ANJANI ANGGITASARI
Anjani Anggitasari
NIM F24100048
ABSTRAK
ANJANI ANGGITASARI. Pengaruh Program Keamanan Pangan di
Sekolah terhadap Pengetahuan Penjaja dan Siswa Sekolah Dasar. Dibimbing oleh
WINIATI P. RAHAYU dan YANTI RATNASARI.
Edukasi keamanan pangan bagi penjaja pangan jajanan anak sekolah (PJAS)
merupakan hal yang harus dilakukan guna meningkatkan pengetahuan keamanan
pangan. Hal ini juga penting bagi siswa sekolah dasar (SD), karena pengetahuan
keamanan pangan akan berpengaruh pada pemilihan produk pangan yang akan
dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori pengetahuan
penjaja PJAS mengenai keamanan pangan dan pengaruh program keamanan
pangan di sekolah terhadap pengetahuan penjaja PJAS, serta pengaruh
penyuluhan keamanan pangan terhadap pengetahuan keamanan pangan siswa SD.
Data hasil survei dari 20 provinsi di Indonesia diolah menggunakan program
SPSS dengan metode analisis Pearson dan paired sample t-test. Hasil analisis
menunjukkan bahwa 71.96% penjaja PJAS masih memiliki pengetahuan
keamanan pangan yang kurang, dan hanya sebesar 28.04% penjaja PJAS yang
memiliki pengetahuan keamanan pangan baik. Analisis antar variabel
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara program
keamanan pangan, yaitu (1) adanya peraturan keamanan pangan di sekolah dan
(2) pemberian penyuluhan oleh sekolah terhadap pengetahuan keamanan pangan
penjaja PJAS. Bagi siswa SD penyuluhan keamanan pangan memberikan
peningkatan pengetahuan sebesar 19.41%.
Kata kunci: penjaja, pangan jajanan anak sekolah, siswa sekolah dasar.
The importance of food safety education in order to enrich food safety knowledge
of food vendor in elementary school (ES) should not be neglected. Not to mention,
for elementary school students that could interfere their preference of food
product. The aim of this study were to determine the level of food safety
knowledge of food vendor, the impact of food safety program to food
understanding, and the influence of food safety education toward ES students'
knowledge. The data gained from 20 provinces in Indonesia were analyzed using
SPSS through pearson analysis method and paired sample t-test. The result
revealed that 71.96% of food vendors possessed a poor knowledge, and only
28.04% had a good knowledge about food safety. The result of analysis between
variable showed that there was no significant effect of food safety programs,
which were (1) the implementation of food safety regulations in school and (2) the
application of food safety extension from school to food vendors. Food safety
extension to ES students increased student knowledge of food safety up to 19.41%.
ANJANI ANGGITASARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi tugas akhir yang merupakan bagian dari
magang di BPOM RI ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan
kepada Prof. Dr. Winiati P. Rahayu selaku dosen pembimbing yang senantiasa
sabar dalam memberikan saran untuk penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk
Ibu Yanti Ratnasari SP, MP. selaku pembimbing lapang di BPOM RI atas
kebaikannya dan bantuannya selama penulis melakukan tugas magang. Terima
kasih juga penulis ucapkan untuk Dr. Elvira Syamsir, S.TP, M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk penulisan tugas akhir.
Selanjutnya terimakasih kepada Mama, Papa dan Nana yang selalu memberikan
do‟a dan support kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak lupa,
terimakasih kepada semua sahabat yang selalu memberikan semangat selama
penyusunan skripsi ini.
Anjani Anggitasari
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Perumusan Masalah ................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
METODE PENELITIAN .............................................................................. 3
Bahan Penelitian ........................................................................................ 3
Pengolahan Data ........................................................................................ 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 5
Karakteristik Penjaja PJAS ........................................................................ 5
Pengetahuan Keamanan Pangan Penjaja PJAS ......................................... 6
Penerapan Peraturan Keamanan Pangan di Sekolah ................................. 9
Pemberian Penyuluhan Keamanan Pangan kepada Penjaja PJAS oleh
Pihak Sekolah............................................................................................ 9
Hubungan antara program keamanan pangan terhadap pengetahuan
keamanan pangan penjaja PJAS ............................................................. 10
Pengetahuan Keamanan Pangan Siswa Sekolah Dasar ........................... 12
SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 13
Simpulan .................................................................................................. 13
Saran ........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 16
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PJAS)” pada tahun 2011 dengan harapan bahwa aksi ini dapat menjadi sarana
untuk meningkatkan keamanan PJAS. Aksi nasional ini diikuti oleh instansi di
Pusat maupun Daerah, yaitu Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Agama, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Kementerian Kelautan
dan Perikanan serta Badan POM (Rahayu 2010).
Program AN-PJAS ini memiliki lima sasaran utama, yaitu: (1)
Mengembangkan program PJAS, (2) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
PJAS, (3) Mengembangkan capacity Building, (4) Mengembangkan fasilitas
PJAS, (5) Monitoring dan evaluasi program PJAS (BPOM 2011). Salah satu
langkah konkret yang dilakukan BPOM untuk mengimplementasikan AN-PJAS
bagi siswa SD adalah dengan menerbitkan dan mengajarkan modul Lima Kunci
Keamanan Pangan Untuk Anak Sekolah yang berisi langkah-langkah dalam
menjaga keamanan pangan, sebagai berikut
1. Kenali pangan yang aman.
Keamanan pangan merupakan kondisi atau upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan adanya cemaran biologis, kimia dan
fisik yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu, siswa
SD harus mengetahui syarat pangan yang aman.
2. Beli pangan yang aman
Cara membeli pangan yang aman adalah dengan memilih tempat dan penjual
yang bersih, memilih makanan yang telah dimasak, membeli pangan yang
dipajang, disimpan dan disajikan dengan baik, serta mengonsumsi pangan
secara benar.
3. Baca label dengan seksama
Label pangan perlu dibaca dengan seksama untuk mengetahui informasi
apakah sesuai dengan pangan yang ingin dibeli. Informasi pada label yang
harus dibaca dan dimengerti adalah nama pangan olahan, berat/isi bersih,
nama dan alamat yang memproduksi, daftar bahan yang digunakan, nomor
pendaftaran pangan, keterangan kedaluwarsa dan kode produksi. Selain itu
juga perlu diperhatikan keterangan kandungan zat gizi, pangan halal, petunjuk
penyimpanan dan peringatan.
4. Jaga kebersihan
Salah satu cara untuk menjaga kebersihan adalah dengan mencuci tangan
dengan cara yang benar dan mengetahui waktu harus mencuci tangan. Selain
itu juga menjaga kantin agar tetap bersih, seperti membuang sampah pada
tempatnya.
5. Catat apa yang ditemui
Pangan jajanan yang ditemukan oleh siswa baik yang sifatnya positif atau
negatif dapat dilaporkan melalui e-notifikasi dalam website klub pompi.
Sistem informasi ini akan membantu pemantauan keamanan pangan jajanan
yang ada di sekolah.
Bentuk upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh BPOM ini diharapkan dapat
meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS di Indonesia.
3
Perumusan Masalah
Potensi KLB keracunan pangan yang tinggi pada anak usia sekolah dasar
dapat berujung pada lost generation suatu negara. Sebesar 68% KLB keracunan
pangan terjadi pada siswa SD (Sparringa 2013). Tingginya kasus keracunan
pangan berkaitan erat dengan rendahnya praktik keamanan pangan yang
diterapkan oleh penjaja PJAS. Menurut Yasmin (2010), praktik keamanan pangan
memiliki hubungan dengan pengetahuan, semakin baik pengetahuan yang dimiliki
penjaja maka cenderung akan meningkatkan praktik keamanan pangan.
Pengetahuan keamanan pangan yang dimiliki oleh para penjaja dapat diperoleh
melalui informasi yang diberikan oleh pihak sekolah. Selain itu, pengetahuan
keamanan pangan juga penting bagi anak usia SD sehingga dapat mempengaruhi
sikap mereka untuk memilih pangan PJAS yang aman dan bermutu untuk
dikonsumsi. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui korelasi antara
program keamanan pangan yang diterapkan oleh sekolah yaitu berupa peraturan
dan penyuluhan keamanan pangan terhadap pengetahuan penjaja PJAS dan
penyuluhan materi keamanan pangan dengan topik Lima Kunci Keamanan
Pangan terhadap pengetahuan siswa SD.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah menyusun kebijakan yang lebih tepat
untuk memberikan informasi, solusi dan metode yang tepat guna meningkatkan
pengetahuan keamanan pangan penjaja PJAS dan siswa SD.
METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari sebagian data Survei AN-
PJAS yang dilakukan oleh Badan POM RI pada tahun 2012. Survei tersebut
4
Pengolahan Data
Proses pengolahan data meliputi editing, coding, scoring, entry dan analisis
dengan menggunakan SPSS (Statistical Program for Social Science) for
Macintosh. Pengolahan data hasil formulir pengetahuan keamanan pangan penjaja
dihitung dengan menjumlahkan skor, dimana jawaban benar diberi skor 1 dan
jawaban salah diberi skor 0. Jumlah jawaban benar dari setiap responden
dipersentasekan untuk diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni pengetahuan
baik apabila skor ≥70% dan kurang apabila skor <70%.
Data hasil formulir kebijakan keamanan pangan di sekolah, dikelompokkan
berdasarkan ada/tidaknya peraturan sekolah mengenai PJAS dan penyuluhan yang
diberikan sekolah kepada penjaja PJAS. Dimana kode 1 diberikan untuk jawaban
ada dan kode 0 untuk jawaban tidak ada. Setelah dilakukan coding, data hasil
formulir pengetahuan keamanan pangan penjaja PJAS yang telah dikategorisasi
dan penerapan program keamanan pangan di sekolah dihubungkan satu sama
lainnya dengan merasionalisasi masing-masing jenis program keamanan pangan
di sekolah dan mengaitkannya dengan kategori pengetahuan yang selanjutnya
dijadikan dalam bentuk grafik.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson yang
bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel uji. Apabila hasil uji
menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0.05, maka variabel-variabel uji
dinyatakan memiliki hubungan (Trihendradi 2011).
Sedangkan data pre dan post-test siswa SD diuji dengan metode paired
sample t-test untuk melihat perbedaan skor pengetahuan keamanan pangan siswa
SD sebelum dan setelah penyuluhan. Jumlah skor didapatkan dengan cara
menghitung seluruh pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa SD,
dimana jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Uji ini
digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu grup terhadap
dua sampel yang berhubungan atau dua sampel yang berpasangan dengan melihat
nilai signifikasi uji, dimana nilai signifikansi kurang dari 0.05 menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antara variabel (Trihendradi 2011).
5
Gambar 1. Tingkat pendidikan penjaja PJAS dari 214 sekolah pada 20 provinsi
di Indonesia
Tingkat pendidikan merupakan jenjang ilmu pengetahuan yang didapat dari
besar dibandingkan pada sektor formal yakni 43.9 juta orang dibanding 13.9 juta
orang (Hakim 2011).
terbuka/bisul atau luka lainnya). (3) menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan
pakaian. (4) menggunakan celemek dan tutup kepala. (5) mencuci tangan setiap
kali hendak menangani makanan. (6) menjamah makanan harus memakai
alat/perlengkapan atau dengan sarung tangan (Depkes RI 2004). Pemisahan
pangan mentah dan masak juga harus diperhatikan karena dapat menimbulkan
kontaminasi silang pada pangan. Pangan mentah harus disimpan pada wadah yang
berbeda dari pangan yang sudah matang karena pencampuran keduanya akan
membuat pangan matang tercemar oleh mikroba yang ada pada pangan mentah.
Cemaran pangan merupakan sumber penyebab ketidakamanan pangan yang
dapat menimbulkan penyakit. Cemaran pangan dibagi menjadi tiga yaitu: (1)
cemaran biologis yang pada umumnya disebabkan oleh rendahnya kondisi higiene
dan sanitasi, seperti Salmonella pada unggas, E.coli O157-H7 pada sayuran
mentah dan Listeria monocytogenes pada makanan beku; (2) cemaran kimia yang
berasal dari lingkungan yang tercemar limbah industri, radiasi dan
penyalahgunaan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan, seperti formalin,
rhodamin B, dan boraks. Selain itu cemaran kimia juga dapat berasal dari bahan
pangan itu sendiri; (3) cemaran fisik yang dapat berasal dari bahan pangan,
penjamah makanan (pakaian dan perhiasan), fasilitas dan peralatan yang
digunakan saat pengolahan, seperti rambut, batu, isi staples dan potongan bagian
tubuh serangga (Kemenkes 2011). Hal-hal tersebut seharusnya menjadi
pengetahuan dasar bagi para penjaja dalam produksi PJAS, sehingga
meningkatkan praktik keamanan pangan mereka dan meningkatkan keamanan
pangan PJAS itu sendiri.
Pertanyaan mengenai karakteristik mi basah yang mengandung formalin,
belum dapat dijawab dengan benar oleh seluruh penjaja PJAS. Pertanyaan ini
cenderung bersifat khusus yang seharusnya hanya ditujukan bagi penjaja PJAS
yang menggunakan mi pada dagangannya. Bagi penjaja PJAS yang tidak
menggunakan mi pada dagangannya, pengetahuan mengenai mi berformalin tidak
terlalu berpengaruh pada keamanan pangan yang mereka jajakan. Namun, secara
umum para penjaja PJAS memang harus mengetahui informasi ini untuk
menambah pengetahuan mengenai pangan yang aman. Mi basah yang
mengandung formalin memiliki ciri-ciri sebagai berikut: mi basah tersebut tidak
rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 oC) dan bertahan lebih dari 15 hari
pada suhu lemari es (10 oC), bau mi agak menyengat dan mi basah ini tidak
lengket lebih mengkilap dibanding mi pada umumnya (Rahayu et al 2011).
Informasi mengenai danger zone merupakan hal umum yang harus
diketahui oleh penjaja PJAS. Danger zone merupakan suhu dimana bakteri dan
virus dapat tumbuh, berkembang dan mencemari produk pangan high risk dengan
karakteristik tertentu sehingga dapat menyebabkan penyakit. Kisaran suhu danger
zone adalah antara 5-60 oC (USDA 2013). Oleh karena itu penyimpanan pangan
harus sangat diperhatikan oleh penjaja PJAS agar tidak menimbulkan bahaya bagi
kesehatan.
Melalui program keamanan pangan dalam AN-PJAS diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran penjaja akan keamanan PJAS yang
akan mendorong mereka untuk bertindak lebih baik dalam mengolah,
memproduksi dan menangani pangan, sehingga akan menekan risiko terjadinya
pencemaran PJAS.
9
Tabel 2 Hasil pre dan post-test modul Lima Kunci Keamanan Pangan dari 495
siswa SD
Persentase jawaban benar (%)
No Pertanyaan
Pre-test Post-test Perubahan
1 Jumlah informasi yang harus ada pada
19.6 78.2 58.6
label pangan
2 Tahap mencuci tangan pada kunci ke-4 41.0 86.1 45.1
3 Ciri makanan yang mengandung pengawet 15.6 48.9 33.3
4 Tahap mencuci tangan 76.0 93.9 18.0
5 Jumlah kunci keamanan pangan 84.8 97.6 12.7
6 Makanan yang aman dari bahaya biologis 78.2 90.5 12.3
7 Penulisan tanggal kedaluwarsa 85.7 96.6 10.9
8 Cara mengonsumsi buah segar secara
96.4 99.4 3.0
benar
9 Ciri penjual sehat dan bersih 99.4 99.4 0.0
10 Ciri penjual jajanan yang bersih 96.8 96.6 -0.2
Rata-rata skor 69.3 88.7 19.4
pengetahuan siswa. Hasil persentase jawaban benar pada pre-test mengenai tiga
materi tersebut masih cenderung rendah, oleh karena itu materi Lima Kunci
Keamanan Pangan mengenai hal-hal tersebut harus selalu ditekankan setiap kali
penyuluhan kepada siswa SD.
Jawaban benar dari pertanyaan mengenai tahap mencuci tangan, jumlah
kunci keamanan pangan, makanan yang aman dari bahaya biologis, penulisan
tanggal kedaluwarsa dan secara umum mengalami perubahan yang tergolong
sedang, yaitu berturut-turut sebesar 18.0, 12.7, 12.3, 10.9%. Hasil ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah mengetahui informasi mengenai
hal ini sebelumnya. Mencuci tangan merupakan hal yang sering dipraktikkan oleh
siswa, sehingga pengetahuan mereka akan hal ini telah tertanam sendirinya.
Begitu pula dengan penulisan tanggal kedaluwarsa yang biasa dilihat pada label
pangan. Tanggal kedaluwarsa merupakan tanggal yang menandakan batas akhir
kualitas produk yang dijanjikan oleh produsen, setelah melewati masa itu kualitas
produk tidak dijamin oleh produsen dan mungkin tidak sesuai dengan perkiraan
konsumen terhadap produk tersebut (Codex 1991).
Hampir seluruh siswa dapat menjawab pertanyaan pada pre-test mengenai
cara mengonsumsi buah segar (96.4%), ciri penjual jajanan yang bersih (96.8%),
dan ciri penjual sehat dan bersih (99.4%) sehingga tidak mengalami perubahan
nilai yang signifikan pada hasil post-test. Pada dasarnya, siswa telah memiliki
pengetahuan akan hal tersebut yang didapatkan baik dari orang tua dan keluarga,
pembinaan atau pelajaran yang diberikan sekolah maupun pemerintah.
Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan siswa mengenai keamanan
pangan tergolong sudah baik. Hanya beberapa pertanyaan dari Lima Kunci
Keamanan Pangan yang masih belum bisa dijawab dengan benar. Pengetahuan
siswa mengenai keamanan pangan juga dapat ditingkatkan dan dikontrol dengan
pendekatan kognitif, salah satunya dengan memberikan informasi-informasi dasar
yang penting dan mudah diingat, seperti informasi Lima Kunci Keamanan Pangan.
Modul Lima Kunci Keamanan Pangan merupakan salah satu langkah nyata untuk
meningkatkan keamanan PJAS. Peningkatan jumlah skor juga dipengaruhi oleh
pemberian metode yang tepat ketika edukasi. Terdapat berbagai metode dalam
pemberian edukasi keamanan pangan bagi siswa yang terbukti dapat
meningkatkan baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Menurut
Maimun dan Rahayu (2012) metode edukasi berupa demonstrasi, simulasi,
penyuluhan berupa penyampaian materi dan pemberian cerita edukatif
menggunakan suatu instrument (boneka, buku saku, dan poster) dapat dipahamai
secara lebih efektif oleh siswa sekolah dasar. Fasilitator edukasi atau penyuluh
juga harus memahami dan menyampaikan materi kepada siswa dengan cara yang
tepat dan menarik sehingga mudah dipahami dan diingat oleh siswa.
Simpulan
Hasil analisis hubungan variabel peraturan dan penyuluhan keamanan pangan dari
pihak sekolah terhadap pengetahuan keamanan pangan penjaja PJAS
menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan. Pemberian penyuluhan
bagi siswa mengenai Lima Kunci Keamanan Pangan memberikan hasil positif
dalam meningkatkan skor pengetahuan keamanan pangan dari 69.33 menjadi
88.71%.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aminah S. 2010. Praktek Penggorengan dan Mutu Minyak Goreng Sisa Pada
Rumah Tangga di RT V RW III Kedungmundu Tembalang Semarang.
Prosiding Seminar Nasional Unimus 2010. ISBN: 978.079.704.883.9
Andarwulan N, Madanijah S, Zulaikhah. 2009. Monitoring dan Verifikasi Profil
Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional tahun 2008.
Bogor: Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology
(SEAFAST-Center-IPB) dan BPOM RI
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Rencana Aksi Nasional:
Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu
dan Bergizi. Jakarta: Badan POM RI.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
2004-2013. Jakarta: BPS
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Tepung Terigu sebagai Bahan
Makanan. SNI 3751:2009
Codex Alimentarius. 1991. Codex General Standard for Labelling of Prepackaged
Foods.
Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Hygiene Sanitasi
Makanan dan Minuman. Jakarta: Dirjen PPM PL.
Effendy N. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Fardiaz D. 2011. Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Secara
Total. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan
Berbahaya. Jakarta: Badan POM RI.
Hakim L. 2011. Perkembangan Tenaga Kerja Wanita di Sektor Informal: Hasil
Analisa dan Proxy Data Sensus Penduduk. Jurnal Ilmiah Among
Makarti. 4(24):20-24.
Hidayati N. 2011. Penerapan Kebijakan Keamanan Pangan dan Hubungannya
dengan Perilaku pada Pengelola Kantin dan Penjaja Jajanan Anak
Sekolah di Jakarta dan Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi
Manusia. Institut Pertanian Bogor.
15
RIWAYAT HIDUP