30℃, minimum 0, maksimum 40
 Logam, memacu aktivitas enzim : Mg, Mn, Co, Fe
 Logam berat, menghambat aktivitas enzim: Pb, Cu, Zn, Cd, Ag
 pH, tergantung pada jenis enzimnya (pepsin aktif kondisi masam,
amilase aktif kondisi netral, tripsin kondisi basa)
 Konsentrasi subsrat, substrat yang banyak mula-mula memacu
aktivitas enzim, tetapi kemudian menghambat karena: penumpukan
produk (feed back effect)
 Konsentrasi enzim, peningkatan konsentrasi enzim memacu
aktivitasnya
 Air dan vitamin, memacu aktivitas enzim

2.3. Mekanisme Kerja Enzim


Menurut Sumbono, 2021: 14, produksi enzim dilakukan oleh sel,
berdasarkan instruksi dari gen sel itu. Jadi cacat pada gen dapat
mengakibatkan enzim rusak, yang tidak bekerja dengan baik. Struktur dan
fungsi masing-masing enzim berbeda. Mereka harus bertindak atas target
yang berbeda, yang bervariasi dari satu enzim ke enzim lainnya.
Biasanya, enzim tertentu dapat bertindak atas target tertentu saja.
Tindakan enzim berbeda dan kompleks dan sebagainya, ada berbagai teori
yang menjelaskan tentang enzim ini. Secara umum, mekanisme kerja
enzim dapat digambarkan sebagai berikut. Setiap enzim bertindak atas
target tertentu yang disebut substrat, yang diubah menjadi produk yang

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page 4


dapat digunakan melalui aksi enzim. Dengan kata lain, enzim bereaksi
dengan substrat

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page ii


membentuk kompleks enzim-substrat. Setelah reaksi selesai, enzim tetap sama,
tapi substrat mengubah produk. Misalnya, sukrase tindakan enzim pada substrat
sukrosa untuk membentuk produk - fruktosa dan glukosa.
2.3.1. Teori Lock and Key
Teori lock and key adalah salah satu teori yang menjelaskan
mekanisme kerja enzim. Sesuai teori ini, masing-masing enzim
memiliki area spesifik (disebut situs aktif) yang dimaksudkan untuk
substrat tertentu untuk mendapatkan pasangan. Situs aktif enzim ini
melengkapi bagian tertentu dari substrat, sejauh bentuk yang
bersangkutan. Substrat akan masuk ke dalam situs aktif dengan
sempurna, dan reaksi antara mereka terjadi. Substrat yang tepat akan
masuk ke dalam situs aktif enzim dan membentuk kompleks enzim-
substrat. Ini adalah di situs ini aktif bahwa substrat ditransformasikan ke
produk yang dapat digunakan. Setelah reaksi selesai, dan produk yang
dirilis, situs aktif tetap sama dan siap untuk bereaksi dengan substrat
baru. Teori ini didalilkan oleh Emil Fischer pada tahun 1894. Teori ini
memberikan gambaran dasar tentang aksi enzim pada substrat. Namun,
ada faktor-faktor tertentu yang tetap tidak dapat dijelaskan. Sesuai teori
ini, asam amino (dalam keadaan terikat) di situs aktif bertanggung
jawab untuk bentuk spesifik. Ada enzim tertentu yang tidak membentuk
bentuk apapun dalam bentuk terikat. Kunci dan teori kunci gagal untuk
menjelaskan aksi enzim tersebut.
2.3.2. Teori Induced-fit
Teori Induced-fit ini dirumuskan oleh Daniel E. Koshland, Jr pada
tahun 1958. Teori ini juga mendukung hipotesis gembok dan kunci
bahwa situs aktif dan substrat cocok dan bentuk mereka saling
melengkapi. Menurut teori-induced fit, bentuk situs aktif tidak kaku.
Hal ini fleksibel dan perubahan, sebagai substrat datang ke dalam
kontak dengan enzim. Untuk lebih tepatnya, sekali enzim
mengidentifikasi substrat yang tepat, bentuk perubahan situs aktifnya
sehingga muat kedua persis. Hal ini menyebabkan pembentukan
kompleks enzim-substrat dan reaksi lebih lanjut. Seperti teori ini
menjelaskan mekanisme kerja berbagai enzim, itu diterima secara luas
daripada kunci dan hipotesis kunci.

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page 6


2.4. Enzim berdasarkan Tempat Kerjanya
Menurut Sumbono, 2021 : 12, enzim bekerja di dua tempat, yaitu
2.4.1. Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang
bekerjanya di dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan
untuk proses sintesis di dalamsel dan untuk pembentukan energi (ATP)
yang berguna untuk proses kehidupan sel,misal dalam proses respirasi.
2.4.2. Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang
bekerjanya di luar sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan”
substrat secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana
dengan BM lebih rendah sehingga dapat masuk melewati membran sel.
Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di luar sel tidak
digunakan dalam proses kehidupan sel.

2.5. Sistem Reproduksi

2.5.1. Konsep Reproduksi


Reproduksi merupakan sebuah proses penting bagi berlangsungnya
proses kehidupan. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi logis, karena
reproduksi adalah satu-satunya cara untuk menjaga kelestarian makhluk
hidup. Sebagai sebuah sistem, reproduksi menggambarkan sebuah
tahapan yang kompleks mulai dari tingkat seluler hingga ke tingkat
organisme.
Istilah reproduksi berasal dari “re” yang berarti kembali dan
“production” yang berarti mencetak. Secara harfiah, istilah reproduksi
dapat didefinisikan sebagai sebuah proses untuk membentuk atau
mencetak generasi baru. Pada’ prinsipnya, reproduksi terdiri atas 2
sistem meliputi sistem reproduksi jantan dan sistem reproduksi betina.
Kedua sistem ini tersusun atas seperangkat organ dan kelenjar yang
berfungsi menghasilkan hormon serta meregulasi fungsi reproduksi.
Sistem reproduksi jantan menghasilkan spermatozoa sedangkan sistem
reproduksi betina menghasilkan ovum. Kedua sel kelamin tersebut
dihasilkan melalui pembelahan meiosis (Susetyarini. et. al., 2020:1)

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page 7


2.5.2. Reproduksi Aseksual
Menurut Susetyarini. et. al., 2020 : 2, reproduksi aseksual disebut
juga reproduksi vegetatif. Karakteristik utama reproduksi ini adalah
perkembangbiakan yang tidak melibatkan sel kelamin. Pada definisi
yang lain dapat pula dijelaskan bahwa reproduksi aseksual adalah
terbentuknya generasi baru tanpa melalui peleburan sel kelamin (sperma
dan ovum). Pada makhluk hidup, reproduksi semacam ini umumnya
dijumpai pada hewan tingkat rendah (invertebrata). Mekanisme
reproduksi secara aseksual yang dilakukan antara lain membelah diri,
tunas, fragmentasi, dan parthenogenesis.
2.5.3. Reproduksi Seksual
Menurut Susetyarini. et. al., 2020 : 4, Reproduksi seksual disebut
juga reproduksi secara generatif. Reproduksi seksual melibatkan
peleburan dua sel gamet (sperma dan ovum) hingga membentuk zigot.
Pada umumnya, sel gamet tersebut berasal dari dua induk yang berbeda
(jantan dan betina), namun ada beberapa makhluk hidup yang mampu
membentuk 2 sel gamet sekaligus (hermafrodit). Reproduksi seksual
menghasilkan variasi genetik pada keturunannya. Hal ini terjadi karena
secara genetik, materi kromosom yang diterima berasal dari 2 induk
yang tidak identik satu sama lain.
Sel gamet secara khusus dibentuk melalui pembelahan secara
meiosis. Pembelahan ini sangat identik dengan pembentukan sel gamet
karena menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom setengah
(n/haploid) dari kromosom sel induk (2n/diploid). Pembelahan meiosis
pada organisme tingkat tinggi terjadi pada organ reproduksi spesifik
misalnya pada testis (jantan) dan pada ovarium (betina), sedangkan pada
organisme tingkat rendah terjadi pada sel yang memiliki fungsi
reproduktif.

2.6. Enzim yang Bekerja pada Sistem Reproduksi Hewan

2.6.1. Enzim Akrosin


Akrosin berfungsi dalam proses penembusan spermatozoa melalui
zona pelusida, ATP- ase mempengaruhi akrosom untuk mengadakan
kapasitasi, Glukoronidase, berfungsi untuk memecah tetrasakarida yang
dihasilkan oleh enzim hialuronidase dari asam hialuronat. Enzim
fosfatase dan amidase belum diketahui fungsinya. Dari ke tujuh enzim
tersebut maka yang mepunyai fungsi penting dalam menembus lapisan
yang ada di ovum adalah: hialuronidase, CPE dan akrosin (Hafez 2002).

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page 8


Pada proses pembekuan spermatozoa ketiga enzim tersebut mengalami
gangguan atau kerusakan dan menjadi tidak aktif, menurut Chang et al
(2002) gangguan akibat proses pembekuan tersebut dapat mencapai 45-
55%. Kerusakan tersebut terutama dialami oleh akrosin dalam
menembus zona pelusida dari sel telur.
Akrosin disebut juga enzim proteinase didapatkan pada akrosom dari
spermatozoa. Enzin ini sangat penting untuk proses hidrolisa zona
pelusida (ZP) (Adel A. Zalata, et al. 2004). Adanya Oxidative tress (OS)
menyebabkan terjadinya penurunan aktifitas akrosin. Enzim ini berasal
dari proakrosin dan menjadi akrosin dengan bantuan a serine proteinase
sehingga menjadi enzim yg aktif dan berfungsi dalam penetrasi zona
pelusida (ZP) pada sel telur (ovum) saat terjadinya fertili sasi pada
mahkluk hidup (hewan). Kehadiran inhibitor akrosin mengindikasikan
fungsi penting dari akrosin dalam interaksi sperm-egg pada penetrasi
zona pelusida (ZP), dan ini bersifat spesies spesifik (Aditi, et al. 2000).
Pada ovum terdapat 3 lapisan yaitu: kumulus oophorus, korona radiata
dan zona pelusida. Enzim akrosin yang terdapat pada akrosomal sperma
sangat penting untuk proses fertilisasi, hal ini ditunjukkan dengan
penetrasi sperma ke dalam zona pelusida (ZP) dari ovum saat terjadinya
fertilisasi. Peran karbohidrat sebagai signals dalam pertemuan sel
sperma dengan sel telur, disamping itu untuk mengetahui sperma yang
terkapasitasi maupun tidak terkapasitasi dalam menembus zona pelusida
(ZP) secara in-vitro. Fungsi akrosin, proakrosin dan akrosin inhibitor
dalam penembusan zona pelusida sel telur terjadi saat reaksi kapasitasi.
Akrosin yg disebut juga acrosomal serine protease disintesa dari
proakrosin dan menjadi enzim yang aktif dalam proses fertilisasi (Edda,
TP. 1999).

2.6.2. Enzim Hyaluronidase


Enzim hyaluronidase mempunyai peranan penting untuk melisiskan
zona pelusida pada sel telur yang berfungsi pada saat fertilisasi. Tudung
akrosom perlu tetap utuh sebelum semen diinseminasikan agar enzim-
enzim seperti hyaluronidase, akrosin, dan sebagainya yang terdapat di
dalamnya dapat terbawa dan baru dilepaskan di dalam organ reproduksi
betina (Ardhani. et. al., 2020)

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page 9


2.6.3. Enzim Steroidogenesis
Steroidogenesis, proses dimana kolesterol diubah menjadi hormon
steroid, melibatkan protein transpor, enzim, mitra redoks dan kofaktor
(Miller & Auchus, 2010). Pada proses ini dilibatkan enzim
streroidogenesis yang mempercepat reaksi pembentukan hormon
testosterone.

2.7. Gangguan yang Menghambat Kerja Enzim

2.7.1. Kolestrol Berlebih


Kolesterol merupakan biomolekul yang berperan penting dalam
metabolisme sel, namun dalam kadar yang berlebih meningkatkan
produksi radikal bebas yang memicu stres oksidatif. Diet tinggi
kolesterol menyebabkan kondisi stres oksidatif yang dapat
mempengaruhi poros hipotalamus-hipofise-testis serta testis sebagai
organ utama tempat berlangsungnya steroidogenesis. Kadar kolesterol
berlebih menghambat sekresi LH sehingga menurunkan kerja enzim-
enzim steroidogenesis pada sel Leydig testis dalam menghasilkan
testosterone (Widhiantara. et. al., 2023)

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page 10


BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini, antara lain:


3.1. Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup. Enzim
menyusun sebagian besar total protein dalam sel. Suatu sel dapat memuat
2000 jenis molekul enzim. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator, yaitu
mempercepat laju suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut.
Maksudnya, enzim tidak ikut berubah menjadi produk tetapi akan kembali ke
bentuk asalnya setelah reaksi kimia selesai.
3.2. Adapun sifat enzim yang umum, yaitu (1) merupakan senyawa protein,
sehingga sifat protein masih melekat pada enzim (2) Thermolabil, mudah
rusak bila dipanaskan lebih dari 60℃ (3) Dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
sebagai biokatalisator, reaksi menjadi sangat cepat dan berulang-ulang (4)
Bekerjanya spesifik, karena sisi aktif enzim setangkup dengan permukaan
substrat tertentu (5) Bekerja di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel
(eksoenzim).
3.3. Enzim memiliki dua mekanisme kerja, yaitu teori Lock and Key dan teori
Induced-fit. Teori Lock and Key adalah teori yang menyatakan bahwa sisi
aktif enzim hanya bekerja pada substratnya, sedangkan teori Induced fit
adalah teori yang menyatakan bahwa sisi aktif enzim mnyesuaikan diri
dengan substratnya.
3.4. Dalam system reproduksi makhluk hidup termasuk hewan terdapat
beberapa enzim yang bekerja antara lain: (1) Enzim Akrosin, yang
mempercepat reaksi penembusan spermatozoa. (2) Enzim Hyaluronidase,
yang mempercepat proses lisis zona pelusida pada saat fertilisasi. (3) Enzim
Steroidogenesis, yang mempercepat reaksi pembentukan hormon testosteron
3.5. Adapun beberapa gangguan yang menyebabkan enzim pada sistem
reproduksi tidak bekerja dengan baik, yaitu kolestrol berlebih. Kolestrol
berlebih akan menghambat kerja enzim steroidogenesis dalam menghasilkan
hormon testosterone.

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page 11


DAFTAR PUSTAKA

Ardhani F, et. al. 2020. Efek Lama Penyimpanan Semen Beku Sapi Bali pada Pos
Inseminasi Buatan terhadap Membran Plasma, Tudung Akrosom Utuh,
dan DNA Spermatozoa
Miller.W.L & Auchus.R.J. 2010. The Molecular Biology, Biochemistry, and
Physiology of Human Steroidogenesis and Its Disorders. Endocr Rev.
Volume 32 (1): 81 – 151.
Sumbono. A. 2021. Enzim Seri Biokimia Pangan Dasar. Sleman: Deepublish.
Susanti.R & Fibriana.F. 2017. Teknologi Enzim. Yogyakarta: Andi Publisher.
Susetyarini.E, Latifa.R, Zaenab.S. 2020. Embriologi dan Reproduksi Hewan.
Malang: UMM Press.
Utomo. B & Hariadi. M. 2014. Pengaruh Pemisahan Enzim α Serine Protease
(Akrosin) terhadap Perolehan Embrio Domba Ekor Gemuk (EG) pada
Fertilisasi In-Vitro. Laporan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi.
Surabaya: Universitas Airlangga
Widhiantara.I.G, et. al. 2023. Diet Tinggi Kolesterol, Menurunkan Sekresi
Hormon Testosteron: Studi Literatur. Jurnal Kesehatan Terpadu. Volume
7 (1): 25 – 30.

ENZIM PADA SISTEM REPRODUKSI Page ii

Anda mungkin juga menyukai