Anda di halaman 1dari 10

A.

Sedimen Nertitik
Zona neritik merupakan perairan laut yang memiliki kedalaman 0-200 m yang
biasa disebut daerah paparan atau dangkalan. Zona neritik memiliki arus yang lebih
kuat dibandingkan dengan laut dalam. Hal ini dipengaruhi oleh letaknya yang dekat
dengan permukaan. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan besarnya arus
tersebut, diantaranya adalah hembusan angina laut dan besarnya gelombang yang
menuju pantai.

Besarnya energi yang ada pada zona nertiik membuat sedimen yang terbentuk di
lingkungan tersebut memiliki struktur yang kasar. Sebagian sedimen neritik berasal
dari hasil erosi dari batuan yang berada di darat yang di transportasikan melalui sungai
hingga mencapai daerah pesisir. Partikel yang memiliki ukuran besar akan di
endapkan pada daerah pesisir, sedangkan partikel yang memiliki ukuran lebih kecil
akan bergerak jauh menuju perairan laut dalam.

B. Proses Terbentuknya Sedimen

Asal mula batuan sedimen melibatkan empat proses utama:Pelapukan,


Transportasi, Pengendapan (Deposition) dan Pemadatan

1. Pelapukan

Pelapukan adalah pemecahan batu, tanah, dan mineral serta bahan kayu dan
buatan melalui kontak dengan atmosfer bumi, perairan, dan organisme biologis.
Pelapukan terjadi, yaitu di tempat yang sama, dengan sedikit atau tanpa gerakan, dan
karenanya tidak boleh disalahartikan dengan erosi. Pelapukan melibatkan pergerakan
batuan dan mineral oleh agen seperti air, es, salju, angin, ombak dan gravitasi lalu
diangkut dan disimpan di lokasi lain. Tiga klasifikasi penting dari proses pelapukan
adalah Pelapukan Fisika, Kimia dan Biologi.

a. Pelapukan Fisika , melibatkan pemecahan batuan dan tanah melalui kontak


langsung dengan kondisi atmosfir, seperti panas, air, es dan tekanan.

b. Pelapukan Kimia, melibatkan efek langsung dari bahan kimia atmosfir atau bahan
kimia yang diproduksi secara biologis yang juga dikenal sebagai pelapukan
biologis dalam pemecahan batuan, tanah dan mineral

c. Pelapukan Biologi, disebabkan oleh makhluk hidup. Penyebabnya adalah proses


organisme yaitu hewan, tumbuhan dan manusia, yaitu :

- Hewan yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.
- Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau
kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di
dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu
berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar-akar serat makanan menghisap
garam makanan dapat merusak batuan

- Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon,


pembangunan maupun penambangan. Dengan demikian pelapukan biologi dapat
di hubungkan secara langsung dengan pelapukan kimia dan pelapukan fisika

2. Transportasi

Agen proses transportasi dapat berupa

a. Gravitasi (jarak pendek dan lereng curam), Sejumlah besar sedimen, mulai dari
lumpur sampai batu-batu besar, bisa bergerak turun karena gravitasi, sebuah
proses yang disebut pergerakan massa. Batu jatuh, tanah longsor, dan lumpur
adalah jenis pergerakan tanah yang umum terjadi. Batu besar di jalan raya sering
terlihat berjatuhan dari bukit. Batu jatuh terjadi saat batuan di tebing dilonggarkan
oleh pelapukan, lepas landas, dan berguling jatuh kebawah.

b. Angin (partikel kecil saja), Angin mengangkut sedimen yang didekat permukaan
dengan mengangkat dan memindahkannya ke tempat arah pergerakannya. Sama
seperti lonjakan pendek partikel kecil seperti debu yang terlepas dari permukaan
dan melompat pada jarak pendek. Saat partikel tersebut jatuh kembali ke
permukaan, maka akan bertabrakan dengan tanah dan menumpuk disitu. Partikel
yang lebih kecil dapat tersuspensi dalam angin dan dapat berjalan lebih jauh

c. Gletser, Glesier (Glacier) adalah tumpukan es / salju yang mencair dengan cepat,
pada saat mencair tersebut air yang mengalir tersebut mampu mentransportasikan
sediment ke tempat lain. Glesier ini jika dengan volume yang cukup besar mampu
membawa butiran sedimen yang cukup besar bahkan seukuran batuan kerikil.
Transportasi jenis ini hanya terjadi di daerah yang memiliki musim dingin yang
bersalju.

d. Air, Air merupakan agen paling utama dalam proses transportasi sedimen dari
sumbernya ke tempat yang lebih rendah. Air membawa partikel dengan berbagai
bentuk pergerakan, tergantung bentuk dari dari butiran partikel tersebut

3. Pengendapan (Deposition)
Deposisi/Pengendapan adalah proses geologi di mana sedimen yang dihasilkan
oleh proses pelapukan, ataupun tanah dan batuan ditambahkan ke suatu lahan yang
dataran lebih rendah yang di tansportasikan oleh angin, es, air, dan gravitasi. Deposisi
terjadi ketika kekuatan yang bertanggung jawab untuk transportasi sedimen tidak lagi
cukup untuk mengatasi gaya gravitasi dan gesekan, menciptakan ketahanan terhadap
gerak. Deposisi juga bisa mengacu pada penumpukan sedimen dari bahan turunan
organik atau proses kimia. Sebagai contoh, kapur dibuat sebagian dari kerangka
kalsium karbonat mikroskopik plankton laut, pengendapan yang telah menginduksi
proses kimia (diagenesis) untuk mendepositkan kalsium karbonat lebih lanjut.
Demikian pula, pembentukan batubara dimulai dengan pengendapan bahan organik,
terutama dari tanaman, dalam kondisi anaerobic.

4. Pemadatan (Compaction) dan Penyemenan(Cementation)

Pemadatan: terjadi ketika sedimen terkubur dalam-dalam, menempatkan mereka


di bawah tekanan karena berat lapisan diatasnya.
Penyemenan: adalah mineral baru menempel pada butiran sedimen bersama
sama seperti semen mengikat butiran pasir pada bahan bangunan. Jika dilihat dengan
seksama foto mikroskop, itu bisa dilihat kristal mineral yang tumbuh di sekitar butiran
sedimen dan mengikatnya bersama-sama.

C. Agen Transport
Angkutan-angkutan sedimen yang terjadi pada daerah zona neritik zona
neritik disebut juga perairan pesisir, laut pesisir atau daerah dejak pantai dapat di bagi
atas 2 komponen yaitu : angkutan ke arah susur pantai dan angkutan ke arah lepas
pantai. Angkutan kearah lepas pantai terutama diakibatkan oleh arus balik dasar
(undertown) dan arus tolak pantai (rip current) menyebabkan pengendapan bukan di
sepanjang pantai maupun di daerah luar ombak pecah, sehinggah arus inilah yang
biasanya menggangu penyebaran biota laut di daerah pantai sebeb sering membawa
partikel sedimen (Komar, 1976).

Secara umum angkutan sedemen dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :

a. Terangkutnya material kohesif dari dasar laut hingga tersuspensi, atau lepasnya
material non-kohesif dari dasar laut.

b. Perpindahan material secara horizontal.

c. Pengendapan kembali partikel / material sedimen.


Masing-masing tahapan tersebut sangat bergantung pada gerakan air dan
karasteristik sedimen yang terangkut. Transpor partikel sedimen di dalam kolom air
laut terutama sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisika baik dari partikelnya maupun dari
kolom air lautnya. Dalam hal ini, ukuran partikel atau besar butir dan kecepatan arus
merupakan dua variabel yang sangat penting. Transpor ke arah vertikal ke bawah yang
mempunyai implikasi kecepatan endapan/laju endapan sangat tergantung dari beasr
butirnya yang diendapkan. Partikel yang mempunyai ukuran besar sudah barang tentu
lebih cepat mengendap dibanding dengan partikel ukuran kecil.

Makin kecil ukuran partikel yang akan diendapkan, maka pengaruh arus laut akan
semakin besar. Hal ini berarti tempat mengendap partikel yang lebih kecil mungkin
terletak cukup jauh dari titik sumber dari mana partikel tersebut berasal. Di wilayah
nerintik sedimen yang bersifat non kohesif atau unconsolidated selau dalam keadaan
siap terurai dengan kekuatan arus yang lemah sekalipun partikel mudah lepas dan
terjadi erosi. Sedimen yang berasal dari proses erosi tersebut diendapkan bisa
mencapai wilayah kontinen (continental slope). Berbeda dengan sedimen yang bersifat
kohesif atau consolidated, maka untuk bisa menimbulkan proses erosi, sangat
diperlukan arus yang lebih kuat.

Arah angkutan sedimen di sepanjang pantai dapat berupa angkutan sedimen dari
pantai ke laut atau dari laut ke pantai yang dapat terjadi oleh gerakan gelombang dan
arus balik dasar serta arus tegak lurus pantai. Angkutan sedimen sejajar pantai (Long
shore transport) yaitu angkutan sedimen sepanjang pantai atau biasa disebut angkutan
sedimen sejajar pantai yang berkaitan erat dengan arus menyusuri pantai (Horikawa,
1988).

Transpor sedimen sejajar pantai terdiri dari dua komponen utama, yaitu transpor
sedimen dalam arah mata gergaji di garis pantai dan transpor sejajar pantai di surf
zone (Gambar 1). Pada waktu ombak menuju pantai dengan membentuk sudut
terhadap garis pantai maka ombak tersebut akan terhempas ke pantai (Uprush) yang
juga membentuk sudut. Massa air yang naik tersebut kemudian turun lagi dalam arah
tegak lurus pantai. Gerak air tersebut membentuk lintasan seperti mata gergaji yang
disertai dengan terangkutnya sedimen dalam arah sepanjang pantai. Komponen kedua
adalah transpor sedimen yang ditimbulkan oleh arus sejajar pantai yang dibangkitkan
oleh ombak pecah. Transpor sedimen ini terjadi di surf zone (Triatmodjo, 1999).
Gambar 1 Transpor Sedimen Sejajar Pantai ( Triatmodjo, 1999).

Laju angkutan sepanjang pantai tergantung pada sudut datang gelombang, durasi
dan energi gelombang. Dengan demikian gelombang besar akan mengankut material
lebih banyak setiap satuan waktu dari pada yang digerakkan oleh gelombang kecil.
Tetapi jika gelombang kecil dalam waktu lama dari gelomban besar, maka gelombang
kecil tersebut dapat mengangkut pasir lebih banyak dari pada gelombang besar
(Triatmodjo, 1999).

Pada daerah neritik terdapat beberapa faktor yang menjadi agen transpor dalam
pemindahan sedimen-sedimen dari daratan. Secara garis besar pengangkutan
sedimen disebabkan oleh gravitasi, aliran air kemudian angin. Pada sedimentasi di
daerah neritik ini agen transpor yang mendominasi adalah aliran air pada lingkungan
laut dangkal. proses pengendapan utamanya dipengaruhi oleh aliran hyperpycnal.
Bukti adanya aliran hyperpycnal adalah struktur gradasi terbalik sampai gradasi normal
ukuran butir. Aliran ini membantu menyebarkan partikel-partikel sedimen halus seperti
lanau, lempung, dan pasir kemudian mengangkut ke kolom air.

Meterial sedimen yang mengalami transportasi merupakan hasil erosi sepanjang


pantai, meterial yang di muntahkan oleh sungai yang bermuara dikawasan pantai
tersebut. Angkutan sedimen pada perairan pantai merupakan jumlah total angkutan
sedimen pada perairan pantai merupakan jumlah total angkutan sedimen dasar (bed
load) dan sedimen suspensi (suspended load). Angkutan tersuspensi merupakan
sedimen yang terangkut di dalam tubuh air dan terjadi di atas dasar perairan oleh
turbulensi air. Sedangkang angkutan sedimen dasar merupakan angkutan sedimen
yang terkonsentrasi pada atau dekat dengan dasar perairan. Walaupun kedua
pengangkutan sedimen di perairan pantai itu sangat penting, tetapi pada umumnya
sedimen di perairan pantai lebih dominan oleh angkutan dasar (Komar, 1976).
1. Transpor sedimen akibat arus
Di dalam kondisi tertentu, kecepatan arus dapat diasumsikan mendominasi proses
resuspensi material yang tertentu (khusus). Kenyataanya, magnetude kecepatan arus
atau yang beriringan dengan stress di dasar, merupakan basis erosi dan formulasi
transportasi untuk sistem sungai.
Di daerah pantai, resuspensi kecepatan arus yang disebabkan oleh pasut dapat
dilihat ketika gelombang melemah (angin tidak lagi bertiup kencang). Sifat gelombang
panjang dan priode dari pasut berada dalam orde beberapa kilometer dan jam. Lapisan
batas arus memiliki sifat priode dalam orde jam dan oleh kedalaman air. Sebagai
satuan konsekuensi, stress dasar karena arus rata-rata umumnya kurang dari stress
dasar yang dibangkitkan oleh gelombang pendek.
Resuspensi dapat disebabkan oleh arus pasut gelombang panjang yang dihasilkan.
Observasi dinamika maksoflocs yang melayang menunjukkan bahwa arus pansang
dan surut meningkat pada langka resuspensi asemetris dan transpor sedimen di
muara. Konsentrasi yang lebih tinggi dari material yang melayang selam peningkatan
arus pasut diobservasi dengan mengkonfirmasikan ketergantunagan. Resuspensi
terhadap besarnya kecepatan aliran (Candelina, 1997 dalam Irham 2000).
Resuspensi yang aktual dan proses transportasi di coastal zone mungkin cukup
kompleks karena keberadaan pasut yang menggerakkan kecepatan alir berinteraksi
secara non-linier. Studi lapangantidak hanya mengukur total megnetude kecepatan alir
yang berhubungan dengan observasi dinamika konsentrasi sedimen yang melayang.
Pada studi sekarang, magnetude stress geser di dasar diperkirakan (diestimasi) dari
pasut yang menyebabkan arus hingga gesekan dasar karena arus ini bergantung pada
magnetude dari kecepatan arus yang efektif. Arus yang berhungan dengan stress
geser dasar dapat diformulasikan seperti (Van Rijin, 1998).

2. Transpor sedimen akibat gelombang


Gelombang merupakan pergerakan naik turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan laut yang membentuk kurva atau grafik sinusoidal (Faiqun,2008). Proses
ini terjadi akibat adanya gaya-gaya alam yang bekerja di laut seperti tekanan atau
tekanan dari atmosfir (khusus melalui angin), gempa bumi, gaya gravitasi bumi dan
benda-benda angkasa (bulan dan matahari), gaya coriolis (akibat rotasi bumi), dan
tegangan permukaan. Gelombang yang sering terjadi di laut dan cukup penting adalah
gelombang angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan,
menyebabkan riak-riak, bukit, hingga kemudian berubah menjadi gelombang.
Profil pantai dibawah pengaruh gelombang terbagi atas daerah pecah (breaker
zone), daerah selancar (surf zone) dan daerah hempasan (swash zone) (Brown et al.,
1989). Garis gelombang pecah merupakan batas perubahan perilaku gelombang dan
transpor sedimen pantai. Daerah gelombang pecah (breaker zone) adalah daerah
dimana gelombang yang datang dari laut dalam (lepas pantai) mencapai
ketidakstabilan dan pecah. Surf zone adalah daerah di antara bentangan bagian dalam
dari gelombang pecah dan batas naik turunnya gelombang di pantai. Pantai yang
landai memiliki daerah surf zone yang lebar. Swash zone adalah daerah yang dibatasi
oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan batas terendah turunnya gelombang
di pantai (Ismail, 2012).

Gambar 2 Terminologi yang digunakan untuk menjelaskan zona dekat


pantai dan profil pantai (CERC, 1984)

Bentuk profil pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang, sifat-sifat


sedimen seperti rapat massa dan tahanan terhadap erosi, ukuran dan bentuk partikel,
kondisi gelombang dan arus, serta batimetri pantai. Pantai dapat terbentuk dari
material dasar berupa pasir atau kerikil (gravel). Kemiringan dasar pantai tergantung
pada bentuk dan ukuran material dasar. Pantai berlumpur mempunyai kemiringan
sangat kecil hingga sekitar 1:5000. Kemiringan pantai pasir lebih besar berkisar antara
1:20 dan 1:50. Sedangkan kemiringan pantai berkerikil bisa mencapai 1:4. Pantai
berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai dimana banyak sungai yang mengangkut
sedimen suspensi bermuara di daerah tersebut dan gelombang relatif kecil.
Berdasarkan energinya, gelombang yang mempunyai energi lebih besar cenderung
memindahkan sedimen ke arah laut, mengikisnya dari gundukan pasir (berm) di pantai,
kemudian mengendapkannya sebagai bukit pasir (sand bar) di zona pecah (breaker
zone). Proses sebaliknya terjadi pada gelombang dengan energi yang lebih kecil
(Komar 1983). Akumulasi sedimen di pantai menyerap dan memantulkan energi yang
berasal dari gelombang. Apabila seluruh energi gelombang terserap maka pantai
dalam kondisi seimbang. Sebaliknya, pantai dalam kondisi tidak seimbang apabila
terjadi perubahan garis pantai abrasi dan akresi (Dirjen P3K DKP, 2004).
Ada dua tipe gelombang, ditinjau dari sifat-sifatnya yaitu (Faiqun, 2008):
a. Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Contructive Wave)
Yang termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai ketinggian
kecil dan kecepatan rambat rendah. Sehingga saat gelombang tersebut pecah di
pantai akan mengikut sedimen (material pantai). Material pantai akan tertinggal di
pantai (deposit) ketika aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir
atau pelan-pelan mengalir kembali ke laut. Gelombang pembentuk pantai
ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 3 Gelombang Pembentuk Pantai (Faiqun, 2008)


b. Gelombang perusak (Destrctive Wave)
Gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan kecepatan
rambat yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar mempunyai lebih
sedikit waktu untuk meresap ke dalam pasir. Ketika gelombang datang kembali
menghantam pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul dan
mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau ke tempat lain.
Gelombang perusak pantai ditunjukkan dalam Gambar 3.

Gambar 4 Gelombang Perusak Pantai (Faiqun, 2008)


D. Proporsi Sedimen Laut Dangkal
E. Komposisi Sedimen Laut Dangkal
Laut dangkal merupakan wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari
200 meter di bawah permukaan laut. Laut dangkal memiliki arus yang lebih kuat dari
pada laut dalam. Hal ini dipengaruhi oleh letaknya yang dekat dengan permukaan. Ada
banyak hal yang menyebabkan besarnya arus tersebut, diantaranya adalah hembusan
angin laut dan gelombang besar yang menghantam pantai.
Besarnya energi pada laut dangkal mengakibatkan batuan sedimen yang
terbentuk di lingkungan tersebut memiliki struktur yang kasar. Laut dangkal juga
memungkinkan sinar matahari menembus dasar laut. Hal tersebut digunakan oleh
biota laut untuk membentuk kerangka cangkang. Cangkang- cangkang hewan laut
kaya akan mineral karbonat. Ketika hewan- hewan laut tersebut mati, maka cangkang-
cangkangnya akan terkumpul dan mengendap di suatu tempat sehingga terbentuklah
batu karang . Pecahan cangkang organisma/mikroorganisma maupun bentuk yang
masih utuh teramati dalam sedimen, antaralain adalah moluska, echinodermata,
bryozoa, spikula, koral, ostracoda dan foraminifera. penyebaran batuan di daerah
pesisir menunjukkan proses pembentukan pantai dan sedimen dasar laut yang
dikontrol oleh sistem paparan pantai (endapan pantai) yang terdiri atas berbagai unsur
sedimen Holosen - Resen, umumnya didominasi oleh mineral kuarsa berwarna putih
bersih hingga kekuningan dengan bentuk fisik yang sama dengan sedimen di pantai
dan dasar laut. Komposisi mineral karbonat atau gamping meningkat pada sedimen
sekitar pulau karang dan terumbu karang. Mineral ini juga dijumpai pada sedimen laut
terbuka dan pantai berpasir, namun tidak teridentifikasi pada hutan bakau;
Komposisi sedimen didominasi oleh mineral lempung ( 80 persen - 90 persen)
yang sisanya berisi mineral pembentuk batuan dan fauna mikro. Mineral pembentuk
batuan berupa kuarsa, mika dan mineral mafik yang umumnya berbentuk angular.
Fauna mikro umumnya ditempati oleh foraminifera planktonik dan bentonik, pecahan
moluska, pecahan koral. Teridentifikasi pula fauna mikro radiolaria dari sub orde
Spummellaria.
Daftar Pustaka

Hasibuan, A. (2016). Studi Angkutan Sedimen Sejajar Pantai di Pantai Pondok


Permai.
Hasanudin, M., & Kusmanto, E. (2018). Abrasi dan Sedimentasi Pantai di Kawasan
Pesisir Kota Bengkulu. OLDI (Oseanologi dan Limnologi di Indonesia), 3(3), 245-252.
NIM, S., & Mengetahui, D. F. P. Suhendra-Proposal Skripsi 7. pdf.
Savitri, D. (2010). SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN
GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI.
WAKTU: Jurnal Teknik UNIPA, 8(2), 74-79
PANTAI, G. ANALISIS GEOSPASIAL MENGGUNAKAN METODE CELLULAR
AUTOMATA UNTUK PREDIKSI PERUBAHAN.

Anda mungkin juga menyukai