Anda di halaman 1dari 4

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Surveilans kesehatan lingkungan adalah pengumpulan sistemik, berkelanjutan, dan


analisis data yang berhubungan dengan penyakit terkait lingkungan, bahaya lingkungan, dan
paparan lingkungan; dan penyebaran informasi yang tepat waktu kepada mereka yang perlu
mengetahuinya untuk mengambil tindakan. Sedangkan surveilans leptospirosis adalah suatu
proses yang dinamis, sistematis, terus-menerus, dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan
interpretasi dari data informasi mengenai penyakit leptospirosis yang penting pada suatu
populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan
untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi tindakan yang berhubungan
dengan penurunan angka penyakir leptospirosis.

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi dari spesies
Leptospira, famili Leprospiraceae ordo Spirochaetales yang patogen, bermanifestasi sebagai
demam akut. Penyakit ini tersebar luas di berbagai penjuru karena berkaitan erat dengan
keberadaan tikus sebagai reservoir utama selain ditularkan oleh kucing, anjing, dan hewan
lainnya beriringan dengan faktor lingkungan. Pada manusia, penyakit ini secara langsung
timbul dari paparan pekerjaan (tempat pemotongan hewan, lahan pertanian dan peternakan),
tempat rekreasi, atau disebabkan oleh bencana alam. Sedangkan penularan secara tidak
langsung dapat terjadi pada pekerja selokan, tambang, penampungan kotoran, dan prajurit.
Keberadaan penyakit ini bergantung dengan musim yang sedang berlangsung. Etiologi
leptospirosis adalah Leptospira yang sudah masuk ke dalam tubuh dapat berkembang dan
memperbanyak diri serta menyebar ke organ tubuh. Setelah dijumpai Leptospira di dalam
darah (fase leptospiremia) akan menyebabkan terjadinya kerusakan endotel kapiler
(vasculitis). Masa inkubasi leptospirosis adalah antara 2-30 hari, biasanya rata-rata 7-10 hari.
Kriteria kasus yang dimiliki yaitu kasus suspek, kasus probable, dan kasus konfirmasi.

Data yang disajikan meupakan data sekunder karena data pada kasus leptospirosis di
seluruh kecamatan Boyolali pada tahun 2012-2015 diperoleh dari hasil laporan yang berasal
dari puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Data yang dihasilkan berupa
grafik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode
kuantitatif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, dengan
sampel yang berjumlah 47 kasus di seluruh kabupaten Boyolali. Berdasarkan indikator orang
penderita leptospirosis di Kabupaten Boyolali tahun 2012-2015 menyebar di berbagai
kelompok umur, pada umumnya banyak diderita oleh orang dewasa. Hal ini terjadi karena
pada usia tersebut biasanya orang banyak melakukan kegiatan di luar rumah yang
berhubungan dengan air dan tanah. Keputusan atau tindak lanjut hasil surveilans dapat berupa
advokasi. Tahap advokasi yakni melakukan penyiapan bahan perencanaan, monitoring &
evaluasi, koordinasi pelaksanaan advokasi dan fasilitasi kejadian luar biasa, serta wabah dan
bencana (BBTKLPP, 2013). Advokasi dilakukan kepada Bupati / Walikota dan DPRD.

3.2 Saran

Kesehatan Kabupaten Boyolali dapat mengurangi penyakit leptospirosis dengan


mengadakan program Dinas penyuluhan atau promosi kesehatan di masyarakat terutama pada
petani terkait cara pencegahan penularan leptospirosis supaya terhindar dari bahaya
leptospirosis. Melakukan pengendalian faktor risiko lingkungan seperti kepemilikan hewan
peliharaan, keberadaan tikus, keberadaan vegetasi, dan keberadaan parit/selokan yang diduga
faktor penyebab tingginya kejadian penyakit leptospirosis. Upaya ini dapat dilakukan di
daerah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dengan resiko penyebaran leptospirosis
yang tinggi. Selain itu, diseminasi informasi harus diperkuat untuk mengetahui dan
memberikan informasi mengenai kondisi penyakit leptospirosis di setiap daerah. Upaya
tersebut dapat mengurangi penyebaran penyakit leptospirosis apabila mendapatkan dukungan
dari masyarakat dan dilaksanakan secara konsisten.

Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dan Puskesmas di Kabupaten


Boyolali dapat menggunakan metode ceramah sebagai upaya preventif dan promotif untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait leptospirosis di wilayah masing-masing.
Pelaksanaan intervensi pengetahuan masyarakat terkait leptospirosis sebaiknya difasilitasi
oleh tenaga penyuluh yang telah paham mengenai penyakit leptospirosis dan lebih baik
apabila telah mendapat pelatihan khusus sebelumnya. Perlu dilaksanakan penelitian sejenis
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit leptospirosis dan cara
pengendaliannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bannister BA, Begg NT, Gillespie S. Penyunting. Leptospirosis. Dalam: Infectious disease,
Bannister BA, Begg NT, Gillespie S, penyunting. Edisi pertama. Cambridge:
Blackwel Scinece 1996.h.195-8

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Leptospirosis: Kenali dan waspada. [diakses


pada 1 April 2021]. Available from: http://www.depkes.go.id/article/
view/15022400002/leptospirosiskenali-dan-waspadai. Html.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Buku Petunjuk Teknis Pengendalian


Leptospirosis. Cetakan ke-3, (Online), (http://infeksiemerging.kemkes.go.id,
diakses 2 April 2021). 
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Buku Pedoman Penyelidikan dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan. 
Nuraini, S., Saraswati, L. D., Adi, M. S., & Susanto, H. S. (2017). Gambaran Epidemiologi
Kasus Leptospirosis Di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 5(1), 226-234
Prastiwi, B., 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian leptospirosis di
kabupaten bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2),
p.18744.

Priyanto A, Hadisaputro S, Santoso L, Gasem H, Adi S. Faktor-faktor risiko yang


berpengaruh terhadap kejadian leptospirosis (Studi kasus di Kabupaten Demak).
Jurnal Epidemiologi Universitas Diponegoro. 2008: 2-5.

Wijayanti, Y.N., 2014. Faktor Risiko Kejadian Leptospirosis di Wilayah Kabupaten


Boyolali (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai