Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

“Klb Wabah Filariasis Di Rt.03 Sumberejo”

DIVA AMALIA ASHARY


1913351012

SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut Wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Penyebab Wabah
secara garis besar adalah karena Toxin ( kimia & biologi) dan karena Infeksi
(virus, bacteri, protozoa dan cacing). Sumber penyakit adalah manusia, hewan,
tumbuhan, dan bendabenda yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit,
serta yang dapat menimbulkan wabah.
Filariasis, biasa dikenal oleh masyarakat sebagai penyakit kaki gajah
(elephantiasis), merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus.
Filariasis terjadi disebabkan infeksi cacing Nematoda famili Filarioidea yang
ditularkan melalui nyamuk. Meskipun tidak sering menyebabkan kematian,
penyakit ini bersifat menahun (kronik) dan dapat menyebabkan cacat fisik
permanen pada setiap penderitanya. Akibatnya, penderita tidak dapat bekerja
secara produktif dan akan bergantung kepada orang lain dalam menjalankan
aktivitasnya sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.
Menurut Kemenkes RI (2010), jumlah penderita filariasis akan meningkat
setiap tahun dan dampak jangka panjang yang timbul dari bertambahnya jumlah
penderita diperkirakan akan menyebabkan kerugian ekonomi negaramencapai 43
trilyun rupiah.Filariasis menjadi satu masalah kesehatan di beberapa negara di
dunia. Dyah, dkk (2007) melaporkan 60% atau 1,3 miliar penduduk di 83 negara
di dunia yang mempunyai risiko tertular filariasis berada di Asia Tenggara. Lebih
dari 120 juta penduduk terinfeksi filariasis dan 43 penduduk menunjukkan gejala
klinis pembengkakan anggota gerak (Lymphoedema). Filariasis tersebar luas
terutama di pedesaan dan dapat menyerang semua golongan umur baik anak-anak
maupun dewasa, laki-laki dan perempuan.
Indonesia termasuk salah satu negara endemis filariasis. Menurut Depkes
RI (2009), dari tahun 2000-2009 dilaporkan kasus kronis filariasis sebanyak
11.914 kasus yang tersebar di 401 kabupaten/kota di Indonesia. Hasil laporan
kasus klinis kronis filariasis dari kabupaten/kota ditindak lanjuti dengan survei
endemisitas filariasis, sampai dengan tahun 2009 diketahui 337 kabupaten/kota
endemis dan 135 kabupaten/kota non endemis.
1.2 Pokok Permasalahan
1. Semakin kompleknya permasalahan penyakit menular khususnya dalam hal
KLB di Indonesia saat ini, termasuk tuntutan masyarakat akan kejelasan hak dan
kewajiban bagi semua pihak.
2. Terjadinya perubahan dalam sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi
otonomi dan desentralisasi, sebagai konsekuensi telah.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi
permasalahan yang ada menyangkut UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular dan peraturan perundangundangan yang terkait lainnya,
selanjutnya menganalisis semua permasalahan tersebut.
Tujuannya adalah untuk memberikan rekomendasi atau masukan bagi
penyempurnaan dan pembaharuan peraturan perundang-undangan tentang Wabah
Penyakit Menular dalam rangka Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional.
D. Ruang Lingkup Pembahasan Terhadap Wabah Penyakit Menular
1. UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan UU terkait
lainnya.
2. Mengetahui faktor lingkungan baik fisik maupun sosial yang berhubungan
dengan  kejadian filariasis.
E. Metodologi
Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif yang dilakukan
dengan Menggunakan metode analisis terhadap UU No. 4 Tahun 1984 dan
peraturan yang terkait yang diuraikan secara deskriptif.

F. Batasan penyelidikan

1. Wilayah penyelidikan

Penyelidikan dilakukan di Lingkungan RT 3 Sumberejo, Kecamatan Kemiling,


Bandar lampung.

2.    Sasaran Penyelidikan

Sasaran penyidikan adalah penduduk yang ada di lingkungan RT tersebut..

3.    Jenis  Penyelidikan

a.  Deskriptif untuk menggambarkan karakteristik epidemiologi KLB.

b.  Kohort untuk memperkirakan  faktor risiko KLB filariasis.

H.  Cara penyelidikan

1.Pengumpulan data
a.Data primer, diperoleh dari observasi dan melakukan wawancara terhadap
penduduk.

b.Data sekunder, diperoleh berdasarkan laporan/rekam medis terhadap korban  


yang rawat inap maupun rawat jalan di puskesmas dan Fasilitas kesehatan lainnya.

2. Pengambilan sample /specimen : Sampel diambil berupa air bersih yang


digunakan.

3 .Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer, untuk analsis deskriptif


disajikan dalam bentuk narasi, table dan grafik

D.  Definisi operasional

1. Kelompok terpapar

Adalah orang – orang yang mengalami kontak dengan faktor risiko yang dicurigai

2. Kelompok tidak terpapar.

Adalah orang – orang yang tidak mengalami kontak dengan faktor risiko yang 
dicurigai

3. Waktu sakit

Adalah waktu pertama  kali munculnya tanda dan gejala yang dirasakan oleh  
penderita.

E. Langkah-langkah Penyidikan KLB

Langkah penyelidikan dimulai dari konfirmasi adanya kejadian, persiapan


penyelidikan melalui koordinasi penyiapan sumberdaya teknis maupun non
teknis, penyelidikan penyelidikan lapangan yang lebih lengkap dengan
wawancara  dan pemeriksaan untuk mengidentifikasi kasus & paparan, menyusun
dalam variabel epidemiologi, mengembangkan hypotesa, menilai hypotesa dengan
dukungan hasil penyelidikan termasuk laboratorium sampai kepada penyusunan
laporan untuk komunikasi KLB.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep pencegahan (Sistem Kewaspadaan Dini/SKD)
Sistem Kewapadaan Dini (SKD) /Early Warning Alert and Response
System (EWARS) adalah salah satu kegiatan surveilans Epidiomologi
penyakit yang berfungsi untuk memberikan kewaspadaan dan respon
wabah penyakit sejak dini melalui dukungan Departemen Kesehatan dan
mitra kesehatan dengan memberikan pelatihan, dukungan teknis dan alat
berbasis lapangan untuk membangun dan mengelola kegiatan pengawasan
terhadap penyakit berpotensi wabah. (WHO 2016).
SKD-KLB adalah suatu tantanan pengamatan yang mendukung sikap
tanggap terhadap suatu perubahan dalam masyaraktan atau penyimpangan
yang berkaitan dengan kecendrungan terjadinya kesakitan atau kematian
atau pencemaran makanan atau lingkungan sehingga dapat segera
melakukan tindakan dengan cepat dan tepat untuk mencegah/mengurangi
terjadinya jatuhnya korban.

2.2 Informasi Kesehatan dan Sistem Susveilans Respons


Surveiland adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan
intetpretasi data secara sistematis yang dilaksanakan secara terus menerus
atau berkelanjutan serta penyebaran informasi kepada pihak-pihak yang
perlu mengetahu untuk dapat megambil tindakan yang tepat. Tindakan
yang diambil setelah mendapatkan informasi tersebut yang disebut dengan
respon, sehingga menjadi Respons-Surveiland.
Fungsi pokok Survei Respons Menurut WHO (2004) meliputi 8
kegiatan utama yaitu :
1. Deteksi Kasus
2. Registrasi
3. Konfirmasi
4. Pelaporan
5. Analisis dan Interpretasi
6. Respon Segera
7. Respon Terencana
8. Feedback/Umpan balik

2.3 Langkah-langkah Penyidikan KLB


Langkah penyelidikan dimulai dari konfirmasi adanya kejadian,
persiapan penyelidikan melalui koordinasi penyiapan sumberdaya teknis
maupun non teknis, penyelidikan penyelidikan lapangan yang lebih
lengkap dengan wawancara  dan pemeriksaan untuk mengidentifikasi
kasus & paparan, menyusun dalam variabel epidemiologi,
mengembangkan hypotesa, menilai hypotesa dengan dukungan hasil
penyelidikan termasuk laboratorium sampai kepada penyusunan laporan
untuk komunikasi KLB.
2.4 HASIL PENYELIDIKAN
A. Gambaran umum
Kecamatan Kemiling bandar lampung .Jumlah penduduk  lebih kurang
65.637 jiwa. berada pada ketinggian antara 500 – 700 meter dari
permukaan laut
B. Pemastian Diagnosis
Berdasarkan hasil penyelidikan dilokasi KLB di Kecamatan Kemiling
ditemukan kasus filariasis sebanyak 15 orang.
C. Penetapan KLB
Kasus Malaria terjadi di Kecamatan Kemiling merupakan kejadian luar
biasa. Hal ini di dasarkan pada laporan dari petugas kesehatan
Kabupaten Lampung Selatan terdapat 15 kasus Malaria.
D. Deskripsi KLB
Deskripsi kasus menurut tempat tinggal

No Lokasi Jumlah Kasus Persentase (%) N=15


1 Sumberejo 5 33,3
2 Kecamatan 10 66,6
Kemiling
Jumlah 15 100
Bila dideskripsikan kasus Filariasis menurut tempat tinggal paling
banyak bertempat tinggal di Kecamatan kemiling yaitu sebanyak 10
kasus Filariasis (66,6%). Jumlah penduduk  lebih kurang 65.637 jiwa.
2.5 Tindakan Penanggulangan dan Pencegahan
Upaya yang telah dilakukan oleh tim gerak cepat KLB Dinas kesehatan
Provinsi Lampung dan tim gerak cepat KLB Bandar Lampung sebagai
tindakan penanggulangan kasus Filariasis dan mencegah meluasnya kasus
adalah sebagai berikut :
 Pembentukan posko KLB dan pengobatan massal
Tindakan pengobatan dilakukan terhadap masyarakat yang ada di
Kecamatan kalianda. Pengobatan diberikan kepada penduduk yang
masih sakit dan baru sembuh tapi belum pulih kesehatannya. Untuk
masyarakat yang lainnya yang belum terkena Filariasis juga diberikan
persiapan obat-obatan sebagai persiapan dan Semua obat-obatan yang
diberikan gratis.
 Penyuluhan kesehatan lingkungan dan PHBS
Penyuluhan dilakukan di rumah penduduk yang diundang oleh kepala
desa. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar masyarakat memahami
pentingnya kesehatan lingkungan.
 Penyuluhan kesekolah tentang pentingnya mencuci tangan sebelum
makan.

Upaya Penanganan KLB


1. Menetapkan Popoulasi Rentan Terhadap KLB Penyakit Berdasarkan
Waktu, Tempat Pada Kelompok Masyarakat
Langkah-langkah penetapan populasi rentan KLB berdasarkan surveilans
epidemologi :
a. Memperkirakan adanya populasi rentan KLB berdasarkan informasi dan
data serta mempelajari gambaran klinis ( gejala penyakit, cara penularan,
cara pengobatan,dsb ) dan gambaran epidemologi ( sumber dan cara
penularan, kelompok masyarakat yang sering terserang, jumlah kasus dan
kematian apabila terjadi KLB, faktor lingkungan dan budaya masyarakat
yang berpengaruh terhadap timbulnya KLB ).
- Dari Informasi ini ditetapkan daftar KLB yang pernah terjadi di suatu
wilayah dan prioritas masalahnya. Setiap KLB harus dianalasis besar
masalah dari data dan informasi yang berkaitan yaitu melalui
pengumpulan data, pengolahan, dan penyajian data serta interpretasinya.
b. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari berbagai sumber informasi yaitu :
- Laporan rutin KLB ( bulanan ) yang memuat jenis KLB, tempat ( dukuh,
desa, kecamatan ), luas populasi terserang berdasar ciri spesifik, lama
kejadian, jumlah kasus dan kematian selama KLB dll.
- Data penyelidikan epidemologi KLB dan pelacakan kasus yang memuat
informasi tentang pola serangan, karakteristik umur dan jenis kelamin,
ciri-ciri atau budaya masyarakat, sumber penularan, cara penularan, dsb
- Laporan rutin data kesakitan dan kematian dari Puskesmas dan RS yang
teratur, lengkap dan tepat waktu untuk memberikan informasi trend
penyakit.
- Data laboratorium yang memberikan informasi penyebab penyakit, dari
spesimen yang diperiksa misalnya kholera, malaria, anthrax, difteri, dsb.
- Data faktor risiko : cakupan imunisasi, status gizi, lingkungan, vektor,
budaya, pendidikan masyarakat dll yang dapat memberikan kerentanan
pada populasi masyarakat.
- Data pelayanan kesehatan dan cakupan program.
c. Pengolahan dan penyajian data
- Data yang dikumpulkan harus diolah dan disajikan untuk memudahkan
analisis epidemiologi dalam bentuk tabel, grafik atau peta.
- Untuk dapat melakukan analisis perlu tersedianya data yang lengkap,
pengetahuan dengan dasar-dasar epidemiologi, pengetahuan tentang
penyakit dan yang mempengaruhinya.
d. Analisis dan Interpretasi
- Hasil analisis dan interpretasi adalah suatu kesimpulan yang ditarik dari
rangkaian data deskriptif dapat berupa kecenderungan data surveilans,
perbandingan antara kejadian, kecenderungan, dsb.
e. Desiminasi informasi dari hasil analisis kepada pihak-pihak terkait untuk
dimanfaatkan dalam pencegahan dan penanggulangan dalam bentuk
rekomendasi
2. Melakukan upaya pencegahan melalui perbaikan faktor risiko yang menyebabkan
timbulnya kerentanan dalam suatu populasi.
Upaya penanggulangan ditunjukkan pada :
- Kuman penyakit dari sumber penularan berada pada kondisi rentan.
- Memutus mata rantai penularan penyakit.
- Meningkatkan kerentanan sekolompok masyarakat berdasar pada ciri
epidemiologi.
- Memperkuat sistem pelayanan kesehatan.
- Keberadaan kondisi lingkungan potensial sebagai sumber penularan
penyakit, perilaku perorangan dan sekelompok masyarakat, serta daya
tahan tubuh dan imunitas terhadap sebagai upaya pencegahan KLB.
- Perbaikan diarahkan untuk memperkecil dampak KLB ( luas penyebaran,
jumlah kasus dan kematian, dll ) dengan memantapkan upaya-upaya yang
berkelanjutan pada kelompok rentan KLB.
3. Memantapkan pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini ( SKD ) KLB penyakit.
Dengan SKD KLB harus timbul sikap dan tanggap untuk melakukan tindakan
pencegahan dan mengurangi dampak KLB atau bahkan meniadakan KLB.
SKD KLB merupakan indikator kinerja dalam KLB.
Langkah-langkah SKD KLB :
- Penetapan daerah rawan KLB penyakit menular dan keracunan.
- Penetapan bulan atau minggu rawan KLB ( peningkatan kasus )
berdasarkan kajian data epidemiologi beberapa tahun sebelumnya.
- Penetapan unsur dasar penyebab terjadinya KLB berdasasr hasil kajian
epidemiologi.
- Rencana kegiatan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya KLB dan
kesiapan penanggulangan serta intervensi faktor risiko.
- Pemantauan terhadap kesakitan dan kematian kasus yang dinamis ( dengan
grafik dantabel mingguan secara ketat ( laporan minguan kasus )).
- Pemantauan terhadap kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, dan
pelayanan kesehatan.
- Penyelidikan pada daerah rawan KLB atau dugaan terjadinya KLB.
- Kesiapsiagaan menghadapi KLB, pada saat ancaman peningkatan kasus

2.6 Identifikasi sumber dan cara penularan


 Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) adalah penyakit infeksi yang bersifat
menahun. Penyakit ini disebabkan cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk.
Cacing itu berada di saluran getah bening, terutama di daerah pangkal paha
dan ketiak serta saluran getah bening besar lainnya. Saluran getah bening
tersebut dapat mengalami kerusakan dan timbul peradangan.
 Penyebab dan Penularan Penyakit Kaki Gajah Penyakit Kaki Gajah
disebabkan oleh cacing filaria yang hidup di dalam tubuh manusia. Cacing ini
berukuran sangat kecil, menyerupai benang. Penyakit Kaki Gajah di
Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing: Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi dan Brugia timori.
 Penyakit ini ditularkan dari seseorang yang dalam darahnya terdapat anak
cacing filaria (mikrofilaria) kepada orang lain melalui gigitan nyamuk. Pada
waktu nyamuk menghisap darah orang tersebut, anak cacing ikut terhisap dan
masuk ke dalam badan nyamuk. Di dalam tubuh nyamuk, satu hingga dua
minggu kemudian anak cacing berubah menjadi larva dan ditularkan pada
orang lain waktu nyamuk menggigitnya.
 Semua jenis nyamuk bisa menularkan Kaki Gajah seperti nyamuk rumah,
nyamuk got, nyamuk hutan, nyamuk rawa-rawa dan nyamuk sawah. Gejala
Penyakit Kaki Gajah Pada tahap awal, penderita penyakit Kaki Gajah akan
mengalami gejala demam dan peradangan saluran getah bening. Terjadi
bengkak pada lipatan paha atau ketiak disertai rasa panas dan nyeri.
2.7 Penatalaksanaan Filariasis
 Pengobatan
Berbeda dengan penyakit lainnya, Filariasis tidak dapat disembuhkan meskipun
dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Filariasis menjadi
penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia
seumur hidup.
 Perawatan
Pemulihan kondisi penderita Filariasis, memberikan dukungan moril kepada
penderita dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria, melaksanakan
rujukan pada penderita yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal Filariasis dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia dengan
bertujuan sebagai pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan
parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Kemoprofilaksis bertujuan
untuk mengurangi resiko terinfeksi Filariasis sehingga bila terinfeksi maka gejala
klinisnya tidak berat. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan
ketepatan & kecepatan pengobatan
3.2 Saran
1. Diperlukan penyuluhan sedini mungkin tentang Filariasis kepada masyarakat
sebagai upaya pencegahan kejadian penyakit.
2. Kepada masyarakat agar mamakai pakaian tertutup dan pada malam hari
menggunakan alat pengusir nyamuk dan kelambu saat tidur.
3. Dinas Kesehatan Bandar Lampung dapat melakukan survei lanjutan untuk
mengetahui perkembangan Filariasis lebih lanjut, agar dapat diketahui jumlah
penderita Filariasis secara akurat.
Daftar pustaka
https://buletinsulteng.wordpress.com/2011/03/10/hasil-penyelidikan-klb-diare-di-
desa-lingadan-kab-tolitoli-pebruari-2010/
https://bandarlampungkab.bps.go.id/publication/download.html?
nrbvfeve=M2QzNTBkNzdhOTAxNDZiY2MyMjcyYmNl&xzmn=aHR0cHM6Ly
9sYW1wdW5nc2VsYXRhbmthYi5icHMuZ28uaWQvcHVibGljYXRpb24vMjAy
MC8wOS8yOC8zZDM1MGQ3N2E5MDE0NmJjYzIyNzJiY2Uva2VjYW1hdGF
uLWthbGlhbmRhLWRhbGFtLWFuZ2thLTIwMjAuaHRtbA%3D
%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0xMC0yNiAyMjowNDowNg%3D%3D

Anda mungkin juga menyukai