Anda di halaman 1dari 110

ANALISA RISIKO KUALITATIF PEMASUKAN VIRUS

PENYAKIT MULUT DAN KUKU MELALUI DAGING


ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA-MALAYSIA

RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertas berjudul Analisa Risiko


Kualitatif Pemasukan Virus Penyakit Mulut dan Kuku melalui Daging Ilegal di
Perbatasan Darat Indonesia-Malaysia adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Risma JP Silitonga
NIM B261120031
RINGKASAN

RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA. Analisa Risiko Kualitatif


Pemasukan Virus Penyakit Mulut dan Kuku melalui Daging Ilegal di Perbatasan
Darat Indonesia-Malaysia. Dibimbing oleh RETNO DAMAYANTI, HADRI
LATIF dan ETIH SUDARNIKA.

Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit yang berdampak luas
secara ekonomi bagi peternakan dan kesehatan hewan. Masih ditemukan adanya
pemasukan daging ilegal di perbatasan, status Malaysia yang belum seluruhnya
bebas PMK dan Malaysia juga mengimpor daging dari India sehingga pemasukan
daging ilegal merupakan suatu ancaman risiko terhadap masuknya virus PMK ke
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis risiko secara
kualitatif terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat
Indonesia-Malaysia.
Penelitian dilakukan selama bulan Maret 2014 sampai Juli 2015.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan pendapat
pakar (expert opinion elicitation), wawancara mendalam (in-depth interview) dan
pengamatan langsung di lapang, publikasi ilmiah dan tulisan atau data yang tidak
dipublikasi (statistik, dokumen dan laporan dari instansi berwenang). Responden
pada penelitian ini adalah pelintas batas (penumpang, pengemudi), pemilik rumah
makan, petugas di perbatasan, peternak babi, peternak sapi, dan petugas dinas.
Dalam penelitian ini, dilakukan penilaian pelepasan, penilaian pendedahan
dan penilaian dampak, sehingga diketahui perkiraan risiko masuknya virus PMK
melalui daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia (Entikong).
Selanjutnya disusun manajemen risiko untuk menentukan tindakan-tindakan
mengurangi risiko dan komunikasi risiko berdasarkan hasil perkiraan risiko.
Estimasi risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan
darat Indonesia-Malaysia dinilai sangat rendah, artinya bahwa kemungkinan
kejadian pemasukan virus PMK melalui daging ilegal sangat jarang terjadi dengan
nilai ketidakpastian rendah. Manajemen yang diperlukan dalam rangka
mengurangi tingkat risiko mulai proses pelepasan, pendedahan hingga dampak
yang ditimbulkan akibat kemungkinan masuknya virus PMK melalui daging
ilegal adalah melakukan pemeriksaan yang lebih ketat pada semua jalur
pengangkutan, pemusnahan daging yang masuk dari Malaysia ke Entikong,
sosialisasi kepada semua pihak terkait mengenai peraturan yang berlaku di
Indonesia khususnya mengenai PMK serta melakukan surveilans dan monitoring
di tempat-tempat berisiko tinggi. Komunikasi risiko dilakukan sejak dari awal
penilaian risiko sampai manajemen risiko ditentukan, melalui komunikasi formal
dan non-formal. Analisa risiko diperlukan sebagai alat untuk menentukan
kebijakan dalam penyusunan regulasi sehingga kebijakan yang disusun dapat
diterima karena telah dikaji atau dianalisis secara ilmiah. Analisa risiko terhadap
pemasukan daging ilegal di daerah perbatasan lainnya masih perlu dilakukan.
Kebijakan perdagangan dengan menstabilkan harga daging serta memprioritaskan
pembangunan di daerah perbatasan harus menjadi perhatian pemerintah.

Kata kunci: daging ilegal, Entikong, analisa risiko, PMK


SUMMARY

RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA. Qualitative Risk Analysis of Foot-


and-Mouth Disease Virus through Illegal Meat at the Indonesia-Malaysia Land
Border. Supervised by RETNO DAMAYANTI, HADRI LATIF and ETIH
SUDARNIKA.

The Foot-and-Mouth Disease (FMD) is a disease affecting a large sector


economically for livestock and animal health. Illegal entry of meat through the
border, Malaysia‟s status as a country not completely free from FMD, and the fact
that Malaysia still imports meat from India are all threats for the entry of the FMD
virus to Indonesia. The purpose of this study was to conduct a qualitative analysis
on the entry of FMD virus via illegal meat passing through the Indonesia-
Malaysia land border.
The study was conducted from March 2014 to July 2015. Data collection
was conducted using expert opinion elicitation, in-depth interview and direct field
observations, and from scientific publications and unpublished essays or data
(statistics, documents, and reports from authorities). The respondents in this study
were border-crossers (passengers, drivers), eaterie owners, border officials, swine
farmers, cattle farmers, and agricultural agency officers.
In this study, assessment of release, exposure, and consequence were
conducted so that the risk of FMD virus entry via illegal meat at the Indonesia-
Malaysia border (Entikong) could be estimated. Then a risk management to
determine the steps to reduce the risk and communicate the risk based on the risk
assessement results.
The risk estimate of the entry of FMD virus via illegal meat at the
Indonesia-Malaysia land border is considered very low with a low uncertainty
value. It is means that the incidence of FMD virus entry into Entikong through
illegal meat would be very unlikely to occur. The management steps required to
reduce the risk level from release, exposure, and consequence of FMD virus entry
via illegal meat are conducting stricter surveillance on all transportation routes,
destroying illegal meat that enters from Malaysia to Entikong, and socialization to
all parties pertaining to regulations in Indonesia, especially those related to FMD
and conduct surveillance and monitoring in high risk areas. Risk communication
should be conducted from the beginning of the risk assessment to the
determination of the risk management through formal and informal
communication channels. Risk analysis is necessary as a tool for policy-making in
creating regulations so that the policies made would be acceptable because they
had been studied or analyzed scientifically. Risk analysis on the entry of illegal
meat at other border areas still need to be conducted. Trade policies by stabilizing
the price of meat and prioritizing development of border areas must garner the
government‟s attention.

Keywords: Entikong, FMD, illegal meat, risk analysis


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISA RISIKO KUALITATIF PEMASUKAN VIRUS
PENYAKIT MULUT DAN KUKU MELALUI DAGING
ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA-MALAYSIA

RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji pada Ujian Tertutup:
Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi

Dr Drh Retno Oktorina, MMA

Penguji pada Sidang Promosi Program Doktor:

Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi

Dr Drh Retno Oktorina, MMA


PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih atas segala karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor pada Program Studi
Kesehatan Masyarakat Veteriner, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Ibu Prof Dr Drh Retno Damayanti Soejodono,
MS, M.Sc.Vet selaku ketua komisi pembimbing, Bapak Dr med vet Drh Hadri
Latif, MSi dan Ibu Dr Ir Etih Sudarnika, MSi selaku anggota komisi pembimbing,
yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan koreksi dan saran dengan
penuh kesabaran dan ketulusan mulai penyusunan proposal, pelaksanaan
penelitian serta penyusunan disertasi ini.
Dengan penuh rasa hormat penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Drh med vet Denny Widaya Lukman, MSi dan Ibu Dr Drh Retno Oktorina,
MMA selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberikan masukan untuk
meningkatkan kualitas penulisan disertasi ini. Penghargaan juga penulis
sampaikan kepada Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Bapak
Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi), seluruh staf pengajar dan
karyawan atas bantuan dan dukungannya selama penulis menempuh pendidikan
sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Kementerian Pertanian
Republik Indonesia cq Kepala Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi
Profesi Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian, Kepala Badan Karantina Pertanian, Kepala Pusat Karantina Hewan dan
Keamanan Hayati Hewani, Kepala Bidang Keamanan Hayati Hewani beserta staf
yang telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada penulis untuk
menyelesaikan studi ini. Ungkapan terimakasih disampaikan juga kepada Kepala
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong (Drh Faizal Noer) beserta staf (Drh
Saswono, Drh Meyrna Ikke, Drh Santos) yang telah membantu pelaksanaan
penelitian di lapangan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa
Pascasarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner yang banyak
memberikan warna selama pelaksanaan studi di IPB. Akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Ayahanda (Alm) dan Ibunda,
dan seluruh keluarga besar Silitonga, Ayah dan Ibu mertua dan seluruh keluarga
besar Nababan. Rasa cinta dan terima kasih juga disampaikan untuk keluarga
kecilku, suami tercinta Henry Mart Panoguan Nababan dan ananda tersayang
Gabriel Nathan Nababan atas segala doa dan semangat yang diberikan selama
proses studi ditempuh.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, khususnya di bidang Kesehatan Masyarakat
Veteriner.
Bogor, Agustus 2016

Risma JP Silitonga
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup 3
Keterbaharuan 4
Hipotesis 4
2 IDENTIFIKASI BAHAYA MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING
ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan 5
Metode Penelitian 6
Hasil dan Pembahasan 6
Simpulan 9
3 PENILAIAN PELEPASAN MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING
ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan 10
Metode Penelitian 11
Hasil dan Pembahasan 13
Simpulan 23
4 PENILAIAN PENDEDAHAN VIRUS PMK MELALUI PEMASUKAN
DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan 24
Metode Penelitian 24
Hasil dan Pembahasan 26
Simpulan 35
5 PENILAIAN DAMPAK DAN ESTIMASI RISIKO MASUKNYA VIRUS
PMK MELALUI DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT
INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan 36
Metode Penelitian 36
Hasil dan Pembahasan 38
Simpulan 43
6 MANAJEMEN DAN KOMUNIKASI RISIKO MASUKNYA VIRUS PMK
MELALUI DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA
MALAYSIA
Pendahuluan 44
Metode Penelitian 45
Hasil dan Pembahasan 46
Simpulan 51
7 PEMBAHASAN UMUM 52
8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 57
Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN 63
RIWAYAT HIDUP 94
DAFTAR TABEL
3.1 Kategori kemungkinan (likelihood) dan penafsirannya dalam penilaian
pelepasan 11
3.2 Matriks aturan kombinasi penggambaran likelihood 11
3.3 Aturan penggabungan kemungkinan (likelihood) lebih dari satu risiko
parsial 12
3.4 Kategori ketidakpastian kualitatif 12
3.5 Penilaian kemungkinan daging ilegal berasal dari negara/zona endemis
PMK 14
3.6 Penilaian kemungkinan daging ilegal merupakan sumber infeksi PMK 15
3.7 Penilaian kemungkinan jalur atau rute pengangkutan daging ilegal
berdasarkan frekuensi responden melintas dan mengangkut daging
dari Malaysia ke Entikong 18
3.8 Ringkasan penilaian kemungkinan daging berasal dari negara/zona
endemis PMK (Likelihood 1 x Likelihood 2) 19
3.9 Ringkasan penilaian pelepasan virus PMK melalui pemasukan daging
ilegal dari Malaysia ke Entikong berdasarkan jalur pengangkutan 21
4.1 Kategori kemungkinan (likelihood) dan penafsirannya dalam penilaian
pendedahan 25
4.2 Matriks aturan kombinasi penggambaran kemungkinan (likelihood) 25
4.3 Aturan penggabungan kemungkinan (likelihood) lebih dari satu risiko
parsial 25
4.4 Kategori ketidakpastian kualitatif 26
4.5 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK dari kemasan daging
mengandung serpihan-serpihan daging yang dibuang ke lingkungan
sekitar tempat penjualan daging 28
4.6 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar tempat
penjualan dari kemasan daging yang mengandung serpihan-serpihan
daging dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir 29
4.7 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar rumah
tangga dari limbah cair mengandung serpihan-serpihan daging yang
dibuang ke lingkungan (selokan) 30
4.8 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar rumah
tangga dari limbah cair mengandung serpihan daging yang dibuang
ke lingkungan (sungai) 31
4.9 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di rumah makan 32
4.10 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di tempat lain di luar
Entikong 33
4.11 Ringkasan penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK dari
Malaysia ke Entikong melalui pemasukan daging ilegal 33
5.1 Kategori penilaian dampak berdasarkan cakupan wilayah 37
5.2 Kategori penilaian akhir dampak secara keseluruhan 37
5.3 Matriks perkiraan risiko 38
5.4 Penilaian dampak masuknya virus PMK melalui daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong 39
5.5 Perkiraan risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong 42
6.1 Tindakan-tindakan dalam manajemen risiko terhadap masuknya virus
PMK melalui daging ilegal dari Malaysia ke Entikong 46

DAFTAR GAMBAR
3.1 Alur tapak risiko pelepasan virus PMK dari Malaysia ke Entikong
melalui pemasukan daging ilegal 13
4.1 Alur pendedahan virus PMK melalui pemasukan daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong 27
6.1 Alur komunikasi risiko terhadap masuknya virus PMK melalui daging
ilegal dari Malaysia ke Entikong 51

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner untuk pengemudi 63
2 Kuisioner untuk penumpang/orang yang melintas di perbatasan 69
3 Kuisioner untuk peternak 74
4 Wawancara untuk petugas karantina 78
5 Wawancara untuk petugas perbatasan 84
6 Wawancara untuk petugas dinas peternakan 88
7 Wawancara untuk pedagang daging 91
1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Globalisasi dan era perdagangan bebas saat ini, menciptakan dunia tanpa
batas. Hal ini mengakibatkan penyebaran penyakit hewan menular melalui
komoditas hewan atau produknya yang dilalulintaskan antar negara semakin
mudah. Sanitary and Phytosanitary (SPS) Agreement yang disusun oleh
organisasi perdagangan dunia (World Trade of Organization/WTO) adalah
perjanjian tentang penerapan SPS yang menetapkan aturan-aturan dasar untuk
keamanan pangan, standar kesehatan hewan dan tumbuhan. Perjanjian SPS
menunjuk World Organisation for Animal Health (Office International des
Epizooties/OIE) sebagai organisasi yang bertanggung jawab mengembangkan
standar internasional untuk kesehatan hewan dan zoonosis. Perjanjian SPS
menpersyaratkan bahwa tindakan-tindakan kesehatan yang diterapkan oleh
anggota WTO harus didasarkan pada ilmu pengetahuan. Hal tersebut bertujuan
untuk menciptakan perdagangan yang baik dengan melaksanakan tindakan
berdasarkan standar OIE atau, jika memilih untuk mengadopsi tingkat
perlindungan yang lebih tinggi, maka dapat menerapkan langkah-langkah
berdasarkan pada penilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan (Sugiura dan Murray
2011).
Persaingan perdagangan yang sangat ketat diantara negara-negara di dunia
dan pengaruh perubahan lingkungan strategis internal maupun eksternal telah
menyebabkan pengambil kebijakan importasi hewan dan produk hewan
melakukan perubahan, mengingat perdagangan hewan dan produk hewan tidak
mungkin berjalan efektif dan efisien tanpa risiko sekecil apapun. Tingkat risiko
yang dapat diterima (appropriate level of protection) merupakan risiko yang harus
dipenuhi oleh suatu negara pengimpor. Hal ini menuntut reaksi yang cepat dan
tepat dari pengambil kebijakan importasi hewan dan produk hewan untuk
mengantisipasi setiap perubahan dengan perhitungan analisa risiko (risk analysis)
yang kritis dan sistematis. Kondisi kebijakan kesehatan hewan dan karantina
hewan Indonesia saat ini dalam pencegahan dan penolakan masuknya penyakit
hewan eksotik lebih banyak bertumpu pada kebijakan pengamanan maksimum
(maximum security). Namun, untuk jangka panjang dan dalam era perdagangan
bebas, kebijakan tersebut perlu ditinjau kembali dengan lebih berpegang pada
tingkat risiko yang dapat diterima berdasarkan analisa risiko yang diperhitungkan
secara ilmiah. Penerapan analisa risiko menjadi penting karena pengambilan suatu
keputusan yang didasarkan pada kebijakan hukum atau peraturan perundang-
undangan yang tidak berdasar ilmiah tidak dapat diterima begitu saja. Saat ini,
tuntutan semakin kuat akan konsintensi dalam menerapkan perlakuan yang
berbeda-beda terhadap negara-negara tertentu berdasarkan aspek teknis kesehatan
hewan dan bukan semata-mata politik (Barantan 2007).
Indonesia secara geografis berada pada lokasi strategis sehingga memiliki
konsekuensi berbatasan dengan beberapa negara. Pembangunan daerah perbatasan
termasuk dalam agenda nawa cita pemerintahan Joko Widodo. Perhatian
pemerintah mengalami perubahan cara pandang dalam beberapa tahun terakhir.
Daerah perbatasan bukan lagi sebagai daerah terluar, melainkan sebagai etalase
2

Indonesia. Pembenahan di wilayah perbatasan sekaligus juga untuk membuktikan


kepada negara lain bahwa Indonesia mampu membenahi perbatasan. Salah satu
negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia adalah Malaysia. Perbatasan
darat Indonesia-Malaysia terbentang sejauh 2 004 km (Situmorang 2015).
Penyakit mulut dan kuku berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit
Hewan Karantina (HPHK), Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa,
dikategorikan dalam HPHK Golongan I artinya penyakit tersebut belum ada di
wilayah Negara Republik Indonesia. Penyakit mulut dan kuku termasuk dalam
jenis penyakit hewan menular strategis yang belum ada di Indonesia dan
berpotensi muncul dan menimbulkan kerugian ekonomi, kesehatan manusia,
lingkungan dan keresahan masyarakat sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 4026/Kpts.OT.140/3/2013 tentang Penetapan Jenis Penyakit Hewan
Menular Strategis.
Virus PMK adalah patogen hewan termasuk dalam genus Aphthovirus
family Picornaviridae. Virus PMK sebagai penyebab PMK sangat menular ke
hewan berkuku belah, transmisi dilaporkan terjadi melalui kontak langsung
dengan hewan terinfeksi, aerosol, semen, produk makanan, dan fomites. Penyakit
ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang serius bagi petani dan industri
ternak secara langsung serta berpengaruh terhadap perdagangan internasional
produk hewani (Harada et al. 2015). Morbiditas penyakit ini sangat tinggi tetapi
mortalitasnya rendah dan sangat cepat menular (highly contagious) (Rushton dan
Jones 2013).
Malaysia merupakan salah satu negara yang berbatasan langsung dengan
Indonesia. Status Malaysia belum seluruhnya bebas terhadap PMK, masih ada
beberapa zona endemis PMK. Malaysia juga negara pengimpor daging dari India
dan negara-negara lain yang statusnya juga belum bebas terhadap PMK (MTA
2016). Kondisi saat ini, produk hewan berupa daging dimasukkan secara ilegal
atau tidak melalui prosedur yang telah ditetapkan dari Malaysia ke Indonesia.
Kemungkinan pemasukan produk hewan ilegal tersebut melalui tempat-tempat
yang belum ditetapkan atau tidak resmi di sepanjang perbatasan Indonesia-
Malaysia.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong telah melakukan penahanan
produk hewan ruminansia yang berasal dari Malaysia berupa daging bertulang,
daging tanpa tulang, daging giling, jeroan, dan kornet. Jumlah produk hewan yang
ditahan berturut-turut adalah 59 kg (2011), 28 650 kg (2012), dan 10 150 kg
(sampai dengan bulan Pebruari 2013) ( (SIKAWAN 2014).
Analisa risiko sebagai suatu pendekatan untuk menilai kemungkinan dan
konsekuensi dari kejadian yang tidak diinginkan (bahaya), dengan tujuan untuk
mendukung keputusan-keputusan yang diambil menghadapi ketidakpastian
(Peeler et al. 2013). Penelitian mengenai analisa risiko pemasukan virus PMK
melalui daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia belum pernah
dilakukan, sehingga menarik minat peneliti untuk mengkaji lebih dalam.
Dilatarbelakangi oleh kondisi-kondisi tersebut, maka penelitian bertujuan untuk
menganalisa risiko terhadap masuknya virus PMK melalui pemasukan daging
ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia. Hasil analisa risiko ini diharapkan
bermanfaat sebagai bahan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan yang
3

berdasar kajian ilmiah, sehingga pada akhirnya diharapkan kelembagaan yang


terkait akan menjadi kuat dengan pengembangan konsep berbasis analisa risiko.

Perumusan Masalah

Pemasukan daging ilegal yang berasal dari negara belum bebas PMK
melalui perbatasan Indonesia-Malaysia, serta Malaysia juga mengimpor daging
dari negara belum bebas PMK. Menurut OIE (2012) Malaysia sampai saat ini
belum dinyatakan bebas PMK seluruhnya, masih ada satu atau lebih zona dengan
gejala klinis PMK. Tahun 2013 masih terjadi 14 kasus PMK di Malaysia yaitu
Provinsi Johor, Melaka, Negeri Sembilan, Pahang, Perak, Selangor dan
Trengganu (daerah Semenanjung Malaysia). Zona yang dinyatakan bebas sampai
saat ini adalah Sabah dan Serawak (Malaysia bagian timur) (SEAFMD 2013).
Terkait hal tersebut, maka perlu dilakukan analisa risiko terhadap pemasukan
daging yang diduga berasal dari negara belum bebas PMK, sehingga dapat
diketahui kecenderungan terjadinya kembali infeksi dan faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam meminimalisasi risiko.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisa risiko masuknya virus


PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia (Entikong-
Kalimantan) secara kualitatif. Analisa risiko meliputi identifikasi bahaya,
penilaian risiko yang meliputi penilaian pelepasan, penilaian pendedahan,
penilaian dampak, estimasi risiko, dan manajemen risiko serta komunikasi risiko.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah menyediakan hasil analisa risiko secara


kualitatif terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat
Indonesia-Malaysia (Entikong-Kalimantan); menyediakan hasil estimasi jalur atau
rute yang paling berisiko terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di
perbatasan darat Indonesia-Malaysia (Entikong-Kalimantan); menyediakan model
atau kerangka penilaian risiko pemasukan daging ilegal; memberikan bahan
masukan kepada pembuat keputusan (decision maker) mengenai estimasi risiko
pemasukan daging ilegal dari negara belum bebas PMK; sebagai dasar dalam
perancangan manajemen risiko terhadap pemasukan daging ilegal khususnya di
daerah perbatasan darat serta sebagai dasar dalam penyusunan pedoman analisa
risiko.

Ruang Lingkup

Penelitian analisa risiko terhadap masuknya virus PMK melalui daging


ilegal ini mempunyai batasan, yaitu:
4

a. Pemasukan daging secara ilegal didefinisikan sebagai pemasukan daging


yang tidak disertai dengan sertifikat kesehatan, tidak dilaporkan dan
diserahkan ke petugas karantina di perbatasan.
b. Penilaian dilakukan hanya pada satu jenis produk hewan yaitu daging
ruminansia (bukan olahan) termasuk jenis jeroan dalam bentuk segar, dingin
atau beku (frozen).
c. Jalur/rute pemasukan daging ilegal yang diamati terbatas hanya melalui
lintas darat Entikong.

Keterbaharuan

Keterbaharuan penelitian ini antara lain menghasilkan estimasi risiko


terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat
Indonesia-Malaysia meliputi penilaian pelepasan, penilaian pendedahan, dan
penilaian dampak. Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, dihasilkan juga
keterbaharuan berupa manajemen risiko untuk mengurangi tingkat risiko dari
pemasukan virus PMK melalui daging ilegal serta komunikasi risiko sebagai salah
satu cara pertukaran informasi mengenai masuknya virus PMK melalui daging
ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia. Selain itu, keterbaharuan lain yang
diperoleh yaitu gambaran mengenai daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-
Malaysia.

Hipotesis

Estimasi risiko keseluruhan terhadap masuknya virus PMK melalui daging


ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia adalah dapat diabaikan (negligible)
sehingga tidak diperlukan manajemen risiko atau tindakan untuk mengurangi
risiko.
5

2 IDENTIFIKASI BAHAYA TERHADAP MASUKNYA VIRUS


PMK MELALUI DAGING ILEGAL DI PERBATASAN
DARAT INDONESIA-MALAYSIA

PENDAHULUAN

Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit vesikular akut pada sapi,
domba, kambing termasuk babi dan semua hewan berkuku belah yang liar
maupun domestik (Thomson et al. 2003). Penyakit ini disebabkan oleh virus PMK
anggota famili Picornaviridae, genus Apthovirus. Virus PMK adalah virus RNA
beruntai tunggal positif dengan ukuran genom RNA sekitar 8,3 kb. Ada 7 jenis
virus yaitu O, A, C, Asia 1, South African Territories (SAT) 1, 2, dan 3 secara
serologis (Ding et al. 2011). Genom virus mengkodekan 4 protein struktural yaitu
VP1, VP2, VP3, dan VP4 yang membentuk kapsid ikosahedral dan memiliki 10
protein non-struktural yaitu L, 2A, 2B, 2C, 3A, 3B, 3C, 3D, 3AB, dan 3ABC
(Ding et al. 2013). Penularan virus terjadi melalui kontak langsung dengan hewan
terinfeksi yang mengeluarkan virus dalam air liur, tinja, urin, susu, semen, cairan
okular, dan cairan hidung. Selain itu, penularan dapat juga terjadi melalui produk
hewan terinfeksi, benda terkontaminasi, dan transmisi secara aerosol dengan jarak
hingga 60 km di darat dan 300 km di laut (Gloster et al. 1982).
Virus PMK cukup stabil dalam lingkungan (Alexandersen et al. 2003).
Virus PMK rentan terhadap asam dan pH basa. Namun, dalam kondisi tertentu,
virus PMK dapat mempertahankan infektivitasnya pada lingkungan dan dalam
waktu yang lama. Kehadiran bahan organik dapat meningkatkan persistensi. Sinar
matahari tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap infektivitas virus
PMK. Virus PMK dapat ditemukan pada sumsum tulang, nodus limfatikus, dan
organ-organ tertentu dari hewan yang telah mati untuk waktu yang lama karena
pH tidak cukup menurun setelah kematian (USAHA 2008). Virus PMK resisten
pada suhu pendinginan dan pembekuan, serta semakin aktif pada suhu diatas
50 ºC. Pemanasan produk hewan pada suhu inti minimal 70 ºC selama minimal 30
menit akan menginaktivasi virus (OIE 2009).
Penyakit mulut dan kuku telah dikenal di Indonesia sejak akhir abad ke-19
(Ressang 1988). Indonesia pertama kali tertular PMK pada tahun 1887 di daerah
Malang, Jawa Timur. Upaya pemberantasan dan pembebasan PMK di Indonesia
terus dilakukan sejak tahun 1974 sampai tahun 1986. Pada tahun 1990, Indonesia
dinyatakan bebas PMK dan secara resmi telah diakui oleh OIE (BBALITVET).
Menurut OIE (2012), Malaysia dinyatakan belum bebas seluruhnya terhadap
PMK, masih ada satu atau lebih zona dengan gejala klinis PMK. Tahun 2013
masih terjadi 14 kasus PMK di Malaysia yaitu di Provinsi Johor, Melaka, Negeri
Sembilan, Pahang, Perak, Selangor dan Trengganu (zona Semenanjung Malaysia).
Zona yang dinyatakan bebas sampai saat ini adalah Sabah dan Serawak (Malaysia
bagian timur) (SEAFMD 2013). Malaysia juga mengimpor daging dari negara
belum bebas PMK seperti India (MTA 2016).
Identifikasi bahaya (hazard identification) adalah langkah pertama dan
dianggap terpisah dari penilaian risiko (Peeler et al. 2013). Identifikasi bahaya
adalah langkah penting yang harus dilakukan sebelum penilaian risiko, dengan
6

mengidentifikasi agen patogen yang mungkin terkait dengan komoditas yang


diimpor dan yang berpotensi menghasilkan konsekuensi yang merugikan (Sugiura
dan Murray 2011). Identifikasi bahaya terhadap masuknya virus PMK melalui
daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia bertujuan untuk
mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan apakah terdapat bahaya dari setiap
agen biologis yang masuk (daging) dikaitkan dengan karakteristik virus PMK
sehingga selanjutnya dapat menyimpulkan perlunya penilaian risiko dilakukan.

METODE PENELITIAN
Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diambil menggunakan teknik
pengumpulan pendapat pakar (expert opinion elicitation) dengan kuisioner,
wawancara mendalam (in-depth interview) dan pengamatan langsung di lapangan
(observational study). Data sekunder diperoleh dari publikasi ilmiah dan tulisan
atau data yang tidak dipublikasi (statistik, literatur, dokumen, dan laporan instansi
berwenang). Responden pada penelitian ini adalah pelintas batas terdiri dari
penumpang dan pengemudi yang dipilih secara purposive sampling atau secara
sengaja dengan mempertimbangkan pekerjaan dan kesediaan responden untuk
diwawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Daging secara umum adalah bagian dari tubuh hewan yang disembelih,
yang aman dan layak untuk dikonsumsi manusia. Termasuk dalam definisi
tersebut adalah daging atau otot skeletal dan organ-organ yang dapat dikonsumsi
(edible offals). Secara teknis, daging adalah otot skeletal (sceletal muscle). Jeroan
(edible offal atau disebut juga variety meat atau fancy meat) adalah organ atau
jaringan selain otot skeletal yang lazim dan layak dikonsumsi manusia dan tidak
mengalami proses lebih lanjut selain daripada pendinginan atau pembekuan.
Jeroan terdiri dari jantung, lidah, hati, daging pada kepala, otak, timus, pankreas,
babat, usus, ginjal, buntut (Sanjaya et al. 2007). Definisi daging dalam penelitian
ini yaitu bagian dari tubuh hewan yang disembelih termasuk daging atau otot
skeletal dan organ-organ yang dapat dikonsumsi seperti jeroan dalam keadaan
segar, dingin atau beku.
Berdasarkan studi, diperoleh data 4 jenis daging ruminansia ilegal yang
masuk melalui Entikong. Identifikasi bahaya untuk setiap jenis daging sebagai
berikut:
1. Daging beku tanpa tulang, tanpa limfo-glandula (frozen meat deboned,
deglanded).
Menurut OIE (2016), daging sapi maupun kerbau (Bubalus bubalis) segar
(tidak termasuk kaki, kepala, dan jeroan) direkomendasikan diimpor dari
negara-negara atau zona terinfeksi PMK yang sedang dilakukan program
pengendalian secara resmi dengan persyaratan tertentu. Pihak berwenang
dalam bidang kesehatan hewan (Veterinary Authorities) harus menyatakan di
7

dalam sertifikat kesehatan hewan internasional yang membuktikan bahwa


daging yang dikirim:
1) berasal dari hewan yang:
a) dipelihara untuk setidaknya tiga bulan sebelum penyembelihan di
zona/negara pengekspor dimana ternak dan kerbau secara teratur
divaksinasi terhadap PMK dan program pengendalian resmi dilakukan;
b) telah divaksinasi setidaknya dua kali dengan vaksinasi terakhir tidak
lebih dari enam bulan, kecuali kekebalan protektif telah dibuktikan
selama lebih dari enam bulan, dan tidak kurang dari satu bulan sebelum
dipotong;
c) dipelihara selama 30 hari terakhir di suatu peternakan, dan PMK tidak
terjadi dalam radius 10 km selama periode tersebut, atau ditempatkan di
stasiun karantina;
d) diangkut dalam kendaraan yang telah dibersihkan dan didesinfeksi,
sebelum sapi dan kerbau dimuat langsung dari tempat asal atau stasiun
karantina ke rumah potong hewan yang disetujui, tanpa kontak dengan
hewan lain yang tidak memenuhi persyaratan atau kondisi yang
diperlukan untuk ekspor;
e) disembelih di dalam rumah potong hewan yang telah disetujui:
i) secara resmi ditunjuk untuk ekspor;
ii) dimana tidak ada PMK terdeteksi selama periode antara desinfeksi
terakhir dilakukan, sebelum dilakukan penyembelihan dan pengiriman
untuk ekspor telah dilakukan/dikirim;
f) telah dilakukan pemeriksaan ante dan post mortem dalam waktu 24 jam
sebelum dan sesudah disembelih dan tidak ada bukti kejadian PMK;
2) berasal dari karkas deboned:
a) yang nodus limfatikus utamanya telah dihilangkan;
b) sebelum deboning, telah dilakukan pematangan pada suhu lebih besar
dari 2 °C untuk jangka waktu minimal 24 jam setelah penyembelihan dan
nilai pH kurang dari 6.0 saat diuji di tengah dari kedua otot longissimus
dorsi.
Beberapa kejadian wabah di Inggris telah dikaitkan dengan impor daging
terinfeksi, tulang, dan kemasan daging. Sejak diperkenalkan persyaratan
deboning, pematangan dan larangan pemberian sisa makanan menjadi pakan
babi, maka tidak ada bukti yang menyatakan bahwa daging sapi tanpa tulang
yang diimpor ke Inggris dari Argentina telah menyebabkan wabah PMK.
Selanjutnya, tidak ada wabah PMK yang disebabkan oleh perdagangan daging
sapi tanpa tulang ke Eropa, meskipun ada impor dalam skala besar dari
Amerika Selatan dan impor skala lebih kecil dari Afrika Selatan (Paton et al.
2011). Namun, ketentuan deboning dan pembuktian pematangan sampai
mencapai pH akhir dibawah 6.0 harus dipenuhi dalam perdagangan daging sapi
secara internasional. Virus PMK rentan terhadap pH rendah (<6.0) sehingga
menghambat virus bertahan hidup di dalam otot setelah rigor mortis (USAHA
2008). Hal ini juga berlaku jika sapi disembelih pada puncak viremia. Tingkat
asidifikasi yang diperlukan tidak dapat dijamin dalam semua keadaan, sehingga
saat ini persyaratan utama yaitu pematangan dan penilaian pH daging harus
dipastikan dipenuhi. Paton et al. (2011) telah menemukan korelasi yang baik
antara nilai pH otot Longissimus dorsi dan banyak jenis otot daging sapi
8

lainnya dari karkas yang sama. Berdasarkan persyaratan tersebut, maka daging
beku tanpa tulang dan tanpa limfo-glandula, tidak dapat dipastikan aman jika
tidak ada jaminan dipenuhinya persyaratan-persyaratan sebagaimana
direkomendasikan oleh OIE.
2. Daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo-glandula (chilled meat deboned,
deglanded).
Pada jenis daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo-glandula, pertimbangannya
sama dengan jenis daging beku tanpa tulang, tanpa limfo-glandula, yaitu
daging dianggap aman jika persyaratan daging telah dipenuhi. Persyaratan
tersebut diantaranya yaitu bahwa daging harus berasal dari hewan yang
dipelihara pada tempat/zona yang tidak ada kasus dalam periode tertentu,
disembelih di rumah potong hewan yang disetujui, telah melalui proses
pematangan sehingga nilai pH kurang dari 6.0. Pada daging sapi yang langsung
dibekukan setelah penyembelihan, virus masih dapat terdeteksi 11 hari setelah
pengolahan. Pada daging sapi dingin, virus masih dapat terdeteksi 24 jam
setelah pengolahan (Ryan et al. 2008). Menurut Henderson dan Brooksby
(1948), jika dibandingkan dengan daging segar yang didinginkan pada suhu
4 °C maka daging segar yang cepat dibekukan (quick freezing) sebelum rigor
mortis nilai pHnya masih tetap di atas 6.5. Kondisi ini menunjukkan bahwa
virus lebih bertahan hidup pada kondisi pembekuan cepat (quick freezing)
dibandingkan pendinginan (chilling). Namun keadaan ini jarang terjadi,
sebagian besar daging telah melalui proses pematangan sebelum dibekukan.
3. Daging beku bertulang, tanpa limfo-glandula (frozen meat bone-in, deglanded).
Menurut Paton et al. (2010), virus PMK masih ditemukan di dalam jaringan
tulang, meskipun lebih banyak ditemukan dalam bagian sumsum tulang (bone
marrow).
4. Jeroan beku (frozen liver), tanpa limfo-glandula (frozen offal deglanded).
Hasil penelitian Cottral et al. (1960) dan penelitian Henderson dan Brooksby
(1948) pada hewan yang mengalami viremia menyatakan bahwa virus PMK
masih terdeteksi di dalam frozen liver selama 4 bulan setelah pengolahan atau
penyimpanan. Pernyataan tersebut termuat dalam studi literatur yang dilakukan
oleh Ryan et al. (2008).
Pada studi, diperoleh informasi bahwa daging ilegal berasal dari berbagai
negara/zona yaitu Serawak Malaysia, Semenanjung Malaysia, India, Brunei
Darussalam, Australia, Thailand, dan negara/zona yang tidak diketahui. Daging
berasal dari negara yang tidak diketahui merupakan suatu kemungkinan bahaya,
atau dapat diasumsikan berasal dari negara/zona berisiko PMK. Status Malaysia
sampai saat ini masih merupakan negara yang belum bebas PMK secara
keseluruhan, walaupun secara internasional bagian dari Malaysia yaitu zona
Sabah dan Serawak telah dinyatakan zona bebas PMK tanpa vaksinasi
(Rweyemamu et al. 2008).
Identifikasi bahaya terhadap status beberapa negara/zona asal daging ilegal
berdasarkan disease timelines OIE (2015):
1. Status Malaysia yaitu PMK terdapat pada satu zona atau lebih (disease limited
to one and more zones) sejak tahun 2009 sampai Juni 2015.
2. Status Brunei Darussalam dan Australia yaitu PMK tidak ditemukan (disease
absent) sejak tahun 2009 sampai Juni 2015.
9

3. Status Thailand yaitu PMK ditemukan pada hewan domestik (disease present)
sejak tahun 2009 sampai Juni 2015.
4. Status India yaitu PMK terdapat pada satu zona atau lebih (disease limited to
one and more zones)sejak tahun 2009 sampai Desember 2014.
Berdasarkan karakteristik agen biologis berupa daging yang dimasukkan
secara ilegal dan perbedaan status negara/zona asal daging ilegal terhadap PMK
dengan status dan situasi PMK di Indonesia, maka identifikasi bahaya
menyimpulkan bahwa daging ruminansia yang dimasukkan secara ilegal melalui
Entikong merupakan suatu bahaya/hazard terhadap masuknya virus PMK,
sehingga perlu dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko dari
pemasukan daging ilegal tersebut.

SIMPULAN

Identifikasi bahaya menyimpulkan bahwa jenis daging ruminansia ilegal


yang berasal dari negara/zona asal daging endemis PMK merupakan suatu bahaya
atau hazard terhadap masuknya virus PMK. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya
tersebut, selanjutnya dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko
dari pemasukan daging ilegal.
10

3 PENILAIAN PELEPASAN MASUKNYA VIRUS PMK


MELALUI DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT
INDONESIA-MALAYSIA

PENDAHULUAN
Indonesia dinyatakan sebagai negara bebas penyakit mulut dan kuku (PMK)
sejak tahun 1986 dan diakui oleh Office International des Epizooties (OIE) pada
tahun 1990 (Ditkeswan 2009). Thomson et al. (2003) menyatakan virus PMK
dapat bertahan hidup dalam daging dan produk hewan lainnya untuk jangka waktu
yang lama. Virus ini dilaporkan juga bertahan hidup dalam infectious form sampai
12 tahun di dalam tanah yang melekat pada Wellington boot dan akan bertahan
paling sedikit satu tahun dalam media kultur sel pada suhu 4 °C. Virus PMK dapat
menyebar secara aerosol menginfeksi sapi sampai melebihi jarak 250 km (Mahy
2005).
Saat ini, produk hewan berupa daging dimasukkan secara ilegal atau tidak
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan melalui perbatasan darat Indonesia-
Malaysia di Entikong, Kalimantan Barat. Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Entikong telah menahan dan memusnahkan sebanyak 504 kg daging sapi beku,
300 kg daging kerbau beku, 20 kg daging sapi dingin bertulang pada tahun 2014
dan 480 kg daging sapi beku bertulang pada awal tahun 2015 (SIKAWAN 2015).
Data ini menunjukkan masih terjadi upaya pemasukan daging melalui perbatasan
Entikong yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Menurut Rweyemamu et al. (2008), PMK endemik pada tujuh negara di
Asia Tenggara (Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan
Vietnam) dan tiga negara diakui OIE sebagai negara bebas penyakit tanpa
vaksinasi (Brunei, Indonesia, dan Singapura). Bagian dari Filipina (Mindanao,
Visayas, Palawan, dan Masbate) dan bagian dari Malaysia (zona Sabah dan
Sarawak) juga diakui secara internasional bebas dari PMK tanpa vaksinasi.
Sampai tahun 2005, virus masih beredar pada babi di Pulau Luzon bagian selatan,
sehingga sulit mengeliminasi PMK dari Asia. Indonesia telah bertahan sebagai
negara bebas PMK selama lebih dari dua dekade. Asia Timur, Jepang dan
Republik Korea diakui sebagai negara bebas tanpa vaksinasi sedangkan Taiwan
dan Provinsi Cina diakui sebagai negara bebas dengan vaksinasi.
Penilaian risiko adalah proses mengevaluasi kemungkinan dan konsekuensi
biologis dan ekonomi dari pemasukan, pembentukan atau penyebaran bahaya
dalam wilayah negara pengimpor. Penilaian risiko pelepasan merupakan tahapan
awal dalam penilaian risiko yaitu memperkirakan kemungkinan suatu komoditas
impor yang terinfeksi atau terkontaminasi dengan bahaya dan menggambarkan
jalur biologis untuk bahaya yang akan diperkenalkan ke lingkungan hidup tertentu
(Sugiura dan Murray 2011). Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka tujuan
penilaian risiko pelepasan ini adalah untuk memperkirakan pelepasan secara
kualitatif masuknya virus PMK melalui daging ilegal dan mengestimasi jalur atau
rute pengangkutan daging ilegal yang paling berisiko terhadap PMK di perbatasan
darat Indonesia-Malaysia, yaitu Entikong, Kalimantan Barat. Hasil penilaian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kebijakan pemerintah untuk
meminimalisasi risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal ke Entikong.
11

METODE PENELITIAN

Penilaian dilakukan menggunakan standar analisis risiko impor yang


tercantum dalam Terrestrial Animal Health Code (OIE 2013). Penilaian
menggunakan enam kategori kemungkinan (likelihood) yang mengacu pada
Biosecurity Australia (2001). Kategori penafsirannya disajikan pada Tabel 3.1.
Risiko masuknya virus dinilai untuk setiap alur tapak risiko dengan pendekatan
kualitatif menggunakan informasi (data) yang tersedia.

Tabel 3.1 Kategori kemungkinan (likelihood) dan penafsirannya dalam penilaian


pelepasan
Kemungkinan Penafsiran
(likelihood)
Tinggi (High) Kemungkinan kejadiannya akan sangat mungkin terjadi
Sedang (Moderate) Kemungkinan kejadiannya akan mungkin terjadi
Rendah (Low) Kemungkinan kejadiannya jarang terjadi
Sangat rendah (Very low) Kemungkinan kejadiannya sangat jarang terjadi
Amat sangat rendah (Extremely low) Kemungkinan kejadiannya amat sangat jarang terjadi
Dapat diabaikan (Negligible) Kemungkinan kejadiannya dapat diabaikan
Sumber : Biosecurity Australia (2001)

Jika kemungkinan (likelihood) kualitatif telah ditentukan untuk setiap alur


skenario, maka dibutuhkan bentuk aturan kombinasi untuk menghitung
probabilitas seluruh skenario. Penilaian tersebut digunakan untuk menghitung
hasil perkalian antara kemungkinan risiko yang satu dengan kemungkinan risiko
lainnya sebagaimana disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Matriks aturan kombinasi penggambaran kemungkinan (likelihood)


Kemungkinan (Likelihood 2)
Tinggi Sedang Rendah Sangat Amat sangat Dapat
(T) (S) (R) rendah rendah diabaikan
(SR) (ASR) (DD)
Tinggi (T) T S R SR ASR DD
Sedang (S) S R R SR ASR DD
Rendah (R) R R SR SR ASR DD
(Likelihood 1)
Kemungkinan

Sangat rendah SR SR SR SR ASR DD


(SR)
Amat sangat ASR ASR ASR ASR DD DD
rendah (ASR)
Dapat DD DD DD DD DD DD
diabaikan
(DD)
Sumber: Biosecurity Australia (2001)

Penilaian kemungkinan-kemungkinan yang diperoleh lebih dari satu risiko


dan hasil kemungkinan risikonya harus dijumlahkan maka digunakan aturan
penggabungan kemungkinan (likelihood). Tabel 3.3 menunjukkan aturan
keputusan terhadap lebih dari satu risiko parsial yang digabungkan.
12

Tabel 3.3 Aturan penggabungan kemungkinan (likelihood) lebih dari satu risiko
parsial
Deskripsi Penilaian secara keseluruhan
Salah satu risiko partial adalah “sangat tinggi” Sangat tinggi
Lebih dari satu risiko parsial adalah “tinggi” Sangat tinggi
Salah satu risiko parsial adalah “tinggi” dan setiap risiko Sangat tinggi
parsial yang lain adalah “sedang”
Salah satu risiko parsial adalah“tinggi” dan risiko parsial yang Tinggi
lain tidak seluruhnya adalah “tinggi”
Semua risiko parsial adalah“sedang” Tinggi
Satu atau lebih risiko parsial adalah “sedang” Sedang
Semua risiko parsial adalah “rendah” Sedang
Satu atau lebih risiko parsial adalah “rendah” Rendah
Semua risiko parsial adalah “sangat rendah” Rendah
Satu atau lebih risiko parsial adalah “sangat rendah” Sangat rendah
Semua risiko parsial adalah “diabaikan” Dapat diabaikan
Sumber: Biosecurity Australia (2001)

Data yang digunakan dalam penilaian pelepasan ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diambil menggunakan teknik pengumpulan pendapat
pakar (expert opinion elicitation) dengan kuisioner, wawancara mendalam (in-
depth interview) dan pengamatan langsung di lapangan (observational study).
Data sekunder diperoleh dari publikasi ilmiah dan tulisan atau data yang tidak
dipublikasi (statistik, literatur, dokumen, dan laporan instansi berwenang).
Responden pada penilaian pelepasan ini adalah pelintas batas yang terdiri dari
penumpang, pengemudi, dan petugas perbatasan yang dipilih secara purposive
sampling atau secara sengaja dengan mempertimbangkan pekerjaan dan kesediaan
responden untuk diwawancara.

Ketidakpastian (Uncertainty)
Ketidakpastian (uncertainty) adalah kurangnya pengetahuan tentang nilai-
nilai parameter atau faktor tertentu yang dinilai atau diukur. Dugaan risiko
memiliki tingkat ketidakpastian dan dinyatakan secara kualitatif dengan tiga
kategori (EFSA 2006) sebagaimana Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kategori ketidakpastian kualitatif


Kategori Ketidakpastian Penafsiran
(Uncertainty)
Rendah (low) data lengkap, bukti kuat disajikan oleh berbagai referensi,
berbagai penulis memiliki kesimpulan sama, dilakukan observasi
terstruktur
Sedang (medium) ada beberapa data tidak lengkap, bukti disajikan pada referensi
yang terbatas, kesimpulan penulis bervariasi satu sama lain
Tinggi (high) data sangat jarang atau tidak tersedia data, bukti tidak tersedia di
referensi tetapi pada laporan yang tidak terpublikasi
Sumber : EFSA (2006)
13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alur Tapak Risiko

Penilaian pelepasan melihat seberapa besar risiko pelepasan virus PMK dari
Malaysia ke Entikong melalui pemasukan daging ilegal (Gambar 3.1).
Berdasarkan alur tersebut, terdapat tiga kemungkinan (likelihood=L) yang dinilai
yaitu kemungkinan daging berasal dari negara/zona endemis PMK (L1),
kemungkinan jenis daging sebagai sumber infeksi PMK (L2) dan kemungkinan
jalur atau rute pengangkutan daging ilegal yang paling berisiko terhadap
masuknya virus PMK ke Entikong (L3).

Negara/zona asal daging


ruminansia ilegal

Yes No

Negara/zona endemis PMK Negara/zona tidak endemis PMK

Semenanjung Tidak Serawak Brunei


L1 Thailand India Australia
Malaysia diketahui Malaysia Darussalam

Daging beku, tanpa Daging dingin, tanpa Daging beku bertulang, Jeroan beku, tanpa tulang,
Jeroan beku, tanpa limfo-
tulang,
tulang tanpa
dan limfo-
limfo- tulang dan limfo-glandula tanpa limfo-glandula, tanpa limfo-glandula
L2 glandula
glandula (frozen meat, (chilled meat deboned, (frozen meat bone in, (frozen offal, deboned,
(frozen offal, deglanded)
deboned, deglanded) deglanded) deglanded) deglanded)

Kendaraan Kendaraan Non-kendaraan


L3 bermuatan besar bermuatan kecil (dipikul/ditenteng/
(bis besar, bis sedang, (van, didorong dengan
minibus, mobil box) sedan,ambulans) gerobak)
MALAYSIA

ENTIKONG
Release Release Release No Release

Gambar 3.1 Alur tapak risiko pelepasan virus PMK dari Malaysia ke Entikong
melalui pemasukan daging ilegal

Daging ilegal yang masuk ke Entikong bukan hanya berasal dari Malaysia
tetapi dari berbagai negara/zona. Daging dibawa masuk melalui Tebedu, yaitu pos
pemeriksaan perbatasan Indonesia-Malaysia yang berada di wilayah Malaysia,
selanjutnya masuk ke wilayah Indonesia melalui Pos Pemeriksaan Lintas Batas
(PPLB) Entikong. Tidak dilakukan survei mengenai pemeriksaan yang dilakukan
oleh petugas perbatasan di Tebedu Malaysia.
14

Penilaian Pelepasan (Release Assessment)

Penilaian pelepasan adalah penilaian terhadap kemungkinan keluarnya virus


PMK dari Malaysia ke Entikong melalui pemasukan daging ilegal dan menduga
probabilitas munculnya kejadian tersebut. Penilaian pelepasan melihat seberapa
besar risiko pelepasan melalui alur tapak yang sudah ditentukan.

Kemungkinan Daging Ilegal berasal dari Negara/Zona Endemis PMK (L1)


Daging yang berasal dari negara/zona endemis PMK akan memiliki risiko
terhadap kemungkinan masuknya virus PMK. Status dan situasi penyakit di suatu
wilayah akan menentukan keberadaan penyakit tersebut pada hewan maupun
produknya. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat empat negara/zona endemis
PMK yang merupakan asal daging ilegal yang masuk ke Entikong yaitu
negara/zona tidak diketahui, Semenanjung Malaysia, India, dan Thailand.
Penilaian terhadap kemungkinan daging berasal dari negara/zona endemis PMK
seperti tersaji pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Penilaian kemungkinan daging berasal dari negara/zona endemis PMK
Hasil
Nodus Deskripsi Sumber data
penilaian
Daging berasal dari - Asal negara/zona daging tidak Sedang Wawancara
negara/zona tidak mampu telusur, daging diperoleh (moderate) 64 penumpang
diketahui dari berbagai tempat, kemasan dan pengemudi
daging berupa plastik tanpa merk
(dalam bentuk curah)
- Jumlah daging yang berasal dari
negara/zona tidak diketahui
diperkirakan sebanyak 50%

Daging berasal dari - Semenanjung Malaysia Rendah Disease timelines


zona Semenanjung merupakan zona endemis PMK (low) OIE (2015)
Malaysia - Asal daging tidak mampu telusur, Wawancara
kemasan daging berupa plastik 64 penumpang
tanpa merk (dalam bentuk curah) dan pengemudi
- Jumlah daging yang berasal dari
zona Semenanjung Malaysia
diperkirakan sebanyak 5%

Daging berasal dari - Kasus PMK pada hewan domestik Rendah Disease timelines
Thailand masih ditemukan di Thailand (low) OIE (2015)
- Asal daging tidak mampu telusur,
kemasan daging berupa plastik Wawancara
tanpa merk (dalam bentuk curah) 64 penumpang
- Jumlah daging yang berasal dari dan pengemudi
Thailand diperkirakan sebanyak
2%
15

Daging berasal dari - Kasus PMK masih ditemukan Rendah Disease timelines
India pada satu zona atau lebih di India (low) OIE (2015)
- Asal daging mampu telusur, Wawancara
kemasan plastik bermerk tertera 5 pedagang daging
nama produsen (unit usaha)
- Jumlah daging yang berasal dari
India diperkirakan sebanyak 8%

Penilaian risiko terhadap kemungkinan daging berasal dari negara/zona


tidak diketahui dinilai sedang (moderate), diasumsikan pemasukan daging dari
negara/zona ini tidak mampu telusur. Daging yang berasal dari negara/zona tidak
diketahui, kemasannya berupa plastik tanpa merk. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa daging kemungkinan berasal dari unit usaha yang tidak menerapkan sistem
keamanan pangan, sehingga risikonya dinilai sedang.
Kemungkinan daging ilegal berasal dari negara/zona endemis PMK yaitu
Semenanjung Malaysia, Thailand, dan India. Daging yang berasal dari
negara/zona endemis PMK tersebut masih memiliki risiko untuk membawa masuk
agen penyakit, sehingga penilaian risiko terhadap negara/zona endemis PMK
dinilai rendah. Status endemis PMK pada suatu negara menandakan satu zona
atau lebih di dalam wilayah negara tersebut masih terdapat kasus PMK. Sebagai
contoh status Malaysia menurut OIE (2015), sampai saat ini masih merupakan
negara yang belum bebas PMK secara keseluruhan, walaupun secara internasional
bagian dari Malaysia yaitu zona Sabah dan Serawak telah dinyatakan zona bebas
PMK tanpa vaksinasi (Rweyemamu et al. 2008). Demikian juga di India, selama
April 2013 - Maret 2014 total terjadi 454 wabah PMK yang disebabkan oleh virus
serotipe O (Subramaniam et al. 2015).

Kemungkinan Jenis Daging Ilegal merupakan Sumber Infeksi PMK (L2)


Berdasarkan data yang diperoleh, maka terdapat 4 jenis daging ilegal yang
masuk ke Entikong dan kemungkinan sebagai sumber infeksi PMK yaitu daging
beku tanpa tulang tanpa limfo-glandula (frozen meat deboned, deglanded), daging
beku bertulang tanpa limfo-glandula (frozen meat bone-in, deglanded), daging
dingin tanpa tulang tanpa limfo-glandula (chilled meat deboned, deglanded), dan
jeroan beku (frozen liver) tanpa limfo-glandula (frozen offal deglanded).
Ringkasan penilaian kemungkinan setiap jenis daging ilegal sebagai sumber
infeksi PMK tersaji pada Tabel 3.6 berdasarkan pengamatan terhadap 39
responden selama kurun waktu tiga bulan.

Tabel 3.6 Penilaian kemungkinan jenis daging ilegal merupakan sumber infeksi
PMK
Hasil
Nodus Deskripsi Sumber data
penilaian
Daging beku tanpa - Daging beku tanpa tulang, Amat sangat Henderson dan
tulang, tanpa limfo- tanpa limfo-glandula aman dari rendah Brooksby
glandula (frozen meat virus PMK jika dilayukan, (extremely (1948);
deboned, deglanded) low) Pharo (2002)
sehingga nilai pH < 6.0
Wawancara
- Daging beku tanpa tulang tanpa penumpang
limfo-glandula diasumsikan dan pengemudi
belum dapat dipastikan
16

seluruhnya telah melalui proses


pelayuan
- Daging beku tanpa tulang tanpa
limfo-glandula diasumsikan
ada yang langsung dibekukan
sebelum dilayukan (quick
freezing)
- Jumah daging beku tanpa
tulang, tanpa limfo-glandula
yang masuk diperkirakan
sebesar 61%

Daging dingin tanpa - Daging dingin tanpa tulang, Amat sangat Pharo (2002)
tulang, tanpa limfo- tanpa limfo-glandula aman dari rendah Wawancara
glandula (chilled meat virus PMK jika dilayukan, (extremely penumpang
deboned, deglanded) low) dan pengemudi
sehingga nilai pH <6.0
- Diasumsikan bahwa daging
dingin tanpa tulang, tanpa
limfo-glandula belum dapat
dipastikan seluruhnya telah
melalui proses pelayuan
selama minimal 24 jam
sehingga nilai pH belum turun
di bawah 6.0
- Jumlah daging dingin tanpa
tulang tanpa limfo-glandula
yang masuk diperkirakan
sebesar 22%

Daging beku bertulang, - Daging beku bertulang, tanpa Sedang Paton et al.
tanpa limfo-glandula limfo-glandula dapat sebagai (moderate) (2010)
(frozen meat bone-in, sumber infeksi PMK karena Wawancara
deglanded) penumpang
virus masih ditemukan di
dan pengemudi
dalam tulang, walaupun
jumlahnya lebih banyak pada
bagian sumsum tulang
- Jumlah daging beku bertulang,
tanpa limfo-glandula
diperkirakan sebesar 12%

Jeroan beku (frozen - Jeroan beku (frozen liver), Sedang Cottral et al.
liver) tanpa limfo- tanpa limfo-glandula dapat (moderate) (1960);
glandula (frozen offal sebagai sumber infeksi PMK, Henderson dan
deglanded) Brooksby
karena selama empat bulan
(1948);
virus masih terdeteksi Ryan et al.
- Jumlah jeroan beku, tanpa (2008)
limfo-glandula yang masuk Wawancara
diperkirakan sebesar 5% penumpang
dan pengemudi
17

Penilaian risiko terhadap kemungkinan daging beku tanpa tulang, tanpa


limfo-glandula (frozen meat deboned, deglanded) sebagai sumber infeksi PMK
dinilai dinilai amat sangat rendah (extremely low). Pertimbangan penilaian amat
sangat rendah karena kemungkinan daging beku yang dilalulintaskan belum
seluruhnya melalui proses pelayuan sehingga kemungkinan nilai pH daging belum
turun di bawah 6.0. Selain itu diasumsikan bahwa daging beku tanpa tulang, tanpa
limfo-glandula langsung dibekukan (quick freezing) sebelum rigor mortis,
sehingga nilai pH daging belum turun, sebagaimana menurut Henderson dan
Brooksby (1948). Anggapan bahwa daging cepat beku (quick freezing) berbahaya
sebagai media bertahannya virus sangat berlebihan. Daging yang diimpor ke
Inggris sebanyak 800 000 ton, hanya sekitar 1% dari daging tersebut diproses
dengan cara cepat beku, dengan alasan untuk menghemat ruang pengiriman. Pada
umumnya daging telah melalui proses pelayuan sebelum dibekukan, sehingga saat
daging dibekukan pHnya sudah turun. Hal tersebut sesuai dengan rekomendasi
OIE yang mempersyaratkan daging harus berasal dari karkas tanpa tulang
(deboned carcasses) yang kelenjar getah bening utamanya telah dihilangkan
(deglanded). Sebelum deboning, karkas harus dilayukan pada suhu di atas 2 °C
minimal selama 24 jam dan nilai pH harus di bawah 6.0 saat diuji di bagian
tengah kedua otot longissimus dorsi (Paton et al. 2010). Risiko pada daging sapi
yang berasal dari hewan viremik dapat diturunkan melalui proses pematangan
(maturasi) karkas daging dan deboning. Rigor mortis yang tercapai selama proses
maturasi daging akan menghasilkan penurunan nilai pH yang cukup untuk
menonaktifkan virus yang tidak terdeteksi di dalam jaringan otot (EFSA 2006).
Penilaian risiko terhadap kemungkinan daging dingin tanpa tulang, tanpa
limfo-glandula (chilled meat deboned, deglanded) sebagai sumber infeksi PMK
dinilai dinilai amat sangat rendah (extremely low). Asumsi penilaian amat sangat
rendah karena daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo-glandula belum dapat
dipastikan telah melalui proses pelayuan seluruhnya selama minimal 24 jam,
sehingga nilai pH belum turun di bawah 6.0. Persyaratan bahwa daging berasal
dari hewan yang sehat dan daging telah dilayukan akan menjamin nilai pH daging
sudah turun di bawah 6.0. Daging disimpan semakin lama, maka akan semakin
terjadi penurunan nilai pH sebagaimana dinyatakan Komariah et al. (2004).
Indikasi lain bahwa virus PMK masih ditemukan di dalam produk daging karena
adanya pencampuran dengan sumsum tulang dan kelenjar getah bening dari
hewan yang terinfeksi (Zaher et al. 2008).
Penilaian risiko terhadap kemungkinan daging beku bertulang, tanpa limfo-
glandula (frozen meat bone-in, deglanded) sebagai sumber infeksi PMK dinilai
sedang (moderate). Dalam penilaian risiko ini diasumsikan bahwa virus masih
bertahan di dalam tulang, meskipun menurut Paton et al. (2010) jumlah virus
lebih banyak ditemukan di dalam sumsum tulang.
Penilaian risiko terhadap kemungkinan jeroan beku (frozen liver), tanpa
limfo-glandula (frozen offal deglanded) sebagai sumber infeksi PMK dinilai
sedang (moderate). Pertimbangan penilaian tersebut, didasarkan bahwa virus
PMK masih terdeteksi di dalam frozen liver selama 4 bulan setelah
pengolahan/penyimpanan yang berasal dari hewan viremia sesuai dengan studi
literatur yang dilakukan oleh Ryan et al. (2008).
18

Kemungkinan Jalur atau Rute Pengangkutan Daging Ilegal paling Berisiko


terhadap PMK (L3)
Jalur risiko pengangkutan daging dibagi menjadi tiga kelompok yaitu jalur
non-kendaraan, jalur kendaraan bermuatan besar dan jalur kendaraan bermuatan
kecil. Penilaian dilakukan berdasarkan berat daging yang diangkut, frekuensi
melintas dan pemeriksaan Petugas Karantina Pertanian sebagaimana tersaji pada
Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Penilaian kemungkinan jalur pengangkutan daging ilegal paling


berisiko dari Malaysia ke Entikong berdasarkan volume daging,
frekuensi melintas dan pemeriksaan oleh petugas
Berat daging yang diangkut Pemeriksaan
Jenis (kilogram) Frekuensi Petugas Hasil
n
pengangkutan melintas Karantina penilaian
5 6-10 11-50 > 50 Pertanian
Dipikul/ Tidak
6 15 1 - 22 Sering Tinggi
Dipanggul dilakukan
Tidak
Ditenteng 4 5 1 - 10 Sering Tinggi
dilakukan
Tidak
Didorong - 2 2 - 4 Sering Tinggi
dilakukan
Bus besar
18 12 11 1 42 Sering Dilakukan Rendah
antar negara
Bus sedang - 1 - - 1 Sering Dilakukan Rendah
Minibus 1 9 8 2 20 Sering Dilakukan Rendah
Jarang/
Mobil boks - 7 6 13 Dilakukan Rendah
tidak tentu
Sangat
Van 1 2 3 1 7 Sering Dilakukan
rendah
Sangat
Sedan 1 - - - 1 Sering Dilakukan
rendah
Sangat
Ambulans - 1 - - 1 Sering Dilakukan
rendah
Keterangan: Sering= minimal 2-3 kali/minggu; Jarang/tidak tentu= 1-2 kali/bulan

Frekuensi pengangkutan daging ilegal dengan jalur non-kendaraan (dipikul,


ditenteng, didorong) lebih tinggi dibandingkan dengan jalur lain karena dilakukan
berulang kira-kira 3-4 kali dan berkelompok (2-5 orang). Akibatnya volume
daging yang diangkut meskipun volumenya lebih kecil tetapi karena dilakukan
berulang dan berkelompok maka volumenya akan lebih besar dibandingkan
dengan jalur pengangkutan lainnya. Cara pengangkutan tersebut dilakukan dengan
sembunyi-sembunyi, menyelinap, dan menghindar dari pengawasan petugas,
sehingga kemungkinan daging bisa lolos. Pengangkut atau pemilik daging selain
sebagai tukang pikul, juga sebagai pedagang daging eceran dan ibu rumah tangga.
Berdasarkan fakta tersebut, maka penilaian untuk jalur pengangkutan non-
kendaraan dinilai tinggi.
Daging yang diangkut dengan kendaraan bermuatan besar (bus besar, bus
sedang, minibus, mobil boks) dibawa oleh pengemudi, pedagang daging eceran,
tenaga kerja, penjual makanan dan ibu rumah tangga. Bus besar merupakan
angkutan jarak jauh antar negara yang melintas setiap hari, namun setiap bus
19

diperkirakan hanya melintas dua kali dalam seminggu. Frekuensi pengangkutan


daging menggunakan bus besar, bus sedang, minibus termasuk dalam kelompok
sering, tetapi terhadap jenis kendaraan-kendaraan tersebut dilakukan pemeriksaan
oleh petugas karantina sehingga kemungkinannya untuk lolos sangat kecil.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka penilaian jalur untuk
kendaraan bermuatan besar dinilai rendah.
Daging yang diangkut menggunakan kendaraan bermuatan kecil (van, sedan,
ambulans) dibawa oleh karyawan, pengemudi dan pedagang campuran. Daging
yang diangkut dengan van, sedan dan ambulans meskipun frekuensi
pengangkutannya tergolong sering, tetapi selalu dilakukan pemeriksaan oleh
petugas. Akibatnya daging yang diangkut menggunakan kendaraan tersebut sangat
kecil kemungkinannya untuk lolos. Oleh sebab itu, penilaian terhadap jalur
kendaraan bermuatan kecil dinilai sangat rendah.
Hartnett et al. (2007) menyatakan bahwa informasi mengenai frekuensi
pemasukan daging ilegal di pintu masuk dapat mengindikasikan aktivitas ilegal
secara keseluruhan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka
kemungkinan risiko jalur/rute pengangkutan daging ilegal melalui perbatasan
Entikong dengan non-kendaraan dinilai tinggi, dengan kendaraan bermuatan besar
dinilai rendah, dan dengan kendaraan bermuatan kecil dinilai sangat rendah. Hal
ini menggambarkan bahwa jalur pengangkutan daging ilegal menggunakan non-
kendaraan perlu menjadi perhatian, misalnya dengan melakukan pengawasan yang
lebih ketat pada jalur non-kendaraan.

Ringkasan Risiko Pelepasan Virus PMK melalui Pemasukan Daging Ilegal


dari Malaysia ke Entikong
Pelepasan virus PMK melalui pemasukan daging ilegal dinilai dengan 2
tahap penilaian yaitu mengalikan kemungkinan asal negara/zona daging ilegal
(L1) dan kemungkinan jenis daging sebagai sumber infeksi (L2) sehingga
diperoleh hasil penilaian kemungkinan setiap jenis daging berasal dari
negara/zona endemis PMK. Tahap kedua yaitu dengan mengalikan hasil penilaian
kemungkinan setiap jenis daging berasal dari negara/zona endemis PMK dengan
kemungkinan jalur pengangkutan (L3), sehingga diperoleh hasil penilaian risiko
pelepasan virus PMK melalui pemasukan daging ilegal dari Malaysia ke Entikong
berdasarkan jalur pengangkutan. Ringkasan hasil penilaian kemungkinan setiap
jenis daging berasal dari negara/zona endemis PMK (L1 x L2) tersaji pada Tabel
3.8.
20

Tabel 3.8 Ringkasan hasil penilaian kemungkinan daging berasal dari negara/zona
endemis PMK (L1 x L2)
Kemungkinan (L 2)
Daging beku Daging dingin Daging beku Jeroan beku
tanpa tulang tanpa tulang bertulang, tanpa limfo-
dan limfo- dan limfo- tanpa limfo- glandula
Kemungkinan glandula glandula glandula (frozen offal
(Likelihood) (frozen meat (chilled meat (frozen meat deglanded)
deboned, deboned, bone in, (Sedang)
deglanded) deglanded) deglanded)
(Amat sangat (Amat sangat (Sedang)
rendah) rendah)
Daging berasal dari Amat sangat Amat sangat Rendah Rendah
negara/zona tidak rendah rendah
diketahui
(Sedang)

Daging berasal dari Amat sangat Amat sangat Rendah Rendah


Kemungkinan (L 1)

zona Semenanjung rendah rendah


Malaysia
(Rendah)

Daging berasal dari Amat sangat Amat sangat Rendah Rendah


Thailand rendah rendah
(Rendah)

Daging berasal dari Amat sangat Amat sangat Rendah Rendah


India rendah rendah
(Rendah)

Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 3.8, maka diperoleh 16


kemungkinan risiko yang berasal dari 4 kemungkinan daging berasal dari
negara/zona endemis PMK dan 4 kemungkinan jenis daging sebagai sumber
infeksi PMK. Ringkasan penilaian risiko pelepasan virus PMK melalui
pemasukan daging ilegal dari Malaysia ke Entikong berdasarkan jalur
pengangkutan yaitu hasil perkalian L1 x L2 dikalikan L3 tersaji pada Tabel 3.9.
21

Tabel 3.9 Ringkasan hasil penilaian pelepasan virus PMK melalui pemasukan
daging ilegal dari Malaysia ke Entikong berdasarkan jalur
pengangkutan
Kemungkinan jalur pengangkutan (L3)
Kemungkinan Non- Kendaraan Kendaraan
(L1 x L2) kendaraan muatan besar muatan kecil
(Tinggi) (Rendah) (Sangat rendah)
Daging beku tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari negara/zona tidak rendah rendah rendah
diketahui
(Amat sangat rendah)

Daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari negara/zona tidak rendah rendah rendah
diketahui
(Amat sangat rendah)

Daging beku bertulang, tanpa limfo- Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
glandula berasal dari negara/zona tidak
diketahui
(Rendah)

Jeroan beku tanpa limfo-glandula berasal Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
dari negara/zona tidak diketahui
(Rendah)

Daging beku tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari zona Semenanjung rendah rendah rendah
Malaysia
(Amat sangat rendah)

Daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari zona Semenanjung rendah rendah rendah
Malaysia
(Amat sangat rendah)

Daging beku bertulang, tanpa limfo- Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
glandula berasal dari zona Semenanjung
Malaysia
(Rendah)

Jeroan beku tanpa limfo-glandula berasal Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
dari zona Semenanjung Malaysia
(Rendah)

Daging beku tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari Thailand rendah rendah rendah
(Amat sangat rendah)

Daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari Thailand rendah rendah rendah
(Amat sangat rendah)

Daging beku bertulang, tanpa limfo- Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
glandula berasal dari Thailand
(Rendah)
22

Jeroan beku tanpa limfo-glandula berasal Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
dari Thailand
(Rendah)

Daging beku tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari India rendah rendah rendah
(Amat sangat rendah)

Daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari India rendah rendah rendah
(Amat sangat rendah)

Daging beku bertulang, tanpa limfo- Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
glandula berasal dari India
(Rendah)

Jeroan beku tanpa limfo-glandula berasal Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
dari India
(Rendah)

Keterangan: * menunjukkan kemungkinan risiko tertinggi masuknya virus PMK

Hasil penilaian pada Tabel 3.9, terdapat 48 kemungkinan risiko pelepasan


virus PMK dari Malaysia ke Entikong pada setiap jenis daging ilegal berdasarkan
jalur pengangkutan. Penilaian keseluruhan diperoleh dengan menjumlahkan 48
kemungkinan berdasarkan aturan kombinasi Tabel 3.3. Hasil penilaian
keseluruhan pelepasan virus PMK dari Malaysia ke Entikong adalah rendah (satu
atau lebih risiko parsial adalah rendah, maka penilaian keseluruhan dianggap
rendah) dengan nilai ketidakpastian rendah. Nilai risiko rendah diartikan bahwa
kemungkinan kejadian pelepasan virus PMK akan jarang terjadi melalui
pemasukan daging ilegal dari Malaysia ke Entikong.
Pengangkutan jenis daging beku bertulang tanpa limfo-glandula dan jeroan
beku tanpa limfo-glandula memiliki risiko yang paling tinggi dibandingkan
dengan jenis daging lainnya melalui jalur non-kendaraan. Pertimbangannya adalah
bahwa jenis daging beku bertulang tanpa limfo-glandula dan jeroan beku tanpa
limfo-glandula yang berasal dari negara/zona tidak diketahui, Semenanjung
Malaysia, Thailand, dan India kemungkinan masih dapat mengandung virus PMK.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan jalur pengangkutan maka jalur yang paling
berisiko terhadap pelepasan masuknya virus PMK melalui pemasukan daging
ilegal adalah dengan menggunakan non-kendaraan dibandingkan dengan
menggunakan kendaraan muatan besar dan kendaraan muatan kecil. Pertimbangan
jalur non-kendaraan lebih tinggi risikonya, karena meskipun volume daging yang
diangkut dengan menggunakan non-kendaraan (dipikul, ditenteng, didorong)
adalah kecil tetapi frekuensinya sering. Akibatnya secara keseluruhan volume
daging ilegal yang masuk melalui jalur non-kendaraan diperkirakan lebih banyak.
Selain itu, jalur ini juga tidak dilakukan pemeriksaan oleh petugas di perbatasan,
sehingga kemungkinan besar daging akan bisa lolos.
23

SIMPULAN

Pelepasan virus PMK dari Malaysia ke Entikong melalui pemasukan daging


ilegal secara keseluruhan dinilai rendah risikonya dengan nilai ketidakpastian
rendah. Risiko pelepasan dinilai rendah artinya pelepasan virus PMK dari
Malaysia ke Entikong kemungkinan kejadiannya akan jarang terjadi melalui
pemasukan daging ilegal. Jenis daging beku bertulang tanpa limfo-glandula dan
jeroan beku tanpa limfo-glandula dinilai paling berisiko dibandingkan dengan
jenis daging lainnya. Jalur pengangkutan paling berisiko yaitu dengan
menggunakan non-kendaraan (dipikul, ditenteng, didorong) dibandingkan dengan
jalur kendaraan muatan besar dan kendaraan muatan kecil. Pengangkutan daging
melalui jalur non-kendaraan volumenya kecil namun frekuensinya lebih sering,
selain itu pada jalur tersebut tidak dilakukan pemeriksaan oleh petugas sehingga
kemungkinannya daging bisa lolos.
24

4 PENILAIAN PENDEDAHAN PEMASUKAN VIRUS PMK


MELALUI DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT
INDONESIA-MALAYSIA

PENDAHULUAN
Indonesia telah dinyatakan bebas PMK sejak sekitar 30 tahun yang lalu,
sehingga berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk tetap
mempertahankan status bebas tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan
importasi hewan dan produknya hanya dari negara/zona bebas PMK. Sementara
negara tetangga Indonesia seperti Malaysia merupakan negara dengan status
belum seluruhnya bebas PMK, masih ada beberapa zona dengan kasus PMK.
Salah satu daerah yang berisiko terhadap PMK karena berbatasan secara langsung
melalui darat dengan Malaysia adalah Entikong di Kalimantan Barat.
Penyakit mulut dan kuku sangat menular ke hewan berkuku belah, transmisi
dilaporkan terjadi melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi, aerosol,
semen, produk makanan, dan fomites (Harada et al. 2015). Morbiditas penyakit ini
sangat tinggi tetapi mortalitasnya rendah dan sangat cepat menular (highly
contagious) (Rushton dan Jones 2013).
Daging yang mengandung virus PMK aktif dapat menjadi pemicu
munculnya PMK, terutama jika daging terkontaminasi diberikan sebagai pakan
babi. Sebagaimana yang terjadi pada wabah PMK di Great Britain (Inggris Raya)
tahun 2001, diperkirakan karena pemberian pakan babi dari sisa makanan yang
mengandung daging. Pemberian pakan jenis ini diperkirakan sejak tahun 2000
terhadap 82 000 babi (1.4% populasi babi) di Inggris Raya (Hartnett et al. 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk menilai berapa besar risiko pendedahan virus
PMK melalui pemasukan daging ilegal di perbatasan darat Entikong. Diharapkan
melalui penelitian ini diketahui faktor-faktor yang kemungkinan dapat memicu
terdedahnya virus PMK ke hewan rentan dan selanjutnya akan diketahui upaya-
upaya pencegahannya.

METODE PENELITIAN
Penilaian pendedahan adalah menilai risiko kemungkinan hewan rentan
menjadi terdedah oleh virus PMK pada dosis yang cukup untuk menyebabkan
terjadinya infeksi, setelah agen penyakit telah memasuki wilayah Entikong.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan enam kategori kemungkinan
(likelihood) yang mengacu pada Biosecurity Australia (2001) (Tabel 4.1).
25

Tabel 4.1 Kategori kemungkinan (likelihood) dan penafsirannya dalam penilaian


pendedahan
Kemungkinan Penafsiran
(likelihood)
Tinggi (High) Kemungkinan kejadiannya akan sangat mungkin terjadi
Sedang (Moderate) Kemungkinan kejadiannya akan mungkin terjadi
Rendah (Low) Kemungkinan kejadiannya jarang terjadi
Sangat rendah (Very low) Kemungkinan kejadiannya sangat jarang terjadi
Amat sangat rendah (Extremely low) Kemungkinan kejadiannya amat sangat jarang terjadi
Dapat diabaikan (Negligible) Kemungkinan kejadiannya dapat diabaikan
Sumber: Biosecurity Australia (2001)

Jika kemungkinan (likelihood) kualitatif telah ditentukan untuk setiap alur


skenario, maka dibutuhkan bentuk aturan kombinasi untuk menghitung
probabilitas seluruh skenario. Penilaian tersebut digunakan untuk menghitung
hasil perkalian antara kemungkinan risiko yang satu dengan kemungkinan risiko
lainnya sebagaimana disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Matriks aturan kombinasi penggambaran kemungkinan (likelihood)


Kemungkinan (Likelihood 2)
Tinggi Sedang Rendah Sangat Amat sangat Dapat
(T) (S) (R) rendah rendah diabaikan
(SR) (ASR) (DD)
Tinggi (T) T S R SR ASR DD
Sedang (S) S R R SR ASR DD
Rendah (R) R R SR SR ASR DD
(Likelihood 1)
Kemungkinan

Sangat rendah SR SR SR SR ASR DD


(SR)
Amat sangat ASR ASR ASR ASR DD DD
rendah (ASR)
Dapat DD DD DD DD DD DD
diabaikan
(DD)
Sumber: Biosecurity Australia (2001)

Penilaian kemungkinan -kemungkinan yang diperoleh lebih dari satu risiko


dan hasil kemungkinan risikonya harus dijumlahkan maka digunakan aturan
penggabungan kemungkinan (likelihood). Tabel 4.3 menunjukkan aturan
keputusan terhadap lebih dari satu risiko parsial yang digabungkan.

Tabel 4.3 Aturan penggabungan kemungkinan (likelihood) lebih dari satu risiko
parsial
Deskripsi Penilaian secara keseluruhan
Salah satu risiko partial adalah “sangat tinggi” Sangat tinggi
Lebih dari satu risiko parsial adalah “tinggi” Sangat tinggi
Salah satu risiko parsial adalah “tinggi” dan setiap risiko Sangat tinggi
parsial yang lain adalah “sedang”
Salah satu risiko parsial adalah“tinggi” dan risiko parsial yang Tinggi
lain tidak seluruhnya adalah “tinggi”
Semua risiko parsial adalah“sedang” Tinggi
Satu atau lebih risiko parsial adalah “sedang” Sedang
Semua risiko parsial adalah “rendah” Sedang
26

Satu atau lebih risiko parsial adalah “rendah” Rendah


Semua risiko parsial adalah “sangat rendah” Rendah
Satu atau lebih risiko parsial adalah “sangat rendah” Sangat rendah
Semua risiko parsial adalah “diabaikan” Dapat diabaikan
Sumber: Biosecurity Australia (2001)

Data yang digunakan dalam penilaian pendedahan ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer diambil menggunakan teknik pengumpulan
pendapat pakar (expert opinion elicitation) dengan kuisioner, wawancara
mendalam (in-depth interview) dan pengamatan langsung di lapangan
(observational study). Data sekunder diperoleh dari publikasi ilmiah dan tulisan
atau data yang tidak dipublikasi (statistik, literatur, dokumen, dan laporan instansi
berwenang). Responden pada penilaian pendedahan ini adalah pelintas batas,
petugas perbatasan, pemilik rumah makan, dan pedagang daging yang dipilih
secara purposive sampling atau secara sengaja dengan mempertimbangkan
pekerjaan dan kesediaan responden untuk diwawancara.

Ketidakpastian (Uncertainty)
Ketidakpastian (uncertainty) adalah kurangnya pengetahuan tentang nilai-
nilai parameter atau faktor tertentu yang dinilai atau diukur. Dugaan risiko
memiliki tingkat ketidakpastian dan dinyatakan secara kualitatif dengan tiga
kategori (EFSA 2006) sebagaimana Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Kategori ketidakpastian kualitatif


Kategori Ketidakpastian
Penafsiran
(Uncertainty)
Rendah (Low) data lengkap, bukti kuat disajikan oleh berbagai referensi,
berbagai penulis memiliki kesimpulan sama, dilakukan observasi
terstruktur
Sedang (Medium) ada beberapa data tidak lengkap, bukti disajikan pada referensi
yang terbatas, kesimpulan penulis bervariasi satu sama lain
Tinggi (High) data sangat jarang atau tidak tersedia data, bukti tidak tersedia di
referensi tetapi pada laporan yang tidak terpublikasi
Sumber: EFSA (2006)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penilaian pendedahan untuk melihat kemungkinan risiko penularan yang
dapat terjadi akibat pemasukan daging ilegal dan kemungkinan infeksi yang dapat
terjadi di wilayah penerima. Berdasarkan hasil studi dan pengamatan langsung di
lapang, maka terdapat 4 tempat atau lokasi daging ilegal terkontaminasi
kemungkinan terdedah yaitu di tempat penjualan daging, di rumah tangga, di
rumah makan dan di tempat lain di luar Entikong. Alur pendedahan virus PMK
pada hewan tersaji pada Gambar 4.1.
27

Gambar 4.1 Alur pendedahan virus PMK melalui pemasukan daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong

Kemungkinan Virus PMK Terdedah di Tempat Penjualan Daging


Daging ilegal yang sudah masuk di wilayah Entikong kemungkinan
terdedah di tempat penjualan daging. Pendedahan di tempat penjualan daging
diawali dengan limbah padat yang dihasilkan dari tempat penjualan daging.
Limbah padat tersebut berupa kemasan pembungkus daging yang terbuat dari
plastik dan karton. Kemasan daging yang kontak langsung dengan daging
terkontaminasi karena bagian-bagian daging seperti potongan-potongan kecil,
gumpalan darah, dan lemak menempel pada kemasan. Akibatnya kemasan ini bisa
menjadi sumber infeksi, apabila pada bagian kemasan ada yang menempel atau
mengandung bagian daging terkontaminasi. Selanjutnya kemasan-kemasan daging
dibuang ke lingkungan yaitu tempat sampah yang ada di depan toko atau tempat
penjualan daging. Limbah ini ditampung sementara, sebelum diangkut oleh truk
sampah untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir. Ada dua kemungkinan
limbah padat dapat kontak dengan hewan rentan yaitu pada saat di tempat
pembuangan sampah sementara dan di tempat pembuangan akhir. Risiko terdedah
akan tinggi apabila tempat pembuangan sampah atau limbah dari produk daging
langsung dibuang ke lingkungan dekat dengan peternakan. Menurut informasi
peternak di sekitar tempat pembuangan sampah akhir, terdapat hewan yang
berkeliaran di sekitarnya. Peluang ini akan lebih tinggi risikonya apabila hewan-
hewan yang berkeliaran tersebut adalah hewan rentan terhadap PMK seperti babi.
Kemungkinan (likelihood) ini memperkirakan adanya sejumlah limbah kemasan
daging terkontaminasi yang dapat kontak dengan hewan rentan di tempat
pembuangan sampah akhir.
Berdasarkan alur pendedahan, maka terdapat 2 kemungkinan hewan rentan
dapat terdedah di tempat penjualan daging yaitu pendedahan virus PMK ke hewan
rentan di lingkungan sekitar tempat penjualan daging ilegal dan pendedahan virus
PMK di sekitar tempat penjualan daging dan dibuang ke tempat pembuangan
28

sampah akhir. Tabel 4.5 menunjukkan penilaian pendedahan virus PMK ke hewan
rentan di lingkungan sekitar tempat penjualan daging ilegal.

Tabel 4.5 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK dari kemasan daging
mengandung serpihan-serpihan daging yang dibuang ke lingkungan
sekitar tempat penjualan daging
Hasil
Nodus Deskripsi Sumber data
penilaian
Kemungkinan daging Ditemukan ada daging ilegal Sangat Wawancara
ilegal terkontaminasi di tempat penjualan daging rendah pedagang daging
terdedah di tempat
penjualan daging (L1)

Kemungkinan kemasan Pedagang daging membuang Sangat Wawancara


daging terkontaminasi kemasan daging yang rendah pedagang daging
(limbah padat) yang mengandung serpihan-
mengandung serpihan- serpihan daging
serpihan daging dibuang ke terkontaminasi ke tempat
lingkungan sekitar tempat sampah di depan tempat
penjualan daging (L2) berjualan/toko dalam keadaan
terbuka

Kemungkinan limbah Terdapat hewan rentan yang Sangat Wawancara


padat terkontaminasi berkeliaran di lingkungan rendah pedagang daging
mengandung serpihan- sekitar tempat penjualan
serpihan daging terdedah daging
di lingkungan sekitar
tempat penjualan daging
(L3)
Sangat rendah x Sangat rendah x Sangat rendah =
Penilaian
Amat sangat rendah
Ketidakpastian
Rendah
(uncertainty)

Produk daging terkontaminasi yang terdapat pada tempat penampungan


sampah dapat mencapai ternak diduga karena terbawa oleh hewan liar. Para ahli
melaporkan bahwa hewan yang mengambil sisa-sisa makanan (pemulung utama),
yang biasanya terdapat di tempat penampungan sampah adalah burung liar dan
anjing liar. Ketika tempat penampungan sampah terletak di dekat lokasi
peternakan maka kemungkinan serpihan daging bisa terbawa pada rambut, bulu,
dan paruhnya, sehingga jika terjadi kontak dengan ternak maka dapat terjadi
pemaparan virus (Hartnett et al. 2007).
Hasil pengamatan langsung terhadap perilaku 5 pedagang daging di sekitar
Entikong, menunjukkan bahwa pedagang daging membuang dan menimbun
limbah padat berupa kemasan daging (karton dan plastik) di tempat sampah di
depan tempat berjualan/toko daging dalam keadaan terbuka. Keadaan ini
mengakibatkan sampah dengan mudah kontak dengan hewan. Kemungkinan
(likelihood) ini memperkirakan adanya sejumlah limbah kemasan daging
terkontaminasi yang kemungkinan dapat kontak langsung dengan hewan di tempat
pembuangan sampah di sekitar toko/tempat penjualan daging sebelum sampah
atau limbah padat dibawa ke tempat pembuangan sampah akhir.
29

Hasil penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di lingkungan sekitar


tempat penjualan daging ilegal adalah amat sangat rendah dengan nilai
ketidakpastian rendah. Hal ini menunjukkan bahwa virus PMK yang
kemungkinan dapat dibawa dalam limbah padat mengandung serpihan-serpihan
daging terkontaminasi apabila kontak dengan hewan rentan kejadiannya amat
sangat jarang terjadi. Pertimbangannya adalah bahwa limbah padat yang dibuang
di sekitar tempat penjualan daging sudah tidak mengandung virus PMK karena
sudah terpapar sinar matahari atau cahaya. Penilaian pendedahan virus PMK ke
hewan rentan di tempat pembuangan sampah akhir dari tempat penjualan daging
ilegal tersaji pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar tempat


penjualan dari kemasan daging yang mengandung serpihan-serpihan
daging dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir
Hasil
Nodus Deskripsi Sumber data
penilaian
Kemungkinan daging ilegal Daging ilegal ditemukan di Sangat Wawancara
terkontaminasi terdedah di tempat penjualan daging rendah pedagang daging
tempat penjualan daging
(L1)

Kemungkinan kemasan- Pedagang daging membuang Sangat Wawancara


kemasan daging kemasan daging (limbah rendah pedagang daging
terkontaminasi (limbah padat) yang mengandung
padat) mengandung serpihan-serpihan daging ke
serpihan-serpihan daging lingkungan (tempat
terdedah di lingkungan pembuangan sampah) di
sekitar tempat penjualan depan toko/tempat penjualan
daging (L2) daging

Kemungkinan limbah padat Terdapat hewan rentan yang Sangat Wawancara


mengandung serpihan- berkeliaran di tempat rendah peternak
serpihan daging pembuangan sampah akhir
terkontaminasi terdedah di
tempat pembuangan sampah
akhir (L3)
Sangat rendah x Sangat rendah x Sangat rendah =
Penilaian
Amat sangat rendah
Ketidakpastian (uncertainty) Rendah

Hasil penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar tempat


penjualan daging dan selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir
adalah amat sangat rendah dengan nilai ketidakpastian rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa kemungkinan kejadian pendedahan virus PMK melalui
serpihan daging terkontaminasi yang menempel pada kemasan daging ilegal dan
selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sampah amat sangat jarang terjadi
dengan pertimbangan virus sudah inaktif karena terpapar dengan sinar matahari
atau cahaya.
30

Kemungkinan Virus PMK Terdedah di Rumah Tangga


Informasi dari pelintas batas sebagai ibu rumah tangga menyatakan bahwa
daging yang mereka bawa atau beli digunakan sebagai bahan masakan atau
hidangan di rumahnya. Daging terlebih dahulu dibersihkan dengan air sehingga
menghasilkan limbah cair dan kemungkinan ada serpihan daging yang ikut
terbuang. Limbah cair hasil pencucian daging yang mengandung serpihan daging
dibuang langsung ke pembuangan limbah cair rumah tangga (selokan). Selama
limbah cair terkontaminasi ditampung di sepanjang selokan kemungkinan limbah
cair tersebut kontak dengan babi dan hewan rentan lainnya. Selanjutnya limbah
cair dari rumah tangga dialirkan ke selokan perbatasan yang bermuara ke Sungai
Sekayam dan kemungkinan dapat terjadi kontak dengan hewan rentan liar yang
berada di sekitar sungai.
Berdasarkan alur pendedahan pada Gambar 4.1, maka terdapat dua
kemungkinan hewan rentan dapat kontak dengan limbar cair terkontaminasi yaitu
di sepanjang selokan pembuangan limbah rumah tangga dan di sungai. Penilaian
pendedahan virus PMK ke hewan rentan dari limbah rumah tangga tersaji pada
Tabel 4.7 dan Tabel 4.8.

Tabel 4.7 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar rumah tangga
dari limbah cair mengandung serpihan-serpihan daging yang dibuang ke
lingkungan (selokan)
Nodus Deskripsi Hasil penilaian Sumber data
Kemungkinan pendedahan Daging ilegal dibawa ibu- Rendah Wawancara
daging ilegal di rumah tangga ibu rumah tangga untuk ibu rumah
(L1) bahan masakan tangga

Kemungkinan limbah cair Ibu rumah tangga Amat sangat Wawancara


mengandung serpihan- membuang pencucian rendah ibu rumah
serpihan daging di rumah daging yang mengandung tangga
tangga terdedah di serpihan-serpihan daging
lingkungan (selokan) (L2) ke tempat penampungan
limbah rumah tangga
(selokan)
Rendah x Amat sangat rendah =
Penilaian
Amat sangat rendah
Ketidakpastian (uncertainty) Rendah

Terkait dengan pendedahan pada hewan rentan, peternak babi


menginformasikan bahwa babi peliharaannya tidak pernah mengalami sakit
dengan gejala-gejala klinis PMK. Peternak sapi yang berlokasi di sekitar Entikong
menginformasikan juga bahwa selama mereka memelihara sapi, tidak pernah
menemukan gejala klinis PMK seperti lepuh pada teracak, mulut dan kekurusan.
Sapi yang dipelihara sebagian besar didatangkan dari luar Entikong seperti
Banjarmasin, dan Balikpapan. Data Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan
Kabupaten Sanggau (2015) menginformasikan jumlah populasi sapi sebanyak 199
ekor, kambing, dan domba sebanyak 73 ekor.
31

Tabel 4.8 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar rumah tangga
dari limbah cair mengandung serpihan daging yang dibuang ke
lingkungan (sungai)
Nodus Deskripsi Hasil penilaian Sumber data
Kemungkinan pendedahan Daging ilegal dibawa ibu- Rendah Wawancara
daging ilegal di rumah tangga ibu rumah tangga untuk ibu rumah
(L1) bahan masakan tangga

Kemungkinan limbah cair Sisa-sisa pencucian daging Amat sangat Wawancara


mengandung serpihan- mengandung serpihan- rendah ibu rumah
serpihan daging serpihan daging dibuang ke tangga
terkontaminasi di rumah tempat penampungan
tangga terdedah di limbah rumah tangga
lingkungan (selokan) (L2) (selokan)

Kemungkinan limbah cair Limbah cair rumah tangga Amat sangat Wawancara
mengandung serpihan- dialirkan ke sungai rendah ibu rumah
serpihan daging perbatasan (Sekayam) tangga
terkontaminasi terdedah di
lingkungan (sungai) (L3)
Rendah x Amat sangat rendah x Amat sangat rendah =
Penilaian
Dapat diabaikan
Ketidakpastian (uncertainty) Rendah

Berdasarkan studi, maka kemungkinan virus PMK terdedah di lingkungan


(sungai) dari limbah cair rumah tangga yang mengandung serpihan-serpihan
daging terkontaminasi adalah dapat diabaikan dengan nilai ketidakpastian rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa virus PMK kontak langsung dengan babi dan hewan
rentan liar lainnya kemungkinan kejadiannya dapat diabaikan. Pertimbangan jarak
yang panjang dan waktu yang cukup lama antara pembuangan limbah cair dari
hasil pencucian daging yang mengandung serpihan-serpihan daging di rumah-
rumah tangga ke selokan perbatasan dan akhirnya ke sungai merupakan penyebab
bahwa limbah cair mengandung daging terkontaminasi sudah tidak infeksius lagi.

Kemungkinan Virus PMK Terdedah di Rumah Makan


Alur pendedahan virus PMK di rumah makan hampir sama dengan alur
yang terjadi di rumah tangga. Daging ilegal yang dibeli diolah menjadi bahan
masakan yang dijual di rumah makan. Selanjutnya sisa-sisa daging olahan
dikumpulkan dan kemudian ditampung untuk dijadikan pakan babi.
Informasi tersebut diperkuat oleh 2 orang peternak babi yang ada di sekitar
perbatasan Entikong, yang menyatakan bahwa babi yang dipelihara diberi pakan
berasal dari sisa-sisa rumah makan. Sisa-sisa makanan tersebut, diambil peternak
dengan mendatangi langsung rumah makan yang telah mengumpulkan limbahnya.
Pakan hewan jenis ini sebenarnya memberikan keuntungan bagi peternak karena
memperolehnya dengan harga murah. Namun peternak tidak mengetahui risiko
akibat pemberian sisa-sisa makanan untuk babi, yang dapat menjadi salah satu
faktor risiko penularan virus PMK ke hewan rentan lain seperti sapi, kambing, dan
domba, terutama peternakan babi yang berskala kecil.
32

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, sisa-sisa makanan yang


berasal dari daging atau limbah rumah makan berupa daging yang sudah diolah,
tidak dalam bentuk mentah. Jenis hidangan berasal dari daging yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar Entikong adalah makanan yang sudah
diolah sampai matang seperti sup tulang, dan rendang. Sup tulang adalah salah
satu makanan khas yang sangat terkenal dan merupakan makanan kegemaran
masyarakat di sekitar Entikong. Menu sup tulang dapat diperoleh dengan harga
murah, hanya dengan Rp20 000 per porsi. Hal ini menjelaskan, apabila limbah
rumah makan diberikan kepada hewan rentan maka kemungkinannya sangat kecil
hewan terdedah karena sisa-sisa daging terkontaminasi sudah dalam bentuk yang
matang.
Data statistik Kecamatan Entikong menginformasikan jenis pekerjaan
penduduknya didominasi bidang perkebunan. Apabila dilihat dari ragam jenis
etnis masyarakatnya, sangat heterogen antara lain Dayak, Melayu, Jawa, Cina,
Banjar, Bugis. Kondisi etnis yang sangat beragam tersebut, juga menunjukkan
keberagaman dalam agama yang dianut oleh masyarakat. Namun demikian
toleransi keberagamaan di wilayah ini sangat tinggi. Data Dinas Pertanian,
Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sanggau tahun 2015 untuk populasi babi di
Kecamatan Entikong sebanyak 1 985 ekor. Jumlah tersebut menggambarkan
bahwa peternakan bukan merupakan mata pencarian utama penduduk perbatasan.
Pemeliharaan babi di sekitar Entikong masih dilakukan secara tradisional yaitu
dengan dikandangkan dan babi tidak diumbar. Letak kandang babi berada di
belakang tempat tinggal tetapi tidak langsung berbatasan, bahkan sebagian besar
kandang berada di kebun sawit yang letaknya berjauhan dengan rumah tinggal.
Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK ke babi yang diberi pakan sisa-
sisa daging olahan dari rumah makan tersaji pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di rumah makan


Hasil
Nodus Deskripsi Sumber data
penilaian
Kemungkinan daging Pemilik rumah makan Amat sangat Wawancara
ilegal terdedah di rumah membeli/menggunakan rendah pemilik rumah
makan (L1) daging ilegal sebagai bahan makan
masakan untuk disajikan
Kemungkinan sisa-sisa Sisa-sisa daging olahan Amat sangat Wawancara
daging olahan dari dikumpulkan untuk pakan rendah pemilik rumah
rumah makan dijadikan babi dalam bentuk matang makan, peternak
untuk pakan babi (L2) babi
Amat sangat rendah x Amat sangat rendah =
Penilaian
Dapat diabaikan
Ketidakpastian
Rendah
(uncertainty)

Pendedahan kemungkinan virus PMK ke hewan rentan dari rumah makan


yang menggunakan daging ilegal sebagai bahan makanan untuk dihidangkan
dinilai dapat diabaikan dengan nilai ketidakpastian rendah. Penafsiran terhadap
nilai tersebut adalah bahwa infeksi PMK melalui pemberian daging olahan dari
sisa-sisa rumah makan ke babi kemungkinan kejadiannya dapat diabaikan. Sisa-
sisa daging yang diberikan ke babi sudah matang atau dalam bentuk yang sudah
diolah, sehingga kemungkinannya virus PMK sudah inaktif. Menurut
33

MacDiarmid dan Thompson (1997), pengolahan daging untuk menonaktifkan


virus PMK yaitu dengan memasak ke suhu inti internal 70 °C selama 30 menit,
atau dengan pengawetan (curing) pada pH rendah. pH rendah laktik pada sosis
curing memastikan bahwa virus PMK tidak aktif dalam seminggu, bahkan jika
produk tersebut berasal dari daging hewan viremik.

Kemungkinan Virus PMK Terdedah di Tempat Lain di Luar Entikong


Pendedahan lain ke hewan rentan kemungkinan dapat terjadi di tempat lain
di luar Entikong. Informasi pengemudi yang melintas, yaitu 7 dari 41 responden
pengemudi menyatakan pernah mengantar/membawa daging ilegal sampai ke luar
Entikong yaitu Pontianak serta 2 orang pengemudi lainnya menyatakan pernah
membawa daging ilegal sampai ke Singkawang. Jenis kendaraan yang digunakan
untuk mengangkut daging ilegal ke luar Entikong yaitu bus besar, bus sedang,
minibus dan ambulans. Berat daging yang dibawa bervariasi antara 6-50 kg,
dengan frekuensi pengangkutan termasuk dalam kategori sering (2-3 kali
seminggu). Meskipun petugas di perbatasan Entikong menyatakan bahwa alat
angkut/kendaraan yang melintas selalu dilakukan pemeriksaan, sehingga
kemungkinannya sangat kecil daging bisa lolos dari pemeriksaan petugas.
Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK ke hewan rentan yang dibawa ke
tempat lain di luar Entikong tersaji pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di tempat lain di luar
Entikong
Nodus Deskripsi Hasil penilaian Sumber data
Kemungkinan Pengemudi menyatakan daging Sangat rendah Pengemudi,
pendedahan virus PMK ilegal terkontaminasi dibawa ke petugas
di tempat lain di luar tempat lain di luar Entikong dinas
Entikong (L1) dengan menggunakan bus besar, peternakan
bus sedang, minibus, ambulans;
Asumsi tidak ada hewan rentan
terinfeksi virus PMK dari daging
terkontaminasi yang dibawa ke
tempat lain di luar Entikong,
tidak ditemukan gejala klinis
PMK
Penilaian Sangat rendah
Ketidakpastian
Rendah
(uncertainty)

Kemungkinan atau likelihood hewan rentan terpapar virus PMK dari daging
ilegal yang dibawa ke tempat lain di luar Entikong dinilai sangat rendah dengan
nilai ketidakpastian rendah. Nilai risiko sangat rendah diartikan bahwa
pendedahan virus PMK melalui pemasukan daging ilegal pada hewan rentan
memiliki kemungkinan kejadiannya sangat jarang terjadi. Penilaian sangat rendah
didasarkan bahwa tidak diketahui peruntukkan daging yang dibawa ke tempat lain
di luar Entikong dan tidak dapat dijelaskan proses pendedahannya. Meskipun
jumlah daging yang dibawa ke luar Entikong kemungkinan jumlahnya kecil,
namun hal tersebut tidak dapat diabaikan. Daging yang dibawa apabila
mengandung virus PMK aktif dapat menjadi risiko munculnya PMK, terutama
apabila daging terkontaminasi diberikan sebagai pakan babi. Sebagaimana yang
34

terjadi pada wabah PMK di Great Britain (Inggris Raya) tahun 2001. Diperkirakan
wabah terjadi karena pemberian pakan babi dari sisa makanan yang mengandung
daging. Pemberian pakan jenis ini, diperkirakan sejak tahun 2000 terhadap 82 000
babi (1.4% populasi babi) di Inggris Raya (Hartnett et al. 2007).

Ringkasan Risiko Pendedahan Virus PMK dari Malaysia ke Entikong


melalui Pemasukan Daging Ilegal
Berdasarkan tahapan alur pendedahan, maka penilaian pendedahan
diperoleh dengan mengevaluasi kemungkinan hewan rentan terdedah dari tempat
penjualan daging, kemungkinan hewan rentan terdedah dari rumah tangga,
kemungkinan hewan rentan terdedah dari rumah makan dan kemungkinan hewan
rentan terdedah dari daging yang dibawa ke luar Entikong. Ringkasan penilaian
pendedahan virus PMK dari Malaysia ke Entikong melalui pemasukan daging
ilegal selengkapnya disampaikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Ringkasan hasil penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK ke


hewan rentan melalui pemasukan daging ilegal di perbatasan darat
Indonesia- Malaysia
Alur Pendedahan Hasil penilaian
Kemungkinan pendedahan virus PMK dari limbah
Amat sangat rendah
padat mengandung serpihan-serpihan daging yang
dibuang di sekitar tempat penjualan daging ilegal

Kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar


Amat sangat rendah
tempat penjualan daging dari limbah padat
mengandung serpihan-serpihan daging yang
dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir

Kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar


rumah tangga dari limbah cair mengandung Amat sangat rendah
serpihan-serpihan daging yang dibuang ke
lingkungan (selokan)

Kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar


Dapat diabaikan
rumah tangga dari limbah cair mengandung
serpihan-serpihan daging yang dialirkan ke
lingkungan (sungai)

Kemungkinan pendedahan virus PMK di rumah


Dapat diabaikan
makan dari sisa-sisa daging olahan yang dijadikan
sebagai pakan babi

Kemungkinan pendedahan virus PMK di tempat Sangat rendah


lain di luar Entikong

Penilaian pendedahan keseluruhan Sangat rendah*


Ketidakpastian (uncertainty) Rendah
*Satu atau lebih risiko parsial adalah sangat rendah, maka penilaian keseluruhan dianggap sangat
rendah (aturan kombinasi Tabel 4.3)

Pendedahan virus PMK dari Malaysia ke Entikong melalui pemasukan


daging ilegal secara keseluruhan dinilai sangat rendah risikonya, dengan nilai
35

ketidakpastian adalah rendah (Tabel 4.11). Hasil penilaian risiko sangat rendah
mempunyai arti bahwa pendedahan virus PMK ke hewan rentan kemungkinan
kejadiannya sangat jarang terjadi melalui pemasukan daging ilegal ke Entikong.
Meskipun hasil penilaian risiko pendedahan sangat rendah, namun kondisi ini
tidak dapat diabaikan, harus tetap diupayakan daging ilegal tidak terdedah ke
hewan rentan PMK. Upaya mencegah hewan rentan tidak terdedah, misalnya
dengan tindakan membuang limbah dari daging pada tempatnya, tidak
memberikan pakan mentah asal daging ke babi. Upaya pencegahan tersebut
sebaiknya disosialisasikan terus-menerus kepada masyarakat di sekitar perbatasan.
Berdasarkan hasil penilaian pendedahan tersebut, dijelaskan juga bahwa
kemungkinan kejadian pendedahan virus PMK yang memiliki risiko paling tinggi
adalah di tempat lain di luar Entikong dengan hasil penilaian sangat rendah.
Pertimbangan bahwa pendedahan di tempat lain di luar Entikong lebih berisiko
dibandingkan di tempat yang lain adalah peruntukkan daging ilegal yang dibawa
ke tempat lain di luar Entikong tidak diketahui sehingga tidak dapat dijelaskan
pendedahan yang terjadi ke hewan rentan PMK. Kondisi ini perlu menjadi
perhatian, mengingat pendedahan ke tempat lain di luar Entikong atau ke tempat
lain yang lebih jauh bisa saja terjadi sehingga harus dilakukan upaya pencegahan.
Berbeda dengan hasil penilaian risiko yang dilakukan di Inggris Raya oleh
Hartnett et al. (2007), babi liar merupakan hewan yang dapat terinfeksi virus
PMK. Babi liar terpapar dari tempat penampungan sampah atau human carriage.
Mayoritas virus melewati jalur konsumsi rumah tangga kemudian menjadi limbah.
Virus PMK sangat sensitif terhadap kondisi asam dan temperatur yang tinggi dan
kemungkinan tidak akan bisa hidup dengan kondisi asam pada usus manusia serta
kondisi proses perlakuan sampah. Sejak kasus PMK di Inggris Raya tahun 2001
diberlakukan larangan untuk tidak memberikan sisa makanan yang mengandung
daging atau produknya sebagai pakan babi dan unggas.

SIMPULAN
Penilaian pendedahan virus PMK ke hewan rentan dari daging ilegal secara
keseluruhan dinilai risikonya sangat rendah, dengan nilai ketidakpastian adalah
rendah. Hasil penilaian tersebut menjelaskan bahwa pendedahan virus PMK ke
hewan rentan kemungkinan kejadiannya sangat jarang terjadi melalui daging
ilegal yang masuk ke Entikong. Penilaian diperoleh melalui evaluasi
kemungkinan hewan rentan terdedah di tempat penjualan daging, kemungkinan
hewan rentan terdedah di rumah tangga, kemungkinan hewan rentan terdedah dari
rumah makan dan kemungkinan hewan rentan kontak dari daging yang dibawa ke
luar Entikong. Risiko pendedahan yang paling tinggi adalah kemungkinan
pendedahan virus PMK pada pemasukan daging yang dibawa ke luar Entikong
karena tidak diketahui peruntukkan daging tersebut, sehingga risikonya dinilai
lebih tinggi dibandingkan dengan kemungkinan pendedahan di tempat lainnya.
36

5 PENILAIAN DAMPAK DAN ESTIMASI RISIKO


MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING ILEGAL DI
PERBATASAN DARAT INDONESIA-MALAYSIA

PENDAHULUAN
Penilaian dampak dilakukan untuk menilai setiap bahaya yang diidentifikasi
berdasarkan pada dampak langsung dan tidak langsung dari kejadian penyakit.
Dampak langsung meliputi dampak infeksi penyakit pada hewan dan kehilangan
produksi, dampak kesehatan masyarakat, dan dampak buruk terhadap lingkungan.
Dampak tidak langsung meliputi biaya pengawasan dan pengendalian, biaya
kompensasi, potensi kerugian perdagangan, konsekuensi sosial dan dampak buruk
pada industri lain (AQIS 2000). Menurut Sugiura dan Murray (2011), estimasi
risiko adalah penggabungan hasil penilaian pelepasan, pendedahan dan dampak
untuk dapat menyimpulkan estimasi risiko dari bahaya (hazard).
Menurut Forman et al. (2009), PMK memiliki dampak sosial ekonomi yang
luas di negara berkembang pada tingkat makro ekonomi dan rumah tangga.
MoARD (2007) menyatakan bahwa dampak sosial ekonomi PMK yang terjadi di
Ethiopia menjadi signifikan, dimana jumlah sapi sekitar 71% dari total biomassa
ternak sehingga memainkan peran ganda di dalam rumah tangga dan ekonomi
nasional, hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Jibat et al. (2013). Dampak
ekonomi akibat PMK diperkirakan sangat penting, karena penyakit ini
menyebabkan kerugian produksi terbesar pada sapi dan babi, khususnya pada
sistem pemeliharaan yang dikelola secara intensif. PMK merupakan faktor
penentu penting terhadap perdagangan internasional produk hewan dan
keberadaan PMK merupakan penghambat efektif dari pemasaran produk hewan
tersebut dengan harga tertinggi. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk
pengawasan, pengendalian dan pemberantasan PMK. Upaya-upaya dalam
berbagai bidang telah berhasil dilakukan seperti banyak negara/zona di dunia
sekarang telah bebas dari PMK atau situasi penyakit di negara/zona tersebut telah
dapat dikendalikan. Potensi negara pengekspor dan tipe sistem peternakan yang
terdapat dalam suatu negara akan mendorong dilakukannya kegiatan pengawasan
terhadap suatu penyakit (James dan Rushton 2002).
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian dampak risiko secara
kualitatif terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat
Entikong. Selain menilai dampak risiko apabila virus PMK masuk melalui daging
ilegal di perbatasan darat Entikong, penelitian ini juga bertujuan mengestimasi
risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal secara keseluruhan.

METODE PENELITIAN
Penilaian Dampak (Consequence Assessment)
Metode penilaian dampak dilakukan dengan wawancara mendalam dan
studi literatur untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penilaian
dampak. Data pada penilaian dampak bersumber dari responden sebagai
37

pengambil kebijakan seperti Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong


dan Dokter Hewan Karantina di Entikong. Data yang diperoleh kemudian dinilai
berdasarkan wilayah yang dikategorikan sesuai Tabel 5.1 dan penilaian dampak
secara keseluruhan dikategorikan sesuai Tabel 5.2 (DAFF 2005).

Tabel 5.1 Kategori penilaian dampak berdasarkan cakupan wilayah


Kategori Deskripsi

G Dampak bersifat sangat signifikan di tingkat nasional


F Dampak bersifat signifikan di tingkat nasional
E Dampak bersifat cukup signifikan di tingkat nasional
D Dampak bersifat cukup signifikan di tingkat negara bagian/provinsi
C Dampak bersifat cukup signifikan di tingkat distrik (kab/kota)
B Dampak bersifat cukup signifikan lokasi tertentu
A Dampak bersifat sangat minor atau dapat diabaikan
Sumber: DAFF (2005)

Tabel 5.2 Kategori penilaian akhir dampak secara keseluruhan

Deskripsi Dampak secara keseluruhan

Ada dampak langsung/tidak langsung termasuk kategori “G” Sangat tinggi


Lebih dari satu dampak termasuk kategori “F” Sangat tinggi
Dampak tunggal termasuk kategori “F” sedangkan dampak Sangat tinggi
lainnya termasuk kategori “E”
Dampak tunggal termasuk kategori “F” dan dampak lainnya Tinggi
tidak seluruhnya termasuk kategori “E”
Semua dampak termasuk kategori “E” Tinggi
Satu atau lebih dampak termasuk kategori “E” Sedang
Semua dampak termasuk kategori “D” Sedang
Satu atau lebih dampak termasuk kategori “D” Rendah
Semua dampak termasuk kategori “C” Rendah
Satu atau lebih dampak termasuk kategori “C” Sangat rendah
Semua dampak termasuk kategori “B” Sangat rendah
Satu atau lebih dampak termasuk kategori “B” Dapat diabaikan
Semua dampak termasuk kategori “A” Dapat diabaikan
Sumber: DAFF (2005)

Perkiraan Risiko (Risk Estimation)


Perkiraan risiko ditentukan dengan menggabungkan hasil penilaian
pelepasan-pendedahan dan hasil penilaian dampak dengan pedoman penilaian
berdasarkan Biosecurity Australia (2001). Matriks perkiraan risiko terhadap
masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal dari Malaysia ke Entikong
tersaji pada Tabel 5.3.
38

Tabel 5.3 Matriks perkiraan risiko


Dampak dari pelepasan dan pendedahan

Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko


pelepasan dan pendedahan
Kemungkinan (likelihood)

Dapat Sangat Rendah Sedang Ringgi Ekstrim


Diabaikan Rendah
Tinggi DD SR R S T E
Sedang DD SR R S T E
Rendah DD DD SR R S T
Sangat rendah DD DD DD SR R S
Amat sangat rendah DD DD DD DD SR R
Dapat diabaikan DD DD DD DD DD SR

Keterangan: DD= dapat diabaikan; SR=sangat rendah; R=rendah; S=sedang; T=tinggi; E= ekstrim
Sumber: Biosecurity Australia (2001)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penilaian Dampak (Consequence Assessment)

Penilaian dampak menggambarkan bagaimana akibat yang terjadi apabila


agen penyakit masuk di suatu wilayah. Prosesnya didahului dengan pendedahan
(exposure) dan selanjutnya akan menghasilkan dampak. Pendedahan
menghasilkan dampak pada kesehatan hewan atau lingkungan yang pada akhirnya
akan menimbulkan dampak sosioekonomi. Dampak yang terjadi dapat berupa
dampak langsung dan tidak langsung. Dalam hal ini penilaian dampak yang
dilakukan adalah dampak apabila virus PMK masuk ke wilayah Entikong melalui
pemasukan daging ilegal.
Dampak langsung dari masuknya virus PMK akibat pemasukan daging
ilegal dari Malaysia ke Entikong meliputi: 1) dampak adanya kejadian PMK
terhadap kesehatan hewan (morbiditas, mortalitas, imunitas, dan kerugian
produksi) domestik maupun satwa liar, 2) dampak yang mempengaruhi
perdagangan (kehilangan peluang ekspor produk hewan) dan pengendalian lalu
lintas daging dan hewan berisiko PMK lainnya di dalam negeri dan antar negara
serta manajemen peternakan, dan 3) dampak terhadap kesehatan masyarakat.
Dampak tidak langsung dari masuknya virus PMK akibat pemasukan daging
ilegal dari Malaysia ke Entikong meliputi: 1) dampak peningkatan biaya eradikasi
penyakit, monitoring dan surveilans pada hewan, 2) dampak perdagangan dan lalu
lintas daging antar negara dan dampak lingkungan (penurunan pendapatan pelaku
perdagangan daging). Hasil penilaian dampak masuknya virus PMK dari Malaysia
ke Entikong tersaji pada Tabel 5.4.
39

Tabel 5.4 Penilaian dampak masuknya virus PMK melalui daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong
Hasil
No Dampak Lokal Kota Provinsi Nasional
Penilaian
Dampak langsung
1 Dampak kejadian PMK terhadap V G
kesehatan hewan yaitu hewan
domestik maupun satwa liar
(morbiditas, mortalitas, imunitas
dan kerugian produksi)
2 Dampak yang mempengaruhi V E
perdagangan (kehilangan peluang
ekspor produk hewan) dan
pengendalian lalu lintas daging
dan hewan berisiko PMK lainnya
di dalam negeri dan antar negara
serta manajemen peternakan
3 Dampak kejadian PMK terhadap V A
kesehatan masyarakat
Dampak tidak langsung
1 Peningkatan biaya eradikasi V G
penyakit, monitoring dan
surveilans pada hewan
2 Dampak lingkungan (penurunan V D
pendapatan pelaku perdagangan
daging ilegal)

Penilaian dampak langsung dari kejadian PMK di Entikong terhadap


kesehatan hewan domestik maupun satwa liar (morbiditas, mortalitas, imunitas
dan kerugian produksi) adalah cukup signifikan di tingkat nasional (G). Entikong
merupakan perbatasan antar negara yang letaknya sangat strategis dan akan
mempengaruhi kestabilan nasional. Apabila ada kasus PMK di Entikong akan
cukup berpengaruh secara nasional. Status Indonesia adalah negara bebas PMK,
sehingga bila terjadi kasus PMK di Entikong maka untuk pembebasannya akan
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Rushton dan Jones (2013) bahwa pada negara bebas PMK,
wabah yang terjadi secara teratur dan biaya yang akan digunakan untuk
mendapatkan kembali status bebas akan menjadi besar. Manajemen yang
signifikan dan koordinasi para ahli pada tingkat nasional dan regional sangat
dibutuhkan karena PMK yang sangat menular, dan karena penyakit ini
menghasilkan eksternalitas yang tinggi. PMK juga berpengaruh terhadap satwa
liar, meskipun satwa liar yang ada di Entikong kemungkinan jumlahnya tidak
banyak (tidak ada data). Hal ini sesuai dengan pernyataan Thomson et al. (2003)
yang menyatakan bahwa PMK juga dapat menginfeksi berbagai satwa liar,
meskipun risiko penyebaran infeksi melalui satwa liar masih kontroversial.
Menurut Donaldson dan Sellers (2000), penyakit ini dapat menginfeksi
hewan domestik berkuku belah termasuk sapi, babi, kambing domba dan lebih
dari 70 spesies hewan liar dengan gejala penyakit yaitu demam, kepincangan, dan
lesi vesikular pada lidah, kaki, moncong dan puting. Kerbau Afrika dilaporkan
membawa virus hidup hingga 5 tahun, dan satwa liar berkuku lainnya dapat
menjadi pembawa (carrier states). Jumlah hewan pembawa dalam suatu populasi
tergantung pada spesies, kejadian infeksi, dan keadaan kekebalan kelompok
40

(divaksinasi atau tidak divaksinasi). Pada kerbau Afrika, diperkirakan tingkat atau
level sebagai pembawa mencapai 50-70%, dan pada sapi dan domba dapat
bervariasi yaitu 15-50% (Alexandersen et al. 2002).
Meskipun PMK tidak mengakibatkan kematian tinggi pada hewan dewasa,
namun menimbulkan dampak yang sangat berat, termasuk kerugian karena
penurunan berat badan, penurunan produksi susu, dan hilangnya seluruh tenaga
dan pada akhirnya mengakibatkan hilangnya produktivitas untuk waktu yang
cukup lama. Kematian dapat tinggi pada hewan muda, karena virus dapat
mempengaruhi jantung. Sapi, domba dan kambing dapat menjadi karier, serta
hewan dapat didiami virus hingga 2 sampai 3 tahun (Brooksby 1982).
Dampak langsung terjadinya PMK di Entikong terhadap perdagangan yaitu
hilangnya peluang ekspor produk hewan misalnya kulit, pengendalian lalu lintas
daging dan hewan berisiko PMK lainnya di dalam negeri dan antar negara serta
manajemen peternakan adalah cukup signifikan di tingkat nasional (E).
Konsekuensi dari akan adanya kejadian PMK di Entikong adalah diberlakukannya
pelarangan pemasukan dan pengeluaran hewan rentan PMK dari dan ke wilayah
Entikong bahkan ke Pulau Kalimantan. Hal ini sangat berdampak juga terhadap
lalu lintas dan perdagangan daging dan hewan rentan lain yang berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri.
Dampak langsung kejadian PMK di Entikong terhadap kesehatan
masyarakat adalah sangat minor atau dapat diabaikan (A). Penilaian ini
berdasarkan sifat PMK yang zoonosis, tetapi dampaknya sangat kecil. Meskipun
kasus pada hewan sangat infeksius, namun kasus pada manusia sangat jarang
ditemukan. Kasus terakhir pada manusia dilaporkan terjadi di Inggris pada tahun
1966 (Vasickova et al. 2005). Selama wabah di Inggris pada tahun 2001, kasus
pada manusia tidak ada yang dilaporkan (Cook 2001). Menurut Prempeh et al.
(2001) dan Lopez-Sanchez et al. (2003), penularan ke manusia biasanya terjadi
sebagai akibat dari konsumsi susu mentah atau karena kontak langsung dengan
hewan yang terinfeksi. Penyebaran dari manusia satu ke manusia lainnya belum
pernah dilaporkan. Gejala PMK pada manusia termasuk malaise, demam, muntah,
lesi ulseratif kemerahan (permukaan mengikis spot rusak) dari jaringan mulut, dan
kadang-kadang lesi vesikular (lepuh kecil) pada kulit. Jenis virus yang paling
sering diisolasi dari manusia adalah tipe O diikuti oleh tipe C dan jarang pada tipe
A. Periode inkubasi pada manusia agak bervariasi, kurang dari dua hari dan jarang
lebih dari enam hari. Pengobatan PMK berdasarkan gejala dan langkah profilaksis
dengan menghindari susu tidak dimasak dan kontak dekat dengan hewan yang
berpotensi terinfeksi (Lopez-Sanchez et al. 2003).
Dampak tidak langsung apabila ada kejadian PMK di Entikong yaitu akan
adanya peningkatan biaya eradikasi penyakit, monitoring dan surveilans pada
hewan yang dinilai cukup signifikan di tingkat nasional (E). Biaya eradikasi
penyakit adalah biaya tindakan pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah,
seperti vaksinasi, pengendalian wabah dan kadang-kadang pemusnahan. Menurut
Gelaye et al. (2005), pengendalian penyakit di India dan negara lainnya di bagian
timur sangat sulit dilakukan, terkait banyaknya populasi kambing, domba, dan
sapi yang dimiliki petani. Wabah PMK yang terjadi di negara-negara kawasan
Asia seperti Malaysia, Philipina, Jepang, Taiwan dapat dikendalikan, demikian
juga yang baru terjadi di China. Namun, perpindahan hewan yang tidak terkontrol
41

diantara negara-negara di Timur Tengah membuat pengendalian penyakit ini sulit


dilakukan.
Menurut Thompson et al. (2002), wabah PMK yang terjadi pada hewan
akan berdampak sangat signifikan terhadap: 1) tindakan pengendalian yang dapat
mempengaruhi industri lain, misalnya wabah di Inggris tahun 2001, membatasi
akses publik ke pedesaan yang mengakibatkan kerugian sebesar US $45 miliar
dengan hilangnya pendapatan pariwisata, 2) dampak pemusnahan berbasis
tindakan pengendalian memiliki dampak non-finansial lainnya, meningkatnya
pemotongan paksa di peternakan. Selama wabah PMK di Inggris tahun 2001,
hewan banyak yang dimusnahkan. Di Korea Selatan ada kekhawatiran bahwa
penguburan sejumlah besar hewan yang dimusnahkan akan mencemari sumber air.
Pemusnahan hewan yang sehat adalah isu yang sensitif secara politik dan
dipandang tidak perlu dan tidak manusiawi oleh masyarakat luas, 3) pembatasan
pergerakan akan mengganggu produksi dan bahkan dapat menyebabkan masalah
kesejahteraan yang mengarah ke pemusnahan lanjut.
Dampak tidak langsung kemungkinan terjadinya PMK di Entikong terhadap
lingkungan adalah bersifat cukup signifikan di tingkat provinsi (D). Dampak
tersebut berupa penurunan pendapatan pelaku perdagangan daging ilegal yang
berpengaruh hanya di tingkat lokal. Perdagangan daging ilegal di daerah
perbatasan apabila dapat dikurangi atau bahkan tidak ada, maka para pelaku
perdagangan akan merasakan dampaknya misalnya pendapatannya yang
berkurang. Demikian juga terhadap konsumen daging ilegal seperti pemilik rumah
makan, kemungkinan akan berkurang pendapatannya karena sumber bahan
makanan untuk dijual berasal dari daging ilegal yang masuk ke Entikong.
Penilaian dampak risiko secara keseluruhan terhadap masuknya virus PMK
melalui daging ilegal di perbatasan Entikong berdasarkan Tabel 5.2 adalah
sedang, mengingat ada satu atau lebih dampak langsung maupun dampak tidak
langsung termasuk kategori “E” dengan nilai ketidakpastian rendah. Hasil
penilaian dampak risiko adalah sedang, sehingga perlu menjadi perhatian khusus
dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta peran aktif masyarakat
dalam upaya mencegah agar pemasukan virus PMK melalui daging ilegal di
perbatasan Entikong dapat diminimalisasi.

Perkiraan Risiko (Risk Estimation)

Perkiraan risiko merupakan penggabungan hasil penilaian pelepasan,


penilaian pendedahan dan penilaian dampak. Tahap pertama adalah
penggabungan hasil penilaian pelepasan dan pendedahan, dan tahap kedua adalah
penggabungan hasil penilaian tersebut dengan penilaian dampak. Hasil akhir ini
merupakan perkiraan risiko secara keseluruhan (Tabel 5.5).
42

Tabel 5.5 Perkiraan risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal di
perbatasan Entikong
Ketidakpastian
Tahapan Penilaian Hasil Penilaian
(uncertainty)
Penilaian Pelepasan Rendah (Low) Rendah (Low)

Penilaian Pendedahan Sangat rendah (Very low) Rendah (Low)


Penilaian Pelepasan dan
Sangat rendah (Very low) Rendah (Low)
Pendedahan
Penilaian Dampak Sedang (Moderate) Rendah (Low)

Perkiraan Risiko Sangat rendah (Very Low) Rendah (Low)

Perkiraan atau estimasi risiko hasil penggabungan penilaian pelepasan dan


pendedahan adalah sangat rendah dengan nilai ketidakpastian rendah. Selanjutnya
estimasi risiko keseluruhan merupakan hasil penggabungan penilaian pelepasan
dan penilaian pendedahan, selanjutnya dengan penilaian dampak. Hasil estimasi
risiko secara keseluruhan terhadap masuknya virus PMK dari Malaysia ke
Entikong melalui pemasukan daging ilegal adalah sangat rendah dengan nilai
ketidakpastian rendah. Hasil estimasi risiko keseluruhan dinilai sangat rendah
menjelaskan bahwa pemasukan virus PMK melalui daging ilegal dari Malaysia ke
Entikong kemungkinan kejadiannya sangat jarang terjadi. Namun, meskipun
risikonya sangat rendah, kondisi tersebut tidak dapat diabaikan. Program
pemerintah yang telah berjalan sejak Indonesia dinyatakan bebas harus terus
dilakukan, sehingga virus PMK tidak akan masuk ke dalam wilayah negara dan
status Indonesia sebagai negara bebas PMK tetap dapat dipertahankan. Program
pemerintah Indonesia untuk mempertahankan status bebas PMK terutama
difokuskan pada pencegahan, pengawasan, kesiapan darurat, dan kesadaran
masyarakat.
Pengawasan internal dan evaluasi program kesehatan hewan secara
keseluruhan dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Evaluasi
juga dilakukan oleh OIE sebagai bagian dari penilaian eksternal dari pelayanan
kesehatan hewan. Pemerintah juga ikut serta menyumbangkan sumber daya dan
dana sejumlah total US $300 000 yang harus dibayar selama enam kali sejak
tahun 2006. Penyusunan kebijakan, legislasi dan standar untuk mendukung
pengendalian penyakit dan pembentukan zona (zona establishment) merupakan
program pemerintah dalam upaya mempertahankan status Indonesia (SEACFMD
2011). Upaya-upaya tersebut sebaiknya dikembangkan terus-menerus dan harus
diwaspadai agar kejadian PMK jangan sampai terjadi sebagai akibat dari
pemasukan daging ilegal. Oleh karena itu, hasil estimasi risiko masuknya virus
PMK melalui daging ilegal harus menjadi perhatian semua pihak yang terkait.
Sebaliknya apabila dilakukan pembiaran atau tidak ada upaya untuk mengurangi
risiko, kemungkinan risikonya akan semakin meningkat seiring dengan
berjalannya waktu, perkembangan transportasi, dan globalisasi.
43

SIMPULAN

Penilaian keseluruhan terhadap dampak risiko masuknya virus PMK melalui


pemasukan daging ilegal di perbatasan darat Entikong dinilai sedang dengan nilai
ketidakpastian rendah. Hasil estimasi atau perkiraan risiko secara keseluruhan
terhadap masuknya virus PMK dari Malaysia ke Entikong melalui pemasukan
daging ilegal yaitu sangat rendah artinya bahwa masuknya virus PMK melalui
daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia kemungkinan kejadiannya
sangat jarang terjadi dengan nilai ketidakpastian rendah. Hasil penilaian risiko
tersebut tidak dapat diabaikan karena status Indonesia merupakan negara bebas
PMK. Upaya-upaya yang selama ini dilakukan pemerintah untuk
mempertahankan status Indonesia sebagai negara bebas PMK harus terus
dilakukan diantaranya melalui tindakan pencegahan, pengawasan, kesiapan
darurat, dan kesadaran masyarakat.
44

6 MANAJEMEN DAN KOMUNIKASI RISIKO MASUKNYA


VIRUS PMK MELALUI DAGING ILEGAL DI
PERBATASAN DARAT INDONESIA-MALAYSIA

PENDAHULUAN

Manajemen risiko sebagai proses identifikasi, seleksi, dan penerapan


tindakan-tindakan yang dapat diterapkan untuk mengurangi tingkat risiko. Tujuan
manajemen risiko adalah mengatur risiko secara tepat untuk menjamin
keseimbangan antara keinginan suatu negara meminimalkan kecenderungan atau
peluang suatu kejadian penyakit dengan konsekuensinya dan keinginan negara
tersebut mengimpor suatu komoditas yang memenuhi perjanjian perdagangan
internasional (OIE 2015). Manajemen risiko menggunakan hasil penilaian risiko
dalam proses penilaian untuk menyeimbangkan manfaat potensial terhadap risiko
yang dinilai, untuk mencapai keputusan pada risiko yang dapat diterima dan
merumuskan kebijakan (risk reduction/strategi pengendalian). Biaya manfaat
dan/atau keuntungan dapat dimasukkan dalam proses pengambilan keputusan
(FAO 2011).
Komponen manajemen risiko menurut OIE (2013) terdiri dari evaluasi
risiko (risk evaluation), evaluasi pilihan (option evaluation), implementasi
(implementation) serta pemantauan dan kaji-ulang (monitoring and review).
Evaluasi risiko adalah membandingkan estimasi risiko yang tidak terbatas
(unrestricted risk estimation) dengan appropriate level of protection (ALOP)
suatu negara pengimpor. Evaluasi pilihan adalah mengidentifikasi tindakan-
tindakan yang memungkinkan, termasuk aplikasi rekomendasi OIE Code. Hal
tersebut dilaksanakan dengan cara melakukan re-evaluasi kecenderungan
(likelihood), pengeluaran (release), pendedahan (exposure), perkembangan
(establishment), dan penyebaran (spread) menurut tindakan-tindakan yang
diterapkan. Tindakan-tindakan terbaik adalah yang dipilih agar dapat memenuhi
ALOP yang ditetapkan. Tahapan implementasi dalam manajemen risiko adalah
menggunakan hasil penilaian risiko (risk assessment) sebagai salah satu alat untuk
membuat keputusan. Pemantauan dan kaji ulang dalam manajemen risiko
merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara berkelanjutan selama proses
manajemen risiko. Manajemen risiko dapat diterapkan pada release assessment,
exposure assessment, dan consequence assessment. Manajemen risiko pada
consequence assessment dapat diterapkan untuk mengurangi kecenderungan
(likelihood) kejadian wabah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat
aturan-aturan legal (legislasi) dan perbaikan sistem surveilans dan monitoring.
Komunikasi risiko adalah pertukaran informasi yang interaktif terhadap
risiko diantara penilai risiko, manajer risiko, dan pihak-pihak lain yang terkait
(OIE 2004). Komunikasi risiko kemungkinan merupakan salah satu tahapan yang
paling sulit dari proses analisis risiko untuk dilaksanakan secara efektif.
Komunikasi yang efektif merupakan suatu usaha dan dedikasi, bukan sesuatu
yang terjadi dengan sendirinya. Hanya dengan menyebarluaskan informasi tanpa
memperhatikan kompleksitas dalam berkomunikasi dan ketidakpastian dari risiko,
tidak cukup untuk memastikan komunikasi risiko yang efektif. Sebuah strategi
45

komunikasi yang dikelola dengan baik akan memastikan bahwa pesan yang
konstruktif dirumuskan, dikirim dan diterima. Setelah keputusan ditetapkan
adalah penting untuk berkomunikasi. Jika yang bersangkutan mengerti bagaimana
keputusan itu ditetapkan, maka mereka lebih cenderung untuk menerimanya,
bahkan meskipun mereka tidak setuju. Hal ini membuat komunikasi merupakan
batu penjuru terhadap transparansi (Zepeda 2004).
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menyusun manajemen
risiko dan komunikasi risiko berdasarkan hasil estimasi risiko yang telah
dilakukan terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan
Entikong. Estimasi risiko keseluruhan terhadap masuknya virus PMK melalui
daging ilegal di perbatasan Entikong dinilai sangat rendah, sehingga tetap harus
dilakukan tindakan dalam menajemen risiko karena Indonesia sejak 30 tahun yang
lalu sudah bebas PMK dan kondisi tersebut harus tetap dipertahankan. Manajemen
risiko yang disusun diharapkan akan mengurangi tingkat risiko pemasukan virus
PMK melalui daging ilegal. Demikian juga dengan komunikasi risiko, dalam
setiap tahapan penilaian sebaiknya sudah diimplementasikan. Hasil manajemen
risiko ini diharapkan dapat menjadi bahan kebijakan pemerintah untuk dituangkan
dalam suatu regulasi berupa peraturan pemerintah, peraturan menteri, petunjuk
pelaksanaan, maupun petunjuk teknis.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di wilayah perbatasan darat Indonesia dan Malaysia
(Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat) yaitu di
Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) Entikong selama bulan Maret sampai Juni
2015. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Epidemiologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Data yang digunakan untuk peubah input dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer diambil menggunakan teknik pengumpulan
pendapat pakar (expert opinion elicitation), wawancara mendalam (in-depth
interview) dan pengamatan langsung di lapang. Data sekunder diperoleh dari
publikasi ilmiah dan tulisan atau data yang tidak dipublikasi (statistik, dokumen
dan laporan dari instansi berwenang).
Manajemen risiko disusun berdasarkan hasil penilaian risiko setiap tahapan
penilaian, selanjutnya dibandingkan dengan tingkat risiko yang dapat diterima
atau standar yang menjadi acuan. Pada penelitian ini, hasil manajemen risiko
dibandingkan dengan status dan situasi PMK di Indonesia. Manajemen risiko
dibahas untuk setiap tahapan penilaian meliputi penilaian pelepasan, penilaian
pendedahan, dan penilaian dampak. Selanjutnya manajemen risiko pada setiap
tahapan dianalisis, dipilih dan ditetapkan sebagai manajemen risiko yang paling
efektif untuk mengurangi risiko. Penilai risiko hanya mengusulkan pilihan atau
opsi manajemen risiko, dalam implementasinya hasil manajemen risiko akan
dituangkan dalam suatu regulasi oleh penentu kebijakan.
Komunikasi risiko disusun berdasarkan hasil penilaian risiko setiap tahapan
penilaian meliputi penilaian pelepasan, penilaian pendedahan, dan penilaian
dampak. Setiap tahapan penilaian sebaiknya dilakukan komunikasi risiko, sejak
46

dari pengambilan data penelitian, hasil penilaian hingga manajemen risiko telah
tersusun merupakan bagian dari komunikasi risiko yang efektif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Manajemen Risiko (Risk Management)

Evaluasi Risiko (Risk Evaluation)


Berdasarkan penilaian risiko yang telah dilakukan, maka hasil estimasi
risiko terhadap masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal di
perbatasan darat Entikong adalah sangat rendah. Jika perkiraan risiko tersebut
dibandingkan dengan status dan situasi PMK Indonesia, maka tingkat/level risiko
harus diturunkan sehingga status dan situasi PMK di Indonesia dapat
dipertahankan. Sampai saat ini, Indonesia masih berstatus negara bebas terhadap
PMK sejak tahun 1986 dan diakui oleh OIE sebagai negara bebas PMK tanpa
vaksinasi pada tahun 1990 (SEACFMD 2011). Meskipun hasil penilaian risiko
adalah sangat rendah namun hal tersebut tidak dapat diabaikan. Dalam hal ini,
kondisi yang dinilai adalah pemasukan daging secara ilegal, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku maka setiap praktek ilegal tidak
dibenarkan. Evaluasi risiko terhadap hasil penilaian risiko pemasukan daging
ilegal harus dicegah agar risiko atau ancaman terhadap munculnya PMK tidak
akan terjadi. Oleh karena itu, diperlukan tindakan-tindakan dalam manajemen
risiko untuk menurunkan tingkat risiko akibat pemasukan daging ilegal,
selanjutnya evaluasi dilakukan pada setiap tahapan hasil penilaian risiko.

Evaluasi Pilihan (Option Evaluation)


Tindakan-tindakan yang memungkinkan dalam manajemen risiko
selanjutnya dievaluasi dalam tahapan evaluasi pilihan. Usulan pilihan ditentukan
yang paling efektif dan efisien dan dapat diaplikasikan dalam manajemen risiko.
Manajemen risiko yang diusulkan pada setiap tahapan dalam penilaian risiko
untuk dievaluasi dan ditentukan tersaji pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Tindakan-tindakan dalam manajemen risiko terhadap masuknya virus


PMK melalui daging ilegal di perbatasan Entikong
Tindakan-tindakan
Tahapan Hasil penilaian risiko
dalam manajemen risiko
penilaian
Pelepasan Pelepasan virus PMK ke - Melakukan penolakan terhadap semua
(release) Entikong melalui pemasukan pemasukan hewan dan produk hewan
daging ilegal berasal dari ilegal dari negara/zona belum bebas
negara/zona yang tidak diketahui, PMK, dan selanjutnya melakukan
Semenanjung Malaysia, Thailand pemusnahan apabila penolakan tidak
dan India. Hasil penilaian secara dapat dilakukan, dengan tujuan
keseluruhan dinilai rendah mencegah masuknya penyakit eksotik
risikonya. Jenis daging beku dan mempertahankan status Indonesia
bertulang tanpa limfo-glandula bebas PMK.
dan jeroan beku tanpa limfo- - Melakukan pemusnahan untuk daging
glandula memiliki risiko yang ilegal yang lolos masuk ke wilayah
paling tinggi dibandingkan jenis Indonesia. Sarana pemusnahan berupa
47

daging lainnya. Jalur insinerator harus tersedia di tempat


pengangkutan paling berisiko pemasukan khususnya di perbatasan
yaitu dengan menggunakan non- (border), sehingga daging langsung
kendaraan (dipikul, ditenteng dan dimusnahkan, tidak perlu diangkut ke
didorong) dibandingkan dengan tempat lain untuk mengurangi risiko.
jalur kendaraan muatan besar dan - Menetapkan tempat-tempat pemasukan
kendaraan muatan kecil. yang belum resmi menjadi tempat
pemasukan resmi di perbatasan darat
Indonesia-Malaysia, diikuti dengan
penempatan petugas dan fasilitas yang
mendukung operasionalnya, bertujuan
untuk mencegah pemasukan daging
ilegal.
- Melakukan pemeriksaan yang lebih ketat
terhadap alat angkut yang membawa
produk hewan yang berasal atau transit
dari negara-negara/zona belum bebas
PMK seperti dari Semenanjung
Malaysia, Thailand dan India.
- Menyediakan sarana dan prasarana
untuk mendukung pemeriksaan,
sehingga dapat lebih mudah untuk
mendeteksi produk hewan, seperti x-ray
portable, scan detector dan anjing
pelacak khusus.
- Meningkatkan kompetensi sumber daya
manusia, misalnya melalui
penyelenggaraan atau keikutsertaan
dalam pelatihan-pelatihan intelijen.
- Melakukan koordinasi dan sosialisasi ke
negara tetangga terutama kepada petugas
di perbatasan negara tetangga dengan
memberikan informasi mengenai
peraturan yang berlaku di Indonesia.
- Melakukan sosialisasi kepada
masyarakat agar tidak membawa daging
ruminansia yang berasal dari negara
tetangga, khususnya kepada pelintas
batas, ibu rumah tangga, pengemudi,
jasa pengangkut barang, petugas di
perbatasan.
Pendedahan Penilaian pendedahan virus PMK - Melakukan sosialisasi, edukasi dan
(exposure) ke hewan rentan melalui komunikasi kepada para peternak agar
pemasukan daging ilegal dari tidak memberikan ternaknya dengan
Malaysia ke Entikong secara pakan yang asal-usulnya tidak jelas,
keseluruhan dinilai risikonya khususnya untuk babi agar dihindari
sangat rendah. Penilaian diperoleh pemberian pakan yang berasal dari
melalui evaluasi kemungkinan daging dalam keadaan mentah.
hewan rentan terdedah di tempat - Melarang menjual dan mengedarkan
penjualan daging, kemungkinan daging ilegal kepada masyarakat, apabila
hewan rentan terdedah di rumah ditemukan segera dilaporkan dan
tangga, kemungkinan babi diberi dimusnahkan
pakan dari sisa daging olahan dari
rumah makan dan kemungkinan
hewan rentan kontak dari daging
yang dibawa ke luar Entikong.
Risiko pendedahan yang paling
tinggi dan yang harus menjadi
48

perhatian adalah kemungkinan


pendedahan virus PMK pada
pemasukan daging yang dibawa
ke luar Entikong karena tidak
diketahui peruntukkan daging
tersebut, sehingga penilaian
risikonya dinilai lebih tinggi
dibandingkan dengan
kemungkinan pendedahan
ditempat lainnya.
Dampak Hasil penilaian dampak terhadap - Menyusun peraturan (legislasi) dan
(consequence) masuknya virus PMK dari perbaikan sistem surveilans dan
Malaysia ke Entikong melalui monitoring. Surveilans harus dilakukan
pemasukan daging ilegal secara pada tempat-tempat berisiko tinggi
keseluruhan risikonya dinilai seperti di daerah-daerah perbatasan
sedang (moderate). dengan negara/zona endemis PMK,
serta di daerah yang banyak ditemukan
produk-produk hewan ilegal. Tujuan
surveilans di tempat-tempat berisiko
adalah untuk mengenal lebih dini
keberadaan virus PMK.
- Sosialisasi kepada masyarakat
khususnya para peternak mengenai
deteksi dini, penanggulangan serta
pelaporan apabila ada kasus PMK.
- Melakukan simulasi wabah PMK
sehingga di daerah berisiko seperti
perbatasan dapat mengambil tindakan
yang cepat apabila terjadi wabah.

Berdasarkan opsi-opsi tindakan manajemen di atas, maka ditentukan


tindakan yang bersifat aplikatif, efektif dan efisien. Sesuai dengan kriteria tersebut,
maka tindakan-tindakan yang diusulkan dalam manajemen risiko adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan yang lebih ketat pada semua jalur pengangkutan.
Tindakan pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh semua petugas PPLB Entikong,
dengan kewenangan berada pada pihak Petugas Karantina Hewan. Apabila
dalam pemeriksaan ditemukan daging atau produknya, maka Petugas Karantina
Hewan yang akan menangani dengan melakukan penolakan, dan selanjutnya
dilakukan tindakan pemusnahan jika tindakan penolakan tidak dapat dilakukan.
Semua petugas di perbatasan harus bekerjasama dan berkoordinasi dalam
melaksanakan pemeriksaan alat angkut, sehingga produk-produk ilegal dapat
dicegah masuk ke Entikong.
2. Pemusnahan daging yang masuk dari Malaysia ke Entikong.
Penolakan dilakukan terhadap daging yang masuk dari Malaysia ke Entikong
dan masih berada di tempat pemasukan atau PPLB. Penolakan adalah
membawa kembali daging keluar dari wilayah Indonesia. Namun apabila
penolakan tidak dapat dilaksanakan maka daging harus dimusnahkan. Hal ini
sesuai dengan Pasal 5 Undang Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh
petugas karantina, yang memiliki kewenangan sebagaimana tercantum dalam
peraturan perundang-undangan tersebut. Tindakan penolakan berisiko untuk
dilakukan, karena dikwatirkan daging tidak dibawa keluar dari wilayah
49

Indonesia. Pengaturan mengenai penolakan untuk produk hewan yang


dilalulintaskan melalui lintas batas darat sudah tidak relevan lagi, sebaiknya
langsung dilakukan tindakan pemusnahan untuk meminimalisasi risiko.
Demikian pula untuk daging ilegal yang sudah beredar di pasar atau di dalam
wilayah Indonesia maka daging seharusnya dimusnahkan. Kewenangan
pemusnahan untuk daging yang beredar di pasar, berada pada kewenangan
pemerintah setempat yaitu dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner.
Menurut informasi petugas karantina, daging dan produknya yang ditemukan
pada saat pemeriksaan di PPLB biasanya dikumpulkan di tempat khusus
berpendingin. Daging yang ditahan dikumpulkan dulu sampai volume tertentu
dan pelaksanaan pemusnahannya dilakukan secara serempak di insinerator
yang ada di kantor UPT (letaknya +1 km dari PPLB). Pertimbangan
pemusnahan dilakukan setelah daging terkumpul adalah dari segi biaya dan
waktu agar lebih efisien dan efektif. Akibatnya daging-daging tersebut harus
diangkut terlebih dulu ke kantor UPT. Daging berisiko seharusnya tidak
dipindah-pindahkan, tetapi segera dimusnahkan di tempat/lokasi pemasukan.
Ini merupakan salah satu tindakan mitigasi risiko, sehingga tempat
pemusnahan kapasitas kecil maupun besar seharusnya tersedia di perbatasan.
Tindakan perlakuan dengan pemberian bahan yang aman, ramah lingkungan
dan harganya tidak mahal pada daging-daging yang ditahan dan sebelum
akhirnya dimusnahkan dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi risiko.
Tindakan ini bertujuan untuk merubah bentuk fisik daging sehingga daging
aman sebelum dimusnahkan dan tidak terjadi penyalahgunaan atau
penyimpangan.
Solusi agar pelaksanaan pemusnahan berjalan dengan baik dan tidak
menimbulkan risiko, maka seharusnya dibuat standar operasi prosedur (SOP)
pemusnahan yang didalamnya tercakup sistem pengawasan, kontrol akses,
pelaksanaan, pelaporan (dokumentasi) dan lain-lain. Prosedur tersebut dapat
dituangkan dalam suatu regulasi seperti peraturan menteri, pedoman atau
petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis agar ada acuan dalam
pelaksanaannya. Selanjutnya pelaksanaan pemusnahan secara berkala dipantau
dan dikaji apakah ada penurunan risiko dari tindakan pemusnahan yang
ditetapkan dalam manajemen risiko. Pemusnahan harus memastikan bahwa
daging yang masuk dan produknya dari negara endemis PMK benar-benar
seluruhnya dimusnahkan, sehingga bahaya yang kemungkinan dapat dibawa
melalui daging tidak akan masuk ke wilayah Entikong.
3. Sosialisasi kepada semua pihak terkait mengenai peraturan yang berlaku di
Indonesia dan mengenai PMK.
Pihak terkait adalah semua orang yang terlibat dalam pemasukan daging ilegal,
sampai orang yang terkait dengan risiko terdedahnya ke hewan yaitu pelintas
batas (ibu rumah tangga, jasa pengangkutan barang, pengemudi, penumpang,
pedagang daging, pemilik warung makan), petugas perbatasan negara tetangga
dan petugas perbatasan Entikong, serta para peternak.
Tindakan manajemen risiko berupa komunikasi, edukasi serta peningkatan
kesadaran masyarakat (public awardness) dimaksudkan agar masyarakat secara
luas mengetahui dampak dari aktivitas ilegal yang masih terus berjalan melalui
perdagangan daging ilegal dari negara/zona berisiko PMK. Masyarakat harus
50

diberi informasi yang tepat dan benar, bahwa setiap lalu lintas hewan dan
produknya seharusnya disertai dengan sertifikat kesehatan/sanitasi yang
menjamin bahwa hewan atau produknya dalam kondisi sehat atau layak.
Sosialisasi kepada para peternak mengenai risiko penyebaran PMK perlu
dilakukan misalnya melalui penyuluhan-penyuluhan maupun penyebaran
informasi elektronik seperti radio dan televisi. Peningkatan jumlah sumber
daya manusia khususnya dokter hewan ataupun paramedis juga merupakan
salah satu program yang harus dilakukan mengingat hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap program kesehatan hewan di wilayah tersebut.
4. Surveilans dan monitoring di tempat-tempat berisiko tinggi.
Tindakan surveilans dan monitoring ini dimaksudkan agar dapat diketahui
secara dini adanya kasus atau infeksi di tempat-tempat berisiko tinggi. Daerah
berisiko tinggi terhadap PMK seperti di wilayah yang berbatasan langsung
dengan negara/zona endemis PMK, serta di wilayah yang banyak ditemukan
produk-produk hewan ilegal. Kewenangan ini sebaiknya dilakukan oleh
pemerintah pusat berkoordinasi dengan pemerintah daerah yang membidangi
fungsi kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner serta
berkoordinasi dengan unit pelaksana teknis pengujian veteriner di wilayahnya.
Menurut Hadorn dan Stark (2008), sistem surveilans kesehatan hewan pada
suatu negara menghasilkan informasi tentang kesehatan dan status penyakit
dari populasi hewan yang akan dipergunakan untuk melaporkan, menilai dan
mengelola risiko serta mengetahui dampak dari penyakit hewan pada
perdagangan internasional, kesehatan masyarakat, produksi hewan dan
kesejahteraan hewan. Informasi yang dihasilkan melalui sistem surveilans
didasarkan pada dua pendekatan yaitu surveilans aktif dan pasif. Sementara
surveilans aktif didefinisikan sebagai koleksi sampel oleh otoritas kesehatan
hewan untuk mengumpulkan informasi tentang penyakit tertentu dalam
populasi. Surveilans pasif didefinisikan sebagai pelaporan tersangka kasus
klinis kepada otoritas kesehatan hewan oleh pemilik hewan, praktisi atau
inspektur (Doherr dan Audige 2001; Hadorn dan Stark 2008).

Komunikasi Risiko (Risk Communication)

Komunikasi risiko terkait masuknya virus PMK melalui daging ilegal ke


Entikong sebaiknya dilakukan sejak proses analisis risiko dimulai sampai
manajemen risiko sudah diputuskan, bahkan terus menerus sampai pada tahap
bahwa tingkat risiko yang diharapkan sudah terpenuhi. Dalam penelitian ini,
komunikasi risiko telah dilakukan mulai sejak pengumpulan data, pelaksanaan
penilaian risiko, dan setelah manajemen risiko ditentukan. Komunikasi risiko
memiliki peranan penting dalam tahapan analisis risiko, sehingga perlu
diperhatikan dan dipersiapkan supaya setiap hasil penilaian risiko bisa sampai
kepada setiap pihak yang terkait.
Gambar 6.1 menjelaskan komunikasi risiko yang harus dilakukan terhadap
masuknya virus PMK melalui daging ilegal ke perbatasan Entikong. Gambar
tersebut menjelaskan bahwa komunikasi risiko dalam mengatasi masuknya virus
PMK melalui daging ilegal harus dilakukan oleh semua pihak yang terkait secara
berkesinambungan. Metode komunikasi dapat dilakukan dengan cara formal
51

maupun non-formal. Komunikasi formal dapat dilakukan melalui pertemuan/rapat,


simulasi, diskusi kelompok atau pertemuan koordinasi lainnya. Komunikasi non-
formal dapat dilakukan melalui percakapan verbal atau percakapan pada media
sosial. Pelaku utamanya adalah pejabat yang berwenang menangani pemasukan
daging ilegal dengan obyeknya adalah stakeholder (semua pihak yang terkait)
termasuk pemerintah negara tetangga. Apabila komunikasi risiko dilaksanakan
secara formal maka sebaiknya didisain supaya interaktif, transparan dan
dilaksanakan berulang kali sehingga diperoleh informasi, masukan ataupun
kritikan. Informasi yang diperoleh untuk menjamin bahwa data, informasi, metode
dan asumsi yang telah disusun adalah yang terbaik. Melalui komunikasi risiko ini
diharapkan ada solusi dari permasalahan masih banyaknya daging ilegal yang
masuk ke Entikong sebagai ancaman terhadap masuknya virus PMK ke Indonesia

Pelintas
batas,
Petugas
pedagang, PEMUSNAHAN
dinas ,
petugas
peternak,
perbatasan,
UPT lab
petugas
dinas

KOMUNIKASI RISIKO MONITORING


PEMERIKSAAN &
YANG KETAT SURVEILANS

Formal &
SOSIALISASI Non-formal
Stakeholder

Gambar 6.1 Alur komunikasi risiko terhadap masuknya virus PMK melalui
daging ilegal dari Malaysia ke Entikong

SIMPULAN

Manajemen risiko berdasarkan hasil penilaian risiko masuknya virus PMK


dari Malaysia ke Entikong melalui daging ilegal yaitu dengan melakukan: 1)
pemeriksaan yang lebih ketat pada semua jalur pengangkutan, 2) pemusnahan
terhadap daging ruminansia ilegal yang masuk dari Malaysia ke Entikong, 3)
sosialisasi kepada semua pihak terkait mengenai peraturan yang berlaku di
Indonesia dan mengenai PMK, dan 4) surveilans dan monitoring di tempat-tempat
berisiko tinggi. Komunikasi risiko dilakukan mulai sejak pengumpulan data,
penilaian risiko, dan setelah manajemen risiko ditentukan. Komunikasi risiko
memiliki peranan penting dalam tahapan analisis risiko, dapat dilakukan formal
dan non-formal. Melalui komunikasi risiko diharapkan ada penurunan tingkat
risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal ke Entikong.
52

7 PEMBAHASAN UMUM

Pada studi diperoleh beberapa informasi diantaranya negara/zona asal


daging, jenis dan kemasan daging, jalur/rute dan frekuensi pengangkutan,
pengawasan petugas perbatasan, perkiraan volume pemasukan daging ilegal, serta
pendedahan daging ilegal. Kondisi-kondisi tersebut menggambarkan bahwa
pemasukan daging ilegal dapat menjadi suatu ancaman risiko yang dapat memicu
kejadian PMK. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Valarcher et al. (2008) dan
Rweyemamu et al. (2008), bahwa pada umumnya kecenderungan penyebaran
virus PMK serotipe O (PanAsia) di daerah enzootik biasanya mengikuti gerakan
legal dan ilegal dari hewan yang terinfeksi, sedangkan penyebaran ke daerah
bebas lebih terkait dengan gerakan ilegal dari produk hewan.
Estimasi risiko terhadap masuknya virus PMK melalui pemasukan daging
ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia yang dinilai sangat rendah. Hal ini
menjelaskan bahwa pemasukan daging ilegal harus menjadi perhatian khusus
karena dapat mengancam masuknya virus PMK ke Indonesia. Oleh karena itu
perlu dilakukan usaha preventif sehingga pemasukan daging ilegal harus
diminimalisir melalui tindakan-tindakan dalam manajemen risiko. Selain
manajemen risiko di perbatasan Indonesia-Malaysia, maka manajemen di tingkat
pusat yang disarankan dengan masih adanya pemasukan daging ilegal adalah
perlu adanya terobosan untuk merevisi atau menyusun kebijakan baru mengenai
lalu lintas maupun perdagangan produk hewan khususnya di daerah perbatasan.
Analisis risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan
darat Indonesia-Malaysia jika ditinjau dari berbagai aspek:
1. Legislasi.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 188 Tahun 2010
tentang Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang, Awak Sarana
Pengangkut, Pelintas Batas, dan Barang Kiriman yang mengacu kepada Border
Trade Agreement (BTA) Tahun 1970. Ketentuan tersebut mengatur mengenai
jumlah nilai harga barang yang bebas diperdagangkan atau dilalulintaskan oleh
pelintas batas yang memiliki Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) sebesar
600RM/bulan/orang. Salah satu tujuan pemerintah dengan adanya pengaturan
tersebut adalah agar kebutuhan masyarakat perbatasan dapat terpenuhi dan
potensi daerah perbatasan berkembang dengan baik. Pemerintah mengharap
barang-barang yang diperdagangkan atau dilalulintaskan merupakan barang
atau produksi daerah setempat (tradisional). KILB di PPLB Entikong hanya
diberikan untuk masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Entikong dan
Kecamatan Sekayam.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83/M-
DAG/PER/12/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu, PPLB Entikong
tidak termasuk sebagai tempat tujuan impor produk tertentu. Ketentuan-
ketentuan tersebut menjelaskan bahwa pemasukan produk tertentu seperti
daging dan produknya, hanya diizinkan di tempat-tempat yang telah ditentukan.
Dengan demikian, adanya pemasukan daging melalui PPLB Entikong tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan fakta di lapang, masyarakat di sekitar perbatasan
memanfaatkan dan dimanfaatkan oleh oknum untuk melakukan perdagangan
53

ilegal dengan menyalahgunakan fasilitas KILB, termasuk dalam perdagangan


daging. Setiap penduduk bisa memiliki lebih dari satu KILB. Ketentuan
pembatasan maksimal pembelian barang senilai 600RM/bulan/perorang,
mengakibatkan para pedagang memanfaatkan masyarakat dengan menyewa
jasa atau tenaga borongan untuk membawa masuk barang-barang. Untuk
menghindari pemeriksaan barang-barang tersebut diangkut dengan cara
“dipikul/ditenteng/didorong” termasuk daging dan produknya. Daging dibawa
secara sembunyi-sembunyi karena tidak dilengkapi sertifikat kesehatan
maupun perizinan yang ditentukan. Kondisi ini tidak sesuai ketentuan dalam
Pasal 5 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan yaitu bahwa “setiap media pembawa
hama dan penyakit hewan karantina yang dimasukkan ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia wajib dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal dan
negara transit bagi hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan,
melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan dan dilaporkan dan
diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pemasukan untuk
keperluan tindakan karantina”.
Dilatarbelakangi kondisi-kondisi tersebut maka ketentuan mengenai KILB
perlu ditinjau kembali, agar penggunaan serta manfaatnya dirasakan oleh
masyarakat perbatasan. Nilai pembatasan maksimal pembelian barang perlu
dikaji apakah masih relevan atau tidak dengan kondisi saat ini di perbatasan.
KILB diharapkan dapat dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan yang
baik, tidak disalahgunakan untuk kepentingan yang lain, sehingga semua
bentuk perdagangan ilegal dapat dicegah.
Selain itu, adanya persyaratan rekomendasi pemasukan dari luar wilayah
Republik Indonesia untuk hewan maupun produk hewan dari Kementerian
Pertanian Republik Indonesia perlu ditinjau kembali khususnya bagi daerah
perbatasan. Persyaratan pemasukan produk hewan di daerah perbatasan apabila
tujuan pemasukannya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
perbatasan, sebaiknya tidak perlu mewajibkan adanya rekomendasi pemasukan.
Namun persyaratan-persyaratan mengenai sanitasi atau kesehatan produk
hewan yang dimasukkan harus dipenuhi. Persyaratan sanitasi harus termuat
dalam sertifikat kesehatan atau sertifikat sanitasi yang menyertai produk hewan.
Selain itu, produk hewan wajib dilaporkan dan diserahkan ke petugas karantina
di tempat pemasukan. Kebijakan tersebut diharapkan dapat merupakan salah
satu solusi dari masih adanya pemasukan daging ilegal, selain itu sebagai suatu
solusi mempermudah akses dalam rangka terpenuhinya kebutuhan masyarakat
perbatasan akan ketersediaan daging.
2. Sistem kesehatan hewan.
Status Indonesia sebagai satu-satunya negara yang bebas PMK di Asia
Tenggara sampai saat ini merupakan nilai positif tersendiri untuk tetap
dipertahankan. Apabila daging ilegal yang lolos masuk ke wilayah Indonesia
sebagian besar berasal dari negara/zona belum bebas PMK, volumenya terus
meningkat maka hal tersebut dapat sebagai pemicu munculnya wabah PMK.
Jika pemasukan daging ilegal di perbatasan Entikong tidak dicegah maka suatu
saat akan dapat mempengaruhi sistem kesehatan hewan secara nasional
maupun internasional. Akibat dari pemasukan ilegal tersebut, maka status
Indonesia sebagai negara bebas PMK akan berubah, bahkan mungkin akan
54

terjadi kepanikan di sentra peternakan-peternakan. Situasi ini dapat berakibat


terhadap perubahan kondisi atau stabilitas suatu negara karena semua pihak
yang terkait khususnya dalam bidang kesehatan hewan, kesehatan masyarakat
veteriner, peternakan dan bahkan bidang lainnya seperti perdagangan akan
terguncang atau tidak stabil. Masyarakat akan beranggapan bahwa tidak mudah
untuk membebaskan suatu negara dari suatu penyakit, butuh waktu dan biaya
yang tidak sedikit. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas negara, oleh karena
itu semua praktek ilegal harus dicegah sehingga tidak berdampak buruk di
kemudian hari.
3. Ekonomi.
Produk hewan seperti daging dan olahannya merupakan kebutuhan
masyarakat, sehingga ketersediaannya harus menjadi perhatian pemerintah.
Hukum pasar akan berlaku, dimana apabila permintaan meningkat maka
penawaran juga akan meningkat sehingga ketersediaannya pun harus lebih
besar. Fakta yang terjadi di sekitar perbatasan Entikong, menggambarkan
bahwa daging merupakan salah satu kebutuhan pokok. Adanya tradisi perayaan
adat “gawai” sebagai ungkapan syukur setelah panen selesai, biasanya ditandai
dengan makan bersama menggunakan daging sebagai makanan hidangannya.
Selain itu, lokasi perbatasan Entikong yang cukup jauh karena harus ditempuh
dalam waktu kurang lebih 6 jam perjalanan darat dari Pontianak. Akibatnya
apabila daging didatangkan dari Pontianak, harus memperhitungkan jarak
tempuh dan biaya pengangkutan, sedangkan apabila didatangkan dari
negara/zona tetangga, yaitu Kuching, Malaysia hanya ditempuh dalam waktu
kurang lebih dua jam perjalanan.
Studi menunjukkan bahwa daging masih dapat diperoleh dengan harga per
kilogram yang sangat murah yaitu dibawah Rp50 000. Hasil pengamatan
langsung di supermarket yang berada di perbatasan wilayah Malaysia, harga
daging asal Australia sekitar Rp50 000 per kilogram dengan jenis potongan
daging berstandar prime cut seperti knuckle dan blade. Sementara harga daging
pada saat itu di Indonesia sudah hampir mencapai Rp80 000 per kilogramnya.
Hal ini menjelaskan bahwa harga daging di negara tetangga (Malaysia) jauh
lebih murah dibandingkan harga daging secara umum di Indonesia.
Perbedaan harga daging yang signifikan besar antara Malaysia dan
Indonesia, menimbulkan suatu pertanyaan atau permasalahan. Hal ini
kemungkinan terjadi karena sistem perdagangan khususnya importasi di
Indonesia yang dikuasai oleh pihak-pihak tertentu (kartel) atau sistem birokrasi
yang kemungkinan berbelit-belit terutama mengenai perizinan. Sistem
importasi di Malaysia yang tidak ketat atau bahkan tanpa dikenai biaya impor
(bebas bea masuk), kemungkinan merupakan jawaban untuk pertanyaan
tersebut. Sementara kebutuhan masyarakat akan daging semakin meningkat
seiring dengan pendapatan masyarakat yang semakin meningkat pula. Kondisi
tersebut menjadi salah satu alasan utama perdagangan ilegal masih terjadi di
perbatasan-perbatasan negara. Pemerintah akan mengalami kesulitan mengatasi
praktek ilegal apabila stabilitas harga belum bisa tercapai, masalah tersebut
merupakan tugas dan tanggung jawab bersama.
4. Sosial dan budaya.
Adanya pemasukan daging ilegal dari negara/zona belum bebas PMK di
perbatasan Entikong akan berpengaruh secara sosial dan budaya. Berdasarkan
55

fakta di lapang bahwa adat dan istiadat masyarakat perbatasan Entikong masih
kuat berpengaruh terhadap arus masuk barang-barang ke Entikong. Sebagai
contoh, pada saat penelitian ini dilakukan, pihak Bea dan Cukai PPLB
Entikong menutup pintu pemeriksaan barang, dengan tujuan untuk
memperketat pemasukan barang-barang ilegal. Tindakan ini mengakibatkan
timbulnya gejolak pada masyarakat. Pemimpin adat tidak diam begitu saja,
massa digerakkan dengan melakukan demonstrasi. Selain itu pemimpin adat
juga memasang tiang/tongkat di pintu masuk PPLB. Tiang tersebut sebagai
tanda yang menunjukkan bahwa siapapun tidak boleh membuka pintu atau
melepas tiang tersebut karena akan dikenai sanksi adat. Tujuan pemimpin adat
melakukan pemasangan tiang adalah supaya tuntutannya diperhatikan oleh
pemerintah pusat, agar pintu pemeriksaan dibuka kembali dengan
mengatasnamakan kepentingan masyarakat perbatasan. Tidak segan-segan
pemimpin adat “tetua” untuk “memantrai” instansi atau siapapun yang
mencoba untuk menghalangi maksud dan tujuan mereka. Ini merupakan
kendala utama petugas perbatasan untuk menegakkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Jasa pengangkut atau kuli panggul/pikul/dorong mengangkut daging-
daging ilegal tidak melewati pintu resmi pemasukan di PPLB Entikong.
Mereka menyelinap, sembunyi dan menghindar dari pengawasan petugas. Hal
ini dilakukan dalam situasi hiruk-pikuk para pelintas batas, pada saat ada
kendaraan melintas (ramai) dan saat para petugas sibuk melakukan
pemeriksaan, para kuli panggul/pikul/dorong menyelinap di pintu-pintu masuk
PPLB Entikong. Mereka melewati pinggir-pinggir pagar PPLB Entikong,
seperti layaknya pejalan kaki biasa. Mereka memanggul barang memakai kain
gendongan, menggunakan gerobak dorong dan ada pula yang menenteng
daging menggunakan kantong plastik. Aktifitas jasa/kuli/tukang
pikul/dorong/tenteng sepertinya merupakan kegiatan yang sudah tidak asing
lagi bagi petugas di PPLB. Petugas kemungkinan menduga bahwa barang-
barang yang diangkut adalah barang-barang yang tidak berbahaya atau tidak
memiliki risiko atau merupakan kebutuhan masyarakat setempat. Cara
membawa barang dengan memanggul atau memikul merupakan suatu hal yang
langka dan unik. Sebagian besar kuli panggul/pikul/dorong adalah ibu-ibu
rumah tangga yang menjual jasanya kepada para “bos” dengan diberi upah
borongan. Kemungkinan lain yang menyebabkan petugas di PPLB tidak peduli
lagi atau berkesan seperti membiarkan kondisi ini karena pengaruh hukum adat
setempat yang masih berlaku.
Adanya ketimpangan dalam pembangunan antara wilayah perbatasan
Entikong di Indonesia dengan wilayah Tebedu di Malaysia harus menjadi
perhatian pemerintah. Fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan sosial
masyarakat minimal harus sama dengan kondisi negara tetangga seperti
sekolah, rumah sakit, dan rumah ibadah. Jika fasilitas tersebut sudah terpenuhi,
maka kondisi tersebut akan sangat membantu pola pikir masyarakat untuk
hidup lebih maju dan mandiri sehingga bisa membangun daerahnya sendiri,
tidak tergantung pada wilayah/daerah lain atau negara tetangga.
Berdasarkan analisa dari berbagai aspek di atas, maka hasil analisa risiko ini
dapat digunakan sebagai bahan untuk menganalisis secara ekonomi veteriner
akibat dari pemasukan daging dari negara/zona endemis PMK secara ilmiah.
56

Bahkan dari hasil analisis risiko ini, dapat diketahui tindakan-tindakan


pencegahan terhadap pemasukan daging ilegal dari negara/zona endemis PMK.
Selain itu, penentu kebijakan perlu menganalisis akan kebutuhan daging pada
masyarakat di perbatasan, mencari solusi pemenuhan kebutuhan daging yang
aman, sehat, utuh dan halal dengan mencari akses yang mudah. Menjamin harga
kebutuhan pokok khususnya harga daging paling tidak sama nilainya dengan
negara tetangga, akan menjadi solusi yang paling penting untuk mencegah adanya
pemasukan ilegal. Solusi tersebut diharapkan menjadi suatu kebijakan baru atau
merevisi kebijakan lama yang kemungkinan tidak relevan lagi dengan kondisi saat
ini, sehingga kebijakan yang dibuat berdasarkan hasil analisa risiko yang ilmiah
dapat diterima oleh semua pihak dengan memperhitungkan kemungkinan risiko
maupun dampak-dampak yang akan terjadi.
57

8 SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

Estimasi atau perkiraan risiko terhadap masuknya virus PMK melalui


daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia (Entikong) dinilai sangat
rendah, artinya kemungkinan kejadian pemasukan virus PMK melalui daging
ilegal sangat jarang terjadi dengan nilai ketidakpastian rendah. Berdasarkan hasil
penilaian risiko tersebut, maka manajemen risiko yang direkomendasikan untuk
mengurangi tingkat risiko adalah dengan melakukan: 1) pemeriksaan yang lebih
ketat pada semua jalur pengangkutan, 2) pemusnahan daging ruminansia ilegal
yang masuk dari Malaysia ke Entikong, 3) sosialisasi kepada semua pihak terkait
mengenai peraturan yang berlaku di Indonesia dan mengenai PMK, dan 4)
surveilans dan monitoring di tempat-tempat berisiko tinggi. Komunikasi risiko
dilakukan sejak dari awal penilaian risiko dilakukan sampai manajemen risiko
ditentukan secara formal maupun non-formal, sehingga diharapkan ada penurunan
tingkat risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal ke Entikong. Hasil
analisa risiko diperlukan sebagai alat untuk menentukan kebijakan dalam
penyusunan regulasi mengenai lalu lintas daging khususnya di perbatasan negara
yang berbeda status dan situasi penyakitnya, sehingga kebijakan yang disusun
dapat diterima karena telah dikaji atau dianalisa secara ilmiah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa masih perlu dilakukan


analisa risiko terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di daerah
perbatasan yang lain, agar diketahui tingkat risikonya sehingga dapat diantisipasi
risikonya. Perlu dilakukan tinjauan terhadap kebijakan perdagangan yang berlaku
di daerah perbatasan negara dengan tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat
setempat, sehingga pemasukan daging secara ilegal karena alasan harga daging
yang jauh lebih murah tidak terjadi lagi. Pemerintah disarankan agar
memprioritaskan pembangunan masyarakat di perbatasan misalnya pembangunan
sarana pendidikan, kesehatan dan rumah ibadah. Selain itu perlu ditingkatkan
sarana dan prasarana bagi petugas di perbatasan dalam melaksanakan pemeriksaan
produk hewan yang lebih mudah khususnya dalam rangka mencegah pemasukan
penyakit eksotik ke wilayah negara Indonesia.
58

DAFTAR PUSTAKA

Alexandersen S, Brotherhood I, Donaldson AI. 2002. Natural aerosol transmission


of foot-and-mouth disease virus to pigs: minimal infectious dose for strain O1
Lausanne. Epid Inf. 128:301-312.
Alexandersen S, Zhang Z, Donaldson AI, Garland AJM. 2003. The pathogenesis
and diagnosis of foot-and-mouth disease. J Comp Path. 129:1-36.
[AQIS] Australian Quarantine and Inspection Services. 2000. Importation of
crocodile meat from Zimbabwe in to Australia. Draff Import Risk Analysis
Paper. Canberra (AU): AQIS.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. Departemen Pertanian. 2007. Penyusunan
Penilaian Analisis Risiko Hewan dan Produk Hewan. Jakarta (ID): Deptan.
[BBALITVET] Balai Besar Penelitian Veteriner. Mengenal lebih jauh penyakit
mulut dan kuku [internet]. [diunduh 2013 Oktober 3]. Tersedia pada:
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr266046.pdf. Bogor (ID):
Pustaka Litbang.
Biosecurity Australia. 2001. Guidelines for import risk analysis - draft.
Department of Agriculture, Fisheries and Forestry. Canberra (AU): Biosecurity
Australia.
Brooksby JB. 1982. Portraits of viruses: foot-and-mouth disease virus.
Intervirology. 18:1-23.
Cook N. 2001. Viruses in food. CPD Infect. 2:98-101.
Cottral GE, Cox BF, Baldwin DE. 1960. The survival of foot-and-mouth disease
virus incured and uncured meat. Am J Vet Res. 21:288-297.
[DAFF] Department of Agriculture, Fisheries and Forestry Bureau of Rural
Sciences. 2005. Review of methodology for consequence assessment. [Internet].
[diunduh 2015 September 30]. Tersedia pada:http://www.broadleaf.co.nz/pdfs/
articles/CA17_DAFF_v16a.pdf.
[Deptan] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan. Jakarta (ID): Deptan.
Ding Y, Chen H, Zhang J, Zhou J, Ma L, Zhang L, Gu Y, Liu YS. 2013. An
overview of control strategy and diagnostic technology for foot-and-mouth
disease in China. J Vir. 10:78.
[Ditkeswan] Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan,
Departemen Pertanian. 2009. Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia. Seri:
Penyakit Mulut dan Kuku (Kiat Vetindo PMK). Edisi 2.2. Jakarta (ID):
Ditkeswan.
[Diskannak] Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sanggau.
2015. Data Statistik Pertanian Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2015. Pontianak (ID):Diskannak.
Donaldson AI, Sellers RF. 2000. Foot-and-mouth disease. Di dalam: Martin WB,
Aitken ID, editor. Diseases of sheep. Blackwell Science, Oxford (UK).
Doherr MG, Audige L. 2001. Monitoring and surveillance for rare health related
events: a review from the veterinary perspective. Philos. Trans. R. Soc. Lond.
B. Biol Sci. 356:1097-1106.
59

[EFSA] European Food Safety Authority. 2006. Scientific statement on migratory


birds and their possible role in the spread of highly pathogenic avian influenza.
J EFSA. (357a):6.doi:10.2903.
[EFSA] European Food Safety Authority. 2006. Risk assessment on foot-and-
mouth disease. J EFSA. 313:1-34.
Forman S, Le Gall F, Belton D, Evans B, Francois JL. 2009. Moving towards the
global control of foot-and-mouth disease : an opportunity for donors. Rev Sci
Tech. 28:883-896.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2011. A value chain approach to
animal diseases risk management - Technical foundations and practical
framework for field application. Animal Production and Health Guidelines No.
4. Rome (IT).
Gelaye E, Beyene B, Ayelet G. 2005. Foot-and-mouth disease virus serotypes
identified in Ethiopia. J Ethiop Vet. 9(1):75-80.
Hartnett E, Adkin A, Seaman M, Cooper J, Watson E, Coburn H, England T,
Marooney C, Cox A, Wooldridge M. 2007. A quantitative assessment of the
risk from illegally imported meat contaminated with foot-and-mouth disease
virus to Great Britain. Risk Anal. 27(1):187-202.
Hadorn DC, Stark KDC. 2008. Evaluation and optimization of surveillance
systems for rare and emerging infectious diseases. Vet Res. 39:57
Harada Y, Lekcharoensuk P, Furuta T, Taniguchi T. 2015. Inactivation of foot-
and-mouth disease virus by commercially available disinfectants and cleaners.
Biocon Sci. 20(3):205-208.
Henderson W, Brooksby J. 1948. The survival of foot-and-mouth disease virus in
meat and offal. J Hygiene. 46:394-402.
James AD, Rushton J. 2002. The economic of foot-and-mouth disease. Rev Sci
Tech Off Int Epizoot. 21(3):637-644.
Jibat T, Admassu B, Rufael T, Baumann MPO, Peotzsch CJ. 2013. Impacts of
foot-and-mouth disease on livelihoods in the Borena Plateau of Ethiopia.
Pastoralism. 3:1-11.
[Kementan] Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2009. Keputusan Menteri
Pertanian Nomor: 3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-jenis
Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK), Penggolongan dan Klasifikasi
Media Pembawa. Jakarta (ID): Kementan.
[Kementan] Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 4026/Kpts.OT.140/3/2013 tentang Penetapan Jenis Penyakit
Hewan Menular Strategis. Jakarta (ID): Kementan.
Kitching P, Hughes GH. 2002. Clinical variation in foot-and-mouth disease: sheep
and goats. Rev Sci Tech Off Int Epizoot. 21:505-512.
Komariah, Arief II, Wiguna Y. 2004. Kualitas fisik dan mikroba daging sapi yang
ditambah jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada konsentrasi dan lama
penyimpanan yang berbeda. Med Pet. 27:46-54.
Lopez-Sanchez A, Guijarro B, Hernandez VG. 2003. Human repercussions of
foot-and-mouth disease and other similar viral diseases. Med Oral. 8:26-32.
[MTA] Meat Tech Asia 2016. 2016. India: Top buffalo meat exporter [Internet].
[diunduh 2016 Agustus 25]. Tersedia pada: http://www.meattechasia.com/
news_and_views1.php
60

MacDiarmid SC, Thompson EJ. 1997. The potential risks to animal health from
imported sheep and goat meat. Rev Sci Tech Off Int Epizoot. 16:45-56.
Mahy BWJ. 2005. Introduction and history of foot-and-mouth disease virus. Di
dalam: Compans RW, Cooper MD, Kyoto TH, Koprowski H, Melchers F,
Basel, Oldstone MBA, Olanes S, Oslo, Potter M, Vogt PK, editor. Foot-and-
mouth disease virus. 288 Current topics in microbiology and immunology.
Springer , Atlanta (US).
[MoARD] Ministry of Agriculture and Rural Development. 2007. Livestock
Development Master Plan Study. Phase I Report – Data Collection and
Analysis. Volume B – Meat Production. Ministry of Agriculture and Rural
Development, Government of Ethiopia, Addis Ababa, Ethiopia (ET).
[OIE] Office International des Epizooties. 2004. Handbook on import risk
analysis for animals and animal products. Quantitative risk assessment.
Volume 2. Paris (FR): World Organization for Animal Health.
[OIE] Office International des Epizooties. 2009. Foot-and-mouth disease. OIE
Technical Disease Card. [internet]. [diunduh 2016 Agustus 15]. Tersedia pada:
http:www.oie.int. Paris (FR): World Organization for Animal Health.
[OIE] Office International des Epizooties. 2012. Animal Health Information.
[internet]. [diunduh 2013 Oktober 15]. Tersedia pada:
http://www.oie.int/wahis_2/public/wahid.php/Countryinformation/Animalsitua
tion. Paris (FR): World Organization for Animal Health.
[OIE] Office International des Epizooties. 2013. Terrestrial Animal Health Code
Chapter 2.1. Import Risk Analysis. [internet]. [diunduh 2013 Oktober 13].
Tersedia pada : http://www.oie.int/index.php?id=169danL=0danhtmfile=
chapitre_1.2.1.htm. Paris (FR): World Organization for Animal Health.
[OIE] Office International des Epizooties. 2015. World Animal Health
Information Database (WAHIS Interface). [internet]. [diunduh 2015 Oktober
15]. Tersedia pada : http://www.oie.int/wahis_2/public/wahid.php/Country
information/Countrytimelines. Paris (FR): World Organization for Animal
Health.
[OIE] Office International des Epizooties. 2016. Foot-and-mouth disease. Chapter
8.8 Infection with Foot and Mouth Disease Virus. [internet]. [diunduh 2016
Agustus 10]. Tersedia pada : http:www.oie.int. Paris (FR): World Organization
for Animal Health.
Paton DJ, Sinclair M, Rodriguez R. 2010. Qualitative assessment of the
commodity risk for spread of foot-and-mouth disease associated with
international trade in deboned beef. Transbound Emerg Dis. 57:115-134.
Paton D J, Sinclair M, Rodriguez R. 2011. Qualitative risk assessment of the
spread of foot-and-mouth disease by International trade in deboned beef.
Technical Series OIE Volume 11. Paris (FR): World Organization for Animal
Health.
Peeler EJ, Reese RA, Trush MA. 2013. Animal disease import risk analysis - a
review of current methods and practices. Transbound Emerg Dis. 62:1-11.
Pharo HJ. 2002. Foot-and-mouth disease: an assessment of the risk facing New
Zealand. J New Zealand Vet. 50(2):46-55.
Prempeh H, Smith R, Muller B. 2001. Foot-and-mouth disease: the human
consequences. The health consequences are slight, the economic ones huge.
J British Med. 322:565-566.
61

Ressang AA. 1988. Penyakit Viral Pada Hewan. Jakarta (ID): Penerbit
Universitas Indonesia.
Rushton J, Jones TK. 2013. The impact of foot-and-mouth disease. Rev Sci Tech
Off Int Epizoot. (1):1-27.
Rweyemamu MPR, Mackay D, Sumption K, Brownlie J, Leforban Y, Valarcher
JF. 2008. Epidemiological patterns of foot-and-mouth disease worldwide.
Transbound Emerg Dis. 55:57-72.
Ryan ED, Mackay D, Donaldson A. 2008. Foot-and-mouth disease virus
concentrations in products of animal origin. Transbound Emerg Dis. 55:89-98.
Sanjaya AW, Sudarwanto M, Soejoedono RR, Purnawarman T, Lukman DW,
Latif H. 2007. Higiene Pangan. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan.
IPB. Bogor (ID): IPB.
Situmorang B. 2015. Internalisasi Nawacita: Membangun Kawasan Perbatasan
dalam perspektif Tata Ruang dan Pertanahan. Buletin Tata Ruang dan
Pertanahan Edisi I. Jakarta (ID):TRP.
Sugiura K, Murray N. 2011. Risk analysis and its link with standards of the World
Organisation for Animal Health. Rev Sci Tech Off Int Epizoot. 30(1):281-288.
Subramaniam S, Mohapatra JK, Das B, Sanyal A, Pattnaik B. 2015. Genetic and
antigenic analysis of foot-and-mouth disease virus serotype O responsible for
outbreaks in India during 2013. Infect Genet Evol. 30:59–64.
[SEAFMD] The South-East Asia Foot and Mouth Disease. 2013. [internet].
[diunduh 2014 Januari 2]. Tersedia pada: http://www.seafmd-
rcu.oie.int/index.php.
[SEACFMD] The South-East Asia and China Foot and Mouth Disease. 2011.
SEACFMD 2020 A roadmap to prevent, control and eradicate foot-and-mouth
disease (by 2020) in South-East Asia and China. 2nd Edition. Myanmar (MY).
[SIKAWAN] Sistem Karantina Hewan. 2014. Badan Karantina Pertanian.
[internet]. [diunduh 2014 September 13]. Tersedia pada:
http://www.karantina.deptan.go.id/. Jakarta (ID).
[SIKAWAN] Sistem Karantina Hewan. 2015. Badan Karantina Pertanian.
[internet]. [diunduh 2015 Nopember 6]. Tersedia pada:
http://www.karantina.deptan.go.id/. Jakarta (ID).
Thompson D, Muriel P, Russell D, Osborne P, Bromley A, Rowland M, Creigh-
Tyte S, Brown C. 2002. Economic costs of the foot-and-mouth disease
outbreak in the United Kingdom in 2001. Di dalam: Thomson GR, editor.
Foot-and-mouth disease: facing the new dilemmas. Rev Sci Tech Off Int
Epizoot. 21(3):675-688.
Thomson GR, Vosloo W, Bastos AD. 2003. Foot-and-mouth disease in wildlife.
Virus Res. 91:145-161.
[USAHA] United States Animal Health Association. 2008. Foot-and-mouth
disease. Di dalam: Foreign Animal Diseases. Boca publications group, Boca
Raton (US).
Vasickova P, Dvorska L, Lorencova A, Pavlik I. 2005. Viruses as a cause of
foodborne disease: review of the literature. Vet Med-Czech. 50(3):89-104.
Valarcher JF, Leforban Y, Rweyemamu M, Roeder PL, Gerbier G, Mackay DK,
Sumption KJ, Paton DJ, Knowles NJ. 2008. Incursions of foot-and-mouth
62

disease virus into Europe between 1985 and 2006. Transbound Emerg Dis.
55:14-34.
Zaher KS, Ahmed WM, Syame SM, El-Hewairy HM. 2008. Detection of health
hazard food born viruses in animal product anticipated for human consumption.
Global Vet. 2(4):192-197.
Zepeda C. 2004. Risk Communication. The OIE Collaborating Centre for Animal
Disease Surveillance Systems and Risk Analysis. Conf OIE. 1:187-192.
63

Lampiran 1 Kuisioner untuk pengemudi yang melintas di perbatasan Entikong

PENILAIAN RISIKO MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING


ILEGAL DI PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA (ENTIKONG)

No. kuisioner : P 


Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d

KUISIONER UNTUK PENGEMUDI YANG MELINTAS DI


PERBATASAN
Pernyataan persetujuan
Selamat pagi/siang. Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) hendak melakukan wawancara
mengenai peluang masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal di
perbatasan Indonesia-Malaysia. Informasi ini akan membantu kami dalam
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan dapat menjadi informasi mengenai
peredaran daging di sekitar perbatasan. Wawancara akan berlangsung ± 30
menit. Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan
tidak akan ditunjukkan kepada orang lain. Partisipasi di dalam wawancara ini
bersifat sukarela dan kami berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena
informasi dari Bapak/Ibu sangat penting.
Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai?
Ya
Tidak
Jika tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia
diwawancarai
....................................................................................................................

Data Responden:
Nama : ________________________________________
Alamat : Kelurahan : _____________________________
Kecamatan : _____________________________
Kota : _____________________________
No. Telp./HP : ________________________________________

1. Jenis Kelamin :  Laki-laki  Perempuan

2. Umur : ________ tahun

3. Pendidikan formal Anda:


 Tidak Lulus SD  Tidak Lulus SMA
 Lulus SD  Lulus SMA
 Tidak Lulus SMP  D1/D2/D3
 Lulus SMP  Sarjana
64

4. Apakah pengemudi atau supir menjadi pekerjaan utama Anda ?


 Ya (Jika jawaban Ya, lanjut ke pertanyaan no.6)
 Tidak

5. Jika Tidak, apa pekerjaan utama Anda ?


 Pensiunan Pegawai Negeri  Ibu Rumah Tangga
 Pegawai Swasta  Pelajar/Mahasisawa
 Polisi / TNI / Staf Militer  Pengusaha Katering
 Pedagang
 Lain-lain, sebutkan: .......……….......

6. Jenis angkutan/kendaraan yang digunakan untuk melintas ?


 Umum
 Pribadi (Jika jawaban Anda „Pribadi’, lanjutkan
ke pertanyaan No. 8)
 Lain-lain, sebutkan .......................

7. Tipe kendaraan umum yang digunakan untuk melintas ?


 Travel  Taxi
 Bis besar  Van
 Bis sedang
 Lain-lain, sebutkan .......................

8. Tipe kendaraan pribadi yang digunakan untuk melintas ?


 Sedan
 Minibus/kijang dan sejenisnya
 Mobil box
 Lain-lain, sebutkan .......................

9. Apakah Anda pernah melintas di perbatasan ?


 Ya
 Tidak

10. Seberapa sering Anda melintas melalui perbatasan darat Entikong ?


 Baru sekali  Minimal seminggu sekali
 Setiap hari  Minimal sebulan sekali
 Dua hari sekali  Tidak tentu
 Lain-lain, sebutkan.................................

11. Apa tujuan Anda melintas di perbatasan atau bepergian ke negara


tetangga?
 Rekreasi  Belanja keperluan sendiri
 Belanja untuk dijual kembali  Keperluan keluarga
 Keperluan dinas/pekerjaan  Bisnis/berdagang/berjualan
 Lain-lain, sebutkan.................................
65

12. Pernahkah Anda mengangkut/membawa daging segar saat melintas di


perbatasan?
 Pernah
 Tidak pernah (Jika jawaban Anda ‘Tidak pernah’, lanjut ke
pertanyaan No.23)

13. Jika Anda pernah mengangkut/membawa daging segar dari Malaysia,


untuk tujuan apa daging segar tersebut dibawa?
 Konsumsi sendiri /oleh-oleh (buah tangan)
 Dijual kembali
 Diolah kemudian dijual (rumah makan, katering)
 Hanya mengantar ke alamat tujuan (Jika jawabannya hanya
mengantar ke alamat tujuan, sebutkan alamat yang
dituju.........................................................................)
 Lain-lain, sebutkan.................................

14. Darimana Anda membeli/mendapat/memperoleh daging segar tersebut?


 Rumah potong hewan (RPH)  Pasar
 Penjual eceran  Supermarket
 Kios/kedai  Lain-lain,
sebutkan.................................

15. Apakah Anda tahu, darimana asal daging segar tersebut ?


 Sabah  Vietnam
 Serawak  Australia
 Semenanjung Malaysia  Brunei Darussalam
 India
  Lain-lain, sebutkan…………………………

16. Bagaimana jenis daging segar yang pernah Anda bawa?


 Daging saja
 Daging dan tulangnya
 Daging dan jeroannya (hati, nodus limfatikus, jantung dll)
 Dalam keadaan beku
 Lain-lain,
sebutkan……………………………………………………………….

17. Jika Anda pernah membawa/mengangkut daging segar, apakah daging


segar tersebut dilaporkan ke petugas di perbatasan?
 Ya
 Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan No.23)

18. Jika jawabannya Ya, tindakan apa yang dilakukan oleh petugas di
perbatasan?
 Melakukan pemeriksaan
 Melakukan penahanan/menyita
 Membiarkan saja
 Lain-lain, sebutkan.................................
66

19. Siapakah petugas perbatasan yang melakukan pemeriksaan?


 Imigrasi  Karantina Pertanian
 Kepolisian  Karantina Kesehatan
 TNI  Bea dan Cukai
 Lain-lain, sebutkan.................................

20. Jika daging segar tersebut Anda beli, berapa kira-kira harga daging segar
tersebut setiap kilogramnya?
 < Rp. 50.000,-
 Rp. 50.000,- s/d Rp. 100.000,-
 > Rp. 100.000,-
 Lain-lain, sebutkan.................................

21. Bagaimana bentuk kemasan daging segar yang pernah Anda


bawa/angkut ?
 Karton/box dengan merk, sebutkan...............
 Karton/box tanpa merk
 Plastik dengan merk, sebutkan...............
 Plastik tanpa merk
 Styrofoam
 Lain-lain, sebutkan :...................................................................

22. Berapa kira-kira rata-rata berat daging segar yang pernah Anda
bawa/angkut ?
 < 5 kg
 6 – 10 kg
 11 – 50 kg
 > 51 kg
 Lain-lain, sebutkan :...................................................................

23. Pernahkah Anda melihat penumpang lain/orang lain atau kendaraan lain
membawa/mengangkut daging segar ?
 Pernah
 Tidak pernah (Jika jawaban Anda ‘Tidak pernah’, lanjutkan ke
pertanyaan No.30)

24. Tahukah Anda, siapa pemilik daging segar yang pernah Anda lihat
dibawa/diangkut ?
 Ibu rumah tangga/personal
 Penjual makanan (rumah makan, catering dll)
 Pedagang daging eceran
 Pedagang campuran
 Perusahaan
 Lain-lain, sebutkan :...................................................................
67

25. Bagaimana bentuk kemasan daging segar yang pernah Anda lihat
dibawa/diangkut ?
 Karton/box dengan merk, sebutkan...............
 Karton/box tanpa merk
 Plastik dengan merk, sebutkan...............
 Plastik tanpa merk
 Styrofoam
 Lain-lain, sebutkan :...................................................................

26. Apakah daging segar yang pernah Anda lihat dibawa orang lain dengan
menggunakan kendaraan ?
 Ya
 Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan No.
30)

27. Apabila jawaban No.26 Ya dengan menggunakan kendaraan, apa jenis


kendaraan yang dipergunakan ?
 Sepeda  Angkutan penumpang umum jarak dekat
 Sepeda motor  Angkutan penumpang umum jarak
jauh/bis antar negara
 Mobil  Angkutan barang terbuka/truk
 Taxi  Angkutan barang/mobil box
 Lain-lain, sebutkan :..................................................................

28. Berapa kira-kira rata-rata berat daging segar yang pernah Anda lihat
dibawa orang lain?
 < 5 kg
 6 – 10 kg
 11 – 50 kg
 > 51 kg
 Lain-lain, sebutkan :...................................................................

29. Apabila jawaban No.26 Tidak menggunakan kendaraan, dengan cara apa
daging segar tersebut dibawa ?
 Berjalan kaki dengan dipikul/ditenteng
 Lain-lain, sebutkan :.....................................................................

30. Apakah Anda pernah mendapat informasi mengenai Penyakit Mulut dan
Kuku (PMK)?
 Ya
 Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan No.
32)

31. Jika jawaban Anda Ya, darimana Anda mendapat informasi tersebut?
 Penyuluhan
 Media cetak (koran, poster, majalah dll)
 Media elektronik (TV, radio dll)
 Petugas pemerintah (dinas peternakan, karantina, dll)
68

 Teman/saudara/kerabat
 Lain-lain, sebutkan : .....................................................................

32. Apakah Anda mengetahui informasi mengenai daging ilegal di perbatasan


Indonesia-Malaysia?
 Ya
 Tidak
Jika Ya, seperti apa?
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
.........................................................................................................................
69

Lampiran 2 Kuisioner untuk orang/penumpang yang melintas di perbatasan

PENILAIAN RISIKO MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING


ILEGAL DI PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA (ENTIKONG)

No. kuisioner : P 


Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d

KUISIONER UNTUK ORANG/PENUMPANG YANG MELINTAS DI


PERBATASAN

Pernyataan persetujuan
Selamat pagi/siang. Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) hendak melakukan wawancara
mengenai peluang masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal di
perbatasan Indonesia-Malaysia. Informasi ini akan membantu kami dalam
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan dapat menjadi informasi mengenai
peredaran daging di sekitar perbatasan. Wawancara akan berlangsung ± 30
menit. Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan
tidak akan ditunjukkan kepada orang lain. Partisipasi di dalam wawancara ini
bersifat sukarela dan kami berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena
informasi dari Bapak/Ibu sangat penting.
Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai?
Ya
Tidak
Jika tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia
diwawancarai
....................................................................................................................

Data Responden:
Nama : ________________________________________
Alamat : Kelurahan : _____________________________
Kecamatan : _____________________________
Kota : _____________________________
No. Telp./HP : ________________________________________

1. Jenis Kelamin :  Laki-laki  Perempuan

2. Umur : ________ tahun

3. Pendidikan formal Anda:


 Tidak Lulus SD  Tidak Lulus SMA
70

 Lulus SD  Lulus SMA


 Tidak Lulus SMP  D1/D2/D3
 Lulus SMP  Sarjana

4. Apa pekerjaan utama Anda?


 Pensiunan Pegawai Negeri  Ibu Rumah Tangga
 Pegawai Swasta  Pelajar/Mahasisawa
 Polisi / TNI / Staf Militer  Pengusaha Katering
 Pedagang
 Lain-lain, sebutkan: .......……….......

5. Jenis angkutan/kendaraan yang digunakan untuk melintas ?


 Umum
 Pribadi (Jika jawaban Anda „Pribadi‟, lanjutkan ke pertanyaan No. 7)
 Lain-lain, sebutkan .......................

6. Tipe kendaraan umum yang digunakan untuk melintas ?


 Travel  Taxi
 Bis besar  Van
 Bis sedang
 Lain-lain, sebutkan .......................

7. Tipe kendaraan pribadi yang digunakan untuk melintas ?


 Sedan
 Minibus/kijang dan sejenisnya
 Mobil box
 Lain-lain, sebutkan .......................

8. Apakah Anda pernah melintas di perbatasan ?


 Ya
 Tidak

9. Jika jawabannya Ya, seberapa sering Anda melintas melalui perbatasan


darat Entikong ?
 Baru sekali  Minimal seminggu sekali
 Setiap hari  Minimal sebulan sekali
 Dua hari sekali  Tidak tentu
 Lain-lain, sebutkan.................................

10. Apa tujuan Anda melintas di perbatasan atau bepergian ke negara


tetangga?
 Rekreasi  Belanja keperluan sendiri
 Belanja untuk dijual kembali  Keperluan keluarga
 Keperluan dinas/pekerjaan  Bisnis/berdagang/berjualan
 Lain-lain, sebutkan.................................

11. Pernahkah Anda membawa daging segar saat melintas di perbatasan?


 Pernah
71

 Tidak pernah (Jika jawaban Anda ‘Tidak pernah’, lanjutkan ke


pertanyaan No.22)

12. Jika Anda pernah membawa daging dari Malaysia, untuk tujuan apa
daging segar tersebut dibawa?
 Konsumsi sendiri /oleh-oleh (buah tangan)
 Dijual kembali
 Diolah kemudian dijual (rumah makan, katering)
 Hanya mengantar ke alamat tujuan (Jika jawabannya hanya
mengantar ke alamat tujuan, sebutkan alamat yang
dituju.........................................................................)
 Lain-lain, sebutkan.................................

13. Darimana Anda membeli/mendapat/memperoleh daging segar tersebut?


 Rumah potong hewan (RPH)  Pasar
 Penjual eceran  Supermarket
 Kios/kedai  Lain-lain,
sebutkan.......................................

14. Apakah Anda tahu, darimana asal daging segar tersebut ?


 Sabah  Vietnam
 Serawak  Australia
 Semenanjung Malaysia  Brunei Darussalam
 India  Lain-lain,
sebutkan…………………………

15. Bagaimana jenis daging segar yang pernah Anda bawa?


 Daging saja
 Daging dan tulangnya
 Daging dan jeroannya (hati, nodus limfatikus, jantung dll)
 Dalam keadaan beku
 Lain-lain,
sebutkan……………………………………………………………….

16. Jika Anda membeli daging segar tersebut, berapa kira-kira harga daging
segar setiap kilogramnya?
 < Rp. 50.000,-
 Rp. 50.000,- s/d Rp. 100.000,-
 > Rp. 100.000,-
 Lain-lain, sebutkan.................................

17. Bagaimana bentuk kemasan daging segar yang pernah Anda bawa?
 Karton/box dengan merk, sebutkan...............
 Karton/box tanpa merk
 Plastik dengan merk, sebutkan...............
 Plastik tanpa merk
 Styrofoam
 Lain-lain, sebutkan :...................................................................
72

18. Berapa kira-kira rata-rata berat daging segar yang pernah Anda bawa?
 < 5 kg
 6 – 10 kg
 11 – 50 kg
 > 51 kg
 Lain-lain, sebutkan :...................................................................

19. Jika Anda membawa daging segar, apakah daging segar tersebut
dilaporkan ke petugas di perbatasan?
 Ya
 Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan
No.22)

20. Jika jawabannya Ya, tindakan apa yang dilakukan oleh petugas di
perbatasan?
 Melakukan pemeriksaan
 Melakukan penahanan/menyita
 Membiarkan saja
 Lain-lain, sebutkan.................................

21. Siapakah petugas perbatasan yang melakukan pemeriksaan?


 Imigrasi  Karantina Pertanian
 Kepolisian  Karantina Kesehatan
 TNI  Bea dan Cukai
 Lain-lain, sebutkan.................................

22. Pernahkah Anda melihat penumpang lain atau orang lain membawa daging
segar?
 Pernah
 Tidak pernah (Jika jawaban Anda ‘tidak pernah’, lanjutkan ke
pertanyaan No.29)

23. Tahukah Anda, siapa pemilik daging segar yang pernah Anda lihat?
 Ibu rumah tangga/personal
 Penjual makanan (rumah makan, catering dll)
 Pedagang daging eceran
 Pedagang campuran
 Perusahaan
 Lain-lain, sebutkan :...................................................................

24. Bagaimana bentuk kemasan daging segar yang pernah Anda lihat?
 Karton/box dengan merk, sebutkan...............
 Karton/box tanpa merk
 Plastik dengan merk, sebutkan...............
 Plastik tanpa merk
 Styrofoam
 Lain-lain, sebutkan :...................................................................
73

25. Apakah daging segar yang pernah Anda lihat dibawa orang lain dengan
menggunakan kendaraan?
 Ya
 Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan No.
28)

26. Apabila jawaban No.23 Ya dengan menggunakan kendaraan, apa jenis


kendaraan yang dipergunakan?
 Sepeda  Angkutan penumpang umum jarak dekat
 Sepeda motor  Angkutan penumpang umum jarak
jauh/bis antar negara
 Mobil  Angkutan barang terbuka/truk
 Taxi  Angkutan barang/mobil box
 Lain-lain, sebutkan :..................................................................

27. Berapa kira-kira rata-rata berat daging segar yang pernah Anda lihat
dibawa orang lain?
 < 5 kg
 6 – 10 kg
 11 – 50 kg
 > 51 kg
 Lain-lain, sebutkan :...................................................................

28. Apabila jawaban No.25 Tidak menggunakan kendaraan, dengan cara


apa daging segar tersebut dibawa?
 Berjalan kaki dengan dipikul/ditenteng
 Lain-lain, sebutkan :.....................................................................

29. Apakah Anda pernah mendapat informasi mengenai Penyakit Mulut dan
Kuku (PMK)?
 Ya
 Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan No.
31)

30. Jika jawaban Anda Ya, darimana Anda memperoleh informasi tersebut?
 Penyuluhan
 Media cetak (koran, poster, majalah dll)
 Media elektronik (TV, radio dll)
 Petugas pemerintah (dinas peternakan, karantina, dll)
 Teman/saudara/kerabat
 Lain-lain, sebutkan : .....................................................................

31. Apakah Anda mengetahui informasi mengenai peredaran/penjualan daging


ilegal di perbatasan Indonesia-Malaysia?
 Ya
 Tidak
Jika Ya, seperti apa?.......................................................................................
74

Lampiran 3 Kuisioner untuk peternak di sekitar perbatasan

PENILAIAN RISIKO MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING


ILEGAL DI PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA (ENTIKONG)

No. kuisioner : P 


Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d

KUISIONER UNTUK PETERNAK DI SEKITAR PERBATASAN

Pernyataan persetujuan
Selamat pagi/siang. Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) hendak melakukan wawancara
mengenai peluang masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal di
perbatasan Indonesia-Malaysia. Informasi ini akan membantu kami dalam
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan dapat menjadi informasi mengenai
peredaran daging di sekitar perbatasan. Wawancara akan berlangsung ± 30
menit. Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan
tidak akan ditunjukkan kepada orang lain. Partisipasi di dalam wawancara ini
bersifat sukarela dan kami berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena
informasi dari Bapak/Ibu sangat penting.
Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai?
Ya
Tidak
Jika tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia
diwawancarai
....................................................................................................................

Data Responden:
Nama : ________________________________________
Alamat : Kelurahan : _____________________________
Kecamatan : _____________________________
Kota : _____________________________
No. Telp./HP : ________________________________________

1. Sudah berapa lama Anda beternak sapi (ruminansia) ?


 < 1 tahun  6-10 tahun
 1-3 tahun  > 10 tahun
 3-5 tahun
 Lain-lain, sebutkan...............
75

2. Berapa jumlah sapi yang dipelihara ?


 < 5 ekor
 6-10 ekor
 > 10 ekor
 Lain-lain, sebutkan...............

3. Apakah ada jenis hewan lain yang dipelihara ?


 Ya
 Tidak (Jika tidak lanjutkan ke pertanyaan No. 7)

4. Sebutkan jenis hewan lain yang dipelihara:


 kerbau
 kambing
 domba
 babi
 Lain-lain, sebutkan...............

5. Berapa jumlah masing-masing ?


 kerbau................... ekor
 kambing.................ekor
 domba....................ekor
 babi...................... ekor
 Lain-lain, sebutkan...............

6. Darimana asal bibit ternak tersebut ?


 peternak lain dalam Pulau Kalim antan
 peternak lain dari luar Pulau Kalimantan (Indonesia)
 peternak negara tetangga (Malaysia)
 Lain-lain, sebutkan...............

Catatan :
Jika Anda memelihara babi, jawablah pertanyaan nomor selanjutnya, jika
tidak lanjutkan ke pertanyaan nomor 10

7. Apakah jenis pakan yang diberikan ?


 hijauan
 konsentrat
 campuran hijauan dan konsentrat
 sisa-sisa makanan/limbah rumah tangga
 Lain-lain, sebutkan...............

8. Darimana asal pakannya ?


 kebun sendiri
 membeli bahan baku dari agen dan mengolahnya
 membeli pakan jadi dari agen
 sisa-sisa rumah tangga
 sisa-sisa rumah makan
 Lain-lain, sebutkan...............
76

9. Dari manakah sumber air minumnya ?


 sumur sendiri
 air PAM
 air limbah rumah
 Lain-lain, sebutkan...............

10. Adakah riwayat sakit atau kekurusan dalam waktu yang lama ?
 Ya
 Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak”, lanjutkan ke pertanyaan
No.16)

11. Jika jawabannya Ya, berapa lama mengalami sakit atau kekurusan
tersebut ?
 < 1 tahun
 1-3 tahun
 > 3 tahun
 Lain-lain, sebutkan...............

12. Pernahkah ternak Anda mengalami sakit dengan gejala lecet/luka pada
teracak, mulut, kuku dan lain-lain?
 Ya
 Tidak pernah

13. Jika pernah kapan itu terjadi ?


 < 1 tahun yang lalu
 2 - 3 tahun yang lalu
 > 3 tahun yang lalu
 Lain-lain, sebutkan............................

14. Apa tindakan yang Anda lakukan terhadap ternak yang sakit tersebut ?
 membiarkan
 diobati sendiri
 memanggil drh/paramedis untuk mengobati
 menjual ternak
 disembelih/dipotong untuk dijual dagingnya
 Lain-lain, sebutkan......................................

15. Jika diobati sendiri atau diobati paramedis, bagaimana kondisi ternak?
 sembuh
 mati
 Lain-lain, sebutkan....................................

16. Pernahkah Anda melihat ternak lain sakit dengan gejala lecet/luka pada
teracak, mulut, kuku dan lain-lain ?
 Ya
 Tidak Pernah (Jika jawaban Anda ‘Tidak”, lanjutkan ke
pertanyaan No.21)
77

17. Jika pernah kapan kira-kira waktunya ?


 1 tahun yang lalu
 2 - 3 tahun yang lalu
 > 3 tahun yang lalu
 Lain-lain, sebutkan..........................................

18. Dimana Anda pernah melihatnya ?


 Di sekitar perbatasan (Entikong dan sekitarnya)
 Di luar Entikong
 Lain-lain, sebutkan........................................

19. Apa yang Anda lakukan jika pernah melihat ternak lain sakit dengan gejala
lecet/luka pada teracak, mulut, kuku dan lain-lain ?
 Membiarkan saja
 Melaporkan ke dinas peternakan
 Melaporkan ke petugas kesehatan hewan/drh/paramedis
 Lain-lain, sebutkan........................................

20. Jika pernah melapor, apa tindakan yang dilakukan oleh petugas?
 Membiarkan saja
 Mengobati
 Menyarankan untuk disembelih
 Menyarankan untuk dijual
 Lain-lain, sebutkan........................................

21. Apakah Anda pernah mendapat informasi mengenai Penyakit Mulut dan
Kuku (PMK)?
 Ya
 Tidak (Jika jawaban Anda „Tidak‟, lanjutkan ke pertanyaan
No.23)

22. Jika jawaban Anda Ya, darimana Anda mendapat informasi tersebut?
 Penyuluhan
 Media cetak (koran, poster, majalah dll)
 Media elektronik (TV, radio dll)
 Petugas pemerintah (dinas peternakan, karantina, dll)
 Teman/saudara/kerabat
 Lain-lain, sebutkan : .....................................................................

23. Apakah Anda mengetahui informasi mengenai daging ilegal di perbatasan


Indonesia-Malaysia?
 Ya
 Tidak
Jika Ya, seperti apa?
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
........................................................................................................................
......................................................................................................................
78

Lampiran 4 Wawancara untuk petugas karantina di perbatasan

PENILAIAN RISIKO MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING


ILEGAL DI PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA (ENTIKONG)

No. kuisioner : PK 
Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d

DAFTAR PETUGAS KARANTINA DI PERBATASAN

Pernyataan persetujuan
Selamat pagi/siang. Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) hendak melakukan wawancara
mengenai peluang masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal
di perbatasan Indonesia-Malaysia. Informasi ini akan membantu kami
dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan dapat menjadi informasi
mengenai analisa risiko pemasukan daging ilegal di sekitar perbatasan.
Wawancara akan berlangsung ± 30 menit. Informasi yang Bapak/Ibu
berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan ditunjukkan kepada
orang lain. Partisipasi di dalam wawancara ini bersifat sukarela dan kami
berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena informasi dari Bapak/Ibu
sangat penting.
Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai?
Ya
Tidak
Jika tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak
bersedia diwawancarai...................................................................................
................................................................................................................

KEAHLIAN DAN PENGALAMAN KERJA

Silakan dan tandai pada nomor yang paling menggambarkan bidang


keahlian dan pekerjaan Saudara serta berapa tahun Saudara bekerja pada
bidang tersebut

N Bidang keahlian/pekerjaan Pengalaman kerja dalam


bidang ini (tahun)
…………………………
…………………………
…………………………
79

1. Bagaimana prosedur pemasukan daging melalui PPLB?


........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
2. Dokumen apa saja yang dipersyaratkan bagi daging segar yang masuk
melalui PPLB? Sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
3. Apakah Saudara menanyakan Sertifikat Sanitasi atau Surat Keterangan
Kesehatan Hewan (SKKH) atau dokumen lainnya yang menyatakan
asal-usul daging tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................

4. Penyakit apa saja yang dipersyaratkan harus bebas bagi daging segar yang
masuk melalui PPLB? Sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
5. Berapa rata-rata pemasukan daging segar dalam satu
minggu/bulan?.................kilogram. Berasal darimana saja daging-daging
segar tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
6. Untuk keperluan apa saja daging-daging segar tersebut masuk melalui
perbatasan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
7. Apakah Anda pernah menemukan/memeriksa daging yang dilalulintaskan
melalui PPLB Entikong ?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
80

……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
8. Jenis pemeriksaan apa yang Anda lakukan pada setiap kendaraan atau
orang yang melintas di perbatasan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
9. Apakah setiap kendaraan yang melintas dilakukan pemeriksaan secara
teliti (termasuk pemeriksaan bagasi)?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
10. Jika setiap kendaraan tidak diperiksa, apa kriteria pemilihan pemeriksaan
yang Anda lakukan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
11. Apakah setiap barang bawaan penumpang (tentengan) dilakukan
pemeriksaan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
12. Apakah pernah menemukan daging segar saat melakukan pemeriksaan
barang bawaan penumpang (tentengan)?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
13. Jika pernah memeriksa dan menemukan daging, jenis daging apa yang
Anda temukan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
81

14. Apakah daging tersebut termasuk dengan tulangnya/jeroan/nodus


limfatikus?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
15. Dimana Anda pernah menemukan daging segar tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
16. Apabila ditemukan dalam kendaraan, jenis kendaraan apa yang
dipergunakan? Sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
17. Apa bentuk kemasan daging segar yang Anda pernah
periksa/temukan/lihat?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
18. Siapa pemilik daging yang pernah Anda temukan atau periksa?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
19. Jenis pemeriksaan apa yang Anda lakukan untuk melihat keberadaan
daging di PPLB?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
20. Apa yang Anda lakukan apabila menemukan daging segar asal/melintas
dari Malaysia?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
82

21. Apakah ada prosedur khusus untuk pengawasan daging dari Malaysia?
Jika jawaban Anda ada, siapakah yang menyusun prosedur tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
22. Apabila ada orang yang melaporkan membawa daging berasal/melintas
dari Malaysia, apa yang harus dilakukan petugas?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
23. Jika Anda menahan/menolak/membebaskan daging segar tersebut, atas
dasar apa Anda menahan/menolak/membebaskan daging tersebut dan apa
tindakan selanjutnya?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
24. Jika Anda menahan daging yang dilalulintaskan, dimana daging tersebut
disimpan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
25. Jika sampai batas waktu penahanan dan penolakan, apa yang dilakukan
terhadap daging tersebut? Sebutkan tindakannya secara detail serta
fasilitas yang digunakan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
26. Apakah Anda yakin bahwa daging yang ditemukan atau diperiksa berasal
dari Malaysia? Jika tidak yakin, apa alasannya? Apakah berasal dari
negara lain? sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
.......................................................................................................................
83

27. Apakah Anda tahu tempat-tempat pemasukan daging atau barang lain yang
tidak resmi dari Malaysia? Jika tahu, sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
28. Apakah Anda mengetahui informasi mengenai daging ilegal di perbatasan
Indonesia-Malaysia? seperti apa?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
84

Lampiran 5 Wawancara untuk petugas di perbatasan

PENILAIAN RISIKO MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI


PEMASUKAN DAGING ILEGAL DI PERBATASAN INDONESIA-
MALAYSIA (ENTIKONG)

No. kuisioner : PP 
Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PETUGAS DI PERBATASAN


Selamat pagi/siang. Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) hendak melakukan wawancara
mengenai peluang masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal di
perbatasan Indonesia-Malaysia. Informasi ini akan membantu kami dalam
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan dapat menjadi informasi
mengenai analisa risiko pemasukan daging ilegal di sekitar perbatasan.
Wawancara akan berlangsung ± 30 menit. Informasi yang Bapak/Ibu
berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan ditunjukkan kepada orang
lain. Partisipasi di dalam wawancara ini bersifat sukarela dan kami berharap
Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena informasi dari Bapak/Ibu sangat
penting.
Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai?
Ya
Tidak
Jika tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia
diwawancarai
...................................................................................................................

KEAHLIAN DAN PENGALAMAN KERJA

Silakan dan tandai pada nomor yang paling menggambarkan bidang


keahlian dan pekerjaan Saudara serta berapa tahun Saudara bekerja pada
bidang tersebut

No Bidang keahlian/pekerjaan Pengalaman kerja dalam


bidang ini (tahun)
…………………………
…………………………
…………………………
85

1. Bagaimana prosedur pemasukan daging melalui PPLB?


........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
2. Dokumen apa saja yang dipersyaratkan bagi daging segar yang masuk
melalui PPLB? Sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
3. Bagaimana prosedur pemasukan daging melalui PPLB?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
4. Penyakit apa saja yang dipersyaratkan harus bebas bagi daging segar yang
masuk melalui PPLB? Sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
5. Berapa rata-rata pemasukan daging segar dalam satu
minggu/bulan?..................................................................................kilogram
6. Berasal dari mana saja daging-daging segar tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
7. Untuk keperluan apa saja daging-daging segar tersebut masuk melalui
perbatasan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
8. Apakah Anda pernah menemukan/memeriksa daging yang dilalulintaskan
melalui PPLB Entikong ?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
9. Jenis pemeriksaan apa yang Anda lakukan pada setiap kendaraan atau
orang yang melintas di perbatasan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
10. Apakah setiap kendaraan yang melintas dilakukan pemeriksaan secara
teliti (termasuk pemeriksaan bagasi)?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………

11. Apakah setiap barang bawaan penumpang (tentengan) dilakukan


pemeriksaan?
86

........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
12. Apakah pernah menemukan daging segar saat melakukan pemeriksaan
barang bawaan penumpang (tentengan)?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
13. Jika pernah memeriksa daging, jenis daging apa yang Anda temukan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
Apakah daging tersebut termasuk dengan tulangnya/jeroan/nodus
limfatikus? Dimana Anda menemukan daging tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
14. Apabila ditemukan dalam kendaraan, tahukah Anda jenis kendaraan yang
dipergunakan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
15. Apa bentuk kemasan daging yang Anda pernah periksa/temukan/lihat?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
16. Siapa pemilik daging yang pernah Anda temukan atau periksa?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
17. Jenis pemeriksaan apa yang Anda lakukan untuk melihat keberadaan
daging di PPLB?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
18. Apa yang Anda lakukan apabila menemukan daging asal Malaysia?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
19. Apabila ada orang yang melaporkan membawa daging berasal dari
Malaysia, apa yang harus dilakukan petugas?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
20. Jika Anda menahan/menolak/membebaskan daging segar tersebut, Atas
dasar apa Anda menahan/menolak/membebaskan daging tersebut dan apa
yang dilakukan selanjutnya?
87

........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
21. Apakah Anda yakin bahwa daging yang ditemukan atau diperiksa berasal
dari Malaysia?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
22. Apakah ada prosedur khusus untuk pengawasan daging asal Malaysia?
Jika jawaban Ada, siapa yang menyusun prosedur tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
23. Apakah Anda tahu tempat-tempat pemasukan daging atau barang lain yang
tidak resmi dari Malaysia? Jika tahu, sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
24. Apakah Anda mengetahui informasi mengenai daging ilegal di perbatasan
Indonesia-Malaysia? seperti apa?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
25. Apakah Anda mengetahui mengenai Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
26. Darimana informasi tersebut Anda peroleh?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
88

Lampiran 6 Wawancara untuk petugas dinas peternakan

PENILAIAN RISIKO MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI


PEMASUKAN DAGING ILEGAL DI PERBATASAN INDONESIA-
MALAYSIA (ENTIKONG)

No. kuisioner : PD 
Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PETUGAS DINAS PETERNAKAN


Selamat pagi/siang. Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) hendak melakukan wawancara
mengenai peluang masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal di
perbatasan Indonesia-Malaysia. Informasi ini akan membantu kami dalam
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan dapat menjadi informasi mengenai
analisa risiko pemasukan daging ilegal di sekitar perbatasan. Wawancara akan
berlangsung ± 30 menit. Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga
kerahasiaannya dan tidak akan ditunjukkan kepada orang lain. Partisipasi di
dalam wawancara ini bersifat sukarela dan kami berharap Bapak/Ibu dapat
berpartisipasi karena informasi dari Bapak/Ibu sangat penting.
Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai?
Ya
Tidak
Jika tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia
diwawancarai
................................................................................................................................
....................................……………………………………………………………

KEAHLIAN DAN PENGALAMAN KERJA


Silakan dan tandai pada nomor yang paling menggambarkan bidang
keahlian dan pekerjaan Saudara serta berapa tahun Saudara bekerja pada bidang
tersebut

No Bidang keahlian/pekerjaan Pengalaman kerja dalam bidang


ini (tahun)
…………………………
…………………………
…………………………
89

1. Bagaimana prosedur pemasukan daging sapi segar ke wilayah NKRI?


........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
2. Dokumen apa saja yang dipersyaratkan bagi daging sapi segar masuk ke
wilayah NKRI? Sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
3. Penyakit saja yang dipersyaratkan bagi daging sapi segar yang masuk ke
wilayah NKRI? Sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
4. Berapa rata-rata pemasukan daging sapi segar yang ilegal dalam satu
bulan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
5. Dari mana saja daging tersebut berasal?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
6. Untuk keperluan apa saja daging tersebut masuk ke NKRI melalui
perbatasan Entikong?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
7. Apakah ada pengawasan pemasukan daging segar ilegal di wilayah
perbatasan Entikong ?
[ ] Ada
[ ] Tidak
Jika Ada, seperti apa?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
Jika Ada, apakah pengawasan dilakukan secara berkala?
[ ] Ya,………………kali/tahun
[ ] Tidak
Jika Ya, mohon disampaikan hasil pengawasan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
Jika Tidak, apa alasannya?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
90

8. Apakah ada pengawasan penjual daging segar di Entikong?


[ ] Ada
[ ] Tidak
Jika Ada, seperti apa?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
Jika Ada, apakah pengawasan dilakukan secara berkala?
[ ] Ya,………………kali/tahun
[ ] Tidak
Jika Ya, mohon disampaikan alamat lengkap penjual daging
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
Jika Tidak, apa alasannya?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
9. Apakah ada pengawasan rumah makan yang menggunakan daging ilegal
yang berasal dari luar Entikong?
[ ] Ya
[ ] Tidak
Jika Ya, kapan,bagaimana
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
10. Apakah ada pos lintas batas/check point keluar masuk Entikong ?
[ ] Ya
[ ] Tidak
Jika Ya, mohon sebutkan dimana letak pos lintas batas
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
11. Pernahkah dilakukan surveilans terhadap Penyakit Mulut dan Kuku pada
ternak di sekitar wilayah perbatasan? Kapan? Bagaimana hasilnya?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
12. Pernahkah menemukan gejala-gejala seperti lecet/luka, lepuh pada teracak,
mulut dan kuku di peternakan? Atau pernahkan mendapat laporan dari
peternak/masyarakat?
Jika pernah, kapan dan di daerah mana? Apa tindakan yang dilakukan
petugas?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
91

Lampiran 7 Wawancara untuk pedagang daging

PENILAIAN RISIKO MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI


PEMASUKAN DAGING ILEGAL DI PERBATASAN INDONESIA-
MALAYSIA (ENTIKONG)

No. kuisioner : PD 
Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PENJUAL/PEDAGANG DAGING

Selamat pagi/siang. Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,


Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) hendak melakukan wawancara
mengenai peluang masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal di
perbatasan Indonesia-Malaysia. Informasi ini akan membantu kami dalam
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan dapat menjadi informasi mengenai
analisa risiko pemasukan daging ilegal di sekitar perbatasan. Wawancara akan
berlangsung ± 30 menit. Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga
kerahasiaannya dan tidak akan ditunjukkan kepada orang lain. Partisipasi di
dalam wawancara ini bersifat sukarela dan kami berharap Bapak/Ibu dapat
berpartisipasi karena informasi dari Bapak/Ibu sangat penting.
Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai?
Ya
Tidak
Jika tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia
diwawancara.........................................................................................................
...........................................................…………………………………………
…………………………

Data Responden:
Nama : __________________________________________________

Alamat : Kelurahan : _______________________________________


Kecamatan : _______________________________________
Kota : _______________________________________

No. Telp./HP :
Nama Pemilik :
Nama tempat berjualan :

Alamat tempat berjualan :


92

1. Apakah menjual daging merupakan pekerjaan utama Saudara?


........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................…………………….......……………………
2. Sudah berapa lama Saudara berjualan daging di pasar ini?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
3. Apa status Saudara dalam usaha ini?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
4. Siapa pembeli daging yang Saudara jual?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
5. Jenis daging apa yang Saudara jual?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
6. Berasal darimana daging tersebut? Sebutkan dimana lokasinya !
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
7. Jenis daging apa yang Saudara jual?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
8. Jika memotong sendiri, apakah Saudara pernah melihat langsung?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
9. Apakah Saudara juga menjual daging selain daging sapi? Sebutkan !
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
10. Apakah daging yang Saudara jual menggunakan kemasan? Sebutkan.
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
11. Bagaimana cara pemasok mengangkut daging tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
93

12. Bagaimana frekuensi pengirimannya? Alat transportasi apa yang


digunakan dalam mengirim daging tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
13. Apakah Saudara menanyakan Sertifikat Sanitasi atau Surat Keterangan
Kesehatan Hewan (SKKH) atau dokumen lain yang menyatakan asal-
usul daging tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
14. Bagaimana cara Saudara dalam hal menjajakan daging sapi yang akan
dijual?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................……………………………………………...
15. Disamping menjual daging sapi apakah Saudara juga menjual jeroan (usus,
hati, nodus limfatikus) dan tulang? Jika Ya, Bagaimana cara Saudara
menjual jeroan dan tulang tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
16. Berapa rata-rata harga daging yang Saudara jual?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
17. Apabila menggunakan kemasan daging (karton, plastik, styrofoam),
bagaimana Saudara membuang bekas/sisa kemasan tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
18. Apakah Saudara mengetahui mengenai Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
19. Darimana informasi tersebut Saudara peroleh?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
94

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tapanuli Utara pada tanggal 21 Juni 1976 dari


Ayahanda Ir. Jannes Silitonga (Alm) dan Ibunda Ir. Sumarni Nurhaida, BSc.
Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Penulis menikah tahun
2001 dengan Henry Mart Panoguan Nababan dan tahun 2007 dianugerahkan
seorang anak bernama Gabriel Nathan Nababan.
Penulis tamat dari Sekolah Dasar Negeri IX Dili Timor-Timur tahun 1988
dan Sekolah Menengah Pertama Negeri I Dili Timor-Timur tahun 1991. Pada
tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 11 Yogyakarta dan tahun yang sama
lulus seleksi masuk ke Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melalui Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri. Penulis diterima pada Fakultas Kedokteran Hewan,
lulus Sarjana Kedokteran Hewan tahun 1998 dan lulus Pendidikan Profesi Dokter
Hewan tahun 2000. Pada tahun 2007, penulis berkesempatan untuk melanjutkan
pendidikan Magister pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor melalui beasiswa Badan Karantina
Pertanian, Kementerian Pertanian dan menyelesaikan pendidikan Magister tahun
2009. Pada tahun 2012, penulis memperoleh beasiswa dari Badan Sumber Daya
Manusia Kementerian Pertanian untuk melanjutkan Program Doktoral pada
Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Penulis bekerja sebagai PNS mulai tahun 1999 sebagai Calon PNS di
Wilker Bandar Udara Husein Sastranegara dan Terminal Peti Kemas Gede Bage
Bandung. Sejak tahun 2001 sampai 2006 sebagai Medik Veteriner Pertama pada
Balai Karantina Hewan Kelas I Tanjung Priok. Tahun 2007 sampai tahun 2010
sebagai Medik Veteriner Muda pada Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-
Hatta. Tahun 2011 sampai sekarang penulis bertugas pada Pusat Karantina Hewan
dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian dengan jabatan
terakhir sebagai Kepala Sub Bidang Produk Hewan Ekspor dan Antar area.

Anda mungkin juga menyukai