Anda di halaman 1dari 4

KELIPING

Isu keamanan pangan


Di Susun oleh
YULIA ANGGRAINI (J1A019118)

www.foodreview.co.id

Keamanan pangan menjadi faktor penting dalam perdagangan global saat ini. 
Peneliti SEAFAST Center IPB, Prof. Purwiyatno Hariyadi, mengungkapkan
keamanan pangan dapat menjadi isu kesehatan Publik, ekonomi, dan perdagangan
internasional.  “Oleh sebab itu, sangat penting bagi industri untuk memantau
perkembangan isu keamanan pangan terbaru.  Apalagi isu keamanan pangan selalu
berkembang dari waktu ke waktu,” kata Purwiyatno dalam In-depth Seminar
FOODREVIEW INDONESIA Current Food Safety Issues yang diselenggarakan
FOODREVIEW INDONESIA dan SEAFAST Center IPB pada 10 Maret lalu di IPB
International Convention Center Bogor.  Sebagai isu kesehatan publik, Purwiyatno
menyebutkan bahwa sekitar dua juta orang di dunia meninggal setiap tahunnya
akibat keamanan pangan.  Sedangkan dari segi ekonomi, keamanan pangan telah
mengakibatkan kerugian sebesar Rp. 100 hingga 299 triliun pertahunnya. Begitupun
dengan isu perdagangan, Purwiyatno menyontohkan fenomena chasing zero pada
standar aflatoksin di Uni Eropa.  “Persyaratan tersebut berpotensi menurunkan
ekspor negara Afrika ke Uni Eropa hingga 64%,” tutur Purwiyatno.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi
Pangan Badan POM RI –Ir. Tetty Sihombing, MP. menjelaskan sistem pengawasan
pangan yang efektif sangat esensial untuk melindungi kesehatan dan keamanan
konsumen dalam negeri.  “Globalisasi menjadikan perdagangan pangan lintas
benua, rantai pangan semakin kompleks,” kata Tetty.  Oleh sebab itu, diperlukan
peningkatan dalam pengawasan berbasis risiko, SDM pengawas, Kemitraan dengan
pemangku kepentingan, kemandirian masyarakat dan pelaku usaha, kapasitas dan
inovasi pelaku usaha, serta kapasitas dan kapabilitas pengujian.  Untuk menjawab
tantangan tersebut, Badan POM telah melakukan sejumlah terobosan, seperti
perubahan paradigma pengawasan dari watch dog control menjadi proactive control,
dimana dilakukan penerapan Program Manajemen Risiko (PMR) oleh industri
pangan dan diverifikasi oleh pemerintah sebagai regulator.
Turut hadir sebagai pembicara lainnya adalah Prof. Dr. Ratih Dewanti Hariyadi
(SEAFAST Center IPB), Suwidji Wongso Ph.D (ALPI), dan Hesty Nur Fadia (3M
Indonesia).  Pembahasan selengkapnya dapat dibaca di FOODREVIEW
INDONESIA edisi April 2016.

aplindonesi.org
Keamanan pangan bersifat dinamis dan bermanfaat baik dalam jangka waktu
panjang maupun jangka waktu pendek. Ditolaknya produk perikanan Indonesia oleh
Amerika Serikat merupakan salah satu bukti masih kurangnya aplikasi keamanan
pangan di Indonesia. Selain itu maraknya kejadian keracunan makanan yang
mengakibatkan korban harus dirawat di rumah sakit  maupun meninggal dunia juga
menambah catatan buruk aplikasi keamanan pangan Indonesia. Bahkan fenomena
keracunan makanan baru-baru ini menimpa mahasiswa IPB setelah memakan
jajanan yang diberikan oleh panitia dalam suatu seminar yang diadakan oleh
mahasiswa IPB sendiri. 

Keamanan pangan merupakan isu yang sangat penting dan harus dipraktekkan oleh
industri pangan mulai dari sektor hulu hingga sektor hilir. “Tren penyakit bawaan
pangan disebabkan oleh bakteri dan virus,” ungkap dosen dan peneliti di
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB Prof Lilis Nuraida dalam Pelatihan
Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000:2005 di Bogor pada 24-25
September 2013 lalu. Mengutip data dari WHO, Lilis menunjukkan bahwa pada
tahun 2005 1,8 juta orang meninggal karena diare dan kontaminasi air minum. Hal
ini tidak hanya dialami oleh negara berkembang tetapi juga dialami oleh negara
maju. Bahkan setiap tahun, Amerika Serikat mengalami 76 juta kasus keracunan
makanan, 325 orang dirawat, dan 5000 orang meninggal dunia. Tidak berbeda jauh
dengan Amerika Serikat, data dari Badan POM pada 2010 juga menunjukkan
tentang kasus keracunan makanan di Indonesia yang memakan korban 3050 orang
dan 17 orang diantaranya meninggal dunia.

“Keracunan makanan dapat diakibatkan oleh infeksi atau intoksikasi


mikroorganisme,” kata Lilis. Infeksi membutuhkan waktu sekitar 8-24 jam dari
kejadian untuk menunjukkan efek tertentu pada korban yang terinfeksi. Sedangkan
untuk intoksikasi membutuhkan waktu yang lebih singkat. 

Keamanan mikrobiologi pangan bersifat dinamis. Dulu mikroorganisme hanya


ditemukan pada makanan high risk seperti daging dan susu. Tetapi saat ini,
mikrobiologi telah berevolusi dan menggunakan vehicle baru misalnya melalui
sayuran, jus, telur grade A, dan makanan segar lainnya. Mikroorganisme yang
menginfeksi makanan segar tersebut misalnya E. Colli dan Salmonella.Salmonella
merupakan patogen paling umum di Amerika. Bahkan pada tahun 2011 terjadi
multistate outbreak yang disebabkan oleh infeksi Salmonella. Selain itu pada tahun
yang sama, E. Colli juga menyerang Jerman hingga mengakibatkan kencing darah. 

Selain kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri, virus juga menjadi
outbreak dalam dua dekade terakhir. Misalnya seperti SARS Corona Virus, NIPAH
virus, Highly Pathogenic Avian Influenza (HPA), Hepatitis E, dan lain-lain. Virus
dapat menginfeksi manusia melalui makanan, air, dan penularan dari manusia ke
manusia. Sampai dengan saat ini belum ditemukan systemic surveilance untuk
penyakit bawaan pangan yang disebabkan oleh virus. Mengutip data Suratmono
(2010), Lilis mengungkapkan bahwa penyakit bawaan pangan 42 persen terjadi
pada home cooking (memasak sendiri di rumah untuk orang banyak), 28 persen
karena makanan food industry, 27 persen karena makanan catering, dan 3 persen
akibat makanan street food atau jajanan kaki lima
Analisis perbedaan media dalam mengemas isu
 Perbandingan pesan pada waktu yang berbeda
Pada isu keamanan pangan dari kedua media terdapat perbedaan waktu penyampaian
pesan tentang isu keamanan pangn.pada meda yg pertama waktu penyampaian pada
10 Maret sedangkan pada media yang ke dua pada 24-25 September.
 Perbandingan pesan dalam situasi berbeda
Pada media pertama dalam menyampaikan pesan isu keamanan pangan disampaikan
melalui seminar yang diselenggarakan oleh IPB sedangkan pada media yang ke dua
terjadinya satu mahasiswa yang keracunan makanan pada saat mengikuti seminar di
IPB.
 Perbandingan pesan terhadap penerimaan yang berbeda
Pada media pertama pada seminar tentang isu keamanan pangan yang audiens nya
terdiri dari prof pesor dan para pejabat, sedangkan pada media ke dua di hadiri oleh
mahasiswa-mahasiswa IPB.
 Perbandingan pesan dari kedua media
Pada media pertama isi pesan tentang isu keamanan pangan yaitu penelitian tentang
keamanan pangan yang dilaksan pada 10 Maret melalui seminar yang di hadiri oleh
para pejabat sedangkan pada media yang ke dua sedang melakukan seminar tentang
isu keamanan pangan yang di hadiri oleh para mahasiswa pada 24-25 September yang
terjadi keracunan makanan,yang di makan oleh mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai