HIBAH INTERNAL
TIM PENELITI
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN......................................................................................................................... iii
SUMMARY..................................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
VI. KESIMPULAN.............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 24
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Definisi Operasional 22
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan 27
Tabel 5.2. Distribusi Pengetahuan Penjamah Makanan
tentang Personal Hygiene 28
Tabel 5.3. Distribusi Responden berdasarkan sikap 28
Tabel 5.4 Distribusi Reseponden Berdasarkan Ketersediaan
Sarana dan Prasarana 29
Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Personal Hygiene
dan Saniatasi Penjamah Makanan 29
Tabel 5.6. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Personal Hygiene
dan Sanitasi Penjamah Makanan 30
Tabel 5.7 Hubungan antara Pengetahuan dengan Personal Hygiene
dan Saniatasi Penjamah Makanan 31
Tabel 5.8. Hubungan antara Sikap dengan Pengetahuan dengan Personal
Hygiene dan Sanitasi Penjamah Makanan 32
Tabel 5.9. Hubungan antara Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan
Personal Hygiene dan Sanitasi Penjamah Makanan 33
iv
RINGKASAN
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan hidup yang paling utama. Makanan dan
minuman berpotensi untuk terkontaminasi bakteri patogen. Faktor yang mempengaruhi
kualitas makanan adalah perilaku penjamah makanan dalam penerapan personal hygiene dan
sanitasi makanan. Sedangkan, faktor yang mempengaruhi hygiene dan sanitasi penjamah
makanan adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap dan sarana dan prasarana. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan,
pengetahuan, sikap dan ketersediaan sarana dengan personal hygiene dan sanitasi penjamah
makanan Di Kantin Esa Unggul. Penelitin ini menggunakan metode cross sectional, subjek
dalam penelitian ini adalah para penjamah makanan yang berjumlah 26 responden yang
bekerja Di Kantin Esa Unggul. Uji yang digunakan adalah uji Fisher karena data tidak
normal. Hasil penelitian ini diperolah bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat
pendidikan lulus SMP dengan jumlah (42%), sebagian besar responden mempunyai tingkat
pengetahuan baik sebesar (69%), sebanyak 65% mempunyai sikap yang baik, dan 85% sarana
dan prasarana kantin Esa unggul mempunyai sarana tang sudah memenuhi syarat, serta
separuh dari responden mempunyai praktik personal hygiene dan sanitasi yang baik sebesar
50% sedangkan 50% lainya mempunyai praktek hygiene dan sanitasi yang buruk. Hasil uji
Fisher menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan personal
hygiene dan sanitasi penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul dengan p-value = 0,695, tidak
ada hubungan antara pengetahuan dengan personal hygiene dan sanitasi penjamah makanan
dengan p-value = 0,673, tidak ada hubungan antara sikap dengan personal hygiene dan
sanitasi penjamah dengan p-value= 1,000 dan tidak ada hubungan antara sarana dan
prasarana dengan personal hygiene dan sanitasi penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul
dengan p-value = 0,297. Kesimpulannya bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan, pengetahuan, sikap dan sarana dan prasarana dengan personal hygiene dan
sanitasi penjamah makanan Di Kantin Kampus Esa Unggul.
1
SUMMARY
Food and Bevarege is very important for live. Food and beverages are potentially
contaminated by pathogenic microorganism and chemical agent. The purpose of this research
is to know the correlation between the education level, knowledge, attitude and facilities with
personal hygiene and sanitation food handler in Esa Unggul Canteen.the used methode in this
research is survey with cross Sectional Study. Result of reseach obtained data of the most
responden have the level education is Junior High school are 11 people (42%), and the most
responden have a good knowladge are 18 people (69%), and the most responden have good
attitude are 17 people (65%), and complete facilities are 22 people (85%), and 13 people
(50%) for responden have good personal hygiene and sanitation, the other have bad personal
hygiene and sanitation. Result of Fisher test, obtained the not correlation between the
education level, knowladge, attitude and facilities with personal hygiene and sanitation in The
Esa Unggul Canteen because score p-value > 0,005.
2
KATA PENGANTAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 715/Menkes/SK/2003, hygiene
sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan terhadap faktor makanan, orang,
tempat, perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Konsep personal hygiene/ kebersihan diri dalam kehidupan sehari-hari harus
diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Hal-hal yang mempengaruhi
kebersihan adalah kebudayaan, kebiasaan, sosial, keluarga, pendidikan, dan presepsi
seseorang terhadap kesehatan (Adams dan Motarjemi, 2003).
Menurut WHO (2004), penjamah makanan adalah seorang yang terlibat dalam suatu
rangkaian proses pengolahan makanan mulai dari persiapan, pemasakan, pendinginan,
penyimpanan, pemanasan kembali dan penyajian makanan. Dalam proses pengolahan
makanan sesorang penjamah makanan dituntut untuk menerapkan personal hygiene yang baik
agar tidak terjadi kontaminasi pada makanan yang diolah. Pada kebanyakan kasus, makanan
terkontaminasi bukan secara sengaja tetapi karena perilaku kecerobohan penjamah makanan,
penjamah makanan tidak menerapkan personal hygiene dan sanitasi selama bekerja. Selain
itu, kurang memadainya pendidikan atau pelatihan dalam hal keamanan makan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas makanan diantaranya adalah
pengetahuan dan perilaku penjamah makanan. Sejumlah survei terhadap Kejadian Luar Biasa
(KLB) penyakit bawaan makanan yang berjangkit di seluruh dunia memperlihatkan bahwa
sebagian besar kasus penyakit bawaan makanan terjadi akibat kesalahan penanganan pada
saat penyiapan makanan tersebut baik di rumah, jasa katering, kantin rumah sakit, kantin
sekolah, kantin pangkalan militer dan lain-lain (WHO, 2005).
Faktor yang paling penting dalam menentukan prevalensi penyakit bawaan makanan
adalah kurangnya pengetahuan di pihak penjamah makanan atau konsumen dan ketidak
pedulian terhadap pengelolaan makanan yang aman. Sejumlah survey terhadap KLB penyakit
bawaan makanan memperlihatkan bahwa sebagian besar penyakit bawaan makanan terjadi
akibat kesalahan penanganan pada saat penyiapan makanan tersebut baik di rumah, jasa
katering, kantin, rumah sakit, atau saat jamuan makan atau pesta (Hartono, 2005).
Penelitian terhadap warung makan di Tembalang (Semarang) yang dilakukan oleh
Budiyono pada tahun 2008 menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tentang Hygiene dan
sanitasi makanan dari 36 responden penjamah makanan pada 36 warung makan di Tembalang
didapat responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 13 orang (36,1%) dan tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 23 orang (63,9%).
Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa masih ditemukannya petugas
penjamah makanan tidak melakukan personal hygiene dan ditemukannya perilaku-perilaku
5
yang kurang baik terhadap kebersihan diri pekerja misalnya tidak biasanyaperilaku mencuci
tangan pada saat mau mengolah atau menyajikan makanan dan masih banyak yang tidak
menggunakan sarana sanitasi seperti tidak menggunakan celemek dan penutup kepala pada
pekerja kantin Kampus Esa Unggul .
Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hygiene dan
sanitasi penjamah makanan yang di titik beratkan pada tingkat pendidikan, pengetahuan,
perilaku dan ketersediaan sarana hygiene dan sanitasi penjamah makanan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
yang baik, pencegahan kontaminasi makanan dari lingkungan, peralatan dan pekerja pada
semua tahapan proses. Karena keterlibatan manusia dalam proses pengolahan panagn sangat
besar, penerapan sanitasi pada personil yang terlibat di dalamnya perlu perhatian khusus
(Purnawijayanti, 2001).
Dari kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa mengenai hygiene dan sanitasi makanan
adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada kesehatan dan
kebersihan makanan, minuman serta lingkungan dimana makanan itu berada.
8
Menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), tujuan dari sanitasi makanan antara
lain:
a. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan
b. Mencegah penularan wabah penyakit
c. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat
d. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan
e. Melindungi konsumen dari kemungkinan terkena penyakit yang disebarkan oleh
perantara-perantara makanan.
9
b. Makanan terolah (pabrikan) yaitu makanan yang sudah dapat langsung dimakan untuk
proses pengolahan makanan lebih lanjut, seperti tahu, tempe, kecap, ikan kaleng,
kornet dan sebagainya;
c. Makanan siap santap yaitu makanan yang langsung dimakan tanpa pengolahan seperti
nasi rames, mie kuah, bakso, ayam goreng dan sebagainya.
2). Sumber bahan makanan yang baik
Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui sumber sumber
makanan yang baik. Dari hasil penelitian Winarno (1991) didapatkan kontaminasi bakteri
pada pembuatan es puter disebabkan oleh kontaminasi persiapan bahan adonan dan
kontaminasi santan yang akan dipakai untuk pembuatan es puter.
Pemilihan dan kebersihan serta mutu bahan makanan yang akan diolah dapat
merupakan suatu titik kritis dan memiliki batas kritis tertentu sebagai persyaratan bahwa
mutu bahan makanan tersebut masih dalam batas aman untuk diolah dan dikonsumsi oleh
konsumen. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 942 tahun 2003 (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2003b), tentang Makanan Jajanan, bahan makanan hendaknya diperoleh
dari penyediaan bahan makanan yang terdaftar dan berizin, harus dalam keadaan baik
mutunya, segar dan tidak busuk. Semua bahan olahan kemasan harus terdaftar di Departemen
Kesehatan, tidak kadaluarsa, tidak cacat atau tidak rusak.
3). Penyimpanan Bahan Makanan Bahan
Makanan yang dibeli hendaknya disimpan dalam penyimpanan bahan makanan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 715 Tahun 2003 ( Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2003a) tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga mensyaratkan tersedia
ruang atau gudang untuk menyimpan bahan makanan dan terdapat sarana untuk penyimpanan
makanan dingin. Dari hasil penelitian oleh Sukmara (2002), 68% pedagang kaki lima tidak
memiliki tempat penyimpanan bahan makanan karena membeli bahan makanan untuk
dimasak habis pada hari itu. Menurut Betty (2000), ada 4 cara penyimpanan bahan makanan
yaitu :
1. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 100C – 150C untuk jenis
minuman, buah dan sayur.
2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 40C – 100C untuk bahan
makanan berprotein yang akan segera diolah kembali.
3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 00C – 4 0C untuk
bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam. 4.
10
Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 0 0C untuk bahan
makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.
11
kandungan E.coli ( Ruli, 2004) Kontaminasi tangan pengolah makanan dapat memindahkan
bakteri dan mengontaminasi makanan, terutama bakteri patogen makanan sebesar 83,9%
(Sukmara, 2002). Hal ini berarti pada saat mengolah makanan, penjamah makanan tidak
mencuci tangan, sehingga mengontaminasi makanan yang diolah. Selain itu, batas kritis
pengolahan makanan hendaknya mencapai suhu 1000C (WHO, 1993) ; makin tinggi suhu
makin rendah kontaminasi bakteri dalam makanan.
12
diusahakan makanan selalu berada pada suhu di mana kuman tidak tumbuh yaitu
pada suhu dibawah 100C atau di atas 600C.
2). Cara Penyimpanan Makanan Masak
a. Setiap makanan masak mempunyai wadah masing-masing yang terpisah.
Pemisahan didasarkan pada saat makanan mulai diolah dan jenis makanan, setiap
wadah mempunyai tutup, tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air.
Makanan berkuah dipisahkan antara lauk dengan kuahnya.
b. Suhu Makanan kering (goreng-gorengan) disimpan dalam suhu kamar (25-300C),
makanan basah (kuah, sop, gulai) harus segera disajikan pada suhu di atas 600C.
Makanan basah yang masih lama akan disajikan disimpan pada suhu di bawah
100C.
c. Waktu tunggu Suhu makanan dalam waktu tunggu yang sudah berada di bawah
600C, segera dihidangkan dan waktu tunggunya semakin singkat. Makanan yang
disajikan panas harus tetap dipanaskan dalam suhu di atas 600C. Makanan yang
disajikan dingin disimpan di dalam keadaan dingin pada suhu di bawah 100C.
Makanan yang disimpan pada suhu di bawah 100C harus dipanaskan kembali
sebelum disajikan.
13
d. Pemakaian kendaraan yang telah mengangkut bahan kimia atau pestisida perlu
dihindari, walaupun telah dicuci masih akan terjadi pencemaran.
e. Perlakuan manusia yang menangani makanan selama pengangkutan, seperti perlakuan
makanan yang ditumpuk, diinjak, dibanting, diduduki atau bahkan menjadi alas
tempat tidur perlu dihindari. Contohnya sayuran dan buah-buahan yang diangkut antar
pasar.
f. Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut bahan makanan dikonstruksi secara
higiene seperti kendaraan pengangkut daging dari RPH (rumah potong hewan) atau
perusahaan supplier.
2). Pengangkutan Makanan Siap Santap Makanan siap santap lebih rawan terhadap
pencemaran sehingga perlu perlakuan yang ekstra hati-hati. Oleh karena itu, dalam prinsip
pengangkutan makanan siap santap perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing, isi makanan tidak terlampui penuh
untuk mencegah terjadinya kondensasi.
b. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan makanan
yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau bocor.
c. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas 600C atau
tetap dingin 40C.
d. Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh terbuka sampai di tempat penyajian.
e. Kendaraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak dipergunakan untuk keperluan
mengangkut bahan lain.
Menurut Djaja (2003), tempat pengolahan makanan yang banyak melakukan
pengangkutan matang dari dapur ke tempat penyajian adalah pedagang kaki lima. Alat
pengangkut yang digunakan sangat sederhana seperti sepeda dan gerobak, sehingga
kemungkinan makanan yang sudah matang akan terkontaminasi kembali oleh bakteri bila
cara pengangkutan tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
14
a. Prinsip pemisahan wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
terpisah masing-masing dan diusahakan tertutup, terutama wadah yang berada
tidak satu level dengan wadah makanan yang lainnya. Tujuannya agar makanan
tidak terkontaminasi silang, bila satu tercemar yang lainnya dapat diamankan,
memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
b. Prinsip kadar air artinya makanan yang mengandung kadar air tinggi (kuah, soto,
saus) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan
cepat rusak (basi).
c. Prinsip edible part artinya setiap bahan yag disajikan dalam penyajian adalah
merupakan bahan makanan yang layak dimakan. Pemakaian bahan yang
membahayakan kesehatan harus dihindari seperti, stikker besi, tusuk gigi atau
bunga plastik. Bahan yang tidak untuk dimakan harus segera dibersihkan dari
tempat penyajian manakala acara makan dimulai. Tujuannya untuk mencegah
kecelakaan atau gangguan akibat salah makan.
d. Prinsip panas yaitu setiap penyajian makanan yang disajikan panas diusahakan
tetap dalam keadaan panas, seperti: sop, gulai, soto dan sebagainya. Untuk
mengatur suhu perlu diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam alat
saji panas (food warmer) harus masih berada di atas 600C.
e. Prinsip bersih artinya setiap peralatan yang digunakan seperti wadah dan tutupnya,
doos atau piring/gelas/mangkok harus bersih dan baik. Bersih artinya telah dicuci
dengan cara higiene, baik artinya utuh, tidak rusak atau cacat. Tujuannya untuk
mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
f. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makanan tidak
kontak langsung dengan anggota tubuh terutama dengan bibir tujuannya untuk
mencegah pencemaran dari tubuh dan memberikan penampilan yang baik dan
sopan.
g. Prinsip tepat penyajian artinya pelaksanaan penyajian makanan harus tepat sesuai
dengan pesanan.
15
manusia adalah sumber dari bakteri terutama bakteri patogen yang dapat mengkontaminasi
makanan melalui tangan tenaga pengolah makanan. Pada penelitian E.coli di rumah makan
Kota Semarang, Fitri (2006) menemukan adanya hubungan antara E.coli dengan personal
higiene penjamah makanan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penjamah makanan pada saat
melakukan pengolahan untuk mencegah terjadinya kontaminasi secara biologi, yaitu ;
1. Tangan penjamah makanan harus dijaga kebersihannya yaitu : kuku dipotong
pendek, agar tidak menjadi tempat berkumpulnya kotoran yang dapat mencemari
makanan, mandi dua kali sehari untuk menjaga kebersihan kulit, tubuh bebas dari
kosmetik, kulit bebas luka karena menjadi media penularan penyakit.
2. Selalu mencuci tangan pada waktu melakukan aktivitas pengolahan makanan,
yaitu belum melakukan aktivitas pengolahan makanan, setelah keluar dari toilet,
untuk yang biasa merokok harus mencuci tangan setelah merokok, setelah
membuang sampah atau kotoran, ketika meracik bahan makanan, setelah
mengerjakan pekerjaaan lain diluar pengolahan makanan, seperti bersalaman atau
membersihkan alat dan mengelap.
3. Tidak merokok ketika mengolah makanan.
4. Berperilaku hidup bersih dan sehat, menjauhkan sifat/perilaku buruk seperti
menggaruk-garuk kulit, rambut, lubang hidung, telingga, selagigi atau kuku,
mencicipi makanan dengan jari atau menjilat pada peralatan kontak pada
makanan, meludah sembarangan di sembarang tempat, apabila batuk atau bersin
terbuka tidak ditutup dengan sapu tangan atau tissue, menyisir rambut di tempat
pengolahan.
5. Pakaian yang dikenakan harus selalu bersih dan rapi.
6. Semua kegiatan pengolahan makanan harus terlindung dari kontak langsung
dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung dengan tubuh dapat dilakukan
dengan menggunakan sarung tangan dari plastik, menggunakan penjepit makanan
serta menggunakan alat lain, misalnya sendok garpu.
16
3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hygiene dan Sanitasi Makana
Menurut Titin Agustina (2005) didalam pengolahan pangan mikroba dapat berasal
dari penjamah. Sumber-sumber ini dapat menyebabkan mikroba yang mungkin
menyebabkan pembusukan makanan dan mengakibatkan terjadinya suatu penyakit.
Sumber-sumber mikroorganisme penjamh dapat melalui:
a). Tangan
Tangan manusia merupakan sumber utama mikroorganisme jika kontak
langsung dengan makanan selama produksi, pengolahan dan penyajian. Apabila
tangan yang mengandung mikroba menangani secara langsung bahan makanan
yang akan atau telah diolah maka terjadilah perpindahan mikroba dari tangan ke
makanan.
17
Ada dua kelompok mikroba yang mungkin berada pada tangan yaitu mikroba
alami dan mikroba yang sementara berada di tangan. Mikroba alami tangan
umumnya berada pada pori-pori kulit atau lubang yang lebih dalam yang
kebanyakan tidak berbahaya, seperti Staphylococcus epidermis. Akan tetapi S.
aureus yang dapat menyebabkan keracunan juga sering ditemukan. Mikroba yang
sementara ada di tangan mungkin berasal dari berbagai sumber karena tangan tidak
dicuci bersih makan menempel di tangan. Mikroba kelompok ini mungkin berasal
dari:
1. Feses, setelah pekerja menggunakan kamar kecil dan tidak mencuci bersih
tangannya. Contoh mikroba yang mungkin secara tidak sengaja ada
ditangan melalui cara ini adalah E. coli, Salmonella, C. Perfringens dsb.
2. Bahan mentah seperti daging, ayam, ikan atau alat yang terkontaminasi oleh
Salmonella, Clostridium, E.coli, V. parahaemolyticus.
3. Rongga hidung atau mulut (Staphylococcus, virus) karena pekerja secara
sadar atau tidak sadar menyentuh bagian rongga hidung, atau mulutnya.
b). Rongga hidung, mulut, tenggorokan
Setelah tangan, mikroorganisme juga mungkin berpindah dari tubuh
pekerja melalui saluran pernapasannya. Hal ini menjadi kritis, jika pekerja yang
sedang sakit tenggorokan dibiarkan bekerja.Mikroba yang disebarkan melalui
pernapasan berasal dari rongga mulut, hidung dan tenggorokan. Kelompok ini
terdiri dari bakteri yang secara alami terdapat pada saluran pernapasan seperti S.
aureus, bakteri penyebab difteri Corynebacterium diphteriae, penyebab pneumonia
Klebsiella pneumonia, Streptococcus pyogenes.
Beberapa hal yang harus diperhatikan penjamah makanan adalah:
a. Tidak merokok.
b. Tidak makan dan mengunyah.
c. Tidak memakai perhiasan, kecuali cincin kawin yang tidak terhias (polos).
d. Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya.
e. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil.
f. Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar.
g. Selalu memakai pakaian kerja yang bersih, yang tidak dipakai diluar tempat
jasaboga (Keputusan Meteri Kesehatan RI No. 715/Menkes/SK/V/2003).
Penjamah makanan dapat membawa mikroorganisme pathogen tanpa
mengalami efek yang serius pada dirinya. Sekitar 20-50% orang sehat dapat
18
membawa Staphylococcus aureus pada kulit, hidung, tenggorokan dan lesi kulit
yang terinfeksi (Siti Fathonah, 2005:10).
Penjamah makanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan
makanan harus memenuhi persyaratan antara lain (Kepmenkes No. 942/
Menkes/SK/VII/2003):
a. Tidak menderita penyakit mudah menular misal: batuk, pilek, influenza, diare,
penyakit perut sejenisnya.
b. Menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya).
c. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian.
d. Memakai celemek, dan tutup kepala.
e. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
f. Menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas tangan.
g. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau
bagian lainnya).
h. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan yang disajikan dan atau tanpa
menutup mulut atau hidung.
Ada beberapa kebiasaan yang perlu di kembangkan oleh para pengolah
makanan untuk menjamin keamanan makanan yang diolahnya.
19
5). Adoption yaitu Subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan personal higiene dan sanitasi bagi
penjamah makanan perlu adanya penyuluhan dan pelatihan tentang higiene dan sanitasi
makanan yang difokuskan pada kesamaan presepsi ilmu pengetahuan terhadap sikap higiene
sanitasi yang seharusnya dilakukan kepada penjamah makanan.
20
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
22
(1) (2) (3) (4) (5)
Sikap Tanggapan atau reaksi Wawancara 0= kurang baik, jika Ordinal
responden yang tidak memenuhi
mendukung atau menolak syarat dengan skor <
upaya hygiene dan sanitasi 17
makanan yang diperoleh 1= baik, jika
melalui pertanyaan memenuhi syarat
terstruktur dengan dengan skor ≥ 17
menggunakan kuesioner (Sofiana, 2010)
yang meliputi: syarat
penjamah makanan, cara
mengolah makanan, cara
menyiapkan makanan
menyimpan, menyajikan
dan mengangkut makanan
serta pencucian peralatan
terdiri dari 17 pertanyaan
sikap, yang dinyatakan
dengan skor
Tingkat Pendidikan formal terakhir Wawancara 0= SD-SMP Ordinal
Pendidikan yang diterima oleh (rendah)
responden saat penelitian 1= SMA-Perguruan
dilakukan tinggi
(Sofiana,2010)
Ketersediaan Sarana pribadi yang Observasi 0= kurang baik, jika Ordinal
sarana hygiene disediakan untuk tidak memenuhi
penjamah makan penjamah makanan berupa syarat dengan skor <
tempat cuci tangan, alat 12
pelindung kerja (topi, 1= baik, jika
celemek, alas kaki dan memenuhi syarat
penutup mulut/masker) dengan skor ≥ 12
(Sofiana, 2010)
23
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengetahuan Pemahaman responden Wawancara 0= kurang baik, jika Ordinal
mengenai hygiene dan tidak memenuhi
sanitasi makanan yang syarat dengan skor <
diukur berdasarkan 24
kemampuanya untuk 1= baik, jika
menjawab perytanyaan memenuhi syarat
dengan pada kuesioner dengan skor ≥ 24
yang meliputi: pengertian (Sofiana, 2010)
hygiene dan sanitasi
makanan, syarat penjamah
makanan, cara mengolah
makanan, cara menyiapkan
makanan, menyimpan,
menyajikan, dan
mengangkut mkanan serta
pencucian peralatan, terdiri
dari pertanyaan yang
dinyatakan dengan skor
24
4.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah jumlah seluruh penjamah makanan di Kantin
Kampus Universitas Esa Unggul yang berjumlah 26 orang. Penentuan sampelnya
menggunakan total sampling yaitu seluruh populasi atau penjamah makanan yang ada
di Kantin Kampus Esa Unggul.
25
2) Coding
Memberikan kode pada setiap kuesioner sehingga mudah untuk memasukan,
menganalisisdata dan melakukan pengecekan ulang.
3) Scoring
Memberikan skor pada masing-masing variabel
4) Entry Data
Memasukan data kedalam program yang telah disediakan
5) Cleaning Data
Meneliti data apakah data yang dimasukkan kedalam program entry data sudah
dilakukan dengan benar
26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
5.3 Distribusi Pengetahuan Penjamah Makanan
Hasil wawancara tentang pengetahuan penjamah makanan tentang personal
hygiene di Kantin Universitas Esa Unggul adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Penjamah Makanan tentang Tingkat Pengetahuan
No. Tingkat Pengetahuan Jumlah Prosentase (%)
1. Kurang 8 31 %
2. Baik 18 69 %
1. Kurang 9 35%
2. Baik 17 65 %
28
5.5 Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Hasil observasi tentang ketersediaan sarana dan prasarana yang ada Di Kantin
Esa Unggul adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Ketersediaan Sarana dan Prasarana
No. Ketersediaan sarana Jumlah Prosentase (%)
dan Prasaran
1. Tidak memenuhi 4 15 %
Syarat
2. Memenuhi Syarat 22 85%
1. Buruk 13 50 %
2. Baik 13 50 %
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa personal hygiene dan sanitasi penjamah
makanan Di Kantin Esa Unggul ternyata 50 % tergolong baik dan 50 % tergolong buruk.
29
5.7 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Personal Hygiene dan Saniatasi Penjamah
Makanan Di Kantin Esa unggul.
Hasil analisis bivariat antara tingkat pendidikan dengan personal hygiene dan
sanitasi penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul dapat disajikan pada tabel
5.6 sebagai berikut.
Tabel 5.6 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Personal Hygiene dan Sanitasi
Penjamah Makanan.
Personal Hygiene dan Sanitasi Total
Tingkat
Buruk Baik Nilai p
Pendidikan Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
SD-SMP 8 57% 6 43% 14 100%
SMA-Sarjana 5 42% 7 58% 12 100% 0,695
Total 13 50% 13 %0% 26 100%
Berdasarkan tabel 5.6 Hasil analisis uji statistik bivariat antara tingkat pendidikan
dengan personal hygiene dan sanitasi penjamah makanan didapatkan hasil bahwa 14
responden dengan tingkat pendidikan SD-SMP ada 8 responden yang mempunyai
personal hygiene dan sanitasi buruk dan 6 responden yang mempunyai personal hygiene
dan sanitasi yang baik. Sedangkan 12 responden dengan tingkat pendidikan SMA-
Sarjana didapatkan 5 responden dengan personal hygiene dan sanitasi yang buruk dan 7
responden dengan personal hygiene dan sanitasi yang baik.
Berdasarkan analisis uji Fisher hubungan antara tingkat pendidikan dengan
personal hygiene dan sanitasi penjamah makanan di Kantin Esa Unggul menunjukan
nilai p-value = 0,695 (p-vulue > 0,05), dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan personal hygiene dan sanitasi penjamah
makanan Di Kantin Esa Unggul.
5.8 Hubungan antara Pengetahuan dengan Personal Hygiene dan Saniatasi Penjamah
Makanan Di Kantin Esa unggul.
Hasil analisis bivariat antara pengetahuan dengan personal hygiene dan sanitasi
penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul dapat disajikan pada tabel 5.7
sebagai berikut.
30
Tabel 5.7 Hubungan antara Pengetahuan dengan Personal Hygiene dan Sanitasi Penjamah
Makanan.
Personal Hygiene dan Sanitasi Total
Pengetahuan Buruk Baik Nilai p
Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
Buruk 5 63% 3 43% 8 100%
Baik 8 44% 10 56% 18 100% 0,673
Total 13 50% 13 50% 26 100%
31
bertanggung jawab terhadap perubahan perilaku masyarakat yang menjadi sasaran.
Dalam hal ini pengetahuan tidak memegang peranan penting terhadap praktek hygiene
dan sanitasi penjamah makanan di kantin Esa Unggul, hal ini mungkin di pengaruhi oleh
faktor lain seperti lingkungan maupun kebiasaan seseorang. Banyak yang mengetahui
bahwa memakai celemek, menutup kepala dan mencuci tangan sebelum mengolah
makanan itu penting pada saat menjamah makanan tetapi banyak dari para penjamah
mengabaikan hal tersebut karena kebiasaan sehari-hari mereka serta lingkungan yang
tidak mendukung seperti tidak adanya fasilitas seperti tidak tersedianya celemek dan
penutup kepala. Selain itu dimungkin kan juga disebabkan oleh faktor sempel yang
sangat sedikit yang mana tidak bisa membuktikan hubungan antara sikap dan personal
hygiene dan sanitasi penjamah makanan di Kantin Esa Unggul.
5.9 Hubungan antara Sikap dengan Personal Hygiene dan Saniatasi Penjamah Makanan Di
Kantin Esa unggul.
Hasil analisis bivariat antara Sikap dengan personal hygiene dan sanitasi
penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul dapat disajikan pada tabel 5.8
sebagai berikut.
Tabel 5.8 Hubungan antara Sikap dengan Personal Hygiene dan Sanitasi Penjamah
Makanan.
Personal Hygiene dan Sanitasi Total
Sikap Buruk Baik Nilai p
Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
Buruk 5 56% 4 44% 9 100%
Baik 8 47% 9 53% 17 100% 1,000
Total 13 50% 13 %0% 26 100%
Berdasarkan tabel 5.8 di dapatkan bahwa 9 responden dengan sikap yang buruk 5
diantaranya mempunyai personal hygiene dan sanitasi penjamah makanan yang bururk
pula sedangkan 4 diantaranya memepunyai personal hygiene dan sanitasi yang baik.
Untuk responden dengan sikap penjamah makanan yang baik 9 diantaranya mempunyai
personala hygiene dan sanitasi yang baik pula dan 8 sisanya mempunyai personal
hygiene dan sanitasi yang buruk.
Hasil uji statistik dengan uji fisher didapatkan nilai p-value sebesar 1,000 (p-
value > 0,005). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
32
sikap dengan personal hygiene dan sanitasi makanan pada penjamah makanan Di Kantin
Esa Unggul.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sella tahun 2016
bahwa tidak ada bhubungan antara sikap dengan personal hygiene penjamah makanan di
Kantin SMA Muhammadiyah 2 Surabaya. Dalam penelitian tersebut dikemukakan
bahwa sikap tidak selalu berpengaruh pada perilaku seseorang karena sikap merupakan
bentuk respon dari suatu stimulus. Manusia akan selalu bertindak atau berbuat diperlukan
adanya niat yang dapat membentuk perilaku seseorang dalam situasi dan kondisi di
lingkungan sekitarnya. Perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor internal
maupun eksternal meliputi kepribadian personal, lingkungan, sosial ekonomi, ras, jenis
kelamin, pendidikan dan keturunan.
Penelitian ini sangat bertentangan dengan teori Green yang mengungkapkan
bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor salah satunya adalah sikap. Ini dimungkinkan
bahwa perilaku penjamah makanan dipengaruhi oleh faktor lain, seperti adanya pengaruh
dari rekan/teman sesama penjamah makanan. Selain itu dimungkin kan juga disebabkan
oleh faktor sempel yang sangat sedikit yang mana tidak bisa membuktikan hubungan
antara sikap dan personal hygiene dan sanitasi penjamah makanan di Kantin Esa Unggul.
5.10 Hubungan antara Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan Personal Hygiene dan
Saniatasi Penjamah Makanan Di Kantin Esa unggul.
Hasil analisis bivariat antara ketersediaan sarana dan prasaranadengan personal
hygiene dan sanitasi penjamah makanan di Kantin Universitas Esa Unggul dapat
disajikan pada tabel 5.6 sebagai berikut.
Tabel 5.9 Hubungan antara Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan Personal Hygiene
dan Sanitasi Penjamah Makanan.
Ketersediaan Personal Hygiene dan Sanitasi Total
sarana dan Buruk Baik Nilai p
Jumlah %
prasarana Jumlah % Jumlah %
Buruk 3 75% 1 25% 4 100%
Baik 10 46% 12 56% 22 100% 0,297
Total 13 50% 13 %0% 26 100%
33
Berdasarkan tabel 5.9 di dapatkan bahwa 4 kantin dengan ketersediaan sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat 3 diantaranya mempunyai personal hygiene dan
sanitasi penjamah makanan yang buruk sedangkan 1 responden diantaranya memepunyai
personal hygiene dan sanitasi yang baik. Untuk kantin dengan ketersediaan sarana dan
prasarana kantin yang memenuhi syarat 12 responden dikantin tersebut ternyata
mempunyai personala hygiene dan sanitasi yang baik dan 8 sisanya mempunyai personal
hygiene dan sanitasi yang buruk.
Hasil uji statistik dengan uji fisher didapatkan nilai p-value sebesar 0,297 (p-
value > 0,005). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
ketersediaan sarana dan prasarana dengan personal hygiene dan sanitasi makanan pada
penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul.
34
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukakan, maka dapat diperoleh berbagai
kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Rata-rata tingkat pendidikan penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul adalah
lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 42%.
2. Pengetahuan penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul tentang hygiene dan sanitasi
makanan sebagian besar sudah tergolong baik dengan prosentase sebesar 69%.
3. Sikap penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul tentang hygiene dan sanitasi
makanan sudah tergolong baik dengan prosentase sebesar 65%.
4. Ketersediaan sarana dan prasana Di Kantin Esa Unggul sebagian besar sudah
memenuhi sayarat dengan prosentase 85%.
5. Personal hygiene dan sanitasi penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul 50% sudah
melakukannya dengan baik, tetapi sisanya memiliki personal hygiene yang buruk.
6. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan personal hygiene dan sanitasi
penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul.
7. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan personal hygiene dan sanitasi
penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul.
8. Tidak ada hubungan anatara sikap dengan personal hygiene dan sanitasi penjamah
makanan Di Kantin Esa Unggul.
9. tidak ada hubngan anatara ketersediaan sarana dan prasarana dengan personal
hygiene dan sanitasi penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul.
6.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya para pengusaha kantin melengkapi sarana dan prasarana yang belum
tersedia untuk menunjang perilaku hygiene dan sanitasi penjamah makanan yang
baik, antara lain celemek, penutup kepala dan sabun cuci tangan.
35
2. Sebaiknya pihak kampus mengadakan pelatihan dan penyuluhan tentang hygiene dan
sanitasi pada penjamah makanan dengan mendatangkan pelatih dari dinas kesehatan
atau dari yang ahli tentang hygiene dan sanitasi makanan secara berkesinambungan .
3. Sebaiknya pihak Kampus Esa Unggul membuat Tim Pengawas untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan pada seluruh penjamah makanan Di Kantin Esa Unggul
secara rutin, agar para penjamah makanan betul-betul menjaga kualitas makanan
dengan melakukan praktek hygiene dan sanitasi penjamah yang baik dan benar.
36
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Titin. 2005. Pentingnya Higiene Penjamah Makanan Tradisional, Proceeding Seminar
Nasional Memebangun Citra Pangan Tradisonal tanggal 15 April 2005.
Semarang: Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang.
Azwar Azrul. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya
Azwar, Saifudin. 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM). 2012. Laporan Tahunan Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia.
Budiyono. 2008. Tingkat Pengetahuan dan Praktik Penjamah Makanan tentang Higiene dan
Sanitasi Makanan Pada Warung Makan Di Tembalang Kota Semarang. Semarang:
UNDIP
Fathonah, Siti. 2006. Higiene dan Sanitasi Makanan. Semarang: Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang
Selman A Carol dan Green R Laura. 2008. Environmental Specialist Self Reported Foodborne
IlneeeOutbreak Investigation Oractices. Jurnal Of Environmental Health January-
February Page 16-21. Volume 70. No.6
Soekidjo Notoatmojo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Soemirat, Juli, 2009. Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta; Gadjah Mada University Press.
Sofianan Erna. 2012. Hubungan Hygiene dan Sanitasi dengan Kontaminasi Escherechia Coli
pada Jajanan Di Sekolah Dasar Kecamatan Tapos Depok Tahun 2012. Skripsi.
FKM UI Depok
Sukmara, Uus. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Imunisasi Toksoid Ibu Hamil Di
Puskesmas Sukamanah Kabupaten Bogor Tahun 2000. Tesis. Program
Pascasarjana. Depok: Universitas Indonesia
37
Suwondo, A. 2004. Makalah Food Born Diseases Sebagai nya Kontaminasi dan Bahan Toksik
pada Pangan. Seminar Nasional pangan dan Kesehatan Semarang: UNDIP
WHO. 2005. Penyakit Bawaan Makanan Fokus Pendidikan Kesehatan . Jakarta: EGC
Oginawati, K. 2008. Sanitasi Makanan dan Minuman. Penerbit Institut Teknologi Bandung Press.
Bandung.
Purnawijayanti, Hiasinta. 2001. Saniatasi, Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan
Makanan. Yogyakarta: Kanisius
38
LAMPIRAN
No Deskripsi Bulan ke
1 2 3 4
1 Proposal dan survay lapangan
2 Pengumpulan data
- Entry data
5 Analisa data
6 Laporan hasil penelitian
7 Publikasi ilmiah
39
3 Lain-lain 1.120.000
3.720.000
Total Anggaran
(Tiga Juta Tujuh Ratus Sepuluh Ribu Rupiah)
Biaya
No. Uraian Kegunaan
(Rupiah)
1. Kuesiner 4 kuesioner x 26 Pengumpulan data dan 520.000
responden @ 5000 wawancara
40
V. Anggaran Lain-lain
No. Jenis Pengeluaran Biaya
1. Souvenir bagi responden (26 orang) 520.000
2. Pembuatan laporan + Ethical clearance 300.000
3. Publikasi 300.000
Jumlah 1.120.000
41
BIODATA PENGUSUL PENELITIAN
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Nayla Kamilia Fithri, SKM. MPH.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional -
4 NIP/NIK/No. identitas lainnya 215010562
5 NIDN 0315058802
6 Tempat dan Tanggal Lahir Jember, 15 Mei 1988
7 E-mail nayla.kamilia@esaunggul.ac.id
8 Nomor Telepon/HP 085743408805
9 Alamat Kantor jl Raya Arjuan no. 9 Kebun Jeruk Jakarta Barat
10 Nomor Telepon/Faks 021-5674223
11 Lulusan yg telah dihasilkan S-1= 20 orang; S-2= 0 orang; S-3= 0 orang
1. AMDAL
12 Mata Kuliah yang diampu 2. Pengolahan Limbah Industri
3. Manajemen Sanitasi Rumah Sakit
B. Riwayat Pendidikan
Program: S-1 S-2 S-3
Universitas
Universitas
Nama PT Negeri -
Gadjah Mada
Semarang
Kesehatan Kesehatan
Bidang Ilmu -
Masyarakat Masyarakat
Tahun Masuk-Lulus 2006-2011 2011-2014 -
Faktor-faktor
Pemanfaatan yang
tumbuhan air berhubungan
azzola dengan kualitas
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi mycrophyla biologi udara -
untuk dalam rumah di
pengolahan sekitar TPA
limbah cair tahu Piyungan
Yogyakarta
Nama Pembimbingan/Promotor Eram Tunggul Dra. Susi -
P., S.KM, Iravati, Apt.,
M.Kes. Ph.D
42
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2015 Faktor-faktor yang mempengaruhi UEU 8.350.000
kualitas mikrobiologi udara di ruang
kelas Universiatas Esa Unggul
2 2015 Pengaruh Presipse Resiko Keselamatan UEU 3.580.000
terhadap Perilaku Keselamatan
Berkendara pada Mahasiswa Penggunaa
Kendaraan Roda Di Universitas Esa
Unggul
*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber
lainnya
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Sumber* Jml (Juta Rp)
1
2
*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI
maupun dari sumber lainnya
43
Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
2
3
Dst
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan penelitian internal Universitas Esa Unggul.
44
(Nayla Kamilia Fithri, SKM., MPH)
45