Oleh:
&
Wayan Gede Artawan* ***, Erik Prajawan**, Subrata***,Pasek Kardiwinata***
*Mahasiswa S2 FETP FKM UI
**Alumnus PSIKM FK Unud
***Staf Pengajar Bagian Epidemiologi PSIKM FK Unud
Abstrak
Di Propinsi Bali kasus flu burung pada manusia terjadi pada tahun 2007
dengan jumlah korban meninggal sebanyak 2 orang. Salah satu penyebab
penyebaran virus dari hewan ke manusia adalah adanya perilaku berisiko tertular
terutama pada kelompok masyarakat tertentu seperti peternak, pekerja
peternakan dan pedagang unggas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
proporsi pedagang unggas yang mempunyai perilaku beresiko tertular flu burung
dan hubungan pengetahuan tentang flu burung, promosi kesehatan serta
pemberian APD dengan prilaku berisiko tertular flu burung pada pedagang
unggas di Pasar Beringkit, Kabupaten Badung.
Penelitian ini merupakan cross-sectional analytic study. Sampel pada
penelitian ini adalah seluruh pedagang unggas di Pasar Hewan Beringkit yang
berjumlah 50 orang. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dan Regresi
Logistik.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi pedagang unggas dengan
prilaku berisiko sebesar 54% (27 orang) dimana 74,1% (20 orang) diantaranya
memiliki pengetahuan yang kurang tentang flu burung. Berdasarkan analisis
multivariat tingkat pengetahuan kurang memiliki pengaruh terhadap perilaku
berisiko tertular dengan OR sebesar 9,9; (95%CI: 1.842-54.182); nilai p=0,008
dan nilai PAR% sebesar 70%. Didapatkan juga OR promosi kesehatan sebesar
2,8; (95%CI: 0,670-11,780); nilai p=0,158 dan OR pemberian APD sebesar 0,8;
(95%CI: 0,136-2,250); nilai p=0,856.
Dapat disimpulkan bahwa pedagang unggas dengan pengetahuan kurang
tentang flu burung 9,9 kali lebih berpeluang untuk berprilaku berisiko tertular
daripada pedagang unggas dengan pengetahuan baik dan jika semua pedagang
unggas di Pasar Hewan Beringkit dapat ditingkatkan pengetahuannya tentang flu
burung menjadi baik maka 70% prilaku beriko tersebut dapat dicegah. Disarankan
kepada pemegang program penanggulangan agar lebih meningkatkan
pengetahuan tentang flu burung dengan cara yang lebih mudah dipahami dan
diterima oleh pedagang unggas.
By:
Wayan Gede Artawan*&***, Erik Prajawan**, Subrata***,Pasek Kardiwinata***
*Postgraduate Student of FETP, Faculty of Public Health, UI
** School of Public Health Graduate, Udayana University
***Lecturer at Epidemiology Department, School of Public Health, Udayana
University
Abstract
In Bali Province, Avian Influenza cases in humans occurred in 2007 and
caused two deaths. One of the determinants of transmission from animal to
human is at risk behavior especially in certain groups of people such as poultry
workers and poultry vendors. The aims of this study were to identify the proportion
of at risk behavior among poultry vendors and to determine association between
knowledge on bird flu, health promotion as well as provision of PPE and at risk
behavior among poultry vendors in Beringkit Market, District of Badung.
This research is a cross-sectional analytic study involving all 50 poultry
vendors in Beringkit Market. Chi square and logistic regression tests were used to
analyze the data.
The results showed that the proportion of at risk behavior among poultry
vendors was 54% (27 people). Twenty (74.1%) of them had less level of
knowledge on avian influenza. Multivariate analysis indicated that low level of
knowledge is related to at risk behavior, with OR=9.9 (95%CI: 1.842-54.182);
p=0.008 and PAR%=70%. In addition, OR of health promotion was 2.8 (95%CI:
0,670-11,780); p=0.158 and OR of PPE was 0.8 (95%CI: 0,136-2,250); p=0.856.
In conclusion, poultry vendors with low level of knowledge on avian
influenza 9.9 times more likely to have at risk behavior than those with high level
of knowledge. If the knowledge on avian influenza of all poultry vendors in
Beringkit Market can be improved, then 70% at risk behavior can be prevented. It
is recommended to further enhance the knowledge of poultry vendors on avian
influenza in more understandable and acceptable methods.
2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pedagang unggas yang
mempunyai perilaku berisiko tertular flu burung dan hubungan pengetahuan
tentang flu burung, promosi kesehatan serta pemberian APD dengan perilaku
berisiko tertular flu burung pada pedagang unggas di Pasar Beringkit, Kabupaten
Badung Tahun 2010.
3. Metode
Penelitian ini merupakan cross-sectional analytic study. di mana data dari
variabel-variabel yang diteliti dikumpulkan secara bersamaan. Dilaksanakan di
Pasar Beringkit Kabupaten Badung mulai Bulan Februari sampai dengan April
2010. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pedagang unggas di Pasar
Beringkit yang berjumlah 50 orang berdasarkan hasil penelitian dari 55 orang
yang sebelumnya tercatat. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dan
Regresi Logistik. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner
dan observasi langsung dengan menggunakan lembar observasi. Bila terdapat
perbedaan antara jawaban responden dengan hasil observasi, maka yang dipakai
adalah hasil observasi. Wawancara dan observasi dilakukan di tempat mereka
berjualan setelah selesai berjualan. Responden yang tidak dijumpai pada saat itu,
dikunjungi pada hari berjualan berikutnya. Analisis data menggunakan Uji statistik
yang digunakan adalah Chi square dan Regresi Logistik, di bantu program
komputer Stata 10.0. Kelemahan dari penelitian ini adalah semua variabel
dikumpulkan secara bersamaan sehingga untuk menyatakan hubungan kausa
tidak begitu kuat karena syarat hubungan temporal tidak terpenuhi.
4. Hasil
Pasar Beringkit berlokasi di jalan I Gusti Ngurah Rai, Desa Beringkit,
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Pasar Beringkit dibagi menjadi 2 bagian,
pasar umum dan pasar hewan. Jenis unggas yang dijual di pasar hewan adalah
ayam, bebek, entok, dan burung. Pasar ini beroperasi hanya pada hari Rabu dan
Minggu. Jumlah pedagang yang terdaftar atau yang mempunyai SIMTB di Pasar
Hewan Beringkit sebanyak 87 pedagang yang tediri dari 15 pedagang di kios, 46
pedagang di los, dan 26 orang pedagang di pelataran. Jumlah keseluruhan
pedagang unggas yang terdaftar sebanyak 55 orang. Tetapi setelah dilakukan
penelitian pedagang unggas yang ada sebanyak 50 orang karena ada beberapa
pedagang yang sudah berhenti berjualan.
5. Pembahasan
Hasil penelitian yang mendapatkan bahwa pengetahuan tentang flu burung
mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku berisiko tertular sesuai
dengan literatur dan penelitian sejenis sebelumnya. Seperti literatur yang
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku berhubungan dengan pengetahuan,
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2003). Penelitian
Patriantariksina (2007) menyebutkan bahwa besarnya pengaruh variabel
pengetahuan terhadap perilaku pemilik unggas pemukiman di Kecamatan Bogor
Utara adalah 0,007 sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan
angka 0,915. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
sangat kuat antara pengetahuan dan perilaku.
Setiap penelitian tentu memiliki kelemahan begitu juga dengan penelitian
ini. Kelemahan yang paling mendasar terletak pada desain yang digunakan, yaitu
cross-sectional analitik. Dimana pada penelitian dengan desain seperti ini semua
data variabel dikumpulkan pada waktu yang bersamaan termasuk variabel
pengetahuan tentang flu burung dengan perilaku berisiko sehingga untuk
menjelaskan adanya hubungan sebab akibat diantara kedua variabel tersebut
masih lemah. Walaupun demikian dengan mempertimbangkan adanya penjelasan
dari literatur diatas bahwa perubahan perilaku yang lebih permanen terjadi karena
didasari adanya pengetahuan, adanya hasil penelitian pendahuluan yang
menyatakan korelasi sangat kuat, hasil Adjusted OR dari penelitian ini yang relatif
tinggi mencerminkan kuatnya hubungan dan adanya fakta bahwa flu burung
merupakan penyakit baru maka dapat diasumsikan bahwa memang pedagang
unggas mendapatkan pengetahuan tentang bahaya dan cara mencegah penyakit
flu burung terlebih dahulu baru kemudian terjadi perubahan perilaku.
Pengetahuan tersebut bisa didapatkan dengan berbagai cara, mulai dari pesan
layanan masyarakat di media elektronik dan media cetak, berbagai brosur serta
dari promosi kesehatan masyarakat yang pernah dilaksanakan oleh dinas
kesehatan dan dinas peternakan. Meskipun dari hasil uji statistik hubungan antara
promosi kesehatan tentang flu burung dengan perilaku berisiko tertular dinyatakan
tidak bermakana akan tetapi sangat tidak adil jika diabaikan begitu saja adanya
perbedaan proporsi pedagang unggas yang pernah mendapatkan promosi
kesehatan pada kedua kelompok perilaku karena nilai p yang didapatkan hanya
sedikit diatas 0,05. Peneliti berpendapat bila sampel mencukupi maka akan
didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI, Departemen Pertanian RI, WHO Indonesia, 2006.
Pedoman Surveilans Epidemiologi Avian Influenza Integrasi di Indonesia,
Jakarta.
Dirjen Peternakan, 2006. Prosedur Operasional Standar Pengendalian Penyakit
Avian Influenza di Indonesia,Direktorat Peternakan, Jakarta.
Food and Agricultural Organization, 2008. Burung Liar dan Flu Burung, Wetlands
International – Indonesia Programme, Jakarta.
Gunung, I Komang MPH, 2003. Langkah-langkah Penelitian Ilmiah dan
Pembuatan kuesioner, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Denpasar.
Heryati Indah Komala Sari Y.A, 2007. Pengetahuan dan Perilaku Peternak
Unggas Terhadap Upaya Pencegahan Avian Influenza Di Kelurahan
Penatih, Kecamatan Denpasar Timur, skripsi, Denpasar.
Imran Ali, 2003. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat
dalam upaya pemberantasan penyakit malaria di kota Sabang Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2003, skripsi, FKM Universitas
Indonesia, Jakarta.
Kandra I Wayan, 2004. Pendidikan Kesehatan Masyarakat (PKM dan Beberapa
Aspeknya)., PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana,
Denpasar.
Meirina Innes, 2010. Analisis Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan
Avian Influenza Di Kelurahan Keputih dan Kelurahan Menur Pumpungan,
skripsi, FKM Unair, Surabaya.
M. Hariwijaya, Drs, & Triton P.B., S.Si.,M.Si., 2008. Pedoman Penulisan Ilmiah
Proposal dan Skripsi, Oryza Yogyakarta.
Notoatmojo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Ilmu Kesehatan
Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka Cipta, Jakarta.
Putri Indah Sukmawati Manti, 2008. Faktor - faktor yang berhubungan dengan
perilaku pencegahan DBD pada murid SD di Kota Depok tahun 2008,
skripsi, FKM Universitas Indonesia, Jakarta.
Sadiman, Arief S, 2003. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Seksi Pengamatan Penyakit, 2004, Apa dan Bagaimana Avian Influenza, Buletin
epidemiologi Dikes Prop. Bali,(Edisi I):5-8.
Soeharsono, 2002, ZOONOSIS Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia,
Kanisius, Yogyakarta.
Sufyan Suri, 2009, Pengaruh penyuluhan flu burung terhadap peningkatan
pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan flu burung pada siswa SDN
Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009, skripsi, FKM
Universitas Indonesia, Jakarta.
Tri Akoso, B, 2006, Waspada Flu Burung Penyakit Menular pada Hewan dan
Manusia, Kanisius, Yogyakarta.
Website Kesehatan Masyarakat Veteriner, 2008, Survei AI Pasar Tradisional
Bukittinggi, Available:
http://rudiharsonugroho.blogspot.com/2008/09/survei-ai-pasar-tradisional-
bukittinggi.html (Accessed: 12 Januari 2010)
Website Radio Nederland Wereldomroep, 2009, Pasar Tradisional dan
Penyebaran Flu Burung, Available:
http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/tema/kesehatan050926/index.htm
l (Accessed: 3 Januari 2010)
Website WHO, 2009. Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian
Influenza A/(H5N1) Reported to WHO, Available:
http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/en/, (Accessed: 20
Desember 2009).
Yoga Aditama, Tj, 2006, Flu Burung di Manusia, UI-PRESS, Jakarta.