Anda di halaman 1dari 4

STRATEGI PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR PADA DOMBA

LEPAS SAPIH DENGAN PENERAPAN DISINFEKSI KANDANG DI


UPTD BPPTDK MARGAWATI GARUT

Prina Annisa Ramadhanti


200110180267

2.1 Abstrak
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan tanggal 4 Januari hingga 5 Febuari
2021 di UPTD BPPTDK Margawati yang berlokasi di Desa Sukanegla,
Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Praktik Kerja Lapangan
ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan dan tatacara pemeliharaan domba sebagai
aplikasi dari teori yang telah didapat dari perkuliahan serta menambah wawasan
dan keilmuan dalam bidang kesehatan ternak. Adapun tugas khusus dalam Praktik
Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui penerapan disinfeksi kandang di
UPTD BPPTDK Margawati dalam strategi pencegahan penyakit menular pada
domba usia lepas sapih. Objek yang diamati adalah jumlah kejadian penyakit pada
domba usia lepas sapih dengan data 12 hari sebelum disinfeksi kandang dan 12
hari sesudah penerapan disinfeksi kandang. Metode yang digunakan dalam
pengambilan data antara lain melakukan observasi dengan cara mengikuti
kegiatan yang dilakukan di lapangan dan wawancara terhadap pihak terkait yang
berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi penurunan
angka kejadian penyakit menular sebagai berikut : sebelum disinfeksi kandang
sebanyak 37 kasus dan sesudah disinfeksi kandang sebanyak 24 kasus. Adapun
perincian penyakit menular yang sering terjadi dikandang lepas sapih yaitu infeksi
cacing berdampak malnutrisi, enteritis, rhinitis, orf, dan pink eye.

Kata Kunci : Domba lepas sapih, Kesehatan, Disinfeksi, dan Pengendalian


Penyakit Menular

2.2 Latar Belakang

Domba merupakan salah satu dari ruminansia kecil sumber protein hewani

yang memiliki potensi besar untuk dibudidayakan di Indonesia. Hal ini

dikarenakan domba dapat berkembangbiak dengan baik di iklim tropis,

pemeliharaannya relatif mudah, dan tidak membutuhkan modal yang terlalu besar.
Selain itu, ternak domba ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi serta menjadi

salah satu produk andalan dalam memenuhi asupan konsumsi daging untuk

kebutuhan nutrisi manusia.

Di Indonesia terdapat beberapa bangsa domba, antara lain domba ekor

tipis , domba ekor gemuk, domba garut dan lainya. Domba garut merupakan salah

satu rumpun domba lokal Indonesia yang mempunyai sebaran asli geografis di

Provinsi Jawa Barat dan dibudidayakan secara turun temurun. Untuk mendapat

domba Garut unggul perlu dilakukan manajemen budidaya yang baik seperti

pemilihan bibit yang benar, pemenuhan pakan yang sesuai, dan manajemen

pemeliharaan yang tepat.

Manajemen pemeliharaan termasuk mengenai kesehatan menjadi salah

satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produktivitas domba, yaitu dengan

menerapkan kegiatan biosecurity, biosafety, dan sanitasi kandang. Pencegahan

dan pengendalian penyakit dapat diimplementasikan ke dalam manajemen

kesehatan yang baik dan benar dalam rangka meningkatkan produktivitas domba

dilihat dari pertambahan bobot badannya. Tindakan pencegahan dengan

menerapkan disinfeksi kandang yang konsisten dan kontinyu dapat menjadi salah

satu upaya dalam mengendalikan penyakit menular yang dapat menyebabkan

kematian pada domba.

Manajemen kesehatan dikatakan berhasil apabila domba mampu terhindar

dari berbagai penyakit, seperti penyakit infeksius dan non infeksius selama

pemeliharaan. Penyakit infeksuis yang sering menjangkit domba seperti: orf, pink

eye, rhinitis, entritris, serta cacingan yang berujung malnutrisi. Penyakit infeksius

ini dapat dicegah dengan melakukan perbaikan tata kelola kebersihan kandang

dan penyusunan strategi pengendalian penyakit.


2.3 Tujuan

Tujuan dari praktik lapangan kerja yaitu untuk mengetahui bagaimana

pengaruh disinfeksi kandang yang tergabung dalam strategi pengendalian

penyakit menular terhadap penurunan jumlah kejadian domba yang sakit di UPTD

BPPTDK Margawati.

2.4 Metode

Objek yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu domba usia lepas sapih

kandang muda O dengan populasi awal ( sebelum disinfeksi ) 162 ekor dan

populasi akhir ( sesudah disinfeksi ) 80 ekor. Dalam proses disinfeksi ini, domba

perlu dipindah ke kandang lain terlebih dahulu selama beberapa hari. Oleh karena

itu, perbedaan jumlah domba yang diamati terjadi karena mencegah peningkatan

domba yang mengalami stess akibat pindah kandang.

Metode pengamatan yang digunakan dalam praktik kerja lapangan ini

adalah observasi berupa wawancara terhadap pihak-pihak terkait seperti dokter

hewan dan pegawai kandang, mengikuti kegiatan pencegahan dan penanganan

penyakit, serta mengambil data kesehatan yang berasal dari pihak balai. Parameter

yang diamati adalah jumlah kejadian penyakit infeksius yang terjadi dikandang

lepas sapih dengan data 12 hari sebelum disinfeksi ( 6 Januari 2021 – 17 Januari

2021 ) dan 12 hari sesudah disinfeksi ( 22 Januari 2021 – 2 Februari 2021 ).

Adapun penyakit infeksius yang sering terjadi yaitu orf, pink eye, rhinitis,

enteritis, dan infeksi cacing yang berdampak malnutrisi.

2.5 Analisis Data


Data yang diperoleh kemudian dianalisis kemudian dibandingkan antara

jumlah kejadian penyakit sebelum dan sesudah penerapan disinfeksi kandang.

2.6 Hasil dan Pembahasan

2.6.1 Pemeliharaan Domba Lepas Sapih

Pemeliharaan domba lepas sapih di UPTD-BPPTDK Margawati dimulai

sejak domba berusia 100 hari hingga mencapai usia muda. Pemeliharaan

dilakukan secara koloni dan dipisahkan sesuai dengan jenis kelamin antara jantan

dan betina. Kandang yang ditempati domba lepas sapih berukuran panjang 36 m,

lebar 9 m, dan tinggi 3 m yang terbagi menjadi 18 flock dalamnya.

2.6.2 Penyakit Infeksius Pada Domba Lepas Sapih

2.6.3 Manajemen Penanganan Kesehatan

2.6.4 Program Sanitasi

2.7 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai