Anda di halaman 1dari 6

PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH TANGGA

FLU BURUNG

Oleh Kelompok 3
Sarah Gusteriko Nabila 1811213036
Machranda 2011211001
Ayuningtyas Mediani 2011211015

Kelas A1 IKM

Dosen Pengampu :
Melisa Yenti, S.K.M., M.K.M.

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
FLU BURUNG
1. Pendahuluan
Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A
dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang ditularkan oleh virus Avian
Influenza jenis H5N1 pada unggas. (Balitbang Depkes, 2005). Sumber virus diduga
berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Penyakit flu burung
ini pada mulanya menular dari unggas ke unggas, kemudian dapat menular kepada
manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS FBPI, 2008).
Virus flu burung dapat menginfeksi manusia jika terjadi kontak langsung dengan
unggas yang terinfeksi virus ini. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko
terinfeksi virus flu burung adalah:
a. Menyentuh unggas yang terinfeksi, baik yang masih hidup atau sudah mati
b. Menyentuh kotoran, air liur, dan lendir, dari unggas yang terinfeksi
c. Menghirup percikan cairan saluran pernapasan (droplet) yang mengandung virus
d. Mengonsumsi daging atau telur unggas terinfeksi yang mentah dan tidak matang
Penularan antarmanusia diduga juga dapat terjadi, tetapi belum jelas mekanisme
dan cara penularannya. Seseorang lebih berisiko terinfeksi virus flu burung jika memiliki
faktor-faktor berikut ini:
a. Bekerja sebagai peternak unggas
b. Bekerja sebagai tim medis yang merawat penderita flu burung
c. Memiliki anggota keluarga yang menderita flu burung
d. Pergi ke daerah atau tempat terjadinya infeksi flu burung
e. Berada dekat dengan unggas yang terinfeksi
f. Sering mengonsumsi daging atau telur unggas yang tidak matang
Gejala flu burung umumnya baru muncul setelah 3–5 hari terpapar virus. Gejala
yang timbul dapat berbeda-beda, mulai dari yang ringan hingga parah. Meskipun kadang
orang yang terinfeksi virus flu burung bisa tidak merasakan gejala apa pun, tetapi secara
umum, penderita flu burung akan mengalami gejala berupa demam, batuk, sakit
tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, hidung berair atau tersumbat, dan sesak
napas. Pada beberapa penderita, gejala lain yang juga dapat timbul antara lain muntah,
sakit perut, diare, gusi berdarah, mimisan, nyeri dada, dan mata merah (konjungtivitis).
Pada infeksi yang berat, flu burung bahkan bisa menyebabkan pneumonia, acute
respiratory distress syndrome (ARDS), gagal napas, kejang, dan gangguan sistem saraf.
2. Pendataan
Pendataan bertujuan untuk dapat mengetahui data kesehatan di wilayah kerja
petugas kesehatan. Dalam hal ini data dapat diperoleh dari kegiatan pemantauan dan
pencatatan kasus Flu Burung.
Setelah beberapa tahun sepi dalam pemberitaan media, kasus flu burung kembali
muncul dan dalam media Januari hingga Maret tahun 2011 sudah 27 pasien diduga-
terjangkit virus itu dirawat di rumah Sakit Umum M.Jamil Padang, Sumatera Barat. Tiga
orang berada di ruang isolasi, dua diantaranya baru masuk untuk menjalani perawatan,
dua orang ini berasal dari kota Padang. Tim dokter masih melakukan pemeriksaan secara
intensif. Pihak rumah telah mengambil sampel darah untuk memastikan apakah mereka
positif atau tidak. Penelitian untuk sampel darah pasien ini dilakukan di Jakarta.
Kasus flu burung berdasarkan pasien yang ditangani rumah sakit M. Jamil Padang
tahun 2011 ini, meski baru hingga Maret meningkat, karena pada dua tahun sebelumnya
hanya ada 16 kasus.

3. Pemetaan
Pemetaan dapat dilakukan dengan menganalisis pemetaan wilayah potensial
kejadian Flu Burung dan disandingkan dengan data-data yang ada. Berdasarkan data dari
hasil pemetaan ini kemudian dibahas dalam pertemuan Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD) untuk menganalisis hal yang dibutuhkan untuk dapat menanggulangi
permasalahan tersebut. Selanjutnya berdasarkan hasil musyawarah maka dapat dilakukan
upaya permohonan bantuan pendanaan atau fasilitas kepada pemerintah untuk dapat
memenuhi kriteria rumah sehat bagi masyarakat. Bantuan pendanaan juga dapat berasal
dari berbagai sumber, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan
atau dana bergulir. Sehingga akan terbentuk rumah sehat bagi masyarakat, terlebih yang
berisiko tinggi terjangkit Flu Burung.

4. Penyebarluasan Informasi Kesehatan


a. Materi
Penyuluhan akan dilaksanakan di beberapa desa yang terjangkit flu burung.
Penyuluhan di desa tersebut dilakukan secara intensif dan berkesinambungan
sebanyak 20 kali pada setiap desa dengan sasaran Kepala keluarga, ibu-ibu PKK,
para pemuda, dan murid sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Selain
penyuluhan juga akan dilakukan pemasangan spanduk, pamflet, dan pembagian baju
kaos yang berisi pesan flu burung. Materi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan quisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
menggambarkan tingkat pemahaman masyarakat tentang flu burung.
b. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan
panduan daftar pertanyaan/kuisioner. Pengambilan kuisioner dilakukan sebanyak
dua kali pada tiap desa yaitu sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.
Pertanyaan-pertanyaan dalam Kuisioner mewakili tingkat pemahaman responden
(masyarakat) terhadap flu burung. Responden pada masing-masing desa dapat
dikatakan paham jika mampu menjawab dengan benar 6 dari 8 (80%) pertanyaan,
Pemahaman ditentukan dari kemampuan responden menjawab pertanyaan tentang
pernah mengetahui flu burung, rela memusnahkan unggas jika terinfeksi flu burung,
memelihara unggas jauh dari pemukiman, mengkandangkan unggas yang dipelihara,
mengkonsumsi telur yang sudah matang, mengetahui ciri-ciri ayam terinfeksi flu
burung, serta mengetahui ciri-ciri manusia terinfeksi flu burung. Apabila responden
pada masing-masing desa menjawab benar di atas 80% pada setiap pertanyaan
diberikan skor 3 (pemahaman tinggi), apabila menjawab 50-75% diberi skor 2
(pemahaman sedang), dan apabila menjawab di bawah 50% diberi skor 1
(pemahaman rendah).

5. Pemberdayaan dan Penggerakan Masyarakat


Bentuk upaya pemberdayaan dan penggerakan masyarakat dalam mencegah
penyakit flu burung :
a. Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS dan GERMAS
b. Menerapkan etika batuk, yaitu dengan menutup mulut dan hidung dengan tisu atau
siku saat batuk atau bersin
c. Menjaga kebersihan dan mencuci tangan secara rutin
d. Mengajak masyarakat untuk tidak mengkonsumsi daging atau telur ungags yang
belum matang
e. Mengedukasi masyarakat terkhususnya ibu rumah tangga tentang sanitas makanan
yang bersumber dari unggas
f. Mengedukasi masyarakat atau melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang
langkah awal dalam upaya pencegahan dan penghambat timbulnya penyakit flu
burung.
6. Pembinaan
Penyuluhan di desa-desa tersebut dilakukan secara intensif dan berkesinambungan
sebanyak 20 kali pada setiap desa dengan sasaran Kepala keluarga, ibu-ibu PKK, para
pemuda, dan murid sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Dengan itu
diharapkan masyarakat/sasaran pada setiap kali penyuluhan meningkat pemahamannya
menganai flu burung, sehingga dapat melakukan tindakan preventif terhadap penularan
flu burung. Selain itu, juga akan dilakukan pertemuan rutin dua minggu sekali dengan
kader-kader di desa-desa tersebut dan melakukan pembinaan terhadap kader tersebut.
Dengan begitu diharapkan kader-kader tersebut dapat memantau perkembangan
pemahaman dari masyarakat di daerahnya terkait flu burung dan melaporkannya kepada
tenaga kesehatan nantinya. Sehingga petugas kesehatan pada penyuluhan selanjutnya
dapat mengetahui hal-hal mana saja yang kurang dari masyarakat dan perlu ditingkatkan.
Maka dengan begitu penularan dari flu burung dapat dihentikan dan masyarakat di desa-
desa tersebut bebas dari flu burung. Jika nanti flu burung menyerang desa itu lagi, maka
masyarakatnya telah siap dan dapat mengatasinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1352981&val=952&title=EFEKTIVITAS%20PENYULUHAN
%20TERHADAP%20PEMAHAMAN%20FLU%20BURUNG Diakses pada tanggal 1
November 2021 pukul 17.30 WIB.
https://www.alodokter.com/flu-burung Diakses pada tanggal 1 November 2021 pukul 19.28
WIB
Lestari, S. O., Zakianis, Z., & Sapta, W. A. (2010). Upaya Pencegahan Flu Burung
Masyarakat di Kabupaten Tangerang. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
(National Public Health Journal), 5(2), 76-83.

Anda mungkin juga menyukai