1
ISSN 2085-8418; EISSN 2622-9250 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/
Manajemen Risiko Penyakit Unggas pada Peternak dan Pedagang Ayam Broiler
di Jawa Barat
Risk Management of Poultry Disease in Broiler Breeders and Traders in West Java
Muhammad Ismail 1*, Eko Ruddy Cahyadi 2#, dan Hartrisari Hardjomidjojo 3#
ABSTRAK
Produk peternakan merupakan komoditas penting di Indonesia. Ayam broiler menjadi salah satu
komoditas konsumsi utama di masayarakat. Tingginya permintaan terhadap ayam broiler perlu diiringi
dengan pengawasan terhadap mutu produk. Pengawasan mutu produk salah satunya dengan
manajemen risko penyakit unggas. Tujuan penelitian mengkaji perilaku peternak dan pedagang dalam
memitigasi penyebaran penyakit unggas. Penelitian ini dilakuan dengan memetakan rantai pasok ayam
broiler hidup untuk mengetahui saluran distribusi, menganalisis perilaku peternak dan pedagang untuk
mengetahui mitigasi penyakit yang optimal, dan analisis regresi linear berganda untuk menganalisis
faktor-faktor penyebab kematian. Lokasi penelitan dilakukan di empat daerah, yaitu Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sukabumi. Hasil dari penelitian
menunjukkan rantai pasok ayam broiler berbeda untuk tiap-tiap daerah. Semakin panjang saluran
distribusi, maka risiko penyebaran penyakit semakin tinggi. Peternak dan pedagang pada umumnya
mengetahui penyakit unggas dan gejala-gejala ayam yang terjangkit penyakit. Pengetahuan peternak dan
pedagang tentang gejala flu burung yang lebih baik terbukti dapat menurunkan risiko kematian ayam
broiler selama penanganan. Lebih dari 64% peternak memilih memisahkan ayam sakit dengan ayam
sehat, 22% memilih mengobati ayam sakit, 11% menjual semua ayam sakit dan 3% memusnahkan ayam
sakit. Mayoritas pedagang memitigasi penyakit hanya dengan membersihkan kendaraan dan keranjang
tanpa disinfektan. Tingkat kematian ayam pada pedagang meningkat nyata seiring dengan
meningkatnya jumlah pembelian dan jarak pengangkutan.
Kata kunci: behavior of breeders and traders, manajemen risiko, multiple linear regression analysis,
poultry disease, pemetaan rantai pasok
ABSTRACT
Livestock products are an important commodity in Indonesia. Broiler chickens are one of the main
consumption commodities in the community. The high demand for broiler chickens needs to be
accompanied by supervision of product quality. Product quality control is one of them is the
management of poultry disease risk. The research objective is to determine the behavior of breeders and
traders in mitigating the spread of poultry disease. This study was conducted by mapping the supply
chain of live broiler chickens to find out the distribution channel, analyzing the behavior of breeders and
traders to determine optimal disease mitigation, and multiple linear regression analysis to determine the
causes of death. Research locations were conducted in four regions, namely Ciamis Regency,
Tasikmalaya Regency, Subang Regency, and Sukabumi Regency. The results of the study show that the
supply chain of broiler chickens is different for each region. The longer the distribution channel, the
higher the risk of spreading the disease. breeders and traders generally know poultry diseases and the
symptoms of chickens infected with the disease. Knowledge of breeders and traders about bird flu
symptoms that are better proven to reduce the risk of death of broiler chickens during handling. More
than 64% breeders chose to separate sick chickens form healthy chickens, 22% chose to treat sick chikens,
________________
*) Korespondensi:
Departemen Manajemen FEM IPB, Jl. Kamper Kampus IPB Dramaga Bogor 16680; email: ismail.fahutan46@gmail.com
Manajemen Risiko Penyakit Unggas 45
11%sold all si hicens, and 3% destroyed sick chikens. The majority of traders mitigate the disease only by
cleaning vehicles and baskets without disinfectants. The mortality rate of chickens in traders significantly
increased along with the increase in the number of purchases and the distance of transportation.
Key words: behavior of breeders and traders, multiple linear regression analysis, risk management,
poultry disease, value chain mapping,
yaitu aliran produk, aliran keuangan dan aliran melibatkan dua broker. Bagan rantai pasok dapat
informasi. Aliran produk mengalir dari hulu ke dilihat pada Gambar 1.
hilir, yaitu dari peternak ayam broiler sampai ke
konsumen akhir. Aliran keuangan mengalir dari Analisis Perilaku Peternak dalam Pengendalian
hilir ke hulu, yaitu dari konsumen akhir ke Penyakit
peternak ayam broiler. Aliran informasi mengalir Ketika ayam terserang penyakit, peternak
secara timbal balik pada tiap mata rantai. Jaringan harus mengambil tindakan paling tepat dan
distribusi ayam broiler akan ditunjukkan oleh mampu meminimalkan kerugian. Menurut FAO
Value Chain Mapping yang digambarkan ke dalam (2011), mekanisme penyebaran virus HPAI H5N1
empat kabupaten, yaitu Kabupaten Ciamis, terdiri dari enam faktor yaitu berasal dari burung
Tasikmalaya, Subang dan Sukabumi. yang terinfeksi, daging dan produk lain yang
Hubungan rantai pasok ayam broiler di bearsal dari unggas yang terinfeksi, orang-orang
empat kabupaten dianalisis berdasarkan anggota yang kontak langsung dengan unggas terinfeksi,
yang membentuk aliran distribusi dan peran dari kendaraan yang digunakan, peralatan yang
setiap anggota. Anggota rantai pasok adalah para terkontaminasi, dan by product (melalui kotoran
pelaku yang terlibat dalam aliran produk, uang unggas, bulu, limbah pemotongan, limbah dari
dan informasi yang dimulai dari peternak hingga tempat penetasan, dan kulit telur). Peternak
konsumen akhir. Dalam rantai pasok ayam broiler Sukabumi, Subang, Tasikmalaya dan Ciamis mela-
terdapat rantai ayam hidup dan rantai daging kukan tindakan berbeda-beda dalam merespon
ayam. Peran kunci rantai ayam hidup bermain risiko penyakit ayam pedaging, yaitu dari
ditransmisi penyakit flu burung dan kebutuhan memisahkan ayam sakit dengan ayam sehat,
untuk menerapkan berbagai langkah-langkah mengobati ayam, memusnahkan ayam sakit dan
pengendalian untuk mengurangi kematian ayam menjual semua ayam saat terjadi wabah penyakit.
broiler (Sharon et al. 2014). Fokus penelitian ini pa- Respon peternak dalam menghadapi risiko
da rantai pasok ayam broiler dalam bentuk ayam penyakit ayam pedaging di empat kabupaten di
hidup dalam konteks pengendalian penyakit. Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 1.
Rantai pasok ayam broiler memiliki per- Tindakan yang banyak dilakukan peternak
samaan dan perbedaan. Persamaannya terdapat di Jawa Barat ketika terlihat tanda-tanda ayam
pada rantai pasok peternak maklun di Kab. Tasik- terserang penyakit adalah memisahkan ayam
malaya dan Ciamis. Selain itu, persamaan rantai terinfeksi dengan ayam yang sehat untuk men-
pasok terjadi pada peternak mandiri di Kab. cegah penyebaran penyakit ke semua ayam.
Tasikmalaya dengan Sukabumi. Persamaan rantai Sebagian peternak juga melakukan tindakan
pasok juga terjadi pada peternak PT di Kabupaten mengobati ayam hingga sembuh, namun langkah
Sukabumi dengan di Subang yang melibatkan mengobati mengakibatkan penambahan biaya
pihak industri makanan dalam aliran distribusi. produksi. Dalam hal ini, peternak harus memper-
Perbedaanya terjadi pada peternak kemitraan di timbangkan umur ayam saat terserang penyakit.
Kabupaten Sukabumi dengan di Subang yang Apabila ayam sudah cukup umur dan bobotnya,
tidak melibatkan industri makanan. Perbedaan peternak memilih menjual semua ayam, baik yang
lain terdapat pada peternak mandiri di Kabupaten sehat maupun sakit untuk meminimalisir
Subang yang berbeda dengan peternak mandiri di kerugian. Langkah terakhir yang dilakukan
Kabupaten lainnya. Perbedaan juga terjadi pada adalah memusnahkan ayam yang sakit. Namun
peternak maklun di Kabupaten Ciamis yang memusnahkan ayam yang sakit menimbulkan
melibatkan tiga broker, sedangkan peternak kerugian biaya yang besar, sehingga hanya
maklun di Kabupaten Tasikmalaya yang hanya beberapa peternak yang mau memusnahkan dan
dilakukan atas kesadaran sendiri.
Poultry Shop
Poultry Shop
Peternak Maklun
Broker 1
Broker
Broker 2
Pedagang
Pedagang
Pedagang Pengecer
Pedagang Pengecer
Konsumen
Konsumen
Keterangan: Keterangan:
: Aliran Produk (Ayam Hidup) : Aliran Produk (Ayam Hidup)
: Aliran Uang : Aliran Uang
: Aliran Produk (Ayam Karkas) : Aliran Produk (Ayam Karkas)
: Aliran Informasi : Aliran Informasi
a. Rantai pasok ayam broiler di Kabupaten Ciamis b. Rantai pasok ayam broiler di Kabupaten Tasikmalaya
Keterangan:
: Aliran Produk (Ayam Hidup)
: Aliran Uang
: Aliran Produk (Ayam Karkas)
: Aliran Informasi
Perusahaan
Inti
Broker
Pedagang
Industri Pedagang
Makanan Pengecer
Keterangan:
: Aliran Produk (Ayam Hidup)
: Aliran Uang
Konsumen
: Aliran Produk (Ayam Karkas)
: Aliran Informasi
d. Rantai pasok ayam broiler di Kabupaten Sukabumi
Gambar 2. Perilaku pedagang terhadap ayam broiler yang terjangkit flu burung
Analisis Perilaku Pedagang dalam Pengendalian Melalui data yang diperoleh, dilakukan
Penyakit penelitian terhadap pedagang yang melakukan
Analisis tingkat pengetahuan dan persepsi pengamatan terhadap ayam broiler. Penelitian di-
pedagang terhadap gejala kematian ayam broiler lakukan dengan mencari tahu perilaku pedagang
dilakukan untuk pengamatan perilaku pedagang. pada saat menemukan ayam yang diperdagang-
Perilaku yang diamati adalah pedagang melaku- kan terdapat gejala-gejala terjangkit flu burung.
kan pengamatan gejala-gejala flu burung pada sesuai hasil penelitian. Hal ini dilakukan untuk
ayam broiler yang diperdagangkan. Hasil peneliti- mengetahui bagaimana pedagang memitigasi
an menunjukkan 53% pedagang melakukan risiko penyebaran penyakit flu burung. Berdasar-
pengamatan terhadap ayam yang diperdagangkan kan penelitian diperoleh hasil 50% pedagang akan
dan sisanya (47%) tidak melakukan pengamatan. memusnahkan ayam yang terjangkit dengan
Menurut Nofitri (2014), Prioritas faktor rantai risikio kerugian ditanggung sendiri, 37 persen
pasok terkait AI adalah pada proses produksi pedagang akan tetap menjual ayam terjangkit
ayam dan prioritas anggota rantai pasok adalah penyakit dengan harga lebih murah daripada
pada perusahaan inti, dengan risiko operasional harga pasar untuk meminimalir kerugian dan 13
yang memiliki prioritas terbesar adalah sumber persen pedagang berusaha meminta penggantian
daya manusia (SDM). ayam yang terjangkit penyakit pada peternak
(Gambar 2).
Keterangan:
A : Peningkatan kematian secara mendadak F : Diare
B : Depresi G : Pendarahan pin point
C : Pembengkakan kepala, kelopak mata, H : Keluarnya darah-kebiruan dari lubang hidung
sisir, pial dan mulut I : Inkoordinasi termasuk hilangnya kemampuan
D : Gangguan Pernapasan berjalan dan berdiri
E : Bulu rontok
Gambar 3. Persentase gejala-gejala ayam terkena flu burung yang diketahui pedagang
uji kedua, yaitu uji multikolinearitas menunjukkan kendaraan selama distribusi untuk mencegah
bahwa semua peubah independen memiliki nilai kepadatan ayam broiler. Kontribusi peubah bebas
variance inflation factor (VIF) < 10. Hasil tersebut terhadap peubah terikat pada penelitian ini
menunjukkan model regresi tidak mengandung disajikan pada Tabel 2.
multikolinearitas. Hasil uji heteroskedastisitas Tabel 2 menunjukkan hasil R square 0.649
menunjukkan titik-titik pada grafik tidak mem- atau 64,9%, yaitu hasil kuadrat dari koefisien
bentuk pola yang jelas (menyebar) di atas dan di korelasi. Hasil tersebut menunjukkan kontribusi
bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga semua peubah bebas terhadap jumlah kematian
menunjukkan tidak terjadi masalah heteros- ayam broiler per ekor 64.9%, sedangkan sisanya
kedastisitas pada model regresi. Dari keseluruhan dijelaskan oleh peubah lain di luar penelitian.
uji asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model
dapat dikatakan baik karena terbebas dari asumsi Tabel 2. Kontribusi peubah bebas terhadap peubah
klasik. terikat
Selanjutnya menganalisis faktor-faktor yang
Model R R Square Adjusted R Square
memengaruhi tingkat kematian ayam broiler.
Analisis ini bertujuan menganalisis faktor-faktor a
1 0.850 0.649 0.539
yang memengaruhi tingkat kematian ayam broiler
dengan analisis regresi linear berganda. Peubah
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji pengaruh
terikat (Y) digunakan adalah nilai jumlah
secara parsial diperoleh bahwa jarak berpengaruh
kematian ayam broiler per ekor dan peubah bebas
nyata dan positif terhadap jumlah kematian ayam
(X) meliputi jarak, jumlah pembelian ayam per
broiler per ekor. Hal ini karena nilai sig. 0.001 lebih
bulan, pengetahuan pedagang pada gejala flu
kecil dari alpha 10%. Selain itu, jumlah pembelian
burung, log natural dari biaya disinfektan per ekor
ayam per bulan berpengaruh nyata dan positif
dan moda transportasi.
terhadap jumlah kematian ayam broiler per ekor.
Peubah jarak digunakan karena menunjuk-
Hal ini karena nilai sig. Sebesar 0.017 lebih kecil
kan seberapa lama jarak tempuh pengiriman ayam
dari alpha 10%. Pengetahuan pedagang pada gejala
untuk mencegah kematian ayam broiler saat dalam
flu burung berhubungan negatif nyata terhadap
perjalanan. Peubah jumlah pembelian ayam per
tingkat kematian ayam broiler.
bulan digunakan untuk menunjukan kapasitas
pembelian per bulan yang dilakukan pedagang
Uji Pengaruh Peubah Bebas Terhadap Peubah
untuk mencegah kepadatan ayam broiler dalam
Terikat
keranjang. Selain itu, peubah pengetahuan
Uji pengaruh peubah bebas terhadap
pedagang pada gejala flu burung digunakan
peubah terikat secara parsial bertujuan menguji
untuk menunjukan pengetahuan pengetahuan
keberhasilan koefisien regresi secara parsial.
pedagang mengenai gejala flu burung untuk
Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis
mengurangi kematian ayam. Peubah log natural
peubah bebas (X) secara tunggal berpengaruh
dari biaya disinfektan per ekor digunakan untuk
terhadap peubah terikat (Y) dengan memban-
menunjukan perlakuan pedagang terhadap
dingkan nilai t hitung masing-masing peubah
kendaraan dan keranjang selama dalam penam-
bebas dengan derajat kesalahan 10% (α = 0.10).
pungan untuk mencegah kontaminasi. Kemudian
Hasil uji t secara ringkas disajikan pada Tabel 3.
peubah moda transportasi digunakan untuk
menunjukan perlakuan pedagang terhadap
Tabel 3. Hasil uji pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat secara parsial
Peubah log natural dari biaya disinfektan banyaknya pelaku dalam aliran rantai pasok dan
per ekor dan moda transportasi terbukti tidak panjangnya rantai pasokan.
berpengaruh nyata terhadap tingkat kematian Pengetahuan akan gejala penyakit ayam
ayam broiler. Hal tersebut karena nilai sig. kedua broiler perlu diperhatikan dan ditingkatkan
peubah lebih besar dari alpha 10%. Dari hasil sehingga pelaku usaha mampu mencegah dan
tersebut dapat dirumuskan persamaan regresi meminimalisir tingkat kematian. Pengetahuan
linear berganda, yang disajikan pada Persamaan 1. akan mempengaruhi perilaku pelaku usaha dalam
mencegah risiko penyakit. Pemeliharaan kendara-
Y = 1641.100 + 1552.466X1 + 0.781X2 – 23796.632X3 – an dan keranjang menjadi salah satu usaha dalam
2313.753X4 + 2744.967X5 pencegahan kematian akibat risiko penyakit.
Keterangan: Pelaku usaha perlu melakukan pembersihan dan
Y = Tingkat kematian ayam broiler (ekor)
penyemprotan disinfektan sebelum dan setelah
X1= jarak (kilometer)
X2= Jumlah pembelian ayam per bulan (ekor) pengangkutan secara berkala. Aspek waktu, jarak
X3= Pengetahuan pedagang pada gejala flu burung (persen) dan moda transportasi pengiriman juga perlu
X4= Log natural dari biaya disinfektan per ekor diperhatikan. Semakin banyak pelaku usaha
X5= Moda transportasi
dalam rantai pasokan maka akan semakin panjang
rantai. Panjangnya suatu rantai pasokan berkaitan
Berdasarkan persamaan regresi linear
dengan aspek waktu, jarak, dan moda transportasi
berganda yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa
yang digunakan. Berdasarkan aspek-aspek ter-
jumlah kematian ayam broiler per ekor akan
sebut stake holder perlu memperhatikan alternatif
bertambah setiap terjadinya pertambahan jarak
pengambilan keputusan sehingga diperoleh hasil
dalam pendistribusian ayam broiler. Apabila
yang optimal dengan tingkat kematian ayam
semakin jauh jarak yang ditempuh selama
seminimal mungkin.
transportasi, maka dapat menyebabkan ayam
stress, kepanasan apabila pengiriman dialakukan
pada saat cuaca panas dan kedinginan, apabila KESIMPULAN
pengiriman dilakukan pada saat cuaca dingin.
Jumlah kematian ayam broiler per ekor akan 1. Peternak dan pedagang sangat berperan
bertambah setiap terjadinya pertambahan jumlah penting dalam pengendalian penyakit unggas,
pembelian ayam per bulan, maka semakin banyak dikarenakan potensi penyebaran penyakit
jumlah pembelian ayam broiler per bulan, dapat pada rantai pasok ayam hidup dimulai pada
menyebabkan kepadatan ayam broiler didalam saat ayam broiler di kandang hingga sampai ke
keranjang maupun kendaraan yang digunakan Rumah Potong Unggas (RPU). Pelaku yang
saat transportasi.
berperan dalam rantai pasok ayam hidup
Jumlah kematian ayam broiler per ekor akan
meliputi peternak, Broker, Pedagang, dan RPU.
bertambah bila terjadi kekurangan persepsi pada
Pada umumnya panjang rantai dipengaruhi
pengetahuan pedagang pada gejala flu burung.
Artinya bila pedagang tidak memiliki pengeta- banyaknya broker yang berperan. Semakin
huan mengenai gejala flu burung, maka akan panjang rantai pasok ayam hidup, maka akan
mengalami kematian ayam lebih banyak selama berpengaruh pada harga pembelian ayam atau
satu kali pembelian. Untuk itu, pedagang dituntut insentif yang diperoleh rendah, sehingga para
mengetahui gejala-gejala ayam yang terkena flu pelaku usaha tidak mampu mengeluarkan
burung dan tindakan antisipasi terhadap hal biaya disinfektan.
tersebut. 2. Mayoritas pedagang dan peternak memiliki
pengetahuan akan gejala flu burung. sehingga
Implikasi Manajerial menurunkan risiko kematian ayam broiler.
Implikasi manajerial yang dapat menjadi
Sebagai contoh 64% peternak memilih me-
rekomendasi bagi stake holder berdasarkan hasil
misahkan ayam sakit dengan ayam sehat, 22%
penelitian adalah sebagai dasar dalam membuat
memilih mengobati ayam sakit, 11% menjual
kebijakan terkait pengambilan keputusan dan
semua ayam sakit dan 3% memusnahkan ayam
strategi pengelolaan ayam broiler. Pengambilan
keputusan terbentuk dengan memperhatikan sakit. Ditingkat pedagang separuhnya berini-
aspek pengetahuan akan gejala penyakit ayam, siatif melakukan pemusnahan terhadap ayam
dengan menanggung risiko kerugian dan Food and Agriculture Organizations of The United
separuh lainnya tetap menjual. Nation (FAO). 2011. A Value Chain
3. Pedagang beranggapan bahwa tidak ada pe- Approach To Animal Diseases Risk
ngaruh nyata penyebaran penyakit terhadap Management-Technical Foundations and
tingkat kematian ayam pada saat pendistri- Practical Frame-work for Field Application.
Animal Productions and Health Guide-
busian ayam. Jumlah kematian ayam terbukti
lines. No.4. Rome.
nyata meningkat seiring peningkatan skala
Manurung, N. 2013. Analisis Faktor Angka Ke-
pembelian dan jarak tempuh.
matian Bayi terhadap Penolong Kelahiran
di Sumatera Utara. Medan (ID): Univesitas
DAFTAR PUSTAKA Sumatera Utara.
Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak
A. McLeod et al. 2009. Poultry value chain mapping: Unggas. Yogyakarta (ID): Penerbit Gadjah
World's Poultry Science Journal, Vol. 65, Mada University Press.
June 2009 Nofitri, Z. 2014. Manajemen Risiko Rantai Pasok
[BPS] Badan Pusat Statistik Povinsi Jawa Barat. Unggas Terkait Kasus Avian Influenza di
2015. Jawa Barat dalam Angka 2015. Kabupaten Bandung. Bogor (ID): Institut
Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Pertanian Bogor.
Provinsi Jawa Barat. Suartha, I.N., I.M.S. Antara, I.K.S. Wiryana,
Cardona, C., K. Yee, Carpenter. 2009. Are Live Bird Sukada IM, Wirata IW, Dewi NMRK,
Marker Reservoirs of Avian Influenza. Poultry Mahardika IGNK. 2010. Peranan pedagang
Science. 88: hlm 856-859 unggas dalam penyebaran virus Avian
[Disnak] Dinas Peternakan Jawa Barat. 2016. Influenza. J Vet 11(4): 220-225.
Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Sudarman, A., K.M. Rich, T. Randolph, F. Unger.
Jawa Barat. [internet]. [diunduh 2016 2010. Poultry value chains and HPAI in
Februari 05]. Tersedia pada http://disnak. Indonesia: The case of Bogor.
jabarprov. go.id/. Yupiana, Y., S.J. de Vlas, N.M. Adnan, J.H.
[Ditjennak] Direktorat Jendral Peternakan dan Richardus. 2010. Risk factors of poultry
Kesehatan Hewan. 2016. Statistik Peter- outbreaks and human cases of H5N1 avian
nakan dan Kesehatan Hewan [Internet]. influenza virus infection in West Java
[diunduh 2016 april 30]. Tersedia pada: Province, Indonesia. International Journal of
http://ditjennak. pertanian.go.id. Infectious Diseases. 14: e800-e805.
Doi:10.1016/j.ijid.2010.03.014