Anda di halaman 1dari 10

Meningkatkan Pengetahuan Tentang Flu Burung Mencegah

Prilaku Berisiko Tertular Pada Pedagang Unggas di Pasar Beringkit


Kabupaten Badung Tahun 2010

Oleh:
&
Wayan Gede Artawan* ***, Erik Prajawan**, Subrata***,Pasek Kardiwinata***
*Mahasiswa S2 FETP FKM UI
**Alumnus PSIKM FK Unud
***Staf Pengajar Bagian Epidemiologi PSIKM FK Unud

Abstrak
Di Propinsi Bali kasus flu burung pada manusia terjadi pada tahun 2007
dengan jumlah korban meninggal sebanyak 2 orang. Salah satu penyebab
penyebaran virus dari hewan ke manusia adalah adanya perilaku berisiko tertular
terutama pada kelompok masyarakat tertentu seperti peternak, pekerja
peternakan dan pedagang unggas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
proporsi pedagang unggas yang mempunyai perilaku beresiko tertular flu burung
dan hubungan pengetahuan tentang flu burung, promosi kesehatan serta
pemberian APD dengan prilaku berisiko tertular flu burung pada pedagang
unggas di Pasar Beringkit, Kabupaten Badung.
Penelitian ini merupakan cross-sectional analytic study. Sampel pada
penelitian ini adalah seluruh pedagang unggas di Pasar Hewan Beringkit yang
berjumlah 50 orang. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dan Regresi
Logistik.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi pedagang unggas dengan
prilaku berisiko sebesar 54% (27 orang) dimana 74,1% (20 orang) diantaranya
memiliki pengetahuan yang kurang tentang flu burung. Berdasarkan analisis
multivariat tingkat pengetahuan kurang memiliki pengaruh terhadap perilaku
berisiko tertular dengan OR sebesar 9,9; (95%CI: 1.842-54.182); nilai p=0,008
dan nilai PAR% sebesar 70%. Didapatkan juga OR promosi kesehatan sebesar
2,8; (95%CI: 0,670-11,780); nilai p=0,158 dan OR pemberian APD sebesar 0,8;
(95%CI: 0,136-2,250); nilai p=0,856.
Dapat disimpulkan bahwa pedagang unggas dengan pengetahuan kurang
tentang flu burung 9,9 kali lebih berpeluang untuk berprilaku berisiko tertular
daripada pedagang unggas dengan pengetahuan baik dan jika semua pedagang
unggas di Pasar Hewan Beringkit dapat ditingkatkan pengetahuannya tentang flu
burung menjadi baik maka 70% prilaku beriko tersebut dapat dicegah. Disarankan
kepada pemegang program penanggulangan agar lebih meningkatkan
pengetahuan tentang flu burung dengan cara yang lebih mudah dipahami dan
diterima oleh pedagang unggas.

Kata Kunci: Pengetahuan flu burung dan perilaku berisiko tertular


Improving Knowledge on Avian Influenza to Prevent at Risk Behaviors
among Poultry Vendors in Beringkit Market Badung in 2010

By:
Wayan Gede Artawan*&***, Erik Prajawan**, Subrata***,Pasek Kardiwinata***
*Postgraduate Student of FETP, Faculty of Public Health, UI
** School of Public Health Graduate, Udayana University
***Lecturer at Epidemiology Department, School of Public Health, Udayana
University

Abstract
In Bali Province, Avian Influenza cases in humans occurred in 2007 and
caused two deaths. One of the determinants of transmission from animal to
human is at risk behavior especially in certain groups of people such as poultry
workers and poultry vendors. The aims of this study were to identify the proportion
of at risk behavior among poultry vendors and to determine association between
knowledge on bird flu, health promotion as well as provision of PPE and at risk
behavior among poultry vendors in Beringkit Market, District of Badung.
This research is a cross-sectional analytic study involving all 50 poultry
vendors in Beringkit Market. Chi square and logistic regression tests were used to
analyze the data.
The results showed that the proportion of at risk behavior among poultry
vendors was 54% (27 people). Twenty (74.1%) of them had less level of
knowledge on avian influenza. Multivariate analysis indicated that low level of
knowledge is related to at risk behavior, with OR=9.9 (95%CI: 1.842-54.182);
p=0.008 and PAR%=70%. In addition, OR of health promotion was 2.8 (95%CI:
0,670-11,780); p=0.158 and OR of PPE was 0.8 (95%CI: 0,136-2,250); p=0.856.
In conclusion, poultry vendors with low level of knowledge on avian
influenza 9.9 times more likely to have at risk behavior than those with high level
of knowledge. If the knowledge on avian influenza of all poultry vendors in
Beringkit Market can be improved, then 70% at risk behavior can be prevented. It
is recommended to further enhance the knowledge of poultry vendors on avian
influenza in more understandable and acceptable methods.

Keywords: Knowledge on avian influenza and at risk behavior


I. Pendahulan
Kasus flu burung pada manusia sudah terjadi pada tahun 1997 di
Hongkong dimana saat itu menginfeksi 18 orang dan 6 diantaranya meninggal.
Setelah itu flu burung kemudian menyebar ke Belanda dan negara-negara di Asia,
termasuk Indonesia. Kasus flu burung konfirmasi di Indonesia pertama kali
ditemukan di Kabupaten Tangerang Propinsi Banten pada Bulan Juni 2005 yang
menjadikan Indonesia Negara kelima di Asia yang terjangkit flu burung pada
manusia. Kasus AI juga terjadi di Jakarta, Jawa Barat (Bekasi dan Bogor),
Lampung, Jawa Tengah (Magelang, Boyolali, Semarang), Jawa Timur (Tulung
Agung), Sumatera Barat (Padang), Sumatera Utara (Karo) dan Bali (Jembrana
dan Tabanan). Sampai saat ini sudah 12 propinsi di Indonesia yang terinfeksi
virus flu burung pada manusia dengan 141 penderita dan 115 orang meninggal
atau Case Fatality Rate (CFR) = 82 %. (WHO, 2 Februari 2009). Di Propinsi Bali
kasus flu burung pada manusia terjadi pada bulan Agustus tahun 2007 dengan
jumlah kasus yg sudah dikonfirmasi sebanyak 2 orang dan keduanya meninggal.
Salah satu penyebab penyebaran virus Avian Influenza (AI) dari hewan ke
manusia di Indonesia adalah adanya perilaku berisiko tertular terutama pada
kelompok masyarakat tertentu seperti peternak, pekerja peternakan, pedagang
unggas dan penjamah produk peternakan unggas. Perilaku berisiko tersebut
adalah tidak menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan
saat kontak dengan unggas atau saat membersihkan kandang unggas dan tidak
mencuci tangan setelah kontak dengan unggas. Pasar unggas berperan dalam
penyebaran virus AI dari satu hewan ke hewan lainnya karena pada tempat
tersebut sangat memungkinkan terjadinya kontak berbagai jenis unggas seperti
ayam, itik, entok, angsa, dan burung berasal dari berbagai daerah. Selain itu
adanya perilaku pedagang unggas yang sering meletakkan itik, entok, maupun
ayam dalam satu kandang juga akan memicu terjadinya penularan antar jenis
unggas.
Pasar Beringkit yang termasuk wilayah Kabupaten Badung merupakan
pasar hewan terbesar di Bali. Berdasarkan data dari Kantor Perusahaan Daerah
Pasar Beringkit pada Bulan Desember 2009 tercatat 55 orang pedagang unggas
yang berjualan. Pasar ini menerima suplai unggas dari berbagai daerah
disekitarnya bahkan dari beberapa daerah di Jawa Timur. Kemudian para pembeli
dari beberapa kabupaten di Bali akan datang dengan berbagai keperluan baik yg
akan diolah menjadi produk makanan maupun yang akan dijual kembali di
daerahnya masing-masing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat
mobilitas unggas relatif tinggi dan pedagang unggas disana sangat rentan
terpajan unggas dari berbagai daerah sehingga bila perilaku mereka kurang baik
maka akan sangat berisiko untuk tertular dan menularkan virus avian influenza
melalui unggas yang mereka jual.

2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pedagang unggas yang
mempunyai perilaku berisiko tertular flu burung dan hubungan pengetahuan
tentang flu burung, promosi kesehatan serta pemberian APD dengan perilaku
berisiko tertular flu burung pada pedagang unggas di Pasar Beringkit, Kabupaten
Badung Tahun 2010.

3. Metode
Penelitian ini merupakan cross-sectional analytic study. di mana data dari
variabel-variabel yang diteliti dikumpulkan secara bersamaan. Dilaksanakan di
Pasar Beringkit Kabupaten Badung mulai Bulan Februari sampai dengan April
2010. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pedagang unggas di Pasar
Beringkit yang berjumlah 50 orang berdasarkan hasil penelitian dari 55 orang
yang sebelumnya tercatat. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dan
Regresi Logistik. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner
dan observasi langsung dengan menggunakan lembar observasi. Bila terdapat
perbedaan antara jawaban responden dengan hasil observasi, maka yang dipakai
adalah hasil observasi. Wawancara dan observasi dilakukan di tempat mereka
berjualan setelah selesai berjualan. Responden yang tidak dijumpai pada saat itu,
dikunjungi pada hari berjualan berikutnya. Analisis data menggunakan Uji statistik
yang digunakan adalah Chi square dan Regresi Logistik, di bantu program
komputer Stata 10.0. Kelemahan dari penelitian ini adalah semua variabel
dikumpulkan secara bersamaan sehingga untuk menyatakan hubungan kausa
tidak begitu kuat karena syarat hubungan temporal tidak terpenuhi.
4. Hasil
Pasar Beringkit berlokasi di jalan I Gusti Ngurah Rai, Desa Beringkit,
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Pasar Beringkit dibagi menjadi 2 bagian,
pasar umum dan pasar hewan. Jenis unggas yang dijual di pasar hewan adalah
ayam, bebek, entok, dan burung. Pasar ini beroperasi hanya pada hari Rabu dan
Minggu. Jumlah pedagang yang terdaftar atau yang mempunyai SIMTB di Pasar
Hewan Beringkit sebanyak 87 pedagang yang tediri dari 15 pedagang di kios, 46
pedagang di los, dan 26 orang pedagang di pelataran. Jumlah keseluruhan
pedagang unggas yang terdaftar sebanyak 55 orang. Tetapi setelah dilakukan
penelitian pedagang unggas yang ada sebanyak 50 orang karena ada beberapa
pedagang yang sudah berhenti berjualan.

4.1 Proporsi Pedagang Unggas Dengan Perilaku Berisiko


Dari 50 orang pedagang unggas yang diteliti didapatkan sebagian besar
masih mempunyai perilaku berisiko tertular flu burung sebesar 54% (27 orang)
dan sisanya sebesar 46% (23 orang) mempunyai perilaku tidak berisiko. Data
karakteristik responden disajikan dalam bentuk data nominal dimana masing-
masing variabel karakteristik di bagi menjadi 2 kategori. Umur responden
dikategorikan menjadi kelompok umur >45 tahun dan kelompok umur ≤45 tahun
berdasarkan rata-rata umur responden. Tingkat pendidikan responden dibagi
menjadi tingkat pendidikan kurang (tidak pernah sekolah sampai tamat SD) dan
tingkat pendidikan baik (dari SMP sampai perguruan tinggi). Bila dilihat dari
proporsi jenis kelamin pada kedua kelompok perilaku hampir sama sedangkan
proporsi umur pada masing-masing kelompok perilaku, terdapat perbedaan.
Proporsi umur > 45 tahun pada kelompok perilaku berisiko lebih tinggi yang
sebesar 63,0% dibandingkan pada kelompok perilaku tidak berisiko yang hanya
34,8 %. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Distribusi Karekteristik Responden Pada kelompok Perilaku
Berisiko Tidak Total Nilai p
Karakteristik Kategori
f % f % F %
74,
Laiki-laki 20 17 73,9 37 74,0
1
Jenis Kelamin 0,999
25,
Perempuan 7 6 26,1 13 26,0
9
Umur > 45 th 17 63, 8 34,8 25 50,0 0,047
0
37,
≤ 45 th 10 15 65,2 25 50,0
0
51,
Kurang 14 8 34,8 22 44,0
9
Pendidikan 0,226
48,
Baik 13 15 65,2 28 66,0
1
4.2 Hubungan Pengetahuan Tentang Flu Burung Dengan Perilaku Berisiko
Pengetahuan responden diketahui dari nilai yang didapat untuk setiap
jawaban benar terhadap pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan flu burung.
Kemudian dikategorikan menjadi 2, berdasarkan rata-rata nilai dari seluruh
responden. Kategori pengetahuan kurang apabila nilai responden kurang dari
rata-rata dan kategori pengetahuan baik apabila nilai responden lebih dari atau
sama dengan rata-rata. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa proporsi
pedagang unggas yang mempunyai pengetahuan kurang pada kelompok
berperilaku berisiko sebesar 74,1% sedangkan pada kelompok berperilaku tidak
berisiko hanya 26,1%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Tentang Flu Burung Pada Kelompok Perilaku
Berisiko Tidak Total
Pengetahuan
F % f % f %
Kurang 20 74,1 6 26,1 26 52,0
Baik 7 25,9 17 73,9 24 48,0
Total 27 100,0 23 100,0 50 100,0
OR=8,1; p=0, 007; α=0,05

4.3 Hubungan Promosi Kesehatan Dengan Perilaku Berisiko


Variabel promosi kesehatan dibagi menjadi 2 kategori, tidak pernah
mendapat promosi kesehatan tentang flu burung dan pernah menerima. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa proporsi pedagang unggas yang tidak pernah
mendapat promosi kesehatan pada kelompok berperilaku berisiko sebesar 77,8%
sedangkan pada kelompok berperilaku tidak berisiko sebesar 52,2%. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Distribusi Pernah Tidak Mendapat Promosi Kesehatan Pada Kelompok
Perilaku
Berisiko Tidak Total
Promosi Kesehatan
f % f % F %
Tidak Pernah 21 77,8 12 52,2 33 66,0
Pernah 6 22,2 11 47,8 17 34,0
Total 27 100,0 23 100,0 50 100,0
OR=3,2; p=0, 057; α=0,05
4.4 Hubungan Pemberian APD Dengan Perilaku Berisiko
Pada penelitian ini didapatkan bahwa proporsi pedagang unggas yang
tidak pernah menerima bantuan APD pada kelompok berperilaku berisiko sebesar
29,6% dan pada kelompok berperilaku tidak berisiko sebesar 21,7%. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Distribusi Pernah Tidak Menerima APD Pada Kelompok Perilaku
Berisiko Tidak Total
Diberikan APD
f % f % F %
Tidak 8 29,6 5 21,7 13 26,0
Ya 19 70,4 18 78,3 37 74,0
Total 27 100,0 23 100,0 50 100,0
OR=2,3; p=0,246; α=0,05

4.5 Hasil Analisis Multivariat


Analisis multivariate yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Regresi
Logistik. Variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam analisis multivariat adalah
variabel yang berdasarkan hasil analisis bivariat memiliki nilai p < 0,25. Variabel-
variabel tersebut adalah pengetahuan tentang flu burung, promosi kesehatan,
pemberian APD, umur dan pendidikan. Berdasarkan hasil analisis multivariat
didapatkan variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku
berisiko tertular flu burung pada pedagang unggas di Pasar Beringkit adalah
pengetahuan tentang flu burung dengan Adjusted OR sebesar 9,9; nilai p=0,008;
CI(95%): 1,842-54,182. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel % berikut ini.
Tabel 5. Hasil Analisis Multivariat Variabel Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Berisiko Tertular Flu Burung Pada Pedagang Unggas Di Pasar Beringkit
Variabel Nilai p OR CI (95%)
Pengetahuan TB Flu Burung 0,008 9,9 1,842-54,182
Promosi Kesehatan 0,158 2,8 0,670-11,780
Pemberian APD 0,856 0,8 0,136-2,250
Umur 0,054 4,7 0,973-22,546
Pendidikan 0,550 0,6 0,133-2,929

Hasil Perhitungan PAR%


Perhitungan Population Attributable Risk % (PAR%) berdasarkan hasil
Adjusted OR dan proporsi pengetahuan kurang pada pedagang unggas yang
berperilaku berisiko yang dimasukkan dalam formula sebagai berikut:
( P E)(AOR – 1) 0,26(9,9−1)
PAR %= x 100= x 100=70 %
( P E)( AOR−1)+1 0,26 ( 9,9−1 )+1
PAR%=70% mempunyai arti bahwa jika semua pedagang unggas di Pasar
Beringkit dapat ditingkatkan pengetahuannya tentang flu burung menjadi baik
maka 70% perilaku beriko tersebut dapat dicegah.

5. Pembahasan
Hasil penelitian yang mendapatkan bahwa pengetahuan tentang flu burung
mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku berisiko tertular sesuai
dengan literatur dan penelitian sejenis sebelumnya. Seperti literatur yang
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku berhubungan dengan pengetahuan,
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2003). Penelitian
Patriantariksina (2007) menyebutkan bahwa besarnya pengaruh variabel
pengetahuan terhadap perilaku pemilik unggas pemukiman di Kecamatan Bogor
Utara adalah 0,007 sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan
angka 0,915. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
sangat kuat antara pengetahuan dan perilaku.
Setiap penelitian tentu memiliki kelemahan begitu juga dengan penelitian
ini. Kelemahan yang paling mendasar terletak pada desain yang digunakan, yaitu
cross-sectional analitik. Dimana pada penelitian dengan desain seperti ini semua
data variabel dikumpulkan pada waktu yang bersamaan termasuk variabel
pengetahuan tentang flu burung dengan perilaku berisiko sehingga untuk
menjelaskan adanya hubungan sebab akibat diantara kedua variabel tersebut
masih lemah. Walaupun demikian dengan mempertimbangkan adanya penjelasan
dari literatur diatas bahwa perubahan perilaku yang lebih permanen terjadi karena
didasari adanya pengetahuan, adanya hasil penelitian pendahuluan yang
menyatakan korelasi sangat kuat, hasil Adjusted OR dari penelitian ini yang relatif
tinggi mencerminkan kuatnya hubungan dan adanya fakta bahwa flu burung
merupakan penyakit baru maka dapat diasumsikan bahwa memang pedagang
unggas mendapatkan pengetahuan tentang bahaya dan cara mencegah penyakit
flu burung terlebih dahulu baru kemudian terjadi perubahan perilaku.
Pengetahuan tersebut bisa didapatkan dengan berbagai cara, mulai dari pesan
layanan masyarakat di media elektronik dan media cetak, berbagai brosur serta
dari promosi kesehatan masyarakat yang pernah dilaksanakan oleh dinas
kesehatan dan dinas peternakan. Meskipun dari hasil uji statistik hubungan antara
promosi kesehatan tentang flu burung dengan perilaku berisiko tertular dinyatakan
tidak bermakana akan tetapi sangat tidak adil jika diabaikan begitu saja adanya
perbedaan proporsi pedagang unggas yang pernah mendapatkan promosi
kesehatan pada kedua kelompok perilaku karena nilai p yang didapatkan hanya
sedikit diatas 0,05. Peneliti berpendapat bila sampel mencukupi maka akan
didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik.

6. Simpulan Dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas maka dapat
disimpulkan:
1. Proporsi pedagang unggas dengan perilaku berisiko tertular flu burung
sebesar 54%.
2. Pedagang unggas dengan pengetahuan kurang tentang flu burung 9,9 kali
lebih berperilaku berisiko tertular daripada pedagang unggas dengan
pengetahuan baik.
3. Jika semua pedagang unggas di Pasar Beringkit ditingkatkan pengetahuan
tentang flu burung menjadi baik maka 70% perilaku beriko tersebut dapat
dicegah.
Saran:
1. Agar program pencegahan lebih fokus pada upaya meningkatkan
pengetahuan tentang flu burung dengan cara yang lebih mudah dipahami
dan diterima oleh pedagang unggas.

Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI, Departemen Pertanian RI, WHO Indonesia, 2006.
Pedoman Surveilans Epidemiologi Avian Influenza Integrasi di Indonesia,
Jakarta.
Dirjen Peternakan, 2006. Prosedur Operasional Standar Pengendalian Penyakit
Avian Influenza di Indonesia,Direktorat Peternakan, Jakarta.
Food and Agricultural Organization, 2008. Burung Liar dan Flu Burung, Wetlands
International – Indonesia Programme, Jakarta.
Gunung, I Komang MPH, 2003. Langkah-langkah Penelitian Ilmiah dan
Pembuatan kuesioner, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Denpasar.
Heryati Indah Komala Sari Y.A, 2007. Pengetahuan dan Perilaku Peternak
Unggas Terhadap Upaya Pencegahan Avian Influenza Di Kelurahan
Penatih, Kecamatan Denpasar Timur, skripsi, Denpasar.
Imran Ali, 2003. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat
dalam upaya pemberantasan penyakit malaria di kota Sabang Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2003, skripsi, FKM Universitas
Indonesia, Jakarta.
Kandra I Wayan, 2004. Pendidikan Kesehatan Masyarakat (PKM dan Beberapa
Aspeknya)., PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana,
Denpasar.
Meirina Innes, 2010. Analisis Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan
Avian Influenza Di Kelurahan Keputih dan Kelurahan Menur Pumpungan,
skripsi, FKM Unair, Surabaya.
M. Hariwijaya, Drs, & Triton P.B., S.Si.,M.Si., 2008. Pedoman Penulisan Ilmiah
Proposal dan Skripsi, Oryza Yogyakarta.
Notoatmojo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Ilmu Kesehatan
Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka Cipta, Jakarta.
Putri Indah Sukmawati Manti, 2008. Faktor - faktor yang berhubungan dengan
perilaku pencegahan DBD pada murid SD di Kota Depok tahun 2008,
skripsi, FKM Universitas Indonesia, Jakarta.
Sadiman, Arief S, 2003. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Seksi Pengamatan Penyakit, 2004, Apa dan Bagaimana Avian Influenza, Buletin
epidemiologi Dikes Prop. Bali,(Edisi I):5-8.
Soeharsono, 2002, ZOONOSIS Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia,
Kanisius, Yogyakarta.
Sufyan Suri, 2009, Pengaruh penyuluhan flu burung terhadap peningkatan
pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan flu burung pada siswa SDN
Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009, skripsi, FKM
Universitas Indonesia, Jakarta.
Tri Akoso, B, 2006, Waspada Flu Burung Penyakit Menular pada Hewan dan
Manusia, Kanisius, Yogyakarta.
Website Kesehatan Masyarakat Veteriner, 2008, Survei AI Pasar Tradisional
Bukittinggi, Available:
http://rudiharsonugroho.blogspot.com/2008/09/survei-ai-pasar-tradisional-
bukittinggi.html (Accessed: 12 Januari 2010)
Website Radio Nederland Wereldomroep, 2009, Pasar Tradisional dan
Penyebaran Flu Burung, Available:
http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/tema/kesehatan050926/index.htm
l (Accessed: 3 Januari 2010)
Website WHO, 2009. Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian
Influenza A/(H5N1) Reported to WHO, Available:
http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/en/, (Accessed: 20
Desember 2009).
Yoga Aditama, Tj, 2006, Flu Burung di Manusia, UI-PRESS, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai