Anda di halaman 1dari 10

Manajemen IKM, Februai 2019 (44-53) Vol. 14 No.

1
ISSN 2085-8418; EISSN 2622-9250 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/

Manajemen Risiko Penyakit Unggas pada Peternak dan Pedagang Ayam Broiler
di Jawa Barat

Risk Management of Poultry Disease in Broiler Breeders and Traders in West Java

Muhammad Ismail 1*, Eko Ruddy Cahyadi 2#, dan Hartrisari Hardjomidjojo 3#

1 Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Manajemen IPB

2Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB


3 Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB

# Jl. Kamper Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

ABSTRAK

Produk peternakan merupakan komoditas penting di Indonesia. Ayam broiler menjadi salah satu
komoditas konsumsi utama di masayarakat. Tingginya permintaan terhadap ayam broiler perlu diiringi
dengan pengawasan terhadap mutu produk. Pengawasan mutu produk salah satunya dengan
manajemen risko penyakit unggas. Tujuan penelitian mengkaji perilaku peternak dan pedagang dalam
memitigasi penyebaran penyakit unggas. Penelitian ini dilakuan dengan memetakan rantai pasok ayam
broiler hidup untuk mengetahui saluran distribusi, menganalisis perilaku peternak dan pedagang untuk
mengetahui mitigasi penyakit yang optimal, dan analisis regresi linear berganda untuk menganalisis
faktor-faktor penyebab kematian. Lokasi penelitan dilakukan di empat daerah, yaitu Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sukabumi. Hasil dari penelitian
menunjukkan rantai pasok ayam broiler berbeda untuk tiap-tiap daerah. Semakin panjang saluran
distribusi, maka risiko penyebaran penyakit semakin tinggi. Peternak dan pedagang pada umumnya
mengetahui penyakit unggas dan gejala-gejala ayam yang terjangkit penyakit. Pengetahuan peternak dan
pedagang tentang gejala flu burung yang lebih baik terbukti dapat menurunkan risiko kematian ayam
broiler selama penanganan. Lebih dari 64% peternak memilih memisahkan ayam sakit dengan ayam
sehat, 22% memilih mengobati ayam sakit, 11% menjual semua ayam sakit dan 3% memusnahkan ayam
sakit. Mayoritas pedagang memitigasi penyakit hanya dengan membersihkan kendaraan dan keranjang
tanpa disinfektan. Tingkat kematian ayam pada pedagang meningkat nyata seiring dengan
meningkatnya jumlah pembelian dan jarak pengangkutan.

Kata kunci: behavior of breeders and traders, manajemen risiko, multiple linear regression analysis,
poultry disease, pemetaan rantai pasok

ABSTRACT

Livestock products are an important commodity in Indonesia. Broiler chickens are one of the main
consumption commodities in the community. The high demand for broiler chickens needs to be
accompanied by supervision of product quality. Product quality control is one of them is the
management of poultry disease risk. The research objective is to determine the behavior of breeders and
traders in mitigating the spread of poultry disease. This study was conducted by mapping the supply
chain of live broiler chickens to find out the distribution channel, analyzing the behavior of breeders and
traders to determine optimal disease mitigation, and multiple linear regression analysis to determine the
causes of death. Research locations were conducted in four regions, namely Ciamis Regency,
Tasikmalaya Regency, Subang Regency, and Sukabumi Regency. The results of the study show that the
supply chain of broiler chickens is different for each region. The longer the distribution channel, the
higher the risk of spreading the disease. breeders and traders generally know poultry diseases and the
symptoms of chickens infected with the disease. Knowledge of breeders and traders about bird flu
symptoms that are better proven to reduce the risk of death of broiler chickens during handling. More
than 64% breeders chose to separate sick chickens form healthy chickens, 22% chose to treat sick chikens,
________________
*) Korespondensi:
Departemen Manajemen FEM IPB, Jl. Kamper Kampus IPB Dramaga Bogor 16680; email: ismail.fahutan46@gmail.com
Manajemen Risiko Penyakit Unggas 45

11%sold all si hicens, and 3% destroyed sick chikens. The majority of traders mitigate the disease only by
cleaning vehicles and baskets without disinfectants. The mortality rate of chickens in traders significantly
increased along with the increase in the number of purchases and the distance of transportation.

Key words: behavior of breeders and traders, multiple linear regression analysis, risk management,
poultry disease, value chain mapping,

PENDAHULUAN dan tataniaga banyak tahapan yang bisa menjadi


faktor risiko penyebaran penyakit, sehingga perlu
Sektor peternakan merupakan bagian dari dilakukan identifikasi lebih lanjut untuk meng-
sektor pertanian yang memiliki peran dalam eliminasi risiko atau mengurangi risiko. Menurut
pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia. Cardona et al. (2009), kematian ayam broiler dapat
Pertumbuhan sektor peternakan selama periode disebabkan salah satunya karena adanya risiko flu
2004-2014 tidak meningkat nyata dari 12.4% burung yang masuk dan menyebar nyata, melalui
menjadi 12.7%, namun dari tren pertumbuhannya unggas, proses pengiriman, moda transportasi,
meningkat dari 3% menjadi 5%, yang mengindi- dan kendaraan.
kasikan adanya kemajuan kinerja pada sektor Salah satu cara mereduksi risiko atau
peternakan di Indonesia (BPS, 2015). Salah satu mengurangi risiko penyebaran penyakit adalah
komoditas peternakan adalah ayam broiler atau melakukan identifikasi jaringan distribusi, mana-
daging ayam ras. Ayam broiler merupakan bagian jemen dan pengendalian risiko rantai pasok terkait
dari komoditas peternakan yang menjadi salah penyebaran penyakit pada rantai pasokan ayam
satu sumber protein hewani penting. Ketersediaan broiler. Menurut Yupiana et al. (2010), orang-orang
yang melimpah menjadikan komoditas ini relatif yang berhubungan dekat dengan ungggas
terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Produksi (peternak, kurir/pedagang, pemotong, dll) harus
ayam broiler di Indonesia pada tahun 2014 sebesar mempertimbangkan risiko tinggi penyebaran
1.500,38 ribu ton dari total produksi komoditas penyakit yang kebanayakan dari mereka memiliki
daging 2.925,21 ribu ton (Ditjennak, 2016). pengetahuan dan kesadaran yang buruk terhadap
Menurut Subdirektorat Statistik Perdagangan infeksi HPAI. Faktor yang perlu menjadi per-
Dalam negeri (2015), Jawa Barat merupakan sentra hatian meliputi proses beternak, sistem, sumber
produksi ayam broiler terbesar di Pulau Jawa dan daya manusia (SDM), dan kejadian di luar per-
di Indonesia. usahaan. Pelaku yang perlu diperhatikan adalah
Salah satu permasalahan dalam industri perusahaan inti, peternak dan ritel yang berperan
unggas adalah penyebaran penyakit yang ber- dalam rantai pasokan ayam broiler.
potensi menular melalui rantai pasok (Cardona et Melihat latar belakang yang telah dijelas-
al. 2009). Banyaknya permasalahan menjadi kan, maka secara khusus tujuan penelitian ini
hambatan dalam penanggulangan penyakit, adalah:
sehingga sulit mencapai hasil diinginkan. Isolasi 1. Mengidentifikasi karakteristik rantai pasok
peternakan/daerah bebas penyakit masih sulit peternak dan pedagang di Jawa Barat.
dilakukan, maka tingkat keberhasilan vaksinasi 2. Menganalisis perilaku peternak dan pedagang
saat ini sangat bervariasi. Biosekuriti cenderung dalam pengendalian penyakit unggas
diperlonggar, karena memerlukan biaya tinggi. 3. Menganalisis pengaruh rantai pasok pada
Kontrol lalu lintas unggas, produk asal unggas, kematian unggas di lingkup peternak dan
produk sampingan (khususnya kotoran) sulit pedagang
dilakukan. Kesadaran peternak untuk ikut men-
cegah perluasan penyebaran penyakit cenderung
METODE PENELITIAN
menurun. Menurut Mulyantini (2010), kematian
ayam broiler dapat disebabkan oleh beberapa
Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei-
faktor, seperti penularan penyakit yang dapat
Oktober 2016 bertempat di Kabupaten Ciamis,
berasal dari unggas satu ke unggas yang lain, atau
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Subang dan
dari induk keturunannya, seperti bakteri, virus,
Kabupaten Sukabumi. Jenis data yang digunakan
jamur, dan lainnya, serta penyakit yang tidak
pada penelitian ini adalah data primer dan
menular, seperti kekurangan gizi, suhu ling-
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan
kungan ekstrim, perkandangan tidak baik, stress,
dengan cara melakukan survei dan wawancara
dan lainnya. Di dalam praktek produksi unggas

Vol. 14 No. 1 Februari 2019


46 Manajemen Risiko Penyakit Unggas

dengan kuesioner. Untuk data sekunder dilaku- Karakteristik Responden


kan studi pustaka dari berbagai sumber yang Karakteristik peternak di Kab. Ciamis,
tersedia. Tasikmalaya, Sukabumi dan Subang dapat dilihat
Pemilihan lokasi dilakukan secara bertahap berdasarkan jenis kegiatan usahanya yang terdiri
(multistage sampling), dimana pemilihan kabupaten dari peternakan maklun, mandiri, kemitraan/
dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan kontrak harga, dan perusahaan. Peternak maklun
pertimbangan jumlah populasi unggas, jumlah adalah peternak yang modal, biaya proses
populasi peternak dan jumlah frekuensi kejadian produksi dan pemasaran tidak sepenuhnya
penyakit Avian Influenza. Pemilihan lokasi keca- dilakukan sendiri oleh peternak, tetapi ada
matan dilakukan secara sengaja (purposive) ber- beberapa unsur yang dibantu pihak lain sesuai
dasarkan pertimbangan variasi tingkat keparahan keinginan dan kemampuan peternak dalam
dan frekuensi terserang penyakit Avian Influenza. perjanjian tertentu. Peternak mandiri adalah
Penentuan responden dilakukan secara acak peternakan dengan kepemilikan modal dan
(random sampling) berdasarkan data pelaku rantai seluruh biaya produksi sepenuhnya ditanggung
pasok yang ada di dinas peternakan dan oleh pemilik/peternak itu sendiri serta memasar-
kecamatan. kan hasil produksinya. Peternak kontrak harga
adalah sistem kerjasama antara peternak dan
Teknik Pengolahan dan Analisis Data perusahaan, dimana peternak hanya bertanggung-
Pengolahan dan analisis data pada peneliti- jawab melaksanakan budidaya hingga ayam
an ini menggunakan Analisis Deskriptif untuk broiler siap panen dan mendapatkan keuntungan
mendiskripsikan obyek penelitian melalui data berdasarkan perjanjian atau kontrak harga yang
yang telah terkumpul. Value Chain Mapping telah disepakati. Peternakan perusahaan adalah
digunakan untuk mengetahui saluran distribusi sistem peternakan yang kepemilikan modal, biaya
yang terjadi pada rantai pasok ayam broiler. produksi dan pemasaran ditanggung oleh
Analisis persepsi dan perilaku peternak, serta perusahaan, peternak hanya bertugas sebagai
pedagang untuk mengetahui perlakuan terhadap pekerja dan mendapat upah
ayam broiler yang sakit. Analisis terakhir yang Dalam bisnis perdagangan ayam broiler,
dilakukan adalah Analisis Regresi Linear Ber- terdapat dua jenis pedagang. Sebagian responden
ganda untuk menjelaskan pengaruh rantai pasok lebih sering berperan sebagai pedagang pengum-
pada kematian unggas di lingkup peternak dan pul dan lainnya sebagai broker. Pola bisnis untuk
pedagang. Data yang diperoleh diolah dengan pedagang pengumpul adalah menyimpan ayam
menggunakan Software IBM Statistical Package for broiler yang telah dibeli dari peternak ke tempat
the Social Science (SPSS). penampungan yang sudah disediakan sebelum
menjualnya ke pedagang lain. Pola bisnis broker
melakukan sistem penjualan ayam broiler dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
surat delivery order (DO) atau menjual informasi
terkait penjualan ayam broiler dan menawarkan ke
Keadaan geografis dan demografis Jawa
pedagang lain, sehingga broker terakhir yang
Barat sangat cocok untuk pengembangan budi-
bertanggungjawab untuk mengambil ayam broiler
daya peternakan, khususnya peternakan unggas.
dari peternak.
Jawa Barat merupakan daerah dengan ciri ben-
tangan pegunungan dengan ketinggian 100-1500 Analisis Jaringan Distribusi Rantai pasok Ayam
meter di atas permukaan laut. Rata-rata suhu Broiler
udara di Jawa barat antara 9°-34° C dengan curah Pemetaan rantai nilai dapat menggambar-
hujan per tahun berkisar 2000-5000 mm/tahun kan kerangka yang sesuai dan efisien sehingga
(BPS, 2015). Kondisi ini memacu pertumbuhan dapat dilakukan perencanaan dan pengujian suatu
produksi unggas terus meningkat. Persebaran kebijakan dari HPAI untuk pencegahan dan
sentra produksi unggas yang diteliti dalam studi berbagai pilihan pengendalian. Peta tersebut
ini tersebar di beberapa kabupaten antara lain berfungsi sebagai alat komunikasi antara para
Ciamis, Tasikmalaya, Sukabumi dan Subang. ahli, stakeholders dengan berbagai latar belelakang
Empat kabupaten tersebut termasuk kabupaten dan kepentingan (McLeod et al. 2009). Karak-
yang memiliki jumlah produksi unggas khusus- teristik pada struktur jaringan distribusi rantai
nya ayam pedaging terbesar di Jawa Barat (BPS, pasok ayam broiler pada umumnya sama.
2015). Karakteristik tersebut meliputi tiga pola aliran,

ISMAIL ET AL Manajemen IKM


Manajemen Risiko Penyakit Unggas 47

yaitu aliran produk, aliran keuangan dan aliran melibatkan dua broker. Bagan rantai pasok dapat
informasi. Aliran produk mengalir dari hulu ke dilihat pada Gambar 1.
hilir, yaitu dari peternak ayam broiler sampai ke
konsumen akhir. Aliran keuangan mengalir dari Analisis Perilaku Peternak dalam Pengendalian
hilir ke hulu, yaitu dari konsumen akhir ke Penyakit
peternak ayam broiler. Aliran informasi mengalir Ketika ayam terserang penyakit, peternak
secara timbal balik pada tiap mata rantai. Jaringan harus mengambil tindakan paling tepat dan
distribusi ayam broiler akan ditunjukkan oleh mampu meminimalkan kerugian. Menurut FAO
Value Chain Mapping yang digambarkan ke dalam (2011), mekanisme penyebaran virus HPAI H5N1
empat kabupaten, yaitu Kabupaten Ciamis, terdiri dari enam faktor yaitu berasal dari burung
Tasikmalaya, Subang dan Sukabumi. yang terinfeksi, daging dan produk lain yang
Hubungan rantai pasok ayam broiler di bearsal dari unggas yang terinfeksi, orang-orang
empat kabupaten dianalisis berdasarkan anggota yang kontak langsung dengan unggas terinfeksi,
yang membentuk aliran distribusi dan peran dari kendaraan yang digunakan, peralatan yang
setiap anggota. Anggota rantai pasok adalah para terkontaminasi, dan by product (melalui kotoran
pelaku yang terlibat dalam aliran produk, uang unggas, bulu, limbah pemotongan, limbah dari
dan informasi yang dimulai dari peternak hingga tempat penetasan, dan kulit telur). Peternak
konsumen akhir. Dalam rantai pasok ayam broiler Sukabumi, Subang, Tasikmalaya dan Ciamis mela-
terdapat rantai ayam hidup dan rantai daging kukan tindakan berbeda-beda dalam merespon
ayam. Peran kunci rantai ayam hidup bermain risiko penyakit ayam pedaging, yaitu dari
ditransmisi penyakit flu burung dan kebutuhan memisahkan ayam sakit dengan ayam sehat,
untuk menerapkan berbagai langkah-langkah mengobati ayam, memusnahkan ayam sakit dan
pengendalian untuk mengurangi kematian ayam menjual semua ayam saat terjadi wabah penyakit.
broiler (Sharon et al. 2014). Fokus penelitian ini pa- Respon peternak dalam menghadapi risiko
da rantai pasok ayam broiler dalam bentuk ayam penyakit ayam pedaging di empat kabupaten di
hidup dalam konteks pengendalian penyakit. Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 1.
Rantai pasok ayam broiler memiliki per- Tindakan yang banyak dilakukan peternak
samaan dan perbedaan. Persamaannya terdapat di Jawa Barat ketika terlihat tanda-tanda ayam
pada rantai pasok peternak maklun di Kab. Tasik- terserang penyakit adalah memisahkan ayam
malaya dan Ciamis. Selain itu, persamaan rantai terinfeksi dengan ayam yang sehat untuk men-
pasok terjadi pada peternak mandiri di Kab. cegah penyebaran penyakit ke semua ayam.
Tasikmalaya dengan Sukabumi. Persamaan rantai Sebagian peternak juga melakukan tindakan
pasok juga terjadi pada peternak PT di Kabupaten mengobati ayam hingga sembuh, namun langkah
Sukabumi dengan di Subang yang melibatkan mengobati mengakibatkan penambahan biaya
pihak industri makanan dalam aliran distribusi. produksi. Dalam hal ini, peternak harus memper-
Perbedaanya terjadi pada peternak kemitraan di timbangkan umur ayam saat terserang penyakit.
Kabupaten Sukabumi dengan di Subang yang Apabila ayam sudah cukup umur dan bobotnya,
tidak melibatkan industri makanan. Perbedaan peternak memilih menjual semua ayam, baik yang
lain terdapat pada peternak mandiri di Kabupaten sehat maupun sakit untuk meminimalisir
Subang yang berbeda dengan peternak mandiri di kerugian. Langkah terakhir yang dilakukan
Kabupaten lainnya. Perbedaan juga terjadi pada adalah memusnahkan ayam yang sakit. Namun
peternak maklun di Kabupaten Ciamis yang memusnahkan ayam yang sakit menimbulkan
melibatkan tiga broker, sedangkan peternak kerugian biaya yang besar, sehingga hanya
maklun di Kabupaten Tasikmalaya yang hanya beberapa peternak yang mau memusnahkan dan
dilakukan atas kesadaran sendiri.

Tabel 1. Respon peternak dalam menghadapi wabah penyakit di Jawa Barat


Memisahkan Mengobati ayam Menjual semua Memusnahkan
Lokasi
ayam (%) (%) ayam (%) ayam sakit (%)
Ciamis 57,4 19,8 19,8 3
Tasikmalaya 51,4 13,3 34,3 1
Sukabumi 83,7 9,2 3,1 4,1
Subang 63,7 35,3 1 0
Rataan 64,1 19,4 14,5 2

Vol. 14 No. 1 Februari 2019


48 Manajemen Risiko Penyakit Unggas

Poultry Shop

Poultry Shop
Peternak Maklun

Peternak Maklun Peternak Mandiri

Broker 1

Broker
Broker 2

Pedagang
Pedagang

Rumah Potong Unggas (RPU)


Rumah Potong Unggas (RPU)

Pedagang Pengecer
Pedagang Pengecer

Konsumen
Konsumen
Keterangan: Keterangan:
: Aliran Produk (Ayam Hidup) : Aliran Produk (Ayam Hidup)
: Aliran Uang : Aliran Uang
: Aliran Produk (Ayam Karkas) : Aliran Produk (Ayam Karkas)
: Aliran Informasi : Aliran Informasi
a. Rantai pasok ayam broiler di Kabupaten Ciamis b. Rantai pasok ayam broiler di Kabupaten Tasikmalaya

Keterangan:
: Aliran Produk (Ayam Hidup)
: Aliran Uang
: Aliran Produk (Ayam Karkas)
: Aliran Informasi

c. Rantai pasok ayam broiler di Kabupaten Subang

ISMAIL ET AL Manajemen IKM


Manajemen Risiko Penyakit Unggas 49

Perusahaan
Inti

Peternak PT Peternak Peternak


Mandiri Kemitraan

Broker

Pedagang

Rumah Potong Unggas (RPU)

Industri Pedagang
Makanan Pengecer
Keterangan:
: Aliran Produk (Ayam Hidup)
: Aliran Uang
Konsumen
: Aliran Produk (Ayam Karkas)
: Aliran Informasi
d. Rantai pasok ayam broiler di Kabupaten Sukabumi

Gambar 1. Rantai pasokan ayam broiler di Jawa Barat

Gambar 2. Perilaku pedagang terhadap ayam broiler yang terjangkit flu burung

Analisis Perilaku Pedagang dalam Pengendalian Melalui data yang diperoleh, dilakukan
Penyakit penelitian terhadap pedagang yang melakukan
Analisis tingkat pengetahuan dan persepsi pengamatan terhadap ayam broiler. Penelitian di-
pedagang terhadap gejala kematian ayam broiler lakukan dengan mencari tahu perilaku pedagang
dilakukan untuk pengamatan perilaku pedagang. pada saat menemukan ayam yang diperdagang-
Perilaku yang diamati adalah pedagang melaku- kan terdapat gejala-gejala terjangkit flu burung.
kan pengamatan gejala-gejala flu burung pada sesuai hasil penelitian. Hal ini dilakukan untuk
ayam broiler yang diperdagangkan. Hasil peneliti- mengetahui bagaimana pedagang memitigasi
an menunjukkan 53% pedagang melakukan risiko penyebaran penyakit flu burung. Berdasar-
pengamatan terhadap ayam yang diperdagangkan kan penelitian diperoleh hasil 50% pedagang akan
dan sisanya (47%) tidak melakukan pengamatan. memusnahkan ayam yang terjangkit dengan
Menurut Nofitri (2014), Prioritas faktor rantai risikio kerugian ditanggung sendiri, 37 persen
pasok terkait AI adalah pada proses produksi pedagang akan tetap menjual ayam terjangkit
ayam dan prioritas anggota rantai pasok adalah penyakit dengan harga lebih murah daripada
pada perusahaan inti, dengan risiko operasional harga pasar untuk meminimalir kerugian dan 13
yang memiliki prioritas terbesar adalah sumber persen pedagang berusaha meminta penggantian
daya manusia (SDM). ayam yang terjangkit penyakit pada peternak
(Gambar 2).

Vol. 14 No. 1 Februari 2019


50 Manajemen Risiko Penyakit Unggas

Pengetahuan Pedagang Terhadap Gejala Flu Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi


Burung Tingkat Kematian Ayam Broiler
Hasil penelitian menunjukkan 68% peda- Menurut Sudarman et al. (2010), setiap aktor
gang memiliki pengetahuan akan penyakit flu dalam rantai nilai unggas yang menangani unggas
burung. Berdasarkan perolehan persentase ter- hidup atau baru mati harus mampu mengenali
sebut diperoleh perbedaan rataan jumlah gejala HPAI jika terjadi kasus dan tanggap serta mampu
yang diketahui pedagang pada setiap kabupaten. mengambil tindakan yang tepat waktu untuk
Dengan asumsi semakin banyak pengetahuan melaporkan penyakit kejadian tersebut kepada
akan gejala-gejala flu burung, maka akan pihak yang berwenang. Suartha et al. (2010)
mengurangi tingkat risiko kematian. Diperoleh melaporkan bahwa pedagang unggas ber-
hasil penelitian yang menunjukkan pengetahuan kontribusi tinggi dalam penyebaran flu burung
pedagang akan gejala-gejala flu burung cukup karena belum melakukan program biosekuriti
minim. Rataan pedagang hanya mengetahui tiga secara menyeluruh ditinjau dari pengumpulan
dari sembilan gejala ayam yang terjangkit flu unggas sebelum dijual, pencampuran jenis
burung. unggas, pencucian keranjang unggas dan
Berdasarkan gejala-gejala flu burung yang desinfeksi keranjang unggas. Analisis regresi
disajikan kepada responden diperoleh persentase linear berganda digunakan untuk menekan dan
tingkat pengetahuan pedagang. Persentase paling menurunkan tingkat kematian ayam broiler
besar adalah pedagang mengetahui gejala ayam (Manurung, 2013). Sebelum melakukan regresi
yang terjangkit flu burung dengan terjadinya linear berganda, penelitian ini terlebih dahulu
kematian mendadak pada ayam 33%. Untuk gejala melakukan uji asumsi klasik. Model analisis
yang ditandai dengan penampakan ayam yang regresi linear berganda dikatakan model yang
depresi 15% dari terjadinya gejala pembengkakan baik, jika terbebas dari asumsi klasik, yaitu
pada kepala, kelopak mata, sisir, pial, dan mulut terbebas dari uji normalitas, multikolinearitas dan
11%. Berikut adalah persentase hasil pengetahuan heteroskedastisitas. Hasil analisis menunjukkan
pedagang terhadap gejala ayam yang terjangkit model regresi memenuhi asumsi normalitas,
flu burung dimuat dalam Gambar 3. karena titik-titik pada grafik uji normalitas
mengikuti dan mendekati garis diagonalnya. Hasil

Keterangan:
A : Peningkatan kematian secara mendadak F : Diare
B : Depresi G : Pendarahan pin point
C : Pembengkakan kepala, kelopak mata, H : Keluarnya darah-kebiruan dari lubang hidung
sisir, pial dan mulut I : Inkoordinasi termasuk hilangnya kemampuan
D : Gangguan Pernapasan berjalan dan berdiri
E : Bulu rontok

Gambar 3. Persentase gejala-gejala ayam terkena flu burung yang diketahui pedagang

ISMAIL ET AL Manajemen IKM


Manajemen Risiko Penyakit Unggas 51

uji kedua, yaitu uji multikolinearitas menunjukkan kendaraan selama distribusi untuk mencegah
bahwa semua peubah independen memiliki nilai kepadatan ayam broiler. Kontribusi peubah bebas
variance inflation factor (VIF) < 10. Hasil tersebut terhadap peubah terikat pada penelitian ini
menunjukkan model regresi tidak mengandung disajikan pada Tabel 2.
multikolinearitas. Hasil uji heteroskedastisitas Tabel 2 menunjukkan hasil R square 0.649
menunjukkan titik-titik pada grafik tidak mem- atau 64,9%, yaitu hasil kuadrat dari koefisien
bentuk pola yang jelas (menyebar) di atas dan di korelasi. Hasil tersebut menunjukkan kontribusi
bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga semua peubah bebas terhadap jumlah kematian
menunjukkan tidak terjadi masalah heteros- ayam broiler per ekor 64.9%, sedangkan sisanya
kedastisitas pada model regresi. Dari keseluruhan dijelaskan oleh peubah lain di luar penelitian.
uji asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model
dapat dikatakan baik karena terbebas dari asumsi Tabel 2. Kontribusi peubah bebas terhadap peubah
klasik. terikat
Selanjutnya menganalisis faktor-faktor yang
Model R R Square Adjusted R Square
memengaruhi tingkat kematian ayam broiler.
Analisis ini bertujuan menganalisis faktor-faktor a
1 0.850 0.649 0.539
yang memengaruhi tingkat kematian ayam broiler
dengan analisis regresi linear berganda. Peubah
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji pengaruh
terikat (Y) digunakan adalah nilai jumlah
secara parsial diperoleh bahwa jarak berpengaruh
kematian ayam broiler per ekor dan peubah bebas
nyata dan positif terhadap jumlah kematian ayam
(X) meliputi jarak, jumlah pembelian ayam per
broiler per ekor. Hal ini karena nilai sig. 0.001 lebih
bulan, pengetahuan pedagang pada gejala flu
kecil dari alpha 10%. Selain itu, jumlah pembelian
burung, log natural dari biaya disinfektan per ekor
ayam per bulan berpengaruh nyata dan positif
dan moda transportasi.
terhadap jumlah kematian ayam broiler per ekor.
Peubah jarak digunakan karena menunjuk-
Hal ini karena nilai sig. Sebesar 0.017 lebih kecil
kan seberapa lama jarak tempuh pengiriman ayam
dari alpha 10%. Pengetahuan pedagang pada gejala
untuk mencegah kematian ayam broiler saat dalam
flu burung berhubungan negatif nyata terhadap
perjalanan. Peubah jumlah pembelian ayam per
tingkat kematian ayam broiler.
bulan digunakan untuk menunjukan kapasitas
pembelian per bulan yang dilakukan pedagang
Uji Pengaruh Peubah Bebas Terhadap Peubah
untuk mencegah kepadatan ayam broiler dalam
Terikat
keranjang. Selain itu, peubah pengetahuan
Uji pengaruh peubah bebas terhadap
pedagang pada gejala flu burung digunakan
peubah terikat secara parsial bertujuan menguji
untuk menunjukan pengetahuan pengetahuan
keberhasilan koefisien regresi secara parsial.
pedagang mengenai gejala flu burung untuk
Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis
mengurangi kematian ayam. Peubah log natural
peubah bebas (X) secara tunggal berpengaruh
dari biaya disinfektan per ekor digunakan untuk
terhadap peubah terikat (Y) dengan memban-
menunjukan perlakuan pedagang terhadap
dingkan nilai t hitung masing-masing peubah
kendaraan dan keranjang selama dalam penam-
bebas dengan derajat kesalahan 10% (α = 0.10).
pungan untuk mencegah kontaminasi. Kemudian
Hasil uji t secara ringkas disajikan pada Tabel 3.
peubah moda transportasi digunakan untuk
menunjukan perlakuan pedagang terhadap

Tabel 3. Hasil uji pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat secara parsial

Model B Sig. Keterangan

(Constant) 1641.100 0.941


Jarak (X1) 1552.466 0.001 Nyata
Jumlah pembelian ayam per bulan (X2) 0.781 0.017 Nyata
Pengetahuan pedagang pada gejala flu burung (X3) -23796.632 0.052 Nyata
Log natural dari biaya disinfektan per ekor (X4) -2313.573 0.491 Tidak nyata
Moda transportasi (X5) 2744.967 0.790 Tidak nyata

Vol. 14 No. 1 Februari 2019


52 Manajemen Risiko Penyakit Unggas

Peubah log natural dari biaya disinfektan banyaknya pelaku dalam aliran rantai pasok dan
per ekor dan moda transportasi terbukti tidak panjangnya rantai pasokan.
berpengaruh nyata terhadap tingkat kematian Pengetahuan akan gejala penyakit ayam
ayam broiler. Hal tersebut karena nilai sig. kedua broiler perlu diperhatikan dan ditingkatkan
peubah lebih besar dari alpha 10%. Dari hasil sehingga pelaku usaha mampu mencegah dan
tersebut dapat dirumuskan persamaan regresi meminimalisir tingkat kematian. Pengetahuan
linear berganda, yang disajikan pada Persamaan 1. akan mempengaruhi perilaku pelaku usaha dalam
mencegah risiko penyakit. Pemeliharaan kendara-
Y = 1641.100 + 1552.466X1 + 0.781X2 – 23796.632X3 – an dan keranjang menjadi salah satu usaha dalam
2313.753X4 + 2744.967X5 pencegahan kematian akibat risiko penyakit.
Keterangan: Pelaku usaha perlu melakukan pembersihan dan
Y = Tingkat kematian ayam broiler (ekor)
penyemprotan disinfektan sebelum dan setelah
X1= jarak (kilometer)
X2= Jumlah pembelian ayam per bulan (ekor) pengangkutan secara berkala. Aspek waktu, jarak
X3= Pengetahuan pedagang pada gejala flu burung (persen) dan moda transportasi pengiriman juga perlu
X4= Log natural dari biaya disinfektan per ekor diperhatikan. Semakin banyak pelaku usaha
X5= Moda transportasi
dalam rantai pasokan maka akan semakin panjang
rantai. Panjangnya suatu rantai pasokan berkaitan
Berdasarkan persamaan regresi linear
dengan aspek waktu, jarak, dan moda transportasi
berganda yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa
yang digunakan. Berdasarkan aspek-aspek ter-
jumlah kematian ayam broiler per ekor akan
sebut stake holder perlu memperhatikan alternatif
bertambah setiap terjadinya pertambahan jarak
pengambilan keputusan sehingga diperoleh hasil
dalam pendistribusian ayam broiler. Apabila
yang optimal dengan tingkat kematian ayam
semakin jauh jarak yang ditempuh selama
seminimal mungkin.
transportasi, maka dapat menyebabkan ayam
stress, kepanasan apabila pengiriman dialakukan
pada saat cuaca panas dan kedinginan, apabila KESIMPULAN
pengiriman dilakukan pada saat cuaca dingin.
Jumlah kematian ayam broiler per ekor akan 1. Peternak dan pedagang sangat berperan
bertambah setiap terjadinya pertambahan jumlah penting dalam pengendalian penyakit unggas,
pembelian ayam per bulan, maka semakin banyak dikarenakan potensi penyebaran penyakit
jumlah pembelian ayam broiler per bulan, dapat pada rantai pasok ayam hidup dimulai pada
menyebabkan kepadatan ayam broiler didalam saat ayam broiler di kandang hingga sampai ke
keranjang maupun kendaraan yang digunakan Rumah Potong Unggas (RPU). Pelaku yang
saat transportasi.
berperan dalam rantai pasok ayam hidup
Jumlah kematian ayam broiler per ekor akan
meliputi peternak, Broker, Pedagang, dan RPU.
bertambah bila terjadi kekurangan persepsi pada
Pada umumnya panjang rantai dipengaruhi
pengetahuan pedagang pada gejala flu burung.
Artinya bila pedagang tidak memiliki pengeta- banyaknya broker yang berperan. Semakin
huan mengenai gejala flu burung, maka akan panjang rantai pasok ayam hidup, maka akan
mengalami kematian ayam lebih banyak selama berpengaruh pada harga pembelian ayam atau
satu kali pembelian. Untuk itu, pedagang dituntut insentif yang diperoleh rendah, sehingga para
mengetahui gejala-gejala ayam yang terkena flu pelaku usaha tidak mampu mengeluarkan
burung dan tindakan antisipasi terhadap hal biaya disinfektan.
tersebut. 2. Mayoritas pedagang dan peternak memiliki
pengetahuan akan gejala flu burung. sehingga
Implikasi Manajerial menurunkan risiko kematian ayam broiler.
Implikasi manajerial yang dapat menjadi
Sebagai contoh 64% peternak memilih me-
rekomendasi bagi stake holder berdasarkan hasil
misahkan ayam sakit dengan ayam sehat, 22%
penelitian adalah sebagai dasar dalam membuat
memilih mengobati ayam sakit, 11% menjual
kebijakan terkait pengambilan keputusan dan
semua ayam sakit dan 3% memusnahkan ayam
strategi pengelolaan ayam broiler. Pengambilan
keputusan terbentuk dengan memperhatikan sakit. Ditingkat pedagang separuhnya berini-
aspek pengetahuan akan gejala penyakit ayam, siatif melakukan pemusnahan terhadap ayam

ISMAIL ET AL Manajemen IKM


Manajemen Risiko Penyakit Unggas 53

dengan menanggung risiko kerugian dan Food and Agriculture Organizations of The United
separuh lainnya tetap menjual. Nation (FAO). 2011. A Value Chain
3. Pedagang beranggapan bahwa tidak ada pe- Approach To Animal Diseases Risk
ngaruh nyata penyebaran penyakit terhadap Management-Technical Foundations and
tingkat kematian ayam pada saat pendistri- Practical Frame-work for Field Application.
Animal Productions and Health Guide-
busian ayam. Jumlah kematian ayam terbukti
lines. No.4. Rome.
nyata meningkat seiring peningkatan skala
Manurung, N. 2013. Analisis Faktor Angka Ke-
pembelian dan jarak tempuh.
matian Bayi terhadap Penolong Kelahiran
di Sumatera Utara. Medan (ID): Univesitas
DAFTAR PUSTAKA Sumatera Utara.
Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak
A. McLeod et al. 2009. Poultry value chain mapping: Unggas. Yogyakarta (ID): Penerbit Gadjah
World's Poultry Science Journal, Vol. 65, Mada University Press.
June 2009 Nofitri, Z. 2014. Manajemen Risiko Rantai Pasok
[BPS] Badan Pusat Statistik Povinsi Jawa Barat. Unggas Terkait Kasus Avian Influenza di
2015. Jawa Barat dalam Angka 2015. Kabupaten Bandung. Bogor (ID): Institut
Bandung (ID): Badan Pusat Statistik Pertanian Bogor.
Provinsi Jawa Barat. Suartha, I.N., I.M.S. Antara, I.K.S. Wiryana,
Cardona, C., K. Yee, Carpenter. 2009. Are Live Bird Sukada IM, Wirata IW, Dewi NMRK,
Marker Reservoirs of Avian Influenza. Poultry Mahardika IGNK. 2010. Peranan pedagang
Science. 88: hlm 856-859 unggas dalam penyebaran virus Avian
[Disnak] Dinas Peternakan Jawa Barat. 2016. Influenza. J Vet 11(4): 220-225.
Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Sudarman, A., K.M. Rich, T. Randolph, F. Unger.
Jawa Barat. [internet]. [diunduh 2016 2010. Poultry value chains and HPAI in
Februari 05]. Tersedia pada http://disnak. Indonesia: The case of Bogor.
jabarprov. go.id/. Yupiana, Y., S.J. de Vlas, N.M. Adnan, J.H.
[Ditjennak] Direktorat Jendral Peternakan dan Richardus. 2010. Risk factors of poultry
Kesehatan Hewan. 2016. Statistik Peter- outbreaks and human cases of H5N1 avian
nakan dan Kesehatan Hewan [Internet]. influenza virus infection in West Java
[diunduh 2016 april 30]. Tersedia pada: Province, Indonesia. International Journal of
http://ditjennak. pertanian.go.id. Infectious Diseases. 14: e800-e805.
Doi:10.1016/j.ijid.2010.03.014

Vol. 14 No. 1 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai