SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Risma JP Silitonga
NIM B261120031
RINGKASAN
Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit yang berdampak luas
secara ekonomi bagi peternakan dan kesehatan hewan. Masih ditemukan adanya
pemasukan daging ilegal di perbatasan, status Malaysia yang belum seluruhnya
bebas PMK dan Malaysia juga mengimpor daging dari India sehingga pemasukan
daging ilegal merupakan suatu ancaman risiko terhadap masuknya virus PMK ke
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis risiko secara
kualitatif terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat
Indonesia-Malaysia.
Penelitian dilakukan selama bulan Maret 2014 sampai Juli 2015.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan pendapat
pakar (expert opinion elicitation), wawancara mendalam (in-depth interview) dan
pengamatan langsung di lapang, publikasi ilmiah dan tulisan atau data yang tidak
dipublikasi (statistik, dokumen dan laporan dari instansi berwenang). Responden
pada penelitian ini adalah pelintas batas (penumpang, pengemudi), pemilik rumah
makan, petugas di perbatasan, peternak babi, peternak sapi, dan petugas dinas.
Dalam penelitian ini, dilakukan penilaian pelepasan, penilaian pendedahan
dan penilaian dampak, sehingga diketahui perkiraan risiko masuknya virus PMK
melalui daging ilegal di perbatasan darat Indonesia-Malaysia (Entikong).
Selanjutnya disusun manajemen risiko untuk menentukan tindakan-tindakan
mengurangi risiko dan komunikasi risiko berdasarkan hasil perkiraan risiko.
Estimasi risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan
darat Indonesia-Malaysia dinilai sangat rendah, artinya bahwa kemungkinan
kejadian pemasukan virus PMK melalui daging ilegal sangat jarang terjadi dengan
nilai ketidakpastian rendah. Manajemen yang diperlukan dalam rangka
mengurangi tingkat risiko mulai proses pelepasan, pendedahan hingga dampak
yang ditimbulkan akibat kemungkinan masuknya virus PMK melalui daging
ilegal adalah melakukan pemeriksaan yang lebih ketat pada semua jalur
pengangkutan, pemusnahan daging yang masuk dari Malaysia ke Entikong,
sosialisasi kepada semua pihak terkait mengenai peraturan yang berlaku di
Indonesia khususnya mengenai PMK serta melakukan surveilans dan monitoring
di tempat-tempat berisiko tinggi. Komunikasi risiko dilakukan sejak dari awal
penilaian risiko sampai manajemen risiko ditentukan, melalui komunikasi formal
dan non-formal. Analisa risiko diperlukan sebagai alat untuk menentukan
kebijakan dalam penyusunan regulasi sehingga kebijakan yang disusun dapat
diterima karena telah dikaji atau dianalisis secara ilmiah. Analisa risiko terhadap
pemasukan daging ilegal di daerah perbatasan lainnya masih perlu dilakukan.
Kebijakan perdagangan dengan menstabilkan harga daging serta memprioritaskan
pembangunan di daerah perbatasan harus menjadi perhatian pemerintah.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISA RISIKO KUALITATIF PEMASUKAN VIRUS
PENYAKIT MULUT DAN KUKU MELALUI DAGING
ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA-MALAYSIA
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji pada Ujian Tertutup:
Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih atas segala karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor pada Program Studi
Kesehatan Masyarakat Veteriner, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Ibu Prof Dr Drh Retno Damayanti Soejodono,
MS, M.Sc.Vet selaku ketua komisi pembimbing, Bapak Dr med vet Drh Hadri
Latif, MSi dan Ibu Dr Ir Etih Sudarnika, MSi selaku anggota komisi pembimbing,
yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan koreksi dan saran dengan
penuh kesabaran dan ketulusan mulai penyusunan proposal, pelaksanaan
penelitian serta penyusunan disertasi ini.
Dengan penuh rasa hormat penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Drh med vet Denny Widaya Lukman, MSi dan Ibu Dr Drh Retno Oktorina,
MMA selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberikan masukan untuk
meningkatkan kualitas penulisan disertasi ini. Penghargaan juga penulis
sampaikan kepada Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Bapak
Dr med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi), seluruh staf pengajar dan
karyawan atas bantuan dan dukungannya selama penulis menempuh pendidikan
sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Kementerian Pertanian
Republik Indonesia cq Kepala Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi
Profesi Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian, Kepala Badan Karantina Pertanian, Kepala Pusat Karantina Hewan dan
Keamanan Hayati Hewani, Kepala Bidang Keamanan Hayati Hewani beserta staf
yang telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada penulis untuk
menyelesaikan studi ini. Ungkapan terimakasih disampaikan juga kepada Kepala
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong (Drh Faizal Noer) beserta staf (Drh
Saswono, Drh Meyrna Ikke, Drh Santos) yang telah membantu pelaksanaan
penelitian di lapangan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa
Pascasarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner yang banyak
memberikan warna selama pelaksanaan studi di IPB. Akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Ayahanda (Alm) dan Ibunda,
dan seluruh keluarga besar Silitonga, Ayah dan Ibu mertua dan seluruh keluarga
besar Nababan. Rasa cinta dan terima kasih juga disampaikan untuk keluarga
kecilku, suami tercinta Henry Mart Panoguan Nababan dan ananda tersayang
Gabriel Nathan Nababan atas segala doa dan semangat yang diberikan selama
proses studi ditempuh.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, khususnya di bidang Kesehatan Masyarakat
Veteriner.
Bogor, Agustus 2016
Risma JP Silitonga
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup 3
Keterbaharuan 4
Hipotesis 4
2 IDENTIFIKASI BAHAYA MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING
ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan 5
Metode Penelitian 6
Hasil dan Pembahasan 6
Simpulan 9
3 PENILAIAN PELEPASAN MASUKNYA VIRUS PMK MELALUI DAGING
ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan 10
Metode Penelitian 11
Hasil dan Pembahasan 13
Simpulan 23
4 PENILAIAN PENDEDAHAN VIRUS PMK MELALUI PEMASUKAN
DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan 24
Metode Penelitian 24
Hasil dan Pembahasan 26
Simpulan 35
5 PENILAIAN DAMPAK DAN ESTIMASI RISIKO MASUKNYA VIRUS
PMK MELALUI DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT
INDONESIA MALAYSIA
Pendahuluan 36
Metode Penelitian 36
Hasil dan Pembahasan 38
Simpulan 43
6 MANAJEMEN DAN KOMUNIKASI RISIKO MASUKNYA VIRUS PMK
MELALUI DAGING ILEGAL DI PERBATASAN DARAT INDONESIA
MALAYSIA
Pendahuluan 44
Metode Penelitian 45
Hasil dan Pembahasan 46
Simpulan 51
7 PEMBAHASAN UMUM 52
8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 57
Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN 63
RIWAYAT HIDUP 94
DAFTAR TABEL
3.1 Kategori kemungkinan (likelihood) dan penafsirannya dalam penilaian
pelepasan 11
3.2 Matriks aturan kombinasi penggambaran likelihood 11
3.3 Aturan penggabungan kemungkinan (likelihood) lebih dari satu risiko
parsial 12
3.4 Kategori ketidakpastian kualitatif 12
3.5 Penilaian kemungkinan daging ilegal berasal dari negara/zona endemis
PMK 14
3.6 Penilaian kemungkinan daging ilegal merupakan sumber infeksi PMK 15
3.7 Penilaian kemungkinan jalur atau rute pengangkutan daging ilegal
berdasarkan frekuensi responden melintas dan mengangkut daging
dari Malaysia ke Entikong 18
3.8 Ringkasan penilaian kemungkinan daging berasal dari negara/zona
endemis PMK (Likelihood 1 x Likelihood 2) 19
3.9 Ringkasan penilaian pelepasan virus PMK melalui pemasukan daging
ilegal dari Malaysia ke Entikong berdasarkan jalur pengangkutan 21
4.1 Kategori kemungkinan (likelihood) dan penafsirannya dalam penilaian
pendedahan 25
4.2 Matriks aturan kombinasi penggambaran kemungkinan (likelihood) 25
4.3 Aturan penggabungan kemungkinan (likelihood) lebih dari satu risiko
parsial 25
4.4 Kategori ketidakpastian kualitatif 26
4.5 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK dari kemasan daging
mengandung serpihan-serpihan daging yang dibuang ke lingkungan
sekitar tempat penjualan daging 28
4.6 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar tempat
penjualan dari kemasan daging yang mengandung serpihan-serpihan
daging dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir 29
4.7 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar rumah
tangga dari limbah cair mengandung serpihan-serpihan daging yang
dibuang ke lingkungan (selokan) 30
4.8 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar rumah
tangga dari limbah cair mengandung serpihan daging yang dibuang
ke lingkungan (sungai) 31
4.9 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di rumah makan 32
4.10 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di tempat lain di luar
Entikong 33
4.11 Ringkasan penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK dari
Malaysia ke Entikong melalui pemasukan daging ilegal 33
5.1 Kategori penilaian dampak berdasarkan cakupan wilayah 37
5.2 Kategori penilaian akhir dampak secara keseluruhan 37
5.3 Matriks perkiraan risiko 38
5.4 Penilaian dampak masuknya virus PMK melalui daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong 39
5.5 Perkiraan risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong 42
6.1 Tindakan-tindakan dalam manajemen risiko terhadap masuknya virus
PMK melalui daging ilegal dari Malaysia ke Entikong 46
DAFTAR GAMBAR
3.1 Alur tapak risiko pelepasan virus PMK dari Malaysia ke Entikong
melalui pemasukan daging ilegal 13
4.1 Alur pendedahan virus PMK melalui pemasukan daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong 27
6.1 Alur komunikasi risiko terhadap masuknya virus PMK melalui daging
ilegal dari Malaysia ke Entikong 51
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner untuk pengemudi 63
2 Kuisioner untuk penumpang/orang yang melintas di perbatasan 69
3 Kuisioner untuk peternak 74
4 Wawancara untuk petugas karantina 78
5 Wawancara untuk petugas perbatasan 84
6 Wawancara untuk petugas dinas peternakan 88
7 Wawancara untuk pedagang daging 91
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi dan era perdagangan bebas saat ini, menciptakan dunia tanpa
batas. Hal ini mengakibatkan penyebaran penyakit hewan menular melalui
komoditas hewan atau produknya yang dilalulintaskan antar negara semakin
mudah. Sanitary and Phytosanitary (SPS) Agreement yang disusun oleh
organisasi perdagangan dunia (World Trade of Organization/WTO) adalah
perjanjian tentang penerapan SPS yang menetapkan aturan-aturan dasar untuk
keamanan pangan, standar kesehatan hewan dan tumbuhan. Perjanjian SPS
menunjuk World Organisation for Animal Health (Office International des
Epizooties/OIE) sebagai organisasi yang bertanggung jawab mengembangkan
standar internasional untuk kesehatan hewan dan zoonosis. Perjanjian SPS
menpersyaratkan bahwa tindakan-tindakan kesehatan yang diterapkan oleh
anggota WTO harus didasarkan pada ilmu pengetahuan. Hal tersebut bertujuan
untuk menciptakan perdagangan yang baik dengan melaksanakan tindakan
berdasarkan standar OIE atau, jika memilih untuk mengadopsi tingkat
perlindungan yang lebih tinggi, maka dapat menerapkan langkah-langkah
berdasarkan pada penilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan (Sugiura dan Murray
2011).
Persaingan perdagangan yang sangat ketat diantara negara-negara di dunia
dan pengaruh perubahan lingkungan strategis internal maupun eksternal telah
menyebabkan pengambil kebijakan importasi hewan dan produk hewan
melakukan perubahan, mengingat perdagangan hewan dan produk hewan tidak
mungkin berjalan efektif dan efisien tanpa risiko sekecil apapun. Tingkat risiko
yang dapat diterima (appropriate level of protection) merupakan risiko yang harus
dipenuhi oleh suatu negara pengimpor. Hal ini menuntut reaksi yang cepat dan
tepat dari pengambil kebijakan importasi hewan dan produk hewan untuk
mengantisipasi setiap perubahan dengan perhitungan analisa risiko (risk analysis)
yang kritis dan sistematis. Kondisi kebijakan kesehatan hewan dan karantina
hewan Indonesia saat ini dalam pencegahan dan penolakan masuknya penyakit
hewan eksotik lebih banyak bertumpu pada kebijakan pengamanan maksimum
(maximum security). Namun, untuk jangka panjang dan dalam era perdagangan
bebas, kebijakan tersebut perlu ditinjau kembali dengan lebih berpegang pada
tingkat risiko yang dapat diterima berdasarkan analisa risiko yang diperhitungkan
secara ilmiah. Penerapan analisa risiko menjadi penting karena pengambilan suatu
keputusan yang didasarkan pada kebijakan hukum atau peraturan perundang-
undangan yang tidak berdasar ilmiah tidak dapat diterima begitu saja. Saat ini,
tuntutan semakin kuat akan konsintensi dalam menerapkan perlakuan yang
berbeda-beda terhadap negara-negara tertentu berdasarkan aspek teknis kesehatan
hewan dan bukan semata-mata politik (Barantan 2007).
Indonesia secara geografis berada pada lokasi strategis sehingga memiliki
konsekuensi berbatasan dengan beberapa negara. Pembangunan daerah perbatasan
termasuk dalam agenda nawa cita pemerintahan Joko Widodo. Perhatian
pemerintah mengalami perubahan cara pandang dalam beberapa tahun terakhir.
Daerah perbatasan bukan lagi sebagai daerah terluar, melainkan sebagai etalase
2
Perumusan Masalah
Pemasukan daging ilegal yang berasal dari negara belum bebas PMK
melalui perbatasan Indonesia-Malaysia, serta Malaysia juga mengimpor daging
dari negara belum bebas PMK. Menurut OIE (2012) Malaysia sampai saat ini
belum dinyatakan bebas PMK seluruhnya, masih ada satu atau lebih zona dengan
gejala klinis PMK. Tahun 2013 masih terjadi 14 kasus PMK di Malaysia yaitu
Provinsi Johor, Melaka, Negeri Sembilan, Pahang, Perak, Selangor dan
Trengganu (daerah Semenanjung Malaysia). Zona yang dinyatakan bebas sampai
saat ini adalah Sabah dan Serawak (Malaysia bagian timur) (SEAFMD 2013).
Terkait hal tersebut, maka perlu dilakukan analisa risiko terhadap pemasukan
daging yang diduga berasal dari negara belum bebas PMK, sehingga dapat
diketahui kecenderungan terjadinya kembali infeksi dan faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam meminimalisasi risiko.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup
Keterbaharuan
Hipotesis
PENDAHULUAN
Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit vesikular akut pada sapi,
domba, kambing termasuk babi dan semua hewan berkuku belah yang liar
maupun domestik (Thomson et al. 2003). Penyakit ini disebabkan oleh virus PMK
anggota famili Picornaviridae, genus Apthovirus. Virus PMK adalah virus RNA
beruntai tunggal positif dengan ukuran genom RNA sekitar 8,3 kb. Ada 7 jenis
virus yaitu O, A, C, Asia 1, South African Territories (SAT) 1, 2, dan 3 secara
serologis (Ding et al. 2011). Genom virus mengkodekan 4 protein struktural yaitu
VP1, VP2, VP3, dan VP4 yang membentuk kapsid ikosahedral dan memiliki 10
protein non-struktural yaitu L, 2A, 2B, 2C, 3A, 3B, 3C, 3D, 3AB, dan 3ABC
(Ding et al. 2013). Penularan virus terjadi melalui kontak langsung dengan hewan
terinfeksi yang mengeluarkan virus dalam air liur, tinja, urin, susu, semen, cairan
okular, dan cairan hidung. Selain itu, penularan dapat juga terjadi melalui produk
hewan terinfeksi, benda terkontaminasi, dan transmisi secara aerosol dengan jarak
hingga 60 km di darat dan 300 km di laut (Gloster et al. 1982).
Virus PMK cukup stabil dalam lingkungan (Alexandersen et al. 2003).
Virus PMK rentan terhadap asam dan pH basa. Namun, dalam kondisi tertentu,
virus PMK dapat mempertahankan infektivitasnya pada lingkungan dan dalam
waktu yang lama. Kehadiran bahan organik dapat meningkatkan persistensi. Sinar
matahari tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap infektivitas virus
PMK. Virus PMK dapat ditemukan pada sumsum tulang, nodus limfatikus, dan
organ-organ tertentu dari hewan yang telah mati untuk waktu yang lama karena
pH tidak cukup menurun setelah kematian (USAHA 2008). Virus PMK resisten
pada suhu pendinginan dan pembekuan, serta semakin aktif pada suhu diatas
50 ºC. Pemanasan produk hewan pada suhu inti minimal 70 ºC selama minimal 30
menit akan menginaktivasi virus (OIE 2009).
Penyakit mulut dan kuku telah dikenal di Indonesia sejak akhir abad ke-19
(Ressang 1988). Indonesia pertama kali tertular PMK pada tahun 1887 di daerah
Malang, Jawa Timur. Upaya pemberantasan dan pembebasan PMK di Indonesia
terus dilakukan sejak tahun 1974 sampai tahun 1986. Pada tahun 1990, Indonesia
dinyatakan bebas PMK dan secara resmi telah diakui oleh OIE (BBALITVET).
Menurut OIE (2012), Malaysia dinyatakan belum bebas seluruhnya terhadap
PMK, masih ada satu atau lebih zona dengan gejala klinis PMK. Tahun 2013
masih terjadi 14 kasus PMK di Malaysia yaitu di Provinsi Johor, Melaka, Negeri
Sembilan, Pahang, Perak, Selangor dan Trengganu (zona Semenanjung Malaysia).
Zona yang dinyatakan bebas sampai saat ini adalah Sabah dan Serawak (Malaysia
bagian timur) (SEAFMD 2013). Malaysia juga mengimpor daging dari negara
belum bebas PMK seperti India (MTA 2016).
Identifikasi bahaya (hazard identification) adalah langkah pertama dan
dianggap terpisah dari penilaian risiko (Peeler et al. 2013). Identifikasi bahaya
adalah langkah penting yang harus dilakukan sebelum penilaian risiko, dengan
6
METODE PENELITIAN
Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diambil menggunakan teknik
pengumpulan pendapat pakar (expert opinion elicitation) dengan kuisioner,
wawancara mendalam (in-depth interview) dan pengamatan langsung di lapangan
(observational study). Data sekunder diperoleh dari publikasi ilmiah dan tulisan
atau data yang tidak dipublikasi (statistik, literatur, dokumen, dan laporan instansi
berwenang). Responden pada penelitian ini adalah pelintas batas terdiri dari
penumpang dan pengemudi yang dipilih secara purposive sampling atau secara
sengaja dengan mempertimbangkan pekerjaan dan kesediaan responden untuk
diwawancara.
lainnya dari karkas yang sama. Berdasarkan persyaratan tersebut, maka daging
beku tanpa tulang dan tanpa limfo-glandula, tidak dapat dipastikan aman jika
tidak ada jaminan dipenuhinya persyaratan-persyaratan sebagaimana
direkomendasikan oleh OIE.
2. Daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo-glandula (chilled meat deboned,
deglanded).
Pada jenis daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo-glandula, pertimbangannya
sama dengan jenis daging beku tanpa tulang, tanpa limfo-glandula, yaitu
daging dianggap aman jika persyaratan daging telah dipenuhi. Persyaratan
tersebut diantaranya yaitu bahwa daging harus berasal dari hewan yang
dipelihara pada tempat/zona yang tidak ada kasus dalam periode tertentu,
disembelih di rumah potong hewan yang disetujui, telah melalui proses
pematangan sehingga nilai pH kurang dari 6.0. Pada daging sapi yang langsung
dibekukan setelah penyembelihan, virus masih dapat terdeteksi 11 hari setelah
pengolahan. Pada daging sapi dingin, virus masih dapat terdeteksi 24 jam
setelah pengolahan (Ryan et al. 2008). Menurut Henderson dan Brooksby
(1948), jika dibandingkan dengan daging segar yang didinginkan pada suhu
4 °C maka daging segar yang cepat dibekukan (quick freezing) sebelum rigor
mortis nilai pHnya masih tetap di atas 6.5. Kondisi ini menunjukkan bahwa
virus lebih bertahan hidup pada kondisi pembekuan cepat (quick freezing)
dibandingkan pendinginan (chilling). Namun keadaan ini jarang terjadi,
sebagian besar daging telah melalui proses pematangan sebelum dibekukan.
3. Daging beku bertulang, tanpa limfo-glandula (frozen meat bone-in, deglanded).
Menurut Paton et al. (2010), virus PMK masih ditemukan di dalam jaringan
tulang, meskipun lebih banyak ditemukan dalam bagian sumsum tulang (bone
marrow).
4. Jeroan beku (frozen liver), tanpa limfo-glandula (frozen offal deglanded).
Hasil penelitian Cottral et al. (1960) dan penelitian Henderson dan Brooksby
(1948) pada hewan yang mengalami viremia menyatakan bahwa virus PMK
masih terdeteksi di dalam frozen liver selama 4 bulan setelah pengolahan atau
penyimpanan. Pernyataan tersebut termuat dalam studi literatur yang dilakukan
oleh Ryan et al. (2008).
Pada studi, diperoleh informasi bahwa daging ilegal berasal dari berbagai
negara/zona yaitu Serawak Malaysia, Semenanjung Malaysia, India, Brunei
Darussalam, Australia, Thailand, dan negara/zona yang tidak diketahui. Daging
berasal dari negara yang tidak diketahui merupakan suatu kemungkinan bahaya,
atau dapat diasumsikan berasal dari negara/zona berisiko PMK. Status Malaysia
sampai saat ini masih merupakan negara yang belum bebas PMK secara
keseluruhan, walaupun secara internasional bagian dari Malaysia yaitu zona
Sabah dan Serawak telah dinyatakan zona bebas PMK tanpa vaksinasi
(Rweyemamu et al. 2008).
Identifikasi bahaya terhadap status beberapa negara/zona asal daging ilegal
berdasarkan disease timelines OIE (2015):
1. Status Malaysia yaitu PMK terdapat pada satu zona atau lebih (disease limited
to one and more zones) sejak tahun 2009 sampai Juni 2015.
2. Status Brunei Darussalam dan Australia yaitu PMK tidak ditemukan (disease
absent) sejak tahun 2009 sampai Juni 2015.
9
3. Status Thailand yaitu PMK ditemukan pada hewan domestik (disease present)
sejak tahun 2009 sampai Juni 2015.
4. Status India yaitu PMK terdapat pada satu zona atau lebih (disease limited to
one and more zones)sejak tahun 2009 sampai Desember 2014.
Berdasarkan karakteristik agen biologis berupa daging yang dimasukkan
secara ilegal dan perbedaan status negara/zona asal daging ilegal terhadap PMK
dengan status dan situasi PMK di Indonesia, maka identifikasi bahaya
menyimpulkan bahwa daging ruminansia yang dimasukkan secara ilegal melalui
Entikong merupakan suatu bahaya/hazard terhadap masuknya virus PMK,
sehingga perlu dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko dari
pemasukan daging ilegal tersebut.
SIMPULAN
PENDAHULUAN
Indonesia dinyatakan sebagai negara bebas penyakit mulut dan kuku (PMK)
sejak tahun 1986 dan diakui oleh Office International des Epizooties (OIE) pada
tahun 1990 (Ditkeswan 2009). Thomson et al. (2003) menyatakan virus PMK
dapat bertahan hidup dalam daging dan produk hewan lainnya untuk jangka waktu
yang lama. Virus ini dilaporkan juga bertahan hidup dalam infectious form sampai
12 tahun di dalam tanah yang melekat pada Wellington boot dan akan bertahan
paling sedikit satu tahun dalam media kultur sel pada suhu 4 °C. Virus PMK dapat
menyebar secara aerosol menginfeksi sapi sampai melebihi jarak 250 km (Mahy
2005).
Saat ini, produk hewan berupa daging dimasukkan secara ilegal atau tidak
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan melalui perbatasan darat Indonesia-
Malaysia di Entikong, Kalimantan Barat. Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Entikong telah menahan dan memusnahkan sebanyak 504 kg daging sapi beku,
300 kg daging kerbau beku, 20 kg daging sapi dingin bertulang pada tahun 2014
dan 480 kg daging sapi beku bertulang pada awal tahun 2015 (SIKAWAN 2015).
Data ini menunjukkan masih terjadi upaya pemasukan daging melalui perbatasan
Entikong yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Menurut Rweyemamu et al. (2008), PMK endemik pada tujuh negara di
Asia Tenggara (Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan
Vietnam) dan tiga negara diakui OIE sebagai negara bebas penyakit tanpa
vaksinasi (Brunei, Indonesia, dan Singapura). Bagian dari Filipina (Mindanao,
Visayas, Palawan, dan Masbate) dan bagian dari Malaysia (zona Sabah dan
Sarawak) juga diakui secara internasional bebas dari PMK tanpa vaksinasi.
Sampai tahun 2005, virus masih beredar pada babi di Pulau Luzon bagian selatan,
sehingga sulit mengeliminasi PMK dari Asia. Indonesia telah bertahan sebagai
negara bebas PMK selama lebih dari dua dekade. Asia Timur, Jepang dan
Republik Korea diakui sebagai negara bebas tanpa vaksinasi sedangkan Taiwan
dan Provinsi Cina diakui sebagai negara bebas dengan vaksinasi.
Penilaian risiko adalah proses mengevaluasi kemungkinan dan konsekuensi
biologis dan ekonomi dari pemasukan, pembentukan atau penyebaran bahaya
dalam wilayah negara pengimpor. Penilaian risiko pelepasan merupakan tahapan
awal dalam penilaian risiko yaitu memperkirakan kemungkinan suatu komoditas
impor yang terinfeksi atau terkontaminasi dengan bahaya dan menggambarkan
jalur biologis untuk bahaya yang akan diperkenalkan ke lingkungan hidup tertentu
(Sugiura dan Murray 2011). Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka tujuan
penilaian risiko pelepasan ini adalah untuk memperkirakan pelepasan secara
kualitatif masuknya virus PMK melalui daging ilegal dan mengestimasi jalur atau
rute pengangkutan daging ilegal yang paling berisiko terhadap PMK di perbatasan
darat Indonesia-Malaysia, yaitu Entikong, Kalimantan Barat. Hasil penilaian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kebijakan pemerintah untuk
meminimalisasi risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal ke Entikong.
11
METODE PENELITIAN
Tabel 3.3 Aturan penggabungan kemungkinan (likelihood) lebih dari satu risiko
parsial
Deskripsi Penilaian secara keseluruhan
Salah satu risiko partial adalah “sangat tinggi” Sangat tinggi
Lebih dari satu risiko parsial adalah “tinggi” Sangat tinggi
Salah satu risiko parsial adalah “tinggi” dan setiap risiko Sangat tinggi
parsial yang lain adalah “sedang”
Salah satu risiko parsial adalah“tinggi” dan risiko parsial yang Tinggi
lain tidak seluruhnya adalah “tinggi”
Semua risiko parsial adalah“sedang” Tinggi
Satu atau lebih risiko parsial adalah “sedang” Sedang
Semua risiko parsial adalah “rendah” Sedang
Satu atau lebih risiko parsial adalah “rendah” Rendah
Semua risiko parsial adalah “sangat rendah” Rendah
Satu atau lebih risiko parsial adalah “sangat rendah” Sangat rendah
Semua risiko parsial adalah “diabaikan” Dapat diabaikan
Sumber: Biosecurity Australia (2001)
Data yang digunakan dalam penilaian pelepasan ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diambil menggunakan teknik pengumpulan pendapat
pakar (expert opinion elicitation) dengan kuisioner, wawancara mendalam (in-
depth interview) dan pengamatan langsung di lapangan (observational study).
Data sekunder diperoleh dari publikasi ilmiah dan tulisan atau data yang tidak
dipublikasi (statistik, literatur, dokumen, dan laporan instansi berwenang).
Responden pada penilaian pelepasan ini adalah pelintas batas yang terdiri dari
penumpang, pengemudi, dan petugas perbatasan yang dipilih secara purposive
sampling atau secara sengaja dengan mempertimbangkan pekerjaan dan kesediaan
responden untuk diwawancara.
Ketidakpastian (Uncertainty)
Ketidakpastian (uncertainty) adalah kurangnya pengetahuan tentang nilai-
nilai parameter atau faktor tertentu yang dinilai atau diukur. Dugaan risiko
memiliki tingkat ketidakpastian dan dinyatakan secara kualitatif dengan tiga
kategori (EFSA 2006) sebagaimana Tabel 3.4.
Penilaian pelepasan melihat seberapa besar risiko pelepasan virus PMK dari
Malaysia ke Entikong melalui pemasukan daging ilegal (Gambar 3.1).
Berdasarkan alur tersebut, terdapat tiga kemungkinan (likelihood=L) yang dinilai
yaitu kemungkinan daging berasal dari negara/zona endemis PMK (L1),
kemungkinan jenis daging sebagai sumber infeksi PMK (L2) dan kemungkinan
jalur atau rute pengangkutan daging ilegal yang paling berisiko terhadap
masuknya virus PMK ke Entikong (L3).
Yes No
Daging beku, tanpa Daging dingin, tanpa Daging beku bertulang, Jeroan beku, tanpa tulang,
Jeroan beku, tanpa limfo-
tulang,
tulang tanpa
dan limfo-
limfo- tulang dan limfo-glandula tanpa limfo-glandula, tanpa limfo-glandula
L2 glandula
glandula (frozen meat, (chilled meat deboned, (frozen meat bone in, (frozen offal, deboned,
(frozen offal, deglanded)
deboned, deglanded) deglanded) deglanded) deglanded)
ENTIKONG
Release Release Release No Release
Gambar 3.1 Alur tapak risiko pelepasan virus PMK dari Malaysia ke Entikong
melalui pemasukan daging ilegal
Daging ilegal yang masuk ke Entikong bukan hanya berasal dari Malaysia
tetapi dari berbagai negara/zona. Daging dibawa masuk melalui Tebedu, yaitu pos
pemeriksaan perbatasan Indonesia-Malaysia yang berada di wilayah Malaysia,
selanjutnya masuk ke wilayah Indonesia melalui Pos Pemeriksaan Lintas Batas
(PPLB) Entikong. Tidak dilakukan survei mengenai pemeriksaan yang dilakukan
oleh petugas perbatasan di Tebedu Malaysia.
14
Tabel 3.5 Penilaian kemungkinan daging berasal dari negara/zona endemis PMK
Hasil
Nodus Deskripsi Sumber data
penilaian
Daging berasal dari - Asal negara/zona daging tidak Sedang Wawancara
negara/zona tidak mampu telusur, daging diperoleh (moderate) 64 penumpang
diketahui dari berbagai tempat, kemasan dan pengemudi
daging berupa plastik tanpa merk
(dalam bentuk curah)
- Jumlah daging yang berasal dari
negara/zona tidak diketahui
diperkirakan sebanyak 50%
Daging berasal dari - Kasus PMK pada hewan domestik Rendah Disease timelines
Thailand masih ditemukan di Thailand (low) OIE (2015)
- Asal daging tidak mampu telusur,
kemasan daging berupa plastik Wawancara
tanpa merk (dalam bentuk curah) 64 penumpang
- Jumlah daging yang berasal dari dan pengemudi
Thailand diperkirakan sebanyak
2%
15
Daging berasal dari - Kasus PMK masih ditemukan Rendah Disease timelines
India pada satu zona atau lebih di India (low) OIE (2015)
- Asal daging mampu telusur, Wawancara
kemasan plastik bermerk tertera 5 pedagang daging
nama produsen (unit usaha)
- Jumlah daging yang berasal dari
India diperkirakan sebanyak 8%
Tabel 3.6 Penilaian kemungkinan jenis daging ilegal merupakan sumber infeksi
PMK
Hasil
Nodus Deskripsi Sumber data
penilaian
Daging beku tanpa - Daging beku tanpa tulang, Amat sangat Henderson dan
tulang, tanpa limfo- tanpa limfo-glandula aman dari rendah Brooksby
glandula (frozen meat virus PMK jika dilayukan, (extremely (1948);
deboned, deglanded) low) Pharo (2002)
sehingga nilai pH < 6.0
Wawancara
- Daging beku tanpa tulang tanpa penumpang
limfo-glandula diasumsikan dan pengemudi
belum dapat dipastikan
16
Daging dingin tanpa - Daging dingin tanpa tulang, Amat sangat Pharo (2002)
tulang, tanpa limfo- tanpa limfo-glandula aman dari rendah Wawancara
glandula (chilled meat virus PMK jika dilayukan, (extremely penumpang
deboned, deglanded) low) dan pengemudi
sehingga nilai pH <6.0
- Diasumsikan bahwa daging
dingin tanpa tulang, tanpa
limfo-glandula belum dapat
dipastikan seluruhnya telah
melalui proses pelayuan
selama minimal 24 jam
sehingga nilai pH belum turun
di bawah 6.0
- Jumlah daging dingin tanpa
tulang tanpa limfo-glandula
yang masuk diperkirakan
sebesar 22%
Daging beku bertulang, - Daging beku bertulang, tanpa Sedang Paton et al.
tanpa limfo-glandula limfo-glandula dapat sebagai (moderate) (2010)
(frozen meat bone-in, sumber infeksi PMK karena Wawancara
deglanded) penumpang
virus masih ditemukan di
dan pengemudi
dalam tulang, walaupun
jumlahnya lebih banyak pada
bagian sumsum tulang
- Jumlah daging beku bertulang,
tanpa limfo-glandula
diperkirakan sebesar 12%
Jeroan beku (frozen - Jeroan beku (frozen liver), Sedang Cottral et al.
liver) tanpa limfo- tanpa limfo-glandula dapat (moderate) (1960);
glandula (frozen offal sebagai sumber infeksi PMK, Henderson dan
deglanded) Brooksby
karena selama empat bulan
(1948);
virus masih terdeteksi Ryan et al.
- Jumlah jeroan beku, tanpa (2008)
limfo-glandula yang masuk Wawancara
diperkirakan sebesar 5% penumpang
dan pengemudi
17
Tabel 3.8 Ringkasan hasil penilaian kemungkinan daging berasal dari negara/zona
endemis PMK (L1 x L2)
Kemungkinan (L 2)
Daging beku Daging dingin Daging beku Jeroan beku
tanpa tulang tanpa tulang bertulang, tanpa limfo-
dan limfo- dan limfo- tanpa limfo- glandula
Kemungkinan glandula glandula glandula (frozen offal
(Likelihood) (frozen meat (chilled meat (frozen meat deglanded)
deboned, deboned, bone in, (Sedang)
deglanded) deglanded) deglanded)
(Amat sangat (Amat sangat (Sedang)
rendah) rendah)
Daging berasal dari Amat sangat Amat sangat Rendah Rendah
negara/zona tidak rendah rendah
diketahui
(Sedang)
Tabel 3.9 Ringkasan hasil penilaian pelepasan virus PMK melalui pemasukan
daging ilegal dari Malaysia ke Entikong berdasarkan jalur
pengangkutan
Kemungkinan jalur pengangkutan (L3)
Kemungkinan Non- Kendaraan Kendaraan
(L1 x L2) kendaraan muatan besar muatan kecil
(Tinggi) (Rendah) (Sangat rendah)
Daging beku tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari negara/zona tidak rendah rendah rendah
diketahui
(Amat sangat rendah)
Daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari negara/zona tidak rendah rendah rendah
diketahui
(Amat sangat rendah)
Daging beku bertulang, tanpa limfo- Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
glandula berasal dari negara/zona tidak
diketahui
(Rendah)
Jeroan beku tanpa limfo-glandula berasal Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
dari negara/zona tidak diketahui
(Rendah)
Daging beku tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari zona Semenanjung rendah rendah rendah
Malaysia
(Amat sangat rendah)
Daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari zona Semenanjung rendah rendah rendah
Malaysia
(Amat sangat rendah)
Daging beku bertulang, tanpa limfo- Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
glandula berasal dari zona Semenanjung
Malaysia
(Rendah)
Jeroan beku tanpa limfo-glandula berasal Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
dari zona Semenanjung Malaysia
(Rendah)
Daging beku tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari Thailand rendah rendah rendah
(Amat sangat rendah)
Daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari Thailand rendah rendah rendah
(Amat sangat rendah)
Daging beku bertulang, tanpa limfo- Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
glandula berasal dari Thailand
(Rendah)
22
Jeroan beku tanpa limfo-glandula berasal Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
dari Thailand
(Rendah)
Daging beku tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari India rendah rendah rendah
(Amat sangat rendah)
Daging dingin tanpa tulang, tanpa limfo- Amat sangat Amat sangat Amat sangat
glandula berasal dari India rendah rendah rendah
(Amat sangat rendah)
Daging beku bertulang, tanpa limfo- Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
glandula berasal dari India
(Rendah)
Jeroan beku tanpa limfo-glandula berasal Rendah* Sangat rendah Sangat rendah
dari India
(Rendah)
SIMPULAN
PENDAHULUAN
Indonesia telah dinyatakan bebas PMK sejak sekitar 30 tahun yang lalu,
sehingga berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk tetap
mempertahankan status bebas tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan
importasi hewan dan produknya hanya dari negara/zona bebas PMK. Sementara
negara tetangga Indonesia seperti Malaysia merupakan negara dengan status
belum seluruhnya bebas PMK, masih ada beberapa zona dengan kasus PMK.
Salah satu daerah yang berisiko terhadap PMK karena berbatasan secara langsung
melalui darat dengan Malaysia adalah Entikong di Kalimantan Barat.
Penyakit mulut dan kuku sangat menular ke hewan berkuku belah, transmisi
dilaporkan terjadi melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi, aerosol,
semen, produk makanan, dan fomites (Harada et al. 2015). Morbiditas penyakit ini
sangat tinggi tetapi mortalitasnya rendah dan sangat cepat menular (highly
contagious) (Rushton dan Jones 2013).
Daging yang mengandung virus PMK aktif dapat menjadi pemicu
munculnya PMK, terutama jika daging terkontaminasi diberikan sebagai pakan
babi. Sebagaimana yang terjadi pada wabah PMK di Great Britain (Inggris Raya)
tahun 2001, diperkirakan karena pemberian pakan babi dari sisa makanan yang
mengandung daging. Pemberian pakan jenis ini diperkirakan sejak tahun 2000
terhadap 82 000 babi (1.4% populasi babi) di Inggris Raya (Hartnett et al. 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk menilai berapa besar risiko pendedahan virus
PMK melalui pemasukan daging ilegal di perbatasan darat Entikong. Diharapkan
melalui penelitian ini diketahui faktor-faktor yang kemungkinan dapat memicu
terdedahnya virus PMK ke hewan rentan dan selanjutnya akan diketahui upaya-
upaya pencegahannya.
METODE PENELITIAN
Penilaian pendedahan adalah menilai risiko kemungkinan hewan rentan
menjadi terdedah oleh virus PMK pada dosis yang cukup untuk menyebabkan
terjadinya infeksi, setelah agen penyakit telah memasuki wilayah Entikong.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan enam kategori kemungkinan
(likelihood) yang mengacu pada Biosecurity Australia (2001) (Tabel 4.1).
25
Tabel 4.3 Aturan penggabungan kemungkinan (likelihood) lebih dari satu risiko
parsial
Deskripsi Penilaian secara keseluruhan
Salah satu risiko partial adalah “sangat tinggi” Sangat tinggi
Lebih dari satu risiko parsial adalah “tinggi” Sangat tinggi
Salah satu risiko parsial adalah “tinggi” dan setiap risiko Sangat tinggi
parsial yang lain adalah “sedang”
Salah satu risiko parsial adalah“tinggi” dan risiko parsial yang Tinggi
lain tidak seluruhnya adalah “tinggi”
Semua risiko parsial adalah“sedang” Tinggi
Satu atau lebih risiko parsial adalah “sedang” Sedang
Semua risiko parsial adalah “rendah” Sedang
26
Data yang digunakan dalam penilaian pendedahan ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer diambil menggunakan teknik pengumpulan
pendapat pakar (expert opinion elicitation) dengan kuisioner, wawancara
mendalam (in-depth interview) dan pengamatan langsung di lapangan
(observational study). Data sekunder diperoleh dari publikasi ilmiah dan tulisan
atau data yang tidak dipublikasi (statistik, literatur, dokumen, dan laporan instansi
berwenang). Responden pada penilaian pendedahan ini adalah pelintas batas,
petugas perbatasan, pemilik rumah makan, dan pedagang daging yang dipilih
secara purposive sampling atau secara sengaja dengan mempertimbangkan
pekerjaan dan kesediaan responden untuk diwawancara.
Ketidakpastian (Uncertainty)
Ketidakpastian (uncertainty) adalah kurangnya pengetahuan tentang nilai-
nilai parameter atau faktor tertentu yang dinilai atau diukur. Dugaan risiko
memiliki tingkat ketidakpastian dan dinyatakan secara kualitatif dengan tiga
kategori (EFSA 2006) sebagaimana Tabel 4.4.
Gambar 4.1 Alur pendedahan virus PMK melalui pemasukan daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong
sampah akhir. Tabel 4.5 menunjukkan penilaian pendedahan virus PMK ke hewan
rentan di lingkungan sekitar tempat penjualan daging ilegal.
Tabel 4.5 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK dari kemasan daging
mengandung serpihan-serpihan daging yang dibuang ke lingkungan
sekitar tempat penjualan daging
Hasil
Nodus Deskripsi Sumber data
penilaian
Kemungkinan daging Ditemukan ada daging ilegal Sangat Wawancara
ilegal terkontaminasi di tempat penjualan daging rendah pedagang daging
terdedah di tempat
penjualan daging (L1)
Tabel 4.7 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar rumah tangga
dari limbah cair mengandung serpihan-serpihan daging yang dibuang ke
lingkungan (selokan)
Nodus Deskripsi Hasil penilaian Sumber data
Kemungkinan pendedahan Daging ilegal dibawa ibu- Rendah Wawancara
daging ilegal di rumah tangga ibu rumah tangga untuk ibu rumah
(L1) bahan masakan tangga
Tabel 4.8 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di sekitar rumah tangga
dari limbah cair mengandung serpihan daging yang dibuang ke
lingkungan (sungai)
Nodus Deskripsi Hasil penilaian Sumber data
Kemungkinan pendedahan Daging ilegal dibawa ibu- Rendah Wawancara
daging ilegal di rumah tangga ibu rumah tangga untuk ibu rumah
(L1) bahan masakan tangga
Kemungkinan limbah cair Limbah cair rumah tangga Amat sangat Wawancara
mengandung serpihan- dialirkan ke sungai rendah ibu rumah
serpihan daging perbatasan (Sekayam) tangga
terkontaminasi terdedah di
lingkungan (sungai) (L3)
Rendah x Amat sangat rendah x Amat sangat rendah =
Penilaian
Dapat diabaikan
Ketidakpastian (uncertainty) Rendah
Tabel 4.10 Penilaian kemungkinan pendedahan virus PMK di tempat lain di luar
Entikong
Nodus Deskripsi Hasil penilaian Sumber data
Kemungkinan Pengemudi menyatakan daging Sangat rendah Pengemudi,
pendedahan virus PMK ilegal terkontaminasi dibawa ke petugas
di tempat lain di luar tempat lain di luar Entikong dinas
Entikong (L1) dengan menggunakan bus besar, peternakan
bus sedang, minibus, ambulans;
Asumsi tidak ada hewan rentan
terinfeksi virus PMK dari daging
terkontaminasi yang dibawa ke
tempat lain di luar Entikong,
tidak ditemukan gejala klinis
PMK
Penilaian Sangat rendah
Ketidakpastian
Rendah
(uncertainty)
Kemungkinan atau likelihood hewan rentan terpapar virus PMK dari daging
ilegal yang dibawa ke tempat lain di luar Entikong dinilai sangat rendah dengan
nilai ketidakpastian rendah. Nilai risiko sangat rendah diartikan bahwa
pendedahan virus PMK melalui pemasukan daging ilegal pada hewan rentan
memiliki kemungkinan kejadiannya sangat jarang terjadi. Penilaian sangat rendah
didasarkan bahwa tidak diketahui peruntukkan daging yang dibawa ke tempat lain
di luar Entikong dan tidak dapat dijelaskan proses pendedahannya. Meskipun
jumlah daging yang dibawa ke luar Entikong kemungkinan jumlahnya kecil,
namun hal tersebut tidak dapat diabaikan. Daging yang dibawa apabila
mengandung virus PMK aktif dapat menjadi risiko munculnya PMK, terutama
apabila daging terkontaminasi diberikan sebagai pakan babi. Sebagaimana yang
34
terjadi pada wabah PMK di Great Britain (Inggris Raya) tahun 2001. Diperkirakan
wabah terjadi karena pemberian pakan babi dari sisa makanan yang mengandung
daging. Pemberian pakan jenis ini, diperkirakan sejak tahun 2000 terhadap 82 000
babi (1.4% populasi babi) di Inggris Raya (Hartnett et al. 2007).
ketidakpastian adalah rendah (Tabel 4.11). Hasil penilaian risiko sangat rendah
mempunyai arti bahwa pendedahan virus PMK ke hewan rentan kemungkinan
kejadiannya sangat jarang terjadi melalui pemasukan daging ilegal ke Entikong.
Meskipun hasil penilaian risiko pendedahan sangat rendah, namun kondisi ini
tidak dapat diabaikan, harus tetap diupayakan daging ilegal tidak terdedah ke
hewan rentan PMK. Upaya mencegah hewan rentan tidak terdedah, misalnya
dengan tindakan membuang limbah dari daging pada tempatnya, tidak
memberikan pakan mentah asal daging ke babi. Upaya pencegahan tersebut
sebaiknya disosialisasikan terus-menerus kepada masyarakat di sekitar perbatasan.
Berdasarkan hasil penilaian pendedahan tersebut, dijelaskan juga bahwa
kemungkinan kejadian pendedahan virus PMK yang memiliki risiko paling tinggi
adalah di tempat lain di luar Entikong dengan hasil penilaian sangat rendah.
Pertimbangan bahwa pendedahan di tempat lain di luar Entikong lebih berisiko
dibandingkan di tempat yang lain adalah peruntukkan daging ilegal yang dibawa
ke tempat lain di luar Entikong tidak diketahui sehingga tidak dapat dijelaskan
pendedahan yang terjadi ke hewan rentan PMK. Kondisi ini perlu menjadi
perhatian, mengingat pendedahan ke tempat lain di luar Entikong atau ke tempat
lain yang lebih jauh bisa saja terjadi sehingga harus dilakukan upaya pencegahan.
Berbeda dengan hasil penilaian risiko yang dilakukan di Inggris Raya oleh
Hartnett et al. (2007), babi liar merupakan hewan yang dapat terinfeksi virus
PMK. Babi liar terpapar dari tempat penampungan sampah atau human carriage.
Mayoritas virus melewati jalur konsumsi rumah tangga kemudian menjadi limbah.
Virus PMK sangat sensitif terhadap kondisi asam dan temperatur yang tinggi dan
kemungkinan tidak akan bisa hidup dengan kondisi asam pada usus manusia serta
kondisi proses perlakuan sampah. Sejak kasus PMK di Inggris Raya tahun 2001
diberlakukan larangan untuk tidak memberikan sisa makanan yang mengandung
daging atau produknya sebagai pakan babi dan unggas.
SIMPULAN
Penilaian pendedahan virus PMK ke hewan rentan dari daging ilegal secara
keseluruhan dinilai risikonya sangat rendah, dengan nilai ketidakpastian adalah
rendah. Hasil penilaian tersebut menjelaskan bahwa pendedahan virus PMK ke
hewan rentan kemungkinan kejadiannya sangat jarang terjadi melalui daging
ilegal yang masuk ke Entikong. Penilaian diperoleh melalui evaluasi
kemungkinan hewan rentan terdedah di tempat penjualan daging, kemungkinan
hewan rentan terdedah di rumah tangga, kemungkinan hewan rentan terdedah dari
rumah makan dan kemungkinan hewan rentan kontak dari daging yang dibawa ke
luar Entikong. Risiko pendedahan yang paling tinggi adalah kemungkinan
pendedahan virus PMK pada pemasukan daging yang dibawa ke luar Entikong
karena tidak diketahui peruntukkan daging tersebut, sehingga risikonya dinilai
lebih tinggi dibandingkan dengan kemungkinan pendedahan di tempat lainnya.
36
PENDAHULUAN
Penilaian dampak dilakukan untuk menilai setiap bahaya yang diidentifikasi
berdasarkan pada dampak langsung dan tidak langsung dari kejadian penyakit.
Dampak langsung meliputi dampak infeksi penyakit pada hewan dan kehilangan
produksi, dampak kesehatan masyarakat, dan dampak buruk terhadap lingkungan.
Dampak tidak langsung meliputi biaya pengawasan dan pengendalian, biaya
kompensasi, potensi kerugian perdagangan, konsekuensi sosial dan dampak buruk
pada industri lain (AQIS 2000). Menurut Sugiura dan Murray (2011), estimasi
risiko adalah penggabungan hasil penilaian pelepasan, pendedahan dan dampak
untuk dapat menyimpulkan estimasi risiko dari bahaya (hazard).
Menurut Forman et al. (2009), PMK memiliki dampak sosial ekonomi yang
luas di negara berkembang pada tingkat makro ekonomi dan rumah tangga.
MoARD (2007) menyatakan bahwa dampak sosial ekonomi PMK yang terjadi di
Ethiopia menjadi signifikan, dimana jumlah sapi sekitar 71% dari total biomassa
ternak sehingga memainkan peran ganda di dalam rumah tangga dan ekonomi
nasional, hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Jibat et al. (2013). Dampak
ekonomi akibat PMK diperkirakan sangat penting, karena penyakit ini
menyebabkan kerugian produksi terbesar pada sapi dan babi, khususnya pada
sistem pemeliharaan yang dikelola secara intensif. PMK merupakan faktor
penentu penting terhadap perdagangan internasional produk hewan dan
keberadaan PMK merupakan penghambat efektif dari pemasaran produk hewan
tersebut dengan harga tertinggi. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk
pengawasan, pengendalian dan pemberantasan PMK. Upaya-upaya dalam
berbagai bidang telah berhasil dilakukan seperti banyak negara/zona di dunia
sekarang telah bebas dari PMK atau situasi penyakit di negara/zona tersebut telah
dapat dikendalikan. Potensi negara pengekspor dan tipe sistem peternakan yang
terdapat dalam suatu negara akan mendorong dilakukannya kegiatan pengawasan
terhadap suatu penyakit (James dan Rushton 2002).
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian dampak risiko secara
kualitatif terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan darat
Entikong. Selain menilai dampak risiko apabila virus PMK masuk melalui daging
ilegal di perbatasan darat Entikong, penelitian ini juga bertujuan mengestimasi
risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal secara keseluruhan.
METODE PENELITIAN
Penilaian Dampak (Consequence Assessment)
Metode penilaian dampak dilakukan dengan wawancara mendalam dan
studi literatur untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penilaian
dampak. Data pada penilaian dampak bersumber dari responden sebagai
37
Keterangan: DD= dapat diabaikan; SR=sangat rendah; R=rendah; S=sedang; T=tinggi; E= ekstrim
Sumber: Biosecurity Australia (2001)
Tabel 5.4 Penilaian dampak masuknya virus PMK melalui daging ilegal dari
Malaysia ke Entikong
Hasil
No Dampak Lokal Kota Provinsi Nasional
Penilaian
Dampak langsung
1 Dampak kejadian PMK terhadap V G
kesehatan hewan yaitu hewan
domestik maupun satwa liar
(morbiditas, mortalitas, imunitas
dan kerugian produksi)
2 Dampak yang mempengaruhi V E
perdagangan (kehilangan peluang
ekspor produk hewan) dan
pengendalian lalu lintas daging
dan hewan berisiko PMK lainnya
di dalam negeri dan antar negara
serta manajemen peternakan
3 Dampak kejadian PMK terhadap V A
kesehatan masyarakat
Dampak tidak langsung
1 Peningkatan biaya eradikasi V G
penyakit, monitoring dan
surveilans pada hewan
2 Dampak lingkungan (penurunan V D
pendapatan pelaku perdagangan
daging ilegal)
(divaksinasi atau tidak divaksinasi). Pada kerbau Afrika, diperkirakan tingkat atau
level sebagai pembawa mencapai 50-70%, dan pada sapi dan domba dapat
bervariasi yaitu 15-50% (Alexandersen et al. 2002).
Meskipun PMK tidak mengakibatkan kematian tinggi pada hewan dewasa,
namun menimbulkan dampak yang sangat berat, termasuk kerugian karena
penurunan berat badan, penurunan produksi susu, dan hilangnya seluruh tenaga
dan pada akhirnya mengakibatkan hilangnya produktivitas untuk waktu yang
cukup lama. Kematian dapat tinggi pada hewan muda, karena virus dapat
mempengaruhi jantung. Sapi, domba dan kambing dapat menjadi karier, serta
hewan dapat didiami virus hingga 2 sampai 3 tahun (Brooksby 1982).
Dampak langsung terjadinya PMK di Entikong terhadap perdagangan yaitu
hilangnya peluang ekspor produk hewan misalnya kulit, pengendalian lalu lintas
daging dan hewan berisiko PMK lainnya di dalam negeri dan antar negara serta
manajemen peternakan adalah cukup signifikan di tingkat nasional (E).
Konsekuensi dari akan adanya kejadian PMK di Entikong adalah diberlakukannya
pelarangan pemasukan dan pengeluaran hewan rentan PMK dari dan ke wilayah
Entikong bahkan ke Pulau Kalimantan. Hal ini sangat berdampak juga terhadap
lalu lintas dan perdagangan daging dan hewan rentan lain yang berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri.
Dampak langsung kejadian PMK di Entikong terhadap kesehatan
masyarakat adalah sangat minor atau dapat diabaikan (A). Penilaian ini
berdasarkan sifat PMK yang zoonosis, tetapi dampaknya sangat kecil. Meskipun
kasus pada hewan sangat infeksius, namun kasus pada manusia sangat jarang
ditemukan. Kasus terakhir pada manusia dilaporkan terjadi di Inggris pada tahun
1966 (Vasickova et al. 2005). Selama wabah di Inggris pada tahun 2001, kasus
pada manusia tidak ada yang dilaporkan (Cook 2001). Menurut Prempeh et al.
(2001) dan Lopez-Sanchez et al. (2003), penularan ke manusia biasanya terjadi
sebagai akibat dari konsumsi susu mentah atau karena kontak langsung dengan
hewan yang terinfeksi. Penyebaran dari manusia satu ke manusia lainnya belum
pernah dilaporkan. Gejala PMK pada manusia termasuk malaise, demam, muntah,
lesi ulseratif kemerahan (permukaan mengikis spot rusak) dari jaringan mulut, dan
kadang-kadang lesi vesikular (lepuh kecil) pada kulit. Jenis virus yang paling
sering diisolasi dari manusia adalah tipe O diikuti oleh tipe C dan jarang pada tipe
A. Periode inkubasi pada manusia agak bervariasi, kurang dari dua hari dan jarang
lebih dari enam hari. Pengobatan PMK berdasarkan gejala dan langkah profilaksis
dengan menghindari susu tidak dimasak dan kontak dekat dengan hewan yang
berpotensi terinfeksi (Lopez-Sanchez et al. 2003).
Dampak tidak langsung apabila ada kejadian PMK di Entikong yaitu akan
adanya peningkatan biaya eradikasi penyakit, monitoring dan surveilans pada
hewan yang dinilai cukup signifikan di tingkat nasional (E). Biaya eradikasi
penyakit adalah biaya tindakan pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah,
seperti vaksinasi, pengendalian wabah dan kadang-kadang pemusnahan. Menurut
Gelaye et al. (2005), pengendalian penyakit di India dan negara lainnya di bagian
timur sangat sulit dilakukan, terkait banyaknya populasi kambing, domba, dan
sapi yang dimiliki petani. Wabah PMK yang terjadi di negara-negara kawasan
Asia seperti Malaysia, Philipina, Jepang, Taiwan dapat dikendalikan, demikian
juga yang baru terjadi di China. Namun, perpindahan hewan yang tidak terkontrol
41
Tabel 5.5 Perkiraan risiko masuknya virus PMK melalui daging ilegal di
perbatasan Entikong
Ketidakpastian
Tahapan Penilaian Hasil Penilaian
(uncertainty)
Penilaian Pelepasan Rendah (Low) Rendah (Low)
SIMPULAN
PENDAHULUAN
komunikasi yang dikelola dengan baik akan memastikan bahwa pesan yang
konstruktif dirumuskan, dikirim dan diterima. Setelah keputusan ditetapkan
adalah penting untuk berkomunikasi. Jika yang bersangkutan mengerti bagaimana
keputusan itu ditetapkan, maka mereka lebih cenderung untuk menerimanya,
bahkan meskipun mereka tidak setuju. Hal ini membuat komunikasi merupakan
batu penjuru terhadap transparansi (Zepeda 2004).
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menyusun manajemen
risiko dan komunikasi risiko berdasarkan hasil estimasi risiko yang telah
dilakukan terhadap masuknya virus PMK melalui daging ilegal di perbatasan
Entikong. Estimasi risiko keseluruhan terhadap masuknya virus PMK melalui
daging ilegal di perbatasan Entikong dinilai sangat rendah, sehingga tetap harus
dilakukan tindakan dalam menajemen risiko karena Indonesia sejak 30 tahun yang
lalu sudah bebas PMK dan kondisi tersebut harus tetap dipertahankan. Manajemen
risiko yang disusun diharapkan akan mengurangi tingkat risiko pemasukan virus
PMK melalui daging ilegal. Demikian juga dengan komunikasi risiko, dalam
setiap tahapan penilaian sebaiknya sudah diimplementasikan. Hasil manajemen
risiko ini diharapkan dapat menjadi bahan kebijakan pemerintah untuk dituangkan
dalam suatu regulasi berupa peraturan pemerintah, peraturan menteri, petunjuk
pelaksanaan, maupun petunjuk teknis.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di wilayah perbatasan darat Indonesia dan Malaysia
(Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat) yaitu di
Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) Entikong selama bulan Maret sampai Juni
2015. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Epidemiologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Data yang digunakan untuk peubah input dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer diambil menggunakan teknik pengumpulan
pendapat pakar (expert opinion elicitation), wawancara mendalam (in-depth
interview) dan pengamatan langsung di lapang. Data sekunder diperoleh dari
publikasi ilmiah dan tulisan atau data yang tidak dipublikasi (statistik, dokumen
dan laporan dari instansi berwenang).
Manajemen risiko disusun berdasarkan hasil penilaian risiko setiap tahapan
penilaian, selanjutnya dibandingkan dengan tingkat risiko yang dapat diterima
atau standar yang menjadi acuan. Pada penelitian ini, hasil manajemen risiko
dibandingkan dengan status dan situasi PMK di Indonesia. Manajemen risiko
dibahas untuk setiap tahapan penilaian meliputi penilaian pelepasan, penilaian
pendedahan, dan penilaian dampak. Selanjutnya manajemen risiko pada setiap
tahapan dianalisis, dipilih dan ditetapkan sebagai manajemen risiko yang paling
efektif untuk mengurangi risiko. Penilai risiko hanya mengusulkan pilihan atau
opsi manajemen risiko, dalam implementasinya hasil manajemen risiko akan
dituangkan dalam suatu regulasi oleh penentu kebijakan.
Komunikasi risiko disusun berdasarkan hasil penilaian risiko setiap tahapan
penilaian meliputi penilaian pelepasan, penilaian pendedahan, dan penilaian
dampak. Setiap tahapan penilaian sebaiknya dilakukan komunikasi risiko, sejak
46
dari pengambilan data penelitian, hasil penilaian hingga manajemen risiko telah
tersusun merupakan bagian dari komunikasi risiko yang efektif.
diberi informasi yang tepat dan benar, bahwa setiap lalu lintas hewan dan
produknya seharusnya disertai dengan sertifikat kesehatan/sanitasi yang
menjamin bahwa hewan atau produknya dalam kondisi sehat atau layak.
Sosialisasi kepada para peternak mengenai risiko penyebaran PMK perlu
dilakukan misalnya melalui penyuluhan-penyuluhan maupun penyebaran
informasi elektronik seperti radio dan televisi. Peningkatan jumlah sumber
daya manusia khususnya dokter hewan ataupun paramedis juga merupakan
salah satu program yang harus dilakukan mengingat hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap program kesehatan hewan di wilayah tersebut.
4. Surveilans dan monitoring di tempat-tempat berisiko tinggi.
Tindakan surveilans dan monitoring ini dimaksudkan agar dapat diketahui
secara dini adanya kasus atau infeksi di tempat-tempat berisiko tinggi. Daerah
berisiko tinggi terhadap PMK seperti di wilayah yang berbatasan langsung
dengan negara/zona endemis PMK, serta di wilayah yang banyak ditemukan
produk-produk hewan ilegal. Kewenangan ini sebaiknya dilakukan oleh
pemerintah pusat berkoordinasi dengan pemerintah daerah yang membidangi
fungsi kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner serta
berkoordinasi dengan unit pelaksana teknis pengujian veteriner di wilayahnya.
Menurut Hadorn dan Stark (2008), sistem surveilans kesehatan hewan pada
suatu negara menghasilkan informasi tentang kesehatan dan status penyakit
dari populasi hewan yang akan dipergunakan untuk melaporkan, menilai dan
mengelola risiko serta mengetahui dampak dari penyakit hewan pada
perdagangan internasional, kesehatan masyarakat, produksi hewan dan
kesejahteraan hewan. Informasi yang dihasilkan melalui sistem surveilans
didasarkan pada dua pendekatan yaitu surveilans aktif dan pasif. Sementara
surveilans aktif didefinisikan sebagai koleksi sampel oleh otoritas kesehatan
hewan untuk mengumpulkan informasi tentang penyakit tertentu dalam
populasi. Surveilans pasif didefinisikan sebagai pelaporan tersangka kasus
klinis kepada otoritas kesehatan hewan oleh pemilik hewan, praktisi atau
inspektur (Doherr dan Audige 2001; Hadorn dan Stark 2008).
Pelintas
batas,
Petugas
pedagang, PEMUSNAHAN
dinas ,
petugas
peternak,
perbatasan,
UPT lab
petugas
dinas
Formal &
SOSIALISASI Non-formal
Stakeholder
Gambar 6.1 Alur komunikasi risiko terhadap masuknya virus PMK melalui
daging ilegal dari Malaysia ke Entikong
SIMPULAN
7 PEMBAHASAN UMUM
fakta di lapang bahwa adat dan istiadat masyarakat perbatasan Entikong masih
kuat berpengaruh terhadap arus masuk barang-barang ke Entikong. Sebagai
contoh, pada saat penelitian ini dilakukan, pihak Bea dan Cukai PPLB
Entikong menutup pintu pemeriksaan barang, dengan tujuan untuk
memperketat pemasukan barang-barang ilegal. Tindakan ini mengakibatkan
timbulnya gejolak pada masyarakat. Pemimpin adat tidak diam begitu saja,
massa digerakkan dengan melakukan demonstrasi. Selain itu pemimpin adat
juga memasang tiang/tongkat di pintu masuk PPLB. Tiang tersebut sebagai
tanda yang menunjukkan bahwa siapapun tidak boleh membuka pintu atau
melepas tiang tersebut karena akan dikenai sanksi adat. Tujuan pemimpin adat
melakukan pemasangan tiang adalah supaya tuntutannya diperhatikan oleh
pemerintah pusat, agar pintu pemeriksaan dibuka kembali dengan
mengatasnamakan kepentingan masyarakat perbatasan. Tidak segan-segan
pemimpin adat “tetua” untuk “memantrai” instansi atau siapapun yang
mencoba untuk menghalangi maksud dan tujuan mereka. Ini merupakan
kendala utama petugas perbatasan untuk menegakkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Jasa pengangkut atau kuli panggul/pikul/dorong mengangkut daging-
daging ilegal tidak melewati pintu resmi pemasukan di PPLB Entikong.
Mereka menyelinap, sembunyi dan menghindar dari pengawasan petugas. Hal
ini dilakukan dalam situasi hiruk-pikuk para pelintas batas, pada saat ada
kendaraan melintas (ramai) dan saat para petugas sibuk melakukan
pemeriksaan, para kuli panggul/pikul/dorong menyelinap di pintu-pintu masuk
PPLB Entikong. Mereka melewati pinggir-pinggir pagar PPLB Entikong,
seperti layaknya pejalan kaki biasa. Mereka memanggul barang memakai kain
gendongan, menggunakan gerobak dorong dan ada pula yang menenteng
daging menggunakan kantong plastik. Aktifitas jasa/kuli/tukang
pikul/dorong/tenteng sepertinya merupakan kegiatan yang sudah tidak asing
lagi bagi petugas di PPLB. Petugas kemungkinan menduga bahwa barang-
barang yang diangkut adalah barang-barang yang tidak berbahaya atau tidak
memiliki risiko atau merupakan kebutuhan masyarakat setempat. Cara
membawa barang dengan memanggul atau memikul merupakan suatu hal yang
langka dan unik. Sebagian besar kuli panggul/pikul/dorong adalah ibu-ibu
rumah tangga yang menjual jasanya kepada para “bos” dengan diberi upah
borongan. Kemungkinan lain yang menyebabkan petugas di PPLB tidak peduli
lagi atau berkesan seperti membiarkan kondisi ini karena pengaruh hukum adat
setempat yang masih berlaku.
Adanya ketimpangan dalam pembangunan antara wilayah perbatasan
Entikong di Indonesia dengan wilayah Tebedu di Malaysia harus menjadi
perhatian pemerintah. Fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan sosial
masyarakat minimal harus sama dengan kondisi negara tetangga seperti
sekolah, rumah sakit, dan rumah ibadah. Jika fasilitas tersebut sudah terpenuhi,
maka kondisi tersebut akan sangat membantu pola pikir masyarakat untuk
hidup lebih maju dan mandiri sehingga bisa membangun daerahnya sendiri,
tidak tergantung pada wilayah/daerah lain atau negara tetangga.
Berdasarkan analisa dari berbagai aspek di atas, maka hasil analisa risiko ini
dapat digunakan sebagai bahan untuk menganalisis secara ekonomi veteriner
akibat dari pemasukan daging dari negara/zona endemis PMK secara ilmiah.
56
Saran
DAFTAR PUSTAKA
MacDiarmid SC, Thompson EJ. 1997. The potential risks to animal health from
imported sheep and goat meat. Rev Sci Tech Off Int Epizoot. 16:45-56.
Mahy BWJ. 2005. Introduction and history of foot-and-mouth disease virus. Di
dalam: Compans RW, Cooper MD, Kyoto TH, Koprowski H, Melchers F,
Basel, Oldstone MBA, Olanes S, Oslo, Potter M, Vogt PK, editor. Foot-and-
mouth disease virus. 288 Current topics in microbiology and immunology.
Springer , Atlanta (US).
[MoARD] Ministry of Agriculture and Rural Development. 2007. Livestock
Development Master Plan Study. Phase I Report – Data Collection and
Analysis. Volume B – Meat Production. Ministry of Agriculture and Rural
Development, Government of Ethiopia, Addis Ababa, Ethiopia (ET).
[OIE] Office International des Epizooties. 2004. Handbook on import risk
analysis for animals and animal products. Quantitative risk assessment.
Volume 2. Paris (FR): World Organization for Animal Health.
[OIE] Office International des Epizooties. 2009. Foot-and-mouth disease. OIE
Technical Disease Card. [internet]. [diunduh 2016 Agustus 15]. Tersedia pada:
http:www.oie.int. Paris (FR): World Organization for Animal Health.
[OIE] Office International des Epizooties. 2012. Animal Health Information.
[internet]. [diunduh 2013 Oktober 15]. Tersedia pada:
http://www.oie.int/wahis_2/public/wahid.php/Countryinformation/Animalsitua
tion. Paris (FR): World Organization for Animal Health.
[OIE] Office International des Epizooties. 2013. Terrestrial Animal Health Code
Chapter 2.1. Import Risk Analysis. [internet]. [diunduh 2013 Oktober 13].
Tersedia pada : http://www.oie.int/index.php?id=169danL=0danhtmfile=
chapitre_1.2.1.htm. Paris (FR): World Organization for Animal Health.
[OIE] Office International des Epizooties. 2015. World Animal Health
Information Database (WAHIS Interface). [internet]. [diunduh 2015 Oktober
15]. Tersedia pada : http://www.oie.int/wahis_2/public/wahid.php/Country
information/Countrytimelines. Paris (FR): World Organization for Animal
Health.
[OIE] Office International des Epizooties. 2016. Foot-and-mouth disease. Chapter
8.8 Infection with Foot and Mouth Disease Virus. [internet]. [diunduh 2016
Agustus 10]. Tersedia pada : http:www.oie.int. Paris (FR): World Organization
for Animal Health.
Paton DJ, Sinclair M, Rodriguez R. 2010. Qualitative assessment of the
commodity risk for spread of foot-and-mouth disease associated with
international trade in deboned beef. Transbound Emerg Dis. 57:115-134.
Paton D J, Sinclair M, Rodriguez R. 2011. Qualitative risk assessment of the
spread of foot-and-mouth disease by International trade in deboned beef.
Technical Series OIE Volume 11. Paris (FR): World Organization for Animal
Health.
Peeler EJ, Reese RA, Trush MA. 2013. Animal disease import risk analysis - a
review of current methods and practices. Transbound Emerg Dis. 62:1-11.
Pharo HJ. 2002. Foot-and-mouth disease: an assessment of the risk facing New
Zealand. J New Zealand Vet. 50(2):46-55.
Prempeh H, Smith R, Muller B. 2001. Foot-and-mouth disease: the human
consequences. The health consequences are slight, the economic ones huge.
J British Med. 322:565-566.
61
Ressang AA. 1988. Penyakit Viral Pada Hewan. Jakarta (ID): Penerbit
Universitas Indonesia.
Rushton J, Jones TK. 2013. The impact of foot-and-mouth disease. Rev Sci Tech
Off Int Epizoot. (1):1-27.
Rweyemamu MPR, Mackay D, Sumption K, Brownlie J, Leforban Y, Valarcher
JF. 2008. Epidemiological patterns of foot-and-mouth disease worldwide.
Transbound Emerg Dis. 55:57-72.
Ryan ED, Mackay D, Donaldson A. 2008. Foot-and-mouth disease virus
concentrations in products of animal origin. Transbound Emerg Dis. 55:89-98.
Sanjaya AW, Sudarwanto M, Soejoedono RR, Purnawarman T, Lukman DW,
Latif H. 2007. Higiene Pangan. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan.
IPB. Bogor (ID): IPB.
Situmorang B. 2015. Internalisasi Nawacita: Membangun Kawasan Perbatasan
dalam perspektif Tata Ruang dan Pertanahan. Buletin Tata Ruang dan
Pertanahan Edisi I. Jakarta (ID):TRP.
Sugiura K, Murray N. 2011. Risk analysis and its link with standards of the World
Organisation for Animal Health. Rev Sci Tech Off Int Epizoot. 30(1):281-288.
Subramaniam S, Mohapatra JK, Das B, Sanyal A, Pattnaik B. 2015. Genetic and
antigenic analysis of foot-and-mouth disease virus serotype O responsible for
outbreaks in India during 2013. Infect Genet Evol. 30:59–64.
[SEAFMD] The South-East Asia Foot and Mouth Disease. 2013. [internet].
[diunduh 2014 Januari 2]. Tersedia pada: http://www.seafmd-
rcu.oie.int/index.php.
[SEACFMD] The South-East Asia and China Foot and Mouth Disease. 2011.
SEACFMD 2020 A roadmap to prevent, control and eradicate foot-and-mouth
disease (by 2020) in South-East Asia and China. 2nd Edition. Myanmar (MY).
[SIKAWAN] Sistem Karantina Hewan. 2014. Badan Karantina Pertanian.
[internet]. [diunduh 2014 September 13]. Tersedia pada:
http://www.karantina.deptan.go.id/. Jakarta (ID).
[SIKAWAN] Sistem Karantina Hewan. 2015. Badan Karantina Pertanian.
[internet]. [diunduh 2015 Nopember 6]. Tersedia pada:
http://www.karantina.deptan.go.id/. Jakarta (ID).
Thompson D, Muriel P, Russell D, Osborne P, Bromley A, Rowland M, Creigh-
Tyte S, Brown C. 2002. Economic costs of the foot-and-mouth disease
outbreak in the United Kingdom in 2001. Di dalam: Thomson GR, editor.
Foot-and-mouth disease: facing the new dilemmas. Rev Sci Tech Off Int
Epizoot. 21(3):675-688.
Thomson GR, Vosloo W, Bastos AD. 2003. Foot-and-mouth disease in wildlife.
Virus Res. 91:145-161.
[USAHA] United States Animal Health Association. 2008. Foot-and-mouth
disease. Di dalam: Foreign Animal Diseases. Boca publications group, Boca
Raton (US).
Vasickova P, Dvorska L, Lorencova A, Pavlik I. 2005. Viruses as a cause of
foodborne disease: review of the literature. Vet Med-Czech. 50(3):89-104.
Valarcher JF, Leforban Y, Rweyemamu M, Roeder PL, Gerbier G, Mackay DK,
Sumption KJ, Paton DJ, Knowles NJ. 2008. Incursions of foot-and-mouth
62
disease virus into Europe between 1985 and 2006. Transbound Emerg Dis.
55:14-34.
Zaher KS, Ahmed WM, Syame SM, El-Hewairy HM. 2008. Detection of health
hazard food born viruses in animal product anticipated for human consumption.
Global Vet. 2(4):192-197.
Zepeda C. 2004. Risk Communication. The OIE Collaborating Centre for Animal
Disease Surveillance Systems and Risk Analysis. Conf OIE. 1:187-192.
63
Data Responden:
Nama : ________________________________________
Alamat : Kelurahan : _____________________________
Kecamatan : _____________________________
Kota : _____________________________
No. Telp./HP : ________________________________________
18. Jika jawabannya Ya, tindakan apa yang dilakukan oleh petugas di
perbatasan?
Melakukan pemeriksaan
Melakukan penahanan/menyita
Membiarkan saja
Lain-lain, sebutkan.................................
66
20. Jika daging segar tersebut Anda beli, berapa kira-kira harga daging segar
tersebut setiap kilogramnya?
< Rp. 50.000,-
Rp. 50.000,- s/d Rp. 100.000,-
> Rp. 100.000,-
Lain-lain, sebutkan.................................
22. Berapa kira-kira rata-rata berat daging segar yang pernah Anda
bawa/angkut ?
< 5 kg
6 – 10 kg
11 – 50 kg
> 51 kg
Lain-lain, sebutkan :...................................................................
23. Pernahkah Anda melihat penumpang lain/orang lain atau kendaraan lain
membawa/mengangkut daging segar ?
Pernah
Tidak pernah (Jika jawaban Anda ‘Tidak pernah’, lanjutkan ke
pertanyaan No.30)
24. Tahukah Anda, siapa pemilik daging segar yang pernah Anda lihat
dibawa/diangkut ?
Ibu rumah tangga/personal
Penjual makanan (rumah makan, catering dll)
Pedagang daging eceran
Pedagang campuran
Perusahaan
Lain-lain, sebutkan :...................................................................
67
25. Bagaimana bentuk kemasan daging segar yang pernah Anda lihat
dibawa/diangkut ?
Karton/box dengan merk, sebutkan...............
Karton/box tanpa merk
Plastik dengan merk, sebutkan...............
Plastik tanpa merk
Styrofoam
Lain-lain, sebutkan :...................................................................
26. Apakah daging segar yang pernah Anda lihat dibawa orang lain dengan
menggunakan kendaraan ?
Ya
Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan No.
30)
28. Berapa kira-kira rata-rata berat daging segar yang pernah Anda lihat
dibawa orang lain?
< 5 kg
6 – 10 kg
11 – 50 kg
> 51 kg
Lain-lain, sebutkan :...................................................................
29. Apabila jawaban No.26 Tidak menggunakan kendaraan, dengan cara apa
daging segar tersebut dibawa ?
Berjalan kaki dengan dipikul/ditenteng
Lain-lain, sebutkan :.....................................................................
30. Apakah Anda pernah mendapat informasi mengenai Penyakit Mulut dan
Kuku (PMK)?
Ya
Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan No.
32)
31. Jika jawaban Anda Ya, darimana Anda mendapat informasi tersebut?
Penyuluhan
Media cetak (koran, poster, majalah dll)
Media elektronik (TV, radio dll)
Petugas pemerintah (dinas peternakan, karantina, dll)
68
Teman/saudara/kerabat
Lain-lain, sebutkan : .....................................................................
Pernyataan persetujuan
Selamat pagi/siang. Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) hendak melakukan wawancara
mengenai peluang masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal di
perbatasan Indonesia-Malaysia. Informasi ini akan membantu kami dalam
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan dapat menjadi informasi mengenai
peredaran daging di sekitar perbatasan. Wawancara akan berlangsung ± 30
menit. Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan
tidak akan ditunjukkan kepada orang lain. Partisipasi di dalam wawancara ini
bersifat sukarela dan kami berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena
informasi dari Bapak/Ibu sangat penting.
Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai?
Ya
Tidak
Jika tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia
diwawancarai
....................................................................................................................
Data Responden:
Nama : ________________________________________
Alamat : Kelurahan : _____________________________
Kecamatan : _____________________________
Kota : _____________________________
No. Telp./HP : ________________________________________
12. Jika Anda pernah membawa daging dari Malaysia, untuk tujuan apa
daging segar tersebut dibawa?
Konsumsi sendiri /oleh-oleh (buah tangan)
Dijual kembali
Diolah kemudian dijual (rumah makan, katering)
Hanya mengantar ke alamat tujuan (Jika jawabannya hanya
mengantar ke alamat tujuan, sebutkan alamat yang
dituju.........................................................................)
Lain-lain, sebutkan.................................
16. Jika Anda membeli daging segar tersebut, berapa kira-kira harga daging
segar setiap kilogramnya?
< Rp. 50.000,-
Rp. 50.000,- s/d Rp. 100.000,-
> Rp. 100.000,-
Lain-lain, sebutkan.................................
17. Bagaimana bentuk kemasan daging segar yang pernah Anda bawa?
Karton/box dengan merk, sebutkan...............
Karton/box tanpa merk
Plastik dengan merk, sebutkan...............
Plastik tanpa merk
Styrofoam
Lain-lain, sebutkan :...................................................................
72
18. Berapa kira-kira rata-rata berat daging segar yang pernah Anda bawa?
< 5 kg
6 – 10 kg
11 – 50 kg
> 51 kg
Lain-lain, sebutkan :...................................................................
19. Jika Anda membawa daging segar, apakah daging segar tersebut
dilaporkan ke petugas di perbatasan?
Ya
Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan
No.22)
20. Jika jawabannya Ya, tindakan apa yang dilakukan oleh petugas di
perbatasan?
Melakukan pemeriksaan
Melakukan penahanan/menyita
Membiarkan saja
Lain-lain, sebutkan.................................
22. Pernahkah Anda melihat penumpang lain atau orang lain membawa daging
segar?
Pernah
Tidak pernah (Jika jawaban Anda ‘tidak pernah’, lanjutkan ke
pertanyaan No.29)
23. Tahukah Anda, siapa pemilik daging segar yang pernah Anda lihat?
Ibu rumah tangga/personal
Penjual makanan (rumah makan, catering dll)
Pedagang daging eceran
Pedagang campuran
Perusahaan
Lain-lain, sebutkan :...................................................................
24. Bagaimana bentuk kemasan daging segar yang pernah Anda lihat?
Karton/box dengan merk, sebutkan...............
Karton/box tanpa merk
Plastik dengan merk, sebutkan...............
Plastik tanpa merk
Styrofoam
Lain-lain, sebutkan :...................................................................
73
25. Apakah daging segar yang pernah Anda lihat dibawa orang lain dengan
menggunakan kendaraan?
Ya
Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan No.
28)
27. Berapa kira-kira rata-rata berat daging segar yang pernah Anda lihat
dibawa orang lain?
< 5 kg
6 – 10 kg
11 – 50 kg
> 51 kg
Lain-lain, sebutkan :...................................................................
29. Apakah Anda pernah mendapat informasi mengenai Penyakit Mulut dan
Kuku (PMK)?
Ya
Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak’, lanjutkan ke pertanyaan No.
31)
30. Jika jawaban Anda Ya, darimana Anda memperoleh informasi tersebut?
Penyuluhan
Media cetak (koran, poster, majalah dll)
Media elektronik (TV, radio dll)
Petugas pemerintah (dinas peternakan, karantina, dll)
Teman/saudara/kerabat
Lain-lain, sebutkan : .....................................................................
Pernyataan persetujuan
Selamat pagi/siang. Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) hendak melakukan wawancara
mengenai peluang masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal di
perbatasan Indonesia-Malaysia. Informasi ini akan membantu kami dalam
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan dapat menjadi informasi mengenai
peredaran daging di sekitar perbatasan. Wawancara akan berlangsung ± 30
menit. Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan
tidak akan ditunjukkan kepada orang lain. Partisipasi di dalam wawancara ini
bersifat sukarela dan kami berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena
informasi dari Bapak/Ibu sangat penting.
Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai?
Ya
Tidak
Jika tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia
diwawancarai
....................................................................................................................
Data Responden:
Nama : ________________________________________
Alamat : Kelurahan : _____________________________
Kecamatan : _____________________________
Kota : _____________________________
No. Telp./HP : ________________________________________
Catatan :
Jika Anda memelihara babi, jawablah pertanyaan nomor selanjutnya, jika
tidak lanjutkan ke pertanyaan nomor 10
10. Adakah riwayat sakit atau kekurusan dalam waktu yang lama ?
Ya
Tidak (Jika jawaban Anda ‘Tidak”, lanjutkan ke pertanyaan
No.16)
11. Jika jawabannya Ya, berapa lama mengalami sakit atau kekurusan
tersebut ?
< 1 tahun
1-3 tahun
> 3 tahun
Lain-lain, sebutkan...............
12. Pernahkah ternak Anda mengalami sakit dengan gejala lecet/luka pada
teracak, mulut, kuku dan lain-lain?
Ya
Tidak pernah
14. Apa tindakan yang Anda lakukan terhadap ternak yang sakit tersebut ?
membiarkan
diobati sendiri
memanggil drh/paramedis untuk mengobati
menjual ternak
disembelih/dipotong untuk dijual dagingnya
Lain-lain, sebutkan......................................
15. Jika diobati sendiri atau diobati paramedis, bagaimana kondisi ternak?
sembuh
mati
Lain-lain, sebutkan....................................
16. Pernahkah Anda melihat ternak lain sakit dengan gejala lecet/luka pada
teracak, mulut, kuku dan lain-lain ?
Ya
Tidak Pernah (Jika jawaban Anda ‘Tidak”, lanjutkan ke
pertanyaan No.21)
77
19. Apa yang Anda lakukan jika pernah melihat ternak lain sakit dengan gejala
lecet/luka pada teracak, mulut, kuku dan lain-lain ?
Membiarkan saja
Melaporkan ke dinas peternakan
Melaporkan ke petugas kesehatan hewan/drh/paramedis
Lain-lain, sebutkan........................................
20. Jika pernah melapor, apa tindakan yang dilakukan oleh petugas?
Membiarkan saja
Mengobati
Menyarankan untuk disembelih
Menyarankan untuk dijual
Lain-lain, sebutkan........................................
21. Apakah Anda pernah mendapat informasi mengenai Penyakit Mulut dan
Kuku (PMK)?
Ya
Tidak (Jika jawaban Anda „Tidak‟, lanjutkan ke pertanyaan
No.23)
22. Jika jawaban Anda Ya, darimana Anda mendapat informasi tersebut?
Penyuluhan
Media cetak (koran, poster, majalah dll)
Media elektronik (TV, radio dll)
Petugas pemerintah (dinas peternakan, karantina, dll)
Teman/saudara/kerabat
Lain-lain, sebutkan : .....................................................................
No. kuisioner : PK
Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d
Pernyataan persetujuan
Selamat pagi/siang. Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) hendak melakukan wawancara
mengenai peluang masuknya virus PMK melalui pemasukan daging ilegal
di perbatasan Indonesia-Malaysia. Informasi ini akan membantu kami
dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan dapat menjadi informasi
mengenai analisa risiko pemasukan daging ilegal di sekitar perbatasan.
Wawancara akan berlangsung ± 30 menit. Informasi yang Bapak/Ibu
berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan ditunjukkan kepada
orang lain. Partisipasi di dalam wawancara ini bersifat sukarela dan kami
berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi karena informasi dari Bapak/Ibu
sangat penting.
Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai?
Ya
Tidak
Jika tidak, mohon berikan alasannya mengapa Bapak/Ibu tidak
bersedia diwawancarai...................................................................................
................................................................................................................
4. Penyakit apa saja yang dipersyaratkan harus bebas bagi daging segar yang
masuk melalui PPLB? Sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
5. Berapa rata-rata pemasukan daging segar dalam satu
minggu/bulan?.................kilogram. Berasal darimana saja daging-daging
segar tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
6. Untuk keperluan apa saja daging-daging segar tersebut masuk melalui
perbatasan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
7. Apakah Anda pernah menemukan/memeriksa daging yang dilalulintaskan
melalui PPLB Entikong ?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
80
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
8. Jenis pemeriksaan apa yang Anda lakukan pada setiap kendaraan atau
orang yang melintas di perbatasan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
9. Apakah setiap kendaraan yang melintas dilakukan pemeriksaan secara
teliti (termasuk pemeriksaan bagasi)?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
10. Jika setiap kendaraan tidak diperiksa, apa kriteria pemilihan pemeriksaan
yang Anda lakukan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
11. Apakah setiap barang bawaan penumpang (tentengan) dilakukan
pemeriksaan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
12. Apakah pernah menemukan daging segar saat melakukan pemeriksaan
barang bawaan penumpang (tentengan)?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
13. Jika pernah memeriksa dan menemukan daging, jenis daging apa yang
Anda temukan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
81
21. Apakah ada prosedur khusus untuk pengawasan daging dari Malaysia?
Jika jawaban Anda ada, siapakah yang menyusun prosedur tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
22. Apabila ada orang yang melaporkan membawa daging berasal/melintas
dari Malaysia, apa yang harus dilakukan petugas?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
23. Jika Anda menahan/menolak/membebaskan daging segar tersebut, atas
dasar apa Anda menahan/menolak/membebaskan daging tersebut dan apa
tindakan selanjutnya?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
24. Jika Anda menahan daging yang dilalulintaskan, dimana daging tersebut
disimpan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
25. Jika sampai batas waktu penahanan dan penolakan, apa yang dilakukan
terhadap daging tersebut? Sebutkan tindakannya secara detail serta
fasilitas yang digunakan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
26. Apakah Anda yakin bahwa daging yang ditemukan atau diperiksa berasal
dari Malaysia? Jika tidak yakin, apa alasannya? Apakah berasal dari
negara lain? sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
.......................................................................................................................
83
27. Apakah Anda tahu tempat-tempat pemasukan daging atau barang lain yang
tidak resmi dari Malaysia? Jika tahu, sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
28. Apakah Anda mengetahui informasi mengenai daging ilegal di perbatasan
Indonesia-Malaysia? seperti apa?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
……………………………............................................................................
........................................................................................................................
84
No. kuisioner : PP
Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
12. Apakah pernah menemukan daging segar saat melakukan pemeriksaan
barang bawaan penumpang (tentengan)?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
13. Jika pernah memeriksa daging, jenis daging apa yang Anda temukan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
Apakah daging tersebut termasuk dengan tulangnya/jeroan/nodus
limfatikus? Dimana Anda menemukan daging tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
14. Apabila ditemukan dalam kendaraan, tahukah Anda jenis kendaraan yang
dipergunakan?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
15. Apa bentuk kemasan daging yang Anda pernah periksa/temukan/lihat?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
16. Siapa pemilik daging yang pernah Anda temukan atau periksa?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
17. Jenis pemeriksaan apa yang Anda lakukan untuk melihat keberadaan
daging di PPLB?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
18. Apa yang Anda lakukan apabila menemukan daging asal Malaysia?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
19. Apabila ada orang yang melaporkan membawa daging berasal dari
Malaysia, apa yang harus dilakukan petugas?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
20. Jika Anda menahan/menolak/membebaskan daging segar tersebut, Atas
dasar apa Anda menahan/menolak/membebaskan daging tersebut dan apa
yang dilakukan selanjutnya?
87
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
21. Apakah Anda yakin bahwa daging yang ditemukan atau diperiksa berasal
dari Malaysia?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
22. Apakah ada prosedur khusus untuk pengawasan daging asal Malaysia?
Jika jawaban Ada, siapa yang menyusun prosedur tersebut?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
23. Apakah Anda tahu tempat-tempat pemasukan daging atau barang lain yang
tidak resmi dari Malaysia? Jika tahu, sebutkan
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
24. Apakah Anda mengetahui informasi mengenai daging ilegal di perbatasan
Indonesia-Malaysia? seperti apa?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
25. Apakah Anda mengetahui mengenai Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
26. Darimana informasi tersebut Anda peroleh?
........................................................................................................................
.......................………………………………………………………………
……………............................………………………………………………
88
No. kuisioner : PD
Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d
No. kuisioner : PD
Enumerator :
Tanggal : --
Waktu : s/d
Data Responden:
Nama : __________________________________________________
No. Telp./HP :
Nama Pemilik :
Nama tempat berjualan :
RIWAYAT HIDUP