DELA AFRIYANTI
021221109
Nim : 021221109
Jurusan : Peternakan
Disetujui oleh
Pembimbing I:
Pembimbing II:
Diketahui oleh
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan proposal Praktik Kerja Lapangan (PKL) I yang berjudul
“Kegiatan Praktik Kerja Lapangan di PET+VET Animal Clinic , DENKAVKUD
PUSSENKAV dan PT Super Unggas Jaya’’. Proposal ini penulis buat untuk
kelengkapan dari kegiatan praktik yang akan diselenggarakan oleh Politeknik
Pembangunan Pertanian Bogor, serta sebagai panduan atau acuan pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan ( PKL ) I.
Dalam penulisan proposal ini penulis merasa masih banyak kekurangan pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan proposal ini. Dalam penulisan proposal ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan proposal ini, khususnya kepada : Bapak Dr. Ir.
Syaifuddin, MP, Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor ; Dr. Arif Nindyo
Kisworo, S.Pt, M.Si, Ketua Jurusan Peternakan Politeknik Pembangunan Pertanian
Bogor sekaligus pembimbing internal II ; Ibu Dr. drh. Maya Purwanti, MS Ketua
Program Studi Kesehatan Hewan ; Ibu Dr. drh. Endang Endrakasih, MS, pembimbing
internal I ; Abang, kakak, rekan-rekan, dan adik-adik di program studi Penyuluhan
Peternakan dan Kesejahteraan Hewan maupun Kesehatan Hewan jurusan peternakan
Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor; serta Keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik
selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan proposal ini.
iii
DAFTAR ISI
Latar Belakang
Perkembangan industri peternakan dan kesehatan hewan yang pesat tentu diikuti
dengan kemajuan teknologi yang diterapkan di Dunia Usaha dan Dunia Industri Kerja
(DUDIKA). Kemajuan dan perkembangan tersebut harus dikuasai oleh mahasiswa
sehingga setelah menyelesaikan studi, mahasiswa siap memasuki DUDIKA. Teknologi
yang diterapkan di industri tidak mungkin dikuasai oleh mahasiswa hanya dengan
mendapatkan teori dan praktikum di kampus, tetapi harus dilengkapi dengan praktik
secara langsung di lapangan melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan kurikuler yang wajib
dilakukan mahasiswa Program Studi Kesehatan Hewan Politeknik Pembangunan
Pertanian Bogor dengan bobot SKS 6 (0-6) artinya seluruh kegiatan pembelajaran
dilaksanakan di lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan secara terprogram dan terintegrasi
dengan mata kuliah yang sudah dipelajari sebelumnya. Praktik Kerja Lapangan (PKL)
dilaksanakan pada di pelayanan kesehatan hewan kesayangan, manajemen
pemeliharaan kuda dan manajemen pemeliharaan unggas dengan titik berat pada aspek
pengenalan dan keterampilan dalam penanganan penyakit.
Tujuan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) I memberikan manfaat bagi mahasiswa agar terampil
dalam :
1. Menangani kasus kesehatan pada hewan kesayangan , kuda dan unggas ayam
broiler.
2. Perawatan hewan kesayangan , kuda dan unggas ayam broiler.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Flu Kucing
Penyakit flu sering terjadi pada kucing, terutama pada kucing yang
belum divaksinasi dan mudah sekali menular kepada kucing lain. Penyakit ini
jarang menyebabkan kematian pada kucing dewasa tetapi dapat berakibat fatal
bila menyerang anak kucing.Meskipun pada kucing dewasa jarang berakibat
fatal, gejala-gejala penyakit seperti pilek dan bersin-bersin dapat berlangsung
cukup lama.Oleh karena itu pencegahan dengan vaksinasi rutin merupakan
tindakan terbaik.
2. Upper Respiratory Infection (URI)
Penyakit saluran pernafasn adalah penyakit yang sering ditemukan pada
kucing. 80% kasus penyakit saluran pernafasan pada kucing disebabkan oleh
virus,yaitu feline rhinotracheitis virus dan feline calicivirus. Penyakit ini dapat
menular sesama kucing melalui kontak langsung , udara dan peralatan yang
tercemar. Gejala yang ditimbulkan yakni bersin dan batuk,keluar cairan dari
mata dan hidung,tidak nafsu makan dan lemas.
3. Feline Panleukopenia
Feline panleukopenia merupakan penyakit menular/infeksius yang
menyerang bangsa kucing terutama pada kucing yang belum divaksinasi pada
umur muda. Penyebab utama penyakit ini adalah Feline panleukopenia virus
yang termasuk ke dalamgenus Protoparvovirus dan dalam keluarga
Parvoviridae. Virus panleukopenia merupakan virus DNA beruntai tunggal yang
tidak beramplop dan dapat mengakibatkan demam gastroenteritis hemoragika,
leukopenia, muntah, depresi, dehidrasi, dan diare dengan tingkat mortalitas yang
tinggi. Masa inkubasi FPV berkisar 5-9 hari dan apabila ditemukan agen infeksi
lainnya maka akan berkomplikasi mengakibatkan sepsis, dehidrasi, koagulopati
intravasal diseminata hingga kematian. Penularan atau transmisi virus
panleukopenia pada kucing dapat terjadi melalui fekaloral secara langsung
maupun tidak langsung karena terkontaminasi dari penderita melewati pakan,
muntah, kotoran, air kemih, air liur, maupun benda lainnya. Virus
panleukopenia masuk ke dalam tubuh dan bereplikasi pada sel yang aktif
membelah seperti sumsum tulang belakang, jaringan limfoid, epitel usus halus,
serebellum, dan retina pada kucing neonatal hingga dapat menyebabkan
panleukopenia, ataksia, inkoordinasi gerak, maupun gangguan penglihatan pada
hewan muda. Feline panleukopenia virus dapat menyebabkan infeksi sistemik
yang berawal melalui rute fekal-oral, masuk dan berproliferasi pada jaringan
orofaring dan kemudian didistribusikan melalui viremia secara bebas menuju
sel-sel dan hampir ke semua jaringan. Replikasi parvovirus yang DNA nya
beruntai tunggal ini membutuhkan sel-sel dalam pembelahan fase-S dan oleh
sebab itu invasi virus ini terbatas hanya pada jaringan yang aktif melakukan
pembelahan/mitosis. Diagnosis FPV pada kucing didapatkan melalui informasi
dari pemilik berupa anamnesis, tanda klinis, dan pemeriksaan penunjang seperti
isolasi virus, pemeriksaan mikroskop elektron, Immunochromatographic assay
(ICG), Polymerase Chain Reaction (PCR), Enzyme-linked Immunosorbent
Assay (ELISA), maupun Indirect Immunofluoresence.
4. Canine Parvovirus
Penyakit parvovirus anjing (PPA) merupakan penyakit menular bersifat
akut dan mematikan pada anjing berumur muda, ditandai dengan dehidrasi,
muntah dan berak bercampur darah, gastroenteritis dan miokarditis. Gejala awal
ditandai dengan demam (39,5 sampai 41,5°C), depresi, mukosa hidung kering,
nafsu makan turun, kelemahan dan muntah. Isi muntahan berwarna putih
keabuabuan dan encer. Feses konsistensinya lunak kemudian menjadi encer
berwarna kuning kehijauan bahkan encer gelap karena bercampur darah dan
baunya sangat amis. Pada kondisi ini suhu tubuh mulai turun berlanjut ke suhu
subnormal menjelang kematian. Kontraksi otot anus berkurang sehingga anjing
mengalami diare tidak terkontrol. Karena muntah yang terus menerus
mengakibatkan anjing mengalami dehidrasi hebat yang dapat dilihat dari turgor
kulit. Selaput lendir mata pada saat demam terlihat kongesti dan pucat (anemik)
bahkan sianosis akibat dehidrasi karena diare dan mencret darah. Kematian
dapat terjadi dalam waktu 49 sampai 72 jam.
5. Canine Distamper Virus
Penyakit distemper pada anjing merupakan penyakit viral yang bersifat
multisistemik karena menyerang sistem respirasi, digesti, kutaneus, dan juga
saraf. Infeksi CDV dapat terjadi secara akut, subakut dan kronis. Manifestasi
klinis awal yang ditunjukkan oleh infeksi distemper anjing adalah anoreksia,
demam, letargi, kehilangan berat badan, dehidrasi, eksudasi berlebih dari cavum
nasal dan mata, batuk-batuk, kesulitan bernafas, dan gastroenteritis. Gejala saraf
disebabkan oleh aktivitas virus yang telah sampai pada sistem saraf pusat.
Anjing yang dapat bertahan dari gejala awal CDV sering sekali menunjukkan
gejala saraf seperti kejang-kejang (seizure), tremor, paralisis, perubahan tingkah
laku, chorea, gerakan mengunyah ataau chewing gum. Pada distemper anjing
tipe saraf sering kali tanda klinis berdiri sendiri tanpa diikuti gejala lain.
Pengetahuan ini jarang diketahui oleh pemilik atau para pecinta hewan
kesayangan dan menganggap gejala saraf yang ditunjukkan oleh anjing tidak
ada hubungannya dengan CDV. Oleh karena itu sangat penting bagi dokter
hewan praktisi sebelum melakukan pemeriksaan mengetahui anamnesis dari
pemilik apakah gejala saraf yang ditunjukkan pasien memang disebabkan oleh
infeksi lain atau ada hubungannya dengan penyakit CDV yang menginfeksi
anjing sebelumnya.
Dalam budidaya ayam pedaging yang baik harus diperhatikan kaidah kesehatan
hewan. Kaidah kesehatan hewan antara lain: situasi penyakit, tindakan pengamanan
penyakit, dan pelaksanaan biosekuriti.
A. Situasi Penyakit
Ayam pedaging yang akan dibudidayakan harus bebas dari penyakit
unggas berbahaya yang dapat menimbulkan kerugian, seperti: Avian
Influenza (AI), New Castle Disease (ND), Fowl Cholera, Infectious
Bursal Disease (IBD/Gumboro), Salmonellosis (S. pullorum; E.
enteridis), dan penyakit unggas lainnya.
B. Tindakan Pengamanan Penyakit
Dalam budi daya ayam pedaging harus:
1. Membatasi mobilitas orang, hewan, alat angkut, dan peralatan
keluar masuk komplek perkandangan yang memungkinkan dapat
menularkan suatu penyakit;
2. Melakukan desinfeksi terhadap orang, kandang, bahan dan
peralatan lainnya yang dilakukan dalam budi daya;
3. Melakukan pembersihan dan penyucian kandang baik terhadap
kandang baru maupun kandang yang telah dikosongkan;
4. Menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi
peternakan sehingga memenuhi syarat higienis;
5. Melakukan tindakan pemusnahan bangkai ayam;
6. Pengamanan ayam sakit yang terkena penyakit menular berikut
bahan tercemar yang tidak dapat didesinfeksi, di bawah
pengawasan petugas setempat, agar tidak dibawa keluar komplek
budi daya setelah penetapan diagnosa penyakit oleh dokter
hewan;
7. Melakukan vaksinasi terhadap ayam pedaging sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan
hewan; dan
8. Melakukan pengolahan limbah peternakan.
C. Pelaksanaan Biosekuriti
Pelaksanaan biosekuriti dalam budi daya ayam pedaging yang baik
pada perusahaan peternakan sebagai berikut:
1. Tata Laksana
a. Lokasi peternakan berpagar dengan satu pintu masuk dan di
pintu masuk dilakukan penyemprotan desinfektan;
b. Tata letak bangunan/kandang sesuai dengan peruntukannya;
c. Rumah tempat tinggal, kandang ayam pedaging dan kandang
hewan lain ditata pada lokasi yang terpisah;
d. Pemilik/manajer harus mampu membatasi masuknya orang,
hewan dan peralatan ke peternakan;
e. Area parkir efektif, berpagar, dan diberi gerbang;
f. Prosedur pelaporan yang ketat keluar masuknya staf dan
pengunjung ke peternakan; dan
g. Gunakan tanda di pintu gerbang dan di kantor.
2. Tindakan Desinfeksi dan Sanitasi
a. Desinfeksi dilakukan pada setiap kendaraan yang keluar
masuk lokasi peternakan;
b. Tempat/bak untuk cairan desinfektan dan tempat cuci tangan
disediakan dan diganti setiap hari dan ditempatkan di dekat
pintu masuk lokasi kandang/peternakan;
c. Pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material,
hewan/unggas, produk unggas, pakan, kotoran unggas, alas
kandang, dan liter yang dapat membawa penyakit unggas;
d. Semua material dilakukan desinfeksi dengan desinfektan baik
sebelum masuk maupun keluar lokasi peternakan;
e. Pembatasan secara ketat keluar masuk orang dan kendaraan
dari dan ke lokasi peternakan;
f. Setiap orang yang menderita sakit dapat membawa penyakit
unggas agar tidak memasuki kandang;
g. Setiap orang yang akan masuk dan keluar lokasi kandang,
harus mencuci tangan dengan sabun/desinfektan dan
mencelupkan alas kaki ke dalam tempat/bak cairan
desinfektan;
h. Setiap orang yang berada di lokasi kandang harus
menggunakan pelindung diri seperti pakaian kandang, sarung
tangan, masker (penutup hidung/mulut), sepatu boot dan
penutup kepala;
i. Mencegah keluar masuknya tikus, serangga, dan unggas lain
seperti itik, entok, burung liar yang dapat berperan sebagai
vektor penyakit ke lokasi peternakan;
j. Kandang, tempat makan dan minum, tempat pengeraman
ayam, sisa alas kandang/litter dan kotoran kandang
dibersihkan secara berkala sesuai prosedur;
k. Tidak diperbolehkan makan, minum, meludah, dan merokok
selama berada di lokasi kandang;
l. Tidak membawa ayam pedaging yang mati atau sakit keluar
dari area peternakan;
m. Ayam pedaging yang mati di dalam area peternakan harus
dibakar dan dikubur sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
n. Kotoran ayam pedaging diolah misalnya dengan dibuat
kompos sebelum kotoran dikeluarkan dari area peternakan;
dan
o. Air kotor hasil proses pencucian agar langsung dialirkan
keluar kandang secara terpisah melalui saluran limbah ke
dalam tempat penampungan limbah, sehingga tidak tergenang
di sekitar kandang atau jalan masuk lokasi kandang.
METODE PELAKSANAAN
1. PET+VET Animal Clinic yang beralamat di Jl. K.H. Mas Mansyur No.8A,
RT.10/RW.6, Karet Tengsin, Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 10250 yang dilaksanakan pada tanggal 1 November 2023-30
November 2023
2. Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) yang beralamat di DENKAVKUD
PUSSENKAV Jl. Kolonel Masturi KM 7,Parongpong, Cisarua, Bandung Barat,
Jawa Barat yang dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2023-30 Desember
2023.
3. PT Super Unggas yang beralamat di Jl. Pasir Pogor No.69-666, Cipelang, Kec.
Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16740 yang dilaksanakan pada tanggal 1
Januari 2023-30 Januari 2024
Materi Kegiatan
Prosedur Pelaksanaan