Anda di halaman 1dari 12

Aristawidya et al.

LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

Status Pencemaran Situ Gunung Putri di Kabupaten Bogor


Berdasarkan Metode STORET dan Indeks Pencemaran

Mira Aristawidya1, Zahidah Hasan1, Iskandar1, Yustiawati2, Heti Herawati1

1
Program Studi Perikanan FPIK Unpad,
2
Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Email: mirarista21@gmail.com

Diajukan 5 Oktober 2019. Ditelaah 25 Februari 2020. Disetujui 27 Juni 2020.

Abstrak

Situ Gunung Putri yang terletak di Kabupaten Bogor berfungsi untuk menampung air,
irigasi pertanian, kegiatan perikanan, serta tempat pembuangan limbah domestik dan industri.
Aktivitas masyarakat di sekitar situ diduga menyebabkan penurunan kualitas fisika, kimia,
dan biologi perairan situ. Oleh karena itu, penelitian mengenai status pencemaran perlu
dilakukan untuk pengelolaan sumber daya perairan situ. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui status pencemaran Situ Gunung Putri yang diukur dari parameter fisika dan kimia
perairannya. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai Maret 2019. Metode yang
digunakan dalam penentuan status pencemaran yaitu metode STORET dan Indeks
Pencemaran (IP). Hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan di lapangan dibandingkan
dengan baku mutu air, dan digunakan dalam penentuan status pencemaran menurut masing-
masing metode. Kedua metode menghasilkan status kualitas air yang berbeda untuk masing-
masing stasiun, dengan skor metode STORET berkisar -20–0 dan skor metode Indeks
Pencemaran berkisar 0,31–3,92. Metode STORET lebih akurat menjelaskan kondisi
pencemaran di Situ Gunung Putri dan menunjukkan air situ dalam kondisi tercemar ringan
hingga sedang. Berdasarkan kedua metode yang digunakan, status pencemaran tertinggi
ditemukan di Stasiun 3 dan 5. Bahan organik dengan kandungan yang tinggi diduga sebagai
penyebab pencemaran karena parameter kualitas air yang paling dominan dalam penentuan
status pencemaran adalah COD. Dengan demikian, perairan Situ Gunung Putri kurang
mendukung untuk kegiatan perikanan karena parameter kualitas air COD dan DO di Stasiun 3
dan 5 tidak memenuhi syarat baku mutu air kelas II dan III berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001. Baik limbah industri, domestik, maupun pertanian yang masuk ke
perairan Situ Gunung Putri berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan perairan yang
dapat dilihat dari nilai COD yang tinggi.

Kata kunci: kualitas air, pencemaran, metode STORET, Indeks Pencemaran, Situ Gunung
Putri

27
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

Abstract

Pollution Status of Gunung Putri Pond in Bogor Regency Based on STORET


Method and Pollution Index. Gunung Putri pond located in Bogor Regency functions as
water reservoir, agricultural irrigation, fisheries activities, as well as domestic and industrial
waste disposal sites. Human activities around the pond are thought to cause a decrease in the
physical, chemical and biological qualities of the pond water. Therefore, research on the
pollution status needs to be carried out for the management of pond water resources. The
purpose of this study was to determine the status of Gunung Putri pond pollution as measured
by the physical and chemical parameters of its waters. The study was conducted from
February to March 2019. The methods used in determining the status of pollution were the
STORET method and the Pollution Index (IP). The results of water quality measurements
carried out in the field were compared with water quality standards, and were used in
determining the status of pollution according to each method. Both methods produce different
water quality status for each station, with the STORET method score ranging -20–0 and the
Pollution Index score ranging 0.31–3.92. The STORET method more accurately explained the
pollution conditions in Gunung Putri pond and showed that the water was in mild to moderate
polluted conditions. Based on the two methods used, the highest pollution status was found at
Stations 3 and 5. Organic material with high content was suspected as the cause of pollution
because the most dominant water quality parameter in determining pollution status was COD.
Therefore, Gunung Putri pond cannot support fishery activities because the water quality
parameters of COD and DO at Stations 3 and 5 do not meet the water quality standards for the
class II and III waters based on the Government Regulation No. 82 of 2001. Industrial,
domestic, and agricultural wastes entering the waters of Gunung Putri pond contribute to the
pollution of the aquatic environment which can be seen from the high COD value.

Keywords: water quality, pollution, STORET method, Pollution Index, Gunung Putri pond

Pendahuluan peningkatan aktivitas masyarakat yang


memanfaatkan situ sebagai tempat
Penelitian yang mengkaji kualitas air pembuangan limbah. Masukan beban
maupun pengelolaan situ belum cukup limbah organik dan nonorganik dapat
banyak, sementara jumlah situ yang menyebabkan algae blooming dan
mengalami kerusakan semakin meningkat. mengubah faktor fisika dan kimia
Berdasarkan pengamatan di lapangan lingkungan perairan.
menggunakan interpretasi kondisi situ Situ Gunung Putri merupakan salah
secara visual dan data pengindraan jauh, di satu situ di Kabupaten Bogor yang
Kabupaten Bogor terdapat 106 situ, namun memiliki luas 120.645 m2 serta kedalaman
yang bisa teridentifikasi berjumlah 101 situ berkisar 0,5–1,7 m. Situ dikelilingi oleh area
dengan kondisi 23 rusak, 26 sedang, dan 52 permukiman, lahan pertanian, dan beberapa
baik (Suryanta, 2016). Kerusakan yang industri yang membuang limbahnya ke
terjadi di situ-situ Kabupaten Bogor badan air situ, antara lain industri
tersebut umumnya berupa penurunan daya manufaktur motor, pemasok peralatan
tampung air yang disebabkan oleh industri, industri otomotif, dan perusahaan-
penurunan luas dan sedimentasi. Menurut perusahaan konstruksi yang secara
Elfidasari et al. (2015), Situ Lebak Wangi, langsung maupun tidak langsung
salah satu situ di Kabupaten Bogor, mencemari perairan situ. Awalnya, Situ
mengalami penurunan debit air akibat Gunung Putri dimanfaatkan oleh
sedimentasi. Hal tersebut disebabkan terjadi masyarakat sebagai penampung air, sumber

28
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

irigasi pertanian, dan kegiatan perikanan Masing-masing metode mempunyai


tangkap. Namun, seiring dengan waktu situ kelebihan dan kelemahan yang menjadi
ini juga dimanfaatkan sebagai tempat pertimbangan pemilihan metode-metode
pembuangan limbah, baik domestik tersebut. Metode STORET mempunyai
maupun industri. Limbah-limbah tersebut kelebihan dapat menyimpulkan status mutu
masuk ke perairan situ melalui saluran air air pada rentang waktu tertentu, sehingga
dan sungai kecil. Menurut penduduk mudah dipahami oleh masyarakat awam.
setempat, saluran-saluran air tersebut sering Kelemahan metode ini adalah memerlukan
kali mengeluarkan cairan berwarna hitam beberapa seri data yang cukup dalam
dan berbau tidak sedap ke dalam perairan penentuan kualitas air, sehingga
situ. Aktivitas masyarakat di sekitar situ memerlukan biaya yang relatif lebih besar
telah menyebabkan penurunan kualitas dan waktu yang lebih panjang. Metode
fisika, kimia, dan biologi perairan situ, Indeks Pencemaran mempunyai kelebihan
terlihat dari kedalaman yang dangkal dapat menentukan status mutu air yang
dengan dasar berlumpur, air tampak keruh, dipantau hanya dengan satu seri data,
bau tidak sedap, serta sampah plastik yang sehingga memerlukan biaya dan waktu
banyak ditemukan di sekitar inlet, outlet, yang relatif sedikit. Kelemahannya adalah
maupun yang terjebak dan terbawa oleh karena data yang dihitung adalah data
tumbuhan air. Eutrofikasi atau penyuburan tunggal, maka sering terjadi data tunggal
perairan diduga telah terjadi di Situ Gunung tersebut tidak cukup mewakili kondisi
Putri yang dibuktikan oleh keberadaan kualitas perairan yang sebenarnya
populasi tumbuhan air eceng gondok dan (Yusrizal, 2015).
teratai yang tumbuh menutupi kurang lebih Dengan metode STORET, parameter-
setengah permukaan situ dalam jangka parameter yang telah memenuhi atau
waktu yang lama. melampaui baku mutu air dapat diketahui.
Metode STORET dan Indeks Penilaian tingkat kualitas air dengan
Pencemaran merupakan metode yang metode STORET tidak bergantung pada
populer digunakan di Indonesia. Metode- jumlah dan jenis parameter yang harus
metode tersebut memberikan fleksibilitas digunakan. Selama parameter kualitas air
penggunaan jumlah dan jenis parameter yang diteliti dapat dibandingkan dengan
kualitas air serta pemakaian regulasi baku baku mutu yang ada, maka indeks tingkat
mutu sesuai kebutuhan lokal. Bentuk kualitasnya dapat ditentukan (Hariyadi &
persamaan dan simulasi sensitivitas indeks Effendi, 2016 dalam Kadim et al., 2017).
dikaji berdasarkan penggunaan banyak Indeks Pencemaran (IP) digunakan
parameter dengan dan tanpa parameter untuk menentukan tingkat pencemaran
bakteriologi (Total Coli dan E. coli), dan relatif terhadap parameter kualitas air yang
penggunaan hanya beberapa parameter diizinkan. IP dapat memberi masukan
kualitas air seperti dalam metode Overall kepada pengambil keputusan agar dapat
Index Pollution (OIP) yang diterapkan di menilai kualitas badan air untuk suatu
India dan metode Interim National Water peruntukan, serta melakukan tindakan
Quality Standards-Department of untuk memperbaiki kualitas jika terjadi
Environmental (INWQS-DOE) yang penurunan akibat kehadiran senyawa
diterapkan di Malaysia. Indeks OIP dan pencemar. IP mencakup berbagai kelompok
DOE adalah metode indeks kualitas air parameter kualitas yang independen dan
yang dikembangkan dengan standar bermakna (Keputusan Menteri Negara
lingkungan masing-masing di India dan Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003).
Malaysia, yang memiliki tantangan polusi Metode IP sering digunakan bersamaan
domestik dan industri mirip dengan dengan metode STORET sebagai
Indonesia (Saraswati et al., 2014). perbandingan penentuan status mutu air
menggunakan parameter kualitas air yang

29
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

sama. Penggunaan kedua metode ini dapat penentuan status pencemaran yaitu metode
menghasilkan output yang berbeda karena STORET dan Indeks Pencemaran
ada pembobotan tiap-tiap parameter yang berdasarkan Keputusan Menteri Ling-
berbeda (Huboyo et al., 2009). kungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
Sebagai metode berbasis indeks, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
metode Indeks Pencemaran dibangun Air. Kedua metode tersebut dapat
berdasarkan dua indeks kualitas. Yang menentukan kelas kualitas air melalui
pertama adalah indeks rata-rata (IR) yang perbandingan parameter dengan baku mutu
menunjukkan tingkat pencemaran rata-rata yang telah ditetapkan sesuai Peraturan
dari seluruh parameter dalam satu kali Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
pengamatan. Yang kedua adalah indeks Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
maksimum (IM) yang menunjukkan satu Pencemaran Air. Parameter kualitas air
jenis parameter dominan yang menye- yang digunakan dalam kedua metode
babkan penurunan kualitas air pada satu tersebut diperlihatkan dalam Tabel 1.
kali pengamatan (Marganingrum et al.,
2013). Penentuan Titik Sampling
Dalam penelitian ini, status pence- Pengambilan sampel air dilakukan di
maran Situ Gunung Putri ditentukan dengan lima stasiun penelitian (Gambar 1, Tabel 2).
mengukur parameter fisika dan kimia Titik pengambilan sampel ditentukan
perairannya. Penelitian ini diharapkan dapat berdasarkan aktivitas masyarakat di
memberikan informasi mengenai kondisi sekitarnya yang memungkinkan beban
pencemaran di perairan Situ Gunung Putri pencemar masuk ke perairan Situ Gunung
dan bahan-bahan pencemar yang sudah dan Putri. Dari setiap stasiun, sampel air
berpotensi menurunkan kualitas perairan diambil sebanyak 250 mL untuk masing-
situ, sehingga pencemaran Situ Gunung masing pengujian COD, nitrat, amonia, dan
Putri dapat diatasi dan situ dapat dikelola fosfat. Pengawet asam sulfat ditambahkan
dengan baik sesuai peruntukannya. ke dalam sampel air untuk pengujian COD
dan amonia, kemudian sampel dimasukkan
ke dalam cool box dan dibawa ke
Bahan dan Metode Laboratorium Produktivitas dan Ling-
kungan Perairan (Proling) IPB, sedangkan
Penelitian dilaksanakan dari bulan sampel air untuk pengujian nitrat dan fosfat
Februari sampai dengan Maret 2019 di Situ dimasukkan ke dalam cool box, kemudian
Gunung Putri, Desa Gunung Putri, dibawa ke Laboratorium Pusat Penelitian
Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Limnologi LIPI.
Bogor. Metode yang digunakan dalam

Tabel 1. Parameter kualitas air yang diukur

Parameter Alat/Metode Lokasi pengamatan


Parameter Fisika
Suhu (°C) Water Quality Checker Horiba In situ
Parameter Kimia
pH Water Quality Checker Horiba In situ
DO (mg/L) Water Quality Checker Horiba In situ
COD (mg/L) Metode Refluks Tertutup Laboratorium
Nitrat (mg/L) Metode Brucine Laboratorium
Amonia (mg/L) Metode Fenat Laboratorium
Fosfat (mg/L) Metode Asam Askorbat Laboratorium

30
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

Gambar 1. Lokasi sampling di Situ Gunung Putri

Tabel 2. Lokasi dan karakteristik lima stasiun sampling di Situ Gunung Putri

Stasiun Koordinat Keterangan


1 6°27’55,68’’ LS dan 106°53’21,00’’ BT Inlet dekat kawasan industri
2 6°27’50,52’’ LS dan 106°53’16,26’’ BT Inlet dekat kawasan permukiman
3 6°27’48,23’’ LS dan 106°53’21,83’’BT Bagian tengah situ
4 6°27’46,86’’ LS dan 106°53’14,94’’BT Inlet dekat kawasan pertanian
5 6°27’46,08’’ LS dan 106°53’26,10’’ BT Outlet situ

Pengolahan Data dalam Metode STORET dilakukan dengan langkah-


STORET langkah sebagai berikut:
Pada analisis menggunakan metode 1. mengumpulkan data kualitas air dan
STORET, data kualitas perairan debit air secara periodik untuk
dibandingkan dengan baku mutu yang mendapatkan data dari waktu ke waktu
sesuai dengan peruntukannya guna (time series data) minimal 2 seri data
menentukan status mutu air. Hasil analisis 2. membandingkan data hasil
per sampel air kemudian dibandingkan pengukuran/pengujian dari masing-
dengan baku mutu yang sesuai dengan masing parameter air dengan nilai baku
pemanfaatan air (Hariono et al., 2017). mutu sesuai dengan kelas air
Penentuan status mutu air dengan metode 3. jika pengukuran/pengujian memenuhi
nilai baku mutu air (hasil pengukuran

31
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

kurang daripada baku mutu), maka Keterangan:


diberi skor 0 PIj : Indeks Pencemaran bagi
4. jika hasil pengukuran/pengujian tidak peruntukan
memenuhi nilai baku mutu air (hasil Ci : Konsentrasi parameter kualitas
pengukuran lebih daripada baku mutu), air yang diperoleh dari hasil
maka diberi skor sesuai dengan Tabel 3 survei
5. menghitung jumlah negatif dari seluruh Lij : Konsentrasi parameter kualitas
parameter dan menentukan status mutu air yang dicantumkan dalam
airnya dari jumlah skor yang didapat Baku Peruntukan Air
dengan menggunakan sistem nilai dari (Ci/Lij)M : Nilai Ci/Lij maksimum
United States-Environmental Protection (Ci/Lij)R : Nilai Ci/Lij rata-rata
Agency (US-EPA) dengan
mengklasifikasikan mutu air ke dalam Evaluasi terhadap nilai PI adalah:
empat kelas, yaitu: 0 ≤ PIj ≤ 1,0 : memenuhi baku mutu
Kelas A: baik sekali, skor 0, memenuhi 1,0 < PIj ≤ 5,0 : tercemar ringan
baku mutu 5,0 < PIj ≤ 10 : tercemar sedang
Kelas B: baik, skor -1 s.d. -10, tercemar PIj > 10 : tercemar berat
ringan
Kelas C: sedang, skor -11 s.d. -30,
tercemar sedang Hasil
Kelas D: buruk, skor < -31, tercemar
berat. Data kualitas perairan yang diperoleh
untuk menentukan status kualitas air Situ
Pengolahan Data dalam Metode Indeks Gunung Putri adalah suhu, pH, COD, DO,
Pencemaran konsentrasi nitrat, amonia, dan fosfat dalam
Indeks kualitas air dengan metode air (Tabel 4).
Indeks Pencemaran dihitung dengan rumus Hasil pengukuran kualitas air dari
sebagai berikut: tujuh parameter yang dibandingkan dengan
baku mutu air kelas II dan III untuk
perikanan menunjukkan bahwa parameter
C C
(L i )2 + ( L i )2 yang belum memenuhi syarat yaitu DO dan
√ ij M ij R
COD. Konsentrasi DO yang sudah
PIj =
2 memenuhi syarat baku mutu kelas II hanya
ditemukan di Stasiun 1, sedangkan untuk
Stasiun 2 dan 5 bahkan belum memenuhi

Tabel 3. Sistem nilai untuk parameter dan baku mutu metode STORET

Parameter
Jumlah contoh* Nilai
Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
< 10 Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
≥ 10 Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Keterangan:
* Jumlah contoh = jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air

32
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

Tabel 4. Kualitas perairan Situ Gunung Putri

Stasiun PP No. 82 Tahun 2001


Parameter
1 2 3 4 5 Kelas II Kelas III
R 30,61 ± 1,76 29,54 ± 1,12 29,73 ± 1,36 28,58 ± 0,77 28,14 ± 0,52
Suhu (°C) Deviasi 3 Deviasi 3
K 28,63–32,90 28,70–31,67 28,40–32,30 27,80–29,85 27,60–28,98
R 7,25 ± 0,23 7,11 ± 0,27 7,27 ± 0,10 7,15 ± 0,18 7,33 ± 0,34
pH 6–9 6–9
K 6,79–7,42 6,74–7,49 7,17–7,41 7,01–7,49 6,72–7,56
R 46,59 ± 10,37 46,89 ± 13,33 54,09 ± 15,89 42,22 ± 9,86 44,59 ± 7,65
COD (mg/L) ≤ 25 ≤ 50
K 29,55–61,83 30,41–67,93 35,56–75,92 28,69–54,06 35,13–54,02
R 5,70 ± 2,55 2,81 ± 1,38 3,96 ± 3,73 3,06 ± 2,69 1,92 ± 1,10
DO (mg/L) ≥4 ≥3
K 3,53–9,56 1,07–4,44 0,92–10,41 0,65–8,32 0,56–3,07
R 0,049 ± 0,006 0,058 ± 0,015 0,050 ± 0,009 0,047 ± 0,009 0,049 ± 0,007
Nitrat (mg/L) ≤ 10 ≤ 20
K 0,041–0,056 0,039–0,077 0,036–0,061 0,036–0,057 0,035–0,057
R 0,653 ± 0,333 0,796 ± 0,306 0,610 ± 0,306 0,827 ± 0,490 0,644 ± 0,431 Kandungan amonia bebas
Amonia
untuk ikan yang peka: ≤
(mg/L) K 0,113–0,963 0,266–1,065 0,233–1,122 0,204–1,696 0,090–1,188 0,02 mg/L
Fosfat R 0,018 ± 0,005 0,017 ± 0,003 0,015 ± 0,002 0,022 ± 0,004 0,015 ± 0,003
≤ 0,2 ≤ 1,0
(mg/L) K 0,013–0,027 0,014–0,023 0,012–0,018 0,015–0,025 0,012–0,019

Keterangan:
R = rata-rata
K = kisaran

33
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

syarat baku mutu kelas III. Nilai COD di membandingkan tujuh parameter kualitas
semua stasiun belum memenuhi syarat air dengan baku mutu air kelas II dan III
baku mutu kelas II, sedangkan untuk baku untuk perikanan yang diperlihatkan dalam
mutu kelas III hanya Stasiun 3 yang sudah Tabel 4. Kedalaman yang dangkal, sekitar
memenuhi syarat. Hasil pengukuran 50–60 cm, dan dasar berlumpur di Stasiun
amonia di setiap stasiun penelitian 1 menyebabkan perairan tampak lebih
menunjukkan rata-rata yang cukup tinggi, keruh dibandingkan stasiun yang lain.
tetapi baku mutu kualitas air kelas II dan Stasiun 1 juga mengeluarkan bau tidak
III dalam PP Nomor 82 Tahun 2001 sedap yang diduga berasal dari buangan
menjelaskan bahwa tidak disyaratkan batas limbah industri. Di stasiun ini tidak ada
maksimum amonia untuk kegiatan makrofita maupun tutupan yang
perikanan, kecuali bagi ikan yang peka, menghalangi cahaya matahari ke
yakni ≤ 0,02 mg/L. permukaan air, sehingga suhu yang terukur
Analisis status pencemaran menurut sedikit lebih tinggi dibanding stasiun lain.
metode STORET dan Indeks Pencemaran Sebaliknya, permukaan air di Stasiun 2
menggunakan perbandingan hasil banyak ditumbuhi oleh tanaman air eceng
pengukuran kualitas air dengan baku mutu gondok yang diduga diakibatkan oleh
air dari kelas I hingga kelas IV. Kedua pengayaan unsur hara yang berasal dari
metode menghasilkan status kualitas air limbah domestik. Hal ini terlihat dari
yang berbeda untuk masing-masing konsentrasi nitrat rata-rata tertinggi
stasiun. Perbandingan hasil penentuan diperoleh di Stasiun 2 yang merupakan
status pencemaran antara metode STORET inlet dekat kawasan permukiman.
dan Indeks Pencemaran diperlihatkan Permukaan air di Stasiun 4 juga
dalam Tabel 5. banyak ditumbuhi oleh eceng gondok,
namun Stasiun 4 yang berlokasi di sekitar
kawasan pertanian ini tidak memiliki inlet
Pembahasan yang pasti. Stasiun 4 diduga mendapatkan
run off dari aktivitas pertanian yang
Penilaian menurut metode STORET memungkinkan masukan material organik
dan Indeks Pencemaran dilakukan dengan berupa pupuk dan serasah. Oleh karena itu,

Tabel 5. Status pencemaran menurut metode STORET dan Indeks Pencemaran

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV


Stasiun
STORET IP STORET IP STORET IP STORET IP
1 -18 3,37 -12 1,35 -2 0,68 0 0,34
2 -20 3,41 -18 1,38 -10 0,69 0 0,34
3 -18 3,92 -12 1,58 -10 0,79 0 0,39
4 -18 3,08 -18 1,24 -4 0,63 0 0,31
5 -20 3,25 -20 1,31 -10 0,67 0 0,33

Keterangan :
Kelas A: baik sekali, memenuhi baku mutu
Kelas B: baik, tercemar ringan
Kelas C: sedang, tercemar sedang
Kelas D: buruk, tercemar berat

34
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

konsentrasi fosfat rata-rata tertinggi yang parameter signifikan untuk menghitung


didapatkan di stasiun ini sangat terkait indeks berjumlah > 10. Indeks STORET
dengan masukan nutrien berupa pupuk, dihitung berdasarkan nilai maksimum,
baik melalui saluran air maupun erosi tanah minimum, dan rerata dari data beberapa
yang berasal dari kawasan pertanian. pengambilan sampel kualitas air. Semakin
Stasiun 3 yang merupakan bagian banyak parameter kualitas air yang diukur
tengah situ memiliki kedalaman paling akan semakin terpantau parameter yang
dalam, yakni sekitar 0,9–1,7 m. Stasiun ini tidak memenuhi baku mutu (dari nilai
memiliki kondisi air yang keruh, ditumbuhi maksimum dan minimum parameter), dan
teratai dan sebagian besar eceng gondok, semakin sering parameter tersebut tidak
serta banyak ditemukan sampah plastik memenuhi ambang batas akan semakin
yang terjebak dan terbawa oleh tumbuhan buruk status mutu airnya (Saraswati et al.,
air. Sebagai bagian yang mendapatkan 2014). Namun, indeks STORET sangat
pengaruh dari stasiun-stasiun di inlet, dipengaruhi oleh bobot parameter biologi
Stasiun 3 memiliki nilai COD rata-rata dibandingkan parameter kimia dan fisika,
tertinggi. Stasiun 5 yang merupakan outlet sehingga ketiadaan parameter biologi
situ banyak ditumbuhi oleh teratai. dalam penghitungan akan sangat
Sampah-sampah yang masuk ke badan berdampak pada hasil penentuan status
perairan terlihat bertumpuk di sekitar pintu pencemaran.
air. Di sekitar Stasiun 5 terdapat pohon- Pada Indeks Pencemaran tidak ada
pohon rindang yang menyebabkan badan skema skor subindeks atau skor definitif
perairan tertutup oleh bayangan pohon- (subjektif) per parameter, dan parameter
pohon tersebut, sehingga suhu rata-rata paling signifikan dihitung atas dasar
yang didapatkan di Stasiun 5 terendah. perbandingan terbesar dari konsentrasi
Meskipun sebagai stasiun outlet yang terhadap baku mutunya. Berbanding
seharusnya juga mendapat pengaruh dari terbalik dengan STORET, baik dengan
stasiun di bagian hulu, di Stasiun 5 nilai sedikit ataupun banyak parameter kualitas
COD yang didapatkan tidak sebesar nilai air, Indeks Pencemaran tidak cukup sensitif
COD di Stasiun 3. Namun, konsentrasi DO membedakan kelas status mutu air. Hal ini
rata-rata terendah didapatkan di stasiun ini, dikarenakan dalam metode Indeks
yang akan memengaruhi nilai skor dalam Pencemaran yang dianggap penting dalam
analisis status kualitas air menggunakan menentukan skor adalah suatu parameter
metode STORET dan Indeks Pencemaran. yang mempunyai (Ci/Lij) maksimum,
Perbedaan antara metode STORET dibanding rerata semua parameter kualitas
dan Indeks Pencemaran adalah dari airnya. Metode Indeks Pencemaran
penentuan nilai atau skor yang dijadikan dihitung dengan mempertimbangkan rasio
rujukan. Metode STORET menggunakan konsentrasi suatu parameter dengan baku
skala nilai -31 sampai 0, sedangkan mutunya, nilai maksimum, dan nilai rerata
metode Indeks Pencemaran menggunakan rasio sejumlah parameter kualitas air, hanya
skor 0 sampai 10 (Sahabuddin et al., 2014). dari satu waktu kegiatan pengambilan
Selain itu, perbedaan kedua metode ini sampel kualitas air. Pengukuran dengan
kemungkinan disebabkan oleh prinsip data tunggal yang lain (waktu yang
analisis yang berbeda. Indeks STORET berlainan), di lokasi yang sama sering kali
didasarkan atas subjektivitas bobot dan menghasilkan status mutu air yang berbeda.
skor parameter yang dianggap signifikan. Hal ini menyebabkan perbedaan
Bobot parameter biologi dianggap tiga kali interpretasi mengenai status kualitas air
lebih penting dan parameter kimia dua kali yang dipantau, sehingga dapat menim-
lebih penting dibanding parameter fisika. bulkan kerancuan atau perbedaan
Kemudian, bobot masing-masing parameter penafsiran bagi masyarakat awam
tersebut diberi nilai dua kali lebih besar jika (Yusrizal, 2015).

35
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

Hasil analisis kedua metode yang bahan organik di Stasiun 4 dimanfaatkan


digunakan (Tabel 5) menunjukkan bahwa untuk pertumbuhan makrofita. Nilai COD
status mutu air untuk masing-masing akan meningkat dengan peningkatan bahan
stasiun pengamatan di Situ Gunung Putri organik yang terdapat di perairan.
telah tercemar ringan hingga sedang. Skor Nilai COD perairan akan
mutu air yang tinggi atau rendah berpengaruh terhadap nilai oksigen terlarut
dipengaruhi oleh beban pencemar yang di perairan tersebut karena COD
masuk ke badan air akibat aktivitas merupakan jumlah oksigen yang diperlukan
antropogenik yang ada di sekitarnya. untuk mengurai dan mengoksidasi seluruh
Menurut Walukow (2010), kegiatan yang bahan organik yang terkandung dalam air.
dominan memengaruhi mutu air antara lain COD yang terkandung dalam perairan juga
permukiman, pertanian, industri, erosi dan dapat memengaruhi keberadaan fito-
faktor alamiah kandungan tanah di sekitar plankton dan menurunkan konsentrasi
badan air. Meskipun hasil analisis kualitas oksigen terlarut. Nilai COD yang masih
air di setiap stasiun merata untuk setiap dapat ditoleransi oleh fitoplankton bisa
kelas, namun di beberapa stasiun meningkatkan jumlah fitoplankton yang
didapatkan skor yang menunjukkan kondisi terdapat di perairan karena hasil oksidasi
kualitas perairan paling buruk. Berdasarkan bahan organik yang berupa bahan
metode STORET, skor tertinggi ditemukan anorganik (CO2) dimanfaatkan oleh
di Stasiun 5, sedangkan berdasarkan Indeks fitoplankton sebagai makanannya. Namun,
Pencemaran skor tertinggi terdapat di nilai COD yang tinggi juga dapat
Stasiun 3. Hal ini dimungkinkan karena di menjadikan beberapa parameter kualitas air
Stasiun 3 dan 5 beban pencemar dari yang mendukung kehidupan fitoplankton
sekitar situ sudah tercampur dan seperti DO dan pH menjadi tidak baik bagi
terakumulasi yang selanjutnya terbawa arus kelangsungan hidup fitoplankton
menuju outlet (Stasiun 5). (Mayagitha et al., 2014). DO yang terukur
Parameter yang paling dominan selama penelitian berkisar 0,56–10,41
dalam pengukuran kualitas air di Situ mg/L, dengan kandungan rata-rata tertinggi
Gunung Putri adalah COD. Nilai COD sebesar 5,70 mg/L di Stasiun 1. Hal ini
menggambarkan jumlah total bahan dimungkinkan karena hanya di Stasiun 1
organik yang ada di perairan. Nilai COD badan air tidak tertutup oleh makrofita,
yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah sehingga difusi oksigen dari udara lebih
oksigen yang banyak dibutuhkan untuk besar dibandingkan dengan stasiun yang
mengoksidasi bahan organik dalam air lain. Sebaliknya, konsentrasi DO di Stasiun
tersebut. Nilai COD yang didapatkan 3 cukup baik meskipun nilai COD yang
selama penelitian berkisar 28,69–75,92 didapatkan juga tinggi. Hal ini diduga
mg/L, dengan rata-rata tertinggi terdapat di dikarenakan terjadi pemanfaatan karbon-
Stasiun 3 yakni 54,09 mg/L. Hal ini diduga dioksida sebagai hasil proses oksidasi
disebabkan terjadi penumpukan bahan bahan organik untuk fotosintesis fito-
pencemar dari semua inlet ke bagian tengah plankton dan tumbuhan air.
Situ Gunung Putri. Perbedaan nilai COD di Hasil penentuan status pencemaran,
setiap stasiun pengamatan dapat baik berdasarkan metode STORET maupun
dipengaruhi oleh masukan beban pencemar Indeks Pencemaran, menunjukkan bahwa
yang berbeda-beda. Nilai COD di Stasiun 1 dari tiga inlet di Situ Gunung Putri, Stasiun
lebih tinggi daripada di Stasiun 4 yang 2 yang merupakan inlet dekat kawasan
dapat disebabkan oleh masukan beban permukiman memberi kontribusi yang lebih
pencemar di Stasiun 1 yang lebih besar, banyak terhadap pencemaran di Situ
mengingat Stasiun 1 merupakan inlet dari Gunung Putri. Namun, baik kawasan
kawasan industri. Selain itu, perbedaan industri, permukiman, maupun pertanian
nilai COD tersebut juga dapat dikarenakan masih memberikan dampak yang nyata

36
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

terhadap pencemaran perairan Situ Gunung Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains
Putri yang dapat dilihat dari nilai COD di dan Teknologi 3(2): 104–112
tiga inlet tersebut yang belum memenuhi Hariono B, Riskiawan HY, Sugiyarto,
syarat baku mutu air kelas II untuk Anwar S. 2017. Penentuan Status Mutu
perikanan. Air Metode STORET DAS Kalibaru.
Prosiding Sentrinov Tahun 2017, 31–40
Huboyo HS, Nugraha WD, Indah RR.
Kesimpulan 2009. Analisis Penentuan Mutu Air
Beberapa Sungai di Jawa Tengah
Kedua metode yang digunakan, yakni dengan Metode STORET dan Indeks
metode STORET dan Indeks Pencemaran Pencemaran. Jurnal PRESIPITASI 6(2):
menghasilkan status kualitas air yang 1–8
berbeda untuk masing-masing stasiun. Kadim MK, Pasisingi N, Paramata AR.
Dalam penelitian ini, metode STORET 2017. Kajian Kualitas Perairan Teluk
lebih akurat menjelaskan kondisi Gorontalo dengan Menggunakan
pencemaran Situ Gunung Putri yang Metode STORET. Depik Jurnal Ilmu-
menunjukkan situ dalam keadaan tercemar Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
ringan hingga sedang. Hal ini diketahui dari 6(3): 235–241. DOI:
parameter kualitas air COD dan DO yang 10.13170/depik.6.3.8442
tidak memenuhi syarat baku mutu air kelas Keputusan Menteri Negara Lingkungan
II dan III untuk perikanan. Baik limbah Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
industri, domestik, maupun pertanian yang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
masuk ke perairan Situ Gunung Putri Marganingrum D, Roosmin D, Pradono,
berkontribusi terhadap pencemaran Sabar A. 2013. Diferensiasi Sumber
lingkungan perairan yang dapat dilihat dari Pencemar Sungai Menggunakan
nilai COD yang tinggi dalam pengukuran Pendekatan Metode Indeks Pencemar
kualitas air. (IP) (Studi Kasus: Hulu DAS Citarum).
Jurnal RISET Geologi dan
Pertambangan 23(1): 37–48
Ucapan Terima Kasih Mayagitha KA, Haeruddin, Rudiyanti S.
2014. Status Kualitas Perairan Sungai
Penulis mengucapkan terima kasih Bremi Kabupaten Pekalongan Ditinjau
kepada seluruh pihak yang telah dari Konsentrasi TSS, BOD5, COD dan
memberikan saran dan bimbingan dalam Struktur Komunitas Fitoplankton.
pembuatan makalah ilmiah ini. Terima Diponegoro Journal of Maquares 3(1):
kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga 177–185
besar Fakultas Perikanan dan Kelautan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Universitas Padjadjaran, keluarga besar Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pusat Penelitian Limnologi LIPI, serta Pengelolaan Kualitas Air dan
teman-teman yang tidak dapat penulis Pengendalian Pencemaran Air
sebutkan satu persatu atas segala bantuan Sahabuddin H, Harisuseno D, Yuliani E.
yang telah diberikan. 2014. Analisa Status Mutu Air dan Daya
Tampung Beban Pencemaran Sungai
Wanggu Kota Kendari. Jurnal Teknik
Referensi Pengairan 5(1): 19–28
Saraswati SP, Sunyoto, Kironoto BA,
Elfidasari D, Noriko N, Effendi Y, Hadisusanto S. 2014. Kajian Bentuk dan
Puspitasari RL. 2015. Kualitas Air Situ Sensitivitas Rumus Indeks PI, STORET,
Lebak Wangi Bogor Berdasarkan CCME untuk Penentuan Status Mutu
Analisa Fisika, Kimia dan Biologi. Perairan Sungai Tropis di Indonesia.

37
Aristawidya et al.
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia 2020 27(1): 27–38

Jurnal Manusia dan Lingkungan 21(2): Walukow AF. 2010. Penentuan Status
129–142 Mutu Air dengan Metode STORET di
Suryanta J. 2016. Kualitas Situ di Danau Sentani Jayapura Provinsi Papua.
Kabupaten Bogor Berdasar Interpretasi Jurnal Berita Biologi 10(3): 277–281
Data Satelit Pengindraan Jauh serta Yusrizal H. 2015. Efektivitas Metode
Pengaruhnya dalam Pengendalian Banjir Perhitungan STORET, IP dan CCME
Sungai Ciliwung. Prosiding Seminar WQI dalam Menentukan Status Kualitas
Nasional Geografi UMS Tahun 2016, Air Way Sekampung Provinsi Lampung.
521–533 Tesis. Universitas Lampung

38

Anda mungkin juga menyukai