Disusun Oleh :
2011212019
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
Emergency Response Plan adalah suatu prosedur yang wajib dilaksanakan oleh
perusahaan ketika terjadi kegawat daruratan industri. Emergency response plan bukan untuk
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dikarenakan yang berkaitan dengan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus ada identifikasi dan pengendalian. Sedangkan
Emergency Response Plan adalah suatu program atau suatu kegiatan atau prosedur khusus yang
diwajibkan oleh semua perusahaan untuk melakukan penyelamatan pada korban
/material/meminimalisir kerugian perusahaan ketika terjadi kegawat daruratan industri. Kegawat
daruratan industri bisa berasal dari misalnya natural hazard, seperti gempa bumi, banjir dimana
kita tidak bisa memprediksi hal tersebut makanya dibuatlah suatu kegiatan yang dinamakan
Emergency Response Plan.
A. Landasan hukum
a. UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
c. PP Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
d. Kepmenaker Nomor 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja. Dimana ada 4 unit penanggulangan yaitu :
a) Kelas D : petugas pemadam kebakaran
b) Kelas C : regu pemadam kebakaran
c) Kelas B : koordinator pemadam kebakaran
d) Kelas A : ahli pemadam kebakaran
e. Kepmenaker Nomor 187 Tahun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja
f. SE Menakertrans Nomor 140/DPKK/2004 tentang juknis Emergency Response
Plan
1. UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
a. Pasal 3 ayat 1
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
Mencegah, mengurangi peledakan
Memberikan kesempatan jalan menyelamatkan diri dalam bahaya
kebakaran
Pengendalian penyebaran asap, gas dan suhu
b. Pasal 15
Berdasarkan UU Nomor 1 tahun 1970 pasal 15. Kalau seandainya terjadi
kecelakaan kerja dimana semua orang terperangkap di dalam gedung karena
perusahaan tidak memiliki Emergency Response Plan, tidak punya rambu-rambu
dan tidak punya jalur evakuasi. Maka akan diberikan sanksi berupa denda
100.000 dan kurungan selama 3 bulan.
2. PP Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
a. 6.7 Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat
6.7.1 keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar tempat
kerja telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat telah
didokumentasikan dan diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang
yang ada di tempat kerja.
6.7.2 penyediaan alat / sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan
hasil identifikasi dan diuji serta ditinjau secara rutin oleh petugas yang
berkompeten dan berwenang.
6.7.3 tenaga kerja mendapatkan instruksi dan pelatihan mengenai prosedur
keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko.
6.7.4 petugas penanganan keadaan darurat ditetapkan dan diberikan
pelatihan khusus serta diinformasikan kepada seluruh orang yang ada di
tempat kerja.
6.7.5 instruksi atau prosedur keadaan darurat dan hubungan keadaan
darurat diperlihatkan secara jelas dan menyolok serta diketahui oleh
seluruh tenaga kerja di perusahaan.
6.7.6 peralatan dan sistem tanda bahaya keadaan darurat disediakan,
diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan.
6.7.7 jenis, jumlah, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat
keadaan darurat telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
standard an dinilai oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.
3. SE Menaker Nomor 140/DPKK/III/2004 tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-
Syarat Keselamatan dan Kesehatan di Industri Kimia dengan Potensi Bahaya
Besar (Major Hazard Instalation).
Contoh bencana industri pada PT Petrowidada di Gresik telah menimbulkan kerugian
yang tidak sedikit baik tenaga kerja, moril dan material. Kemudian kejadian terbaru
ada kebakaran depo pertamina plumpang.
a. Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam Kepmenaker Nomor 186 Tahun 1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Pengendalian setiap bentuk energi
Penyediaan sarana deteksi, alam, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi
Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas
Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja
Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala
Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran
Memiliki ahli K3 kebakaran, koordinasi unit penanggulangan kebakaran
dan petugas pemadam kebakaran
Dalam melaksanakan Emergency Response Plan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu :
1) Denah perusahaan
Dengan mengetahui denah perusahaan maka dapat menentukan jalur-jalur evakuasi,
dimana wilayah yang membutuhkan penanganan emergency seperti pada gudang B3,
gudang gas dan lainnya.
2) Membuat prosedur kerja (SOP)
Ketika terjadi kebakaran :
a) Salah satu karyawan yang melihat terjadinya kebakaran melapor kepada petugas
yang sudah dilatih terkait pemadaman kebakaran.
b) Kemudian petugas akan melaporkan ke deputi atau direktur
c) Setelah itu, akan mengikuti perintah misalnya melakukan pemadaman dengan
menggunakan APAR
d) Setelah itu, dilakukan pelaporan kembali dan segera untuk dilakukan evakuasi
e) Petugas pemadam kebakaran datang dan melakukan tindakan pemadaman api
f) Memastikan kembali apakah masih ada karyawan yang terjebak di dalam gedung
tersebut
g) Jika ditemukan korban dengan kondisi darurat maka segera berikan pertolongan
pertama dan setelah itu segera bawa ke rumah sakit
h) Setelah api berhasil dipadamkan kemudian diinformasikan kepada seluruh pekerja
terkait kejadian kebakaran yang telah terjadi tersebut.
b. Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam Kepmenaker Nomor 187 tahun 1999
tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label
Memiliki ahli K3 dan petugas K3 kimia
Menyampaikan daftar nama dan sifat kimia serta kuantitas bahan kimia
berbahaya
Membuat dokumen pengendalian instalasi potensi bahaya besar atau
menengah
Melakukan riksa uji faktor kimia sekurang-kurangnya 6 bulan sekali
Melakukan riksa uji instalasi sekurang-kurangnya 2 tahun sekali
Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
B. Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah situasi yang tidak diketahui yang mengancam pekerja,
setiap orang yang dapat menganggu proses operasi atau menyebabkan kerusakan fisik
dan lingkungan (OSHA).
a. Keadaan darurat adalah situasi, kondisi, kejadian yang tidak normal
b. Terjadi tiba-tiba
c. Mengganggu kegiatan, organisasi dan komunitas
d. Perlu segera ditanggulangi
C. Jenis Keadaan Darurat
a) Natural hazard (bencana alamiah)
Banjir
Kekeringan
Angin topan
Gempa bumi
Tsunami
Longsor
Petir
b) Technological hazard (kegagalan teknis)
Pemadaman listrik
Bandungan bobol
Kebocoran nuklir
Peristiwa kebakaran atau peledakan
Kecelakaan kerja atau lalu lintas
c) Huru hara
Perang
Kerusuhan
3) Faktor bahaya
Bahaya mekanik
Bahaya fisik
Bahaya kimia
Bahaya biologi
Bahaya psikososial
Bahaya ergonomic
Bahaya listrik
4) Jenis bahaya
a. Bahaya langsung
Unsafe action
Unsafe condition
b. Bahaya tidak langsung
Pekerjaan
Personal
8) Teori pemadaman
a. Menurunkan derajat panasnya atau mendinginkan
b. Menurunkan atau memisahkan persentase oksigen
c. Mengurangi atau menjauhkan bahan bakar
d. Memutuskan reaksi pembakaran
11) Rollover
Suatu istilah yang menggambarkan suatu kondisi selama kebakaran berlangsung
dimana nyala api bergerak melalui atau melintasi gas-gas yang tidak terbakar.
12) Backdraft
Situasi yang terjadi ketika produk kebakaran gas yang kekurangan oksigen sehingga
pembakaran melambat akan tetapi bahan bakar gas mudah terbakar dan asap tetap
berada pada suhu diatas titik-titik gas bahan bakar.
Tanda-tanda akan terjadinya backdraft yaitu :
a. Asap bertekanan keluar dari lubang – lubang kecil
b. Asap hitam tebal
c. Asap keluar dari bangunan dalam bentuk kepulan
d. Jendela-jendela diselubungi asap
e. Kaca jendela bergetar
f. Panas yang berlebihan
g. Nyala api kecil atau tidak terlihat