ARTEGUH ALEXSANDRO
021220072
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Diketahui oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal Kegiatan
Praktik di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Indramayu, Balai Besar Uji
Standar Karantina Pertanian DKI Jakarta dan Balai Konsevasi Sumber Daya Alam
DKI Jakarta untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan kerja praktik di
Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor.
Penyusunan Proposal Praktik Kerja Lapangan I ini tidak terlepas dari
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat; Bapak Dr. Detia Tri
Yunandar, S.P, M.S.i, selaku Direktur Polbangtan Bogor, Bapak Dr. Arif Nindyo
Kisworo, S.Pt, M.Si, selaku Ketua Jurusan Peternakan Polbangtan Bogor, Ibu Dr.
drh. Maya Purwanti, M.s, selaku Pembimbing I dan selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Hewan, Harry, S.Pt., M.Si, selaku Pembimbing II, dan semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Dengan segala
kerendahan hati, penulis berharap proposal ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA 3
Ruminansia 3
Handling dan Restrain 4
Menejemen Kesehatan Ruminansia 4
Inseminasi Buatan 5
Pemeriksaan Kebuntingan 5
Rumah Potong Hewan 6
Pemeriksaan Antemortem dan Postmortem 6
Laboratorium Karantina 7
Satwa Liar 8
Manajemen Kesehatan Satwa Liar 8
Biosecurity 10
Kesejahteraan Satwa Liar 11
Waktu dan Tempat 12
Materi Kegiatan 13
Pelaksanaan 14
Orientasi 14
Observasi 14
Recording 15
Wawancara dan Diskusi 15
DAFTAR PUSTAKA 16
iii
DAFTAR TABEL
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
v
bimbingan teknik penerapan sistem mutu laboratorium karantina tumbuhan,
tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan. Balai Konservasi Sumber
Daya Alam DKI Jakarta mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan kawasan
Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata Alam, dan Taman Buru serta
konservasi jenis tumbuhan dan satwa liar baik didalam maupun diluar kawasan.
Tujuan
PKL I bertujuan untuk memberi bekal dan pengalaman kepada mahasiswa agar
mampu melakukan kegiatan sebagai paramedik veteriner. Selain itu, PKL I
bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Memahami cara penanganan kesehatan ruminansia dan satwa liar.
2. Mampu melakukan inseminasi buatan pada ternak ruminansia.
3. Memahami teknik pengujian berbagai macam sampel.
4. Membangun jejaring kerjasama, komunikasi dan kemitraan dengan UPT/Dinas
bidang peternakan/kesehatan hewan dan atau perusahaan pada bidang
ruminansia dan satwa liar yang melaksanakan pelayanan kesehatan hewan dan
reproduksi, laboratorium diagnostik veteriner dan pelayanan kesehatan satwa
liar.
Manfaat
2
TINJAUAN PUSTAKA
Ruminansia
Hewan pemamah biak secara teknis dalam ilmu peternakan serta zoologi
dikenal sebagai ruminansia. Hewan-hewan ini mendapat keuntungan karena
pencernaannya menjadi sangat efisien dalam menyerap nutrisi yang terkandung
dalam makanan, dengan dibantu mikroorganisme di dalam perut-perut
pencernanya. Semua hewan yang termasuk subordo ruminantia memamah biak,
seperti sapi, kerbau, kambing, domba, jerapah, bison, rusa, kancil, dan antelop.
Ruminansia yang bukan tergolong subordo ruminantia misalnya unta dan llama.
Makanan pemamah biak (ordo artiodactyla atau hewan berkuku genap, terutama
dari subordo ruminantia) adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan
(herbivora) yang mencerna makanannya dalam dua langkah: pertama dengan
menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah
dicerna dari perutnya dan mengunyahnya lagi empat kompartemen (disebut
rumen, retikulum, omasum, dan abomasum). Lambung hewan-hewan ini tidak
hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik,
harafiah: berperut banyak) (Aryulina D et al. 2011).
3
Handling dan Restrain
4
Inseminasi Buatan
Pemeriksaan Kebuntingan
5
Rumah Potong Hewan
6
Laboratorium Karantina
Pengujian Laboratorium
Laboratorium Karantina Hewan terdiri atas 5 ruang lingkup pengujian
diantaranya adalah Biologi Molekuler, Mikrobiologi, Virologi, Parasitologi dan
Keamanan Hayati Hewani. Jenis pengujian yang mampu dilakukan ialah Reverse
Transcriptase–Polymerase Chain Rection (RT-PCR) dan real time Reverse
Transcriptase–Polymerase Chain Rection (rtRT-PCR) untuk deteksi virus Avian
Influenza, uji cemaran mikroba, uji pewarnaan giemsa untuk deteksi parasit darah,
Indirect Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (I-ELISA) deteksi antibodi
Rabies, Indirect Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (I-ELISA) deteksi
antibodi Equin Infectious Anemia (EIA), dan pengujian kadar residu nitrit pada
sarang burung walet dengan metode Spektrofotometri UV-VIS.
7
Satwa Liar
Sedangkan yang dimaksud dengan Satwa liar dalam pasal 1 ayat 7 Undang
- Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan
atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas
maupun yang dipelihara oleh manusia, selain itu juga satwa liar dapat diartikan
semua binatang yang hidup di darat dan di air yang masih mempunyai sifat liar,
baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
Satwa migran satwa yang berpindah tempat secara teratur dalam waktu
dan ruang tertentu, Satwa yang boleh diburu adalah satwa yang menurut
undangundang atau peraturan telah ditetapkan untuk dapat diburu. Sedangkan
Satwa langka adalah binatang yang tinggal sedikit jumlahnya dan perlu dilindungi
(seperti jalak putih, cenderawasih).
Satwa liar berpengaruh terhadap tanah dan vegetasi dan memegang peran
kunci dalam penyebaran, pertumbuhan tanaman, penyerbukan dan pematangan
biji, penyuburan tanah, penguraian organisme mati menjadi zat organik yang lebih
berguna bagi kehidupan tumbuhan, penyerbukan dan pengubah tumbuh-tumbuhan
dan tanah. Satwa liar juga berperan dalam perekonomian lokal dan nasional, nilai
ekonomi satwa sebagai sumber daya alam sangat terkenal di wilayah tropik,
terutama di Benua Afrika, dan hingga saat ini merupakan aset yang layak
dipertimbangkan.
8
Masukan dari dokter hewan profesional merupakan bagian penting dalam
pemantauan dan penyediaan perawatan kesehatan kondisi satwa di kebun binatang
maupun lembaga konservasi yang sedang berlangsung. Dokter hewan yang
terdaftar harus selalu menjadi bagian dari tim manajemen satwa, baik melalui
pekerjaan langsung atau dengan mengontrak dokter hewan swasta atau konsultan.
Jumlah dokter hewan yang dibutuhkan tergantung pada ukuran dan kompleksitas
kebun binatang atau lembaga konservasi.
Sebagian besar satwa kebun binatang dan akuarium adalah spesies satwa
liar yang tidak dijinakkan dan biasanya tidak dapat dipaksa dan diberi
penanganan. Training penguatan positif telah menjadi praktik yang populer dan
perlu yang digunakan dengan baik oleh kebun binatang dan akuarium untuk
mengurangi stres pada satwa dan yang dapat meminimalkan kebutuhan untuk
menggunakan anestesi atau obat penenang. Melatih satwa dengan benar dapat
memperkuat hubungan positif antara perawat satwa dan satwa, dan mendorong
kesejahteraan positif untuk interaksi di masa mendatang.
9
Gangguan kesejahteraan satwa yang signifikan dapat terjadi pada satwa
yang dikarantina jika mereka mengalami stres karena proses pengangkutan,
relokasi ke lingkungan yang tidak dikenal, pemisahan dari spesies yang dikenal
dan / atau isolasi, dan dalam beberapa kasus harus menjalani prosedur veteriner.
Penting bagi perawat satwa yang bekerja di area karantina untuk memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendeteksi perilaku
abnormal dan tanda-tanda penyakit dan stres. Fokus kesejahteraan dari desain
karantina harus meminimalkan risiko cedera dan memungkinkan dimasukkan
pengayaan dan tempat untuk mundur untuk mengurangi stres. Satwa tidak boleh
dikarantina lebih lama dari periode minimum yang diperlukan untuk memenuhi
persyaratan biosekuriti.
Biosecurity
Protokol biosecurity akan dipengaruhi oleh jumlah koleksi satwa, tata letak
kebun binatang, lokasi kebun binatang, sumber makanan, sumber air, pengelolaan
limbah, pertimbangan lingkungan, potensi zoonosis yang ditetapkan di lokasi
kebun binatang, pergerakan satwa dan tindakan staf dan pengunjung kebun
10
binatang. Protokol Biosecurity termasuk memastikan bahwa sumber makanan dan
air bersih dan aman, sistem pembuangan limbah yang tepat, praktik higienis untuk
staf kebun binatang dan pengunjung, program medis pencegahan yang diterapkan
dengan baik, diagnosis dan perawatan satwa yang tepat di bagian yang terisolasi,
penyelidikan dan pencatatan kejadian penyakit dan penilaian karantina dan
veteriner dalam kasus pemindahan dan pelepasan satwa. Protokol biosecurity
harus dicatat dan dijaga. Biosecurity dapat dibuat sesederhana mungkin seperti
penempatan foot baths, multiple wash areas dan area aman dimana interaksi
manusia-hewan diminimalkan atau dilarang. Area biosecurity meliputi titik masuk
dan keluar area kebun binatang, fasilitas pengunjung dan fasilitas rumah sakit
untuk satwa. Perawatan khusus harus diberikan kepada anak-anak di bawah usia
lima tahun, orang tua, wanita hamil dan orang-orang yang daya tahan tubuhnya
tidak baik, yang mungkin berisiko lebih tinggi terhadap potensi zoonosis.(Seaza,
2019)
Animal welfare atau kesejahtera-an hewan adalah suatu keadaan fisik dan
psikologi hewan sebagai usaha untuk mengatasi lingkungannya (Wahyu, 2010).
Berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2009, Animal welfare adalah
segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut
ukuran perilaku alami hewan yang perlu di terapkan dan ditegakkan untuk
melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan
yang dimanfaatkan manusia.
11
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Tanggal Tempat
Lokasi Alamat
Pelaksanaan PKL
1 28 November Dinas Peternakan Jalan Veteran, No. 01 di
– 23 Desember dan Kesehatan Desa/Kelurahan Lemahabang
2022 Hewan Indramayu Kecamatan Indramayu
Kabupaten Indramayu Provinsi
Jawa Barat
2 26 Desember Balai Besar Uji Jl. Pemuda No.64, RT.1/RW.8,
2022 – 07 Standar Karantina Jati, Kec. Pulo Gadung, Kota
Januari 2023 Pertanian Jakarta Timur, Daerah Khusus
(BBUSKP) Ibukota Jakarta
3 09 Januari Balai Konservasi Jalan Salemba Raya No. 9,
2023 – 03 Sumber Daya Alam RT.1/RW.3, Paseban, Senen,
Februari 2023 DKI Jakarta RT.1/RW.3, RT.1/RW.3,
Paseban, Kec. Senen, Kota
Jakarta Pusat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
12
Materi Kegiatan
No Kegiatan
1 Handling dan restrain hewan
2 Pemeriksaan klinis hewan
3 Asistensi penanganan hewan sakit
4 Asistensi penyiapan obat hewan
5 Melakukan isolasi hewan
6 Inseminasi Buatan
7 Pemeriksaan Kebuntingan
8 Pemberian obat/Vaksinasi (IM, SC, IV dan cara lainnya)
9 Pemeriksaan antemortem dan postmortem
No Kegiatan
1 Penanganan alat pengujian
2 Pengambilan dan pengemasan sampel
3 Melakukan bedah cadaver
4 Pemeriksaan pada sampel
5 Pelaksanaan kegiatan desinfeksi
6 Penanganan produk hewan
7 Asistensi pemusnahan produk hewan
13
Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta
No Kegiatan
1 Handling dan restrain satwa liar
2 Pemberian pakan satwa
3 Manajemen pemeliharaan satwa liar
4 Manajemen Kesehatan satwa liar
5 Biosecurity
6 Pengendalian penyakit satwa liar
7 Pengobatan/terapi satwa liar
Pelaksanaan
Orientasi
Sebelum melaksanakan PKL 1 mahasiswa diberikan orientasi atau
pembekalan yang berupa bimbingan oleh dosen pembimbing Prodi Kesehatan
Hewan mengenai pemberian petunjuk pengenalan materi, penyusunan proposal,
hingga penyusunan laporan.
Observasi
Kegiatan observasi dilakukan agar mahasiswa dapat mengenal secara
sederhana tentang ruang lingkup PKL 1 di Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kabupaten Indramayu, Balai Besar Uji Standar Karatina Pertanian
(BBUSKP), Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta kemudian
dilakukan pelaksanaan.
14
Pelaksanaan PKL 1 ditekankan pada observasi/inspeksi/pengamatan
terhadap penanganan kesehatan hewan/satwa/sampel yang dilakukan sesuai
kegiatan masing-masing di lokasi Praktik Kerja Lapangan (PKL) I dengan cara
dilibatkan langsung pada kegiatan yang berkaitan dengan materi kegiatan.
Recording
Variabel atau parameter yang diamati pada waktu recording adalah
keadaan umum, status keadaan hewan, kesehatan hewan, hasil diagnosa, gejala
klinis penanganan hewan, pemeriksaan penunjang dan pengobatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina D, Muslim C, Manaf S, dan Winarni, EW. 2011. Biologi Jilid 2. Jakarta:
ESIS.
Graff DN, Gusset M, Hanullakova J, Hofer H, et all. 2015. Pedulikan Satwa liar:
Strategi Kesejahteraan Satwa Kebun Binatang dan Akuarium Dunia.
Taman Safari Indonesia, Penerjemah. Swizerland: Waza
Ilmiyana. R, 2021, Handling dan Restrain Pad Anjing dan Kucing, [diakses 2022
Nov 07]; https://blog.ipbtraining.com/category/article/
Mail, DAA, (2021), Kebijakan Pemotongan Sapi di RPH (Rumah Potong Hewan)
Dalam Kaitannya dengan Prinsip Manajemen Halal dan HACPP (Hazard
Analysis Critical Control Point), [diakses 2022 Nov 07];
https://doi.org/10.12962/j22759970.v1i1.33
16
Seaza. (2019). SEAZA Standard on Animal Welfare. Southeast Asian
Zoos and Aquariums Association. http://www.seaza.asia/wp-
content/uploads/2020/03/SEAZA-Standard-on-Animal-Welfare-
Bahasa-Indonesia.pdf
Triastuti, I. (2015). Kajian filsafat tentang kesejahteraan hewan dalam kaitannya
dengan pengelolaan di lembaga konservasi. Yustisi, 1(1), 6–10.
Wiratno, et all. 2011. Berkaca dicermin retak: Refleksi Konservasi dan Implikasi
bagi pengelolaan taman Nasional. Jakarta: The Gibon Foundation
17