Oleh
A. MUJIBUR RAHMAN
NIM. 2022310624
KELOMPOK III
A. Latar Belakang
Manajemen kesehatan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi sumber daya yang
dimilikinya agar produktivitas tenak dapat dimaksimalkan. Pada manajemen
kesehatan yang memiliki peran penting sebagai unsur penuang adalah pencegahan
dan pengendalian penyakit. Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu
proses yaitu suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan.
Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak.
Melalui penerapan manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara
berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak dapat
diminimalkan (sunkoco dkk, 2023).
Kesehatan ternak merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu usaha
peternakan. Penyakit merupakan hambatan yang perlu diatasi. Melalui penerapan
manajemen kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan diharapkan dampak negatif
dari penyakit ternak dapat diminimalkan. Manajemen kesehatan hewan
berhubungan erat dengan usaha pencegahan infeksi dari agen-agen infeksi melalui
upaya menjaga biosekuriti dengan menjaga higienitas dan sanitasi kandang,
manajemen pakan yang baik, dan peningkatan daya tahan tubuh ternak melalui
pemberian obat cacing dan multivitamin (Williamson, 2014).
Penyakit pada ternak kambing memang perlu dikuasai oleh peternak, Banyak
jenis penyakit yang sering menyerang kambing. Meskipun kambing budidaya
jarang sakit, bukan berati kambing budidaya tidak bisa sakit. Dengan dasar
pengetahuan yang dimiliki, peternak akan mampu mengatasi penyakit yang
muncul. Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha
ternak kambing. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi dalam
usaha ternak kambing adalah penyakit parasitik, terutama skabies dan parasit
saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu untuk penyakit bakterial seperti
anthrax, pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, pink eye, dan
penyakit lainnya (Widiarso, 2019).
Cara untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan ternak secara dini adalah
dengan mempelajari kondisi fisiologis ternak sebelum dan setelah makan untuk
melihat tingkat efisiensi pemberian pakan yang selanjutnya menjadi dasar dalam
pembuatan ransum pakan yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produksi
susu kambing. Kondisi ternak sehat dapat dilihat dari nafsu makan, kondisi suhu
rektal dan laju respirasi ternak yang tinggi, peningkatan denyut jantung serta cara
berjalan ternak tersebut(Irwan dkk, 2022).
Manajemen kesehatan yang memiliki peran penting sebagai unsur penuang
adalah pencegahan dan pengendalian penyakit. Berbagai jenis penyakit yang
muncul pada peternakan dapat menimbulkan beberapa kerugian antara lain tingkat
konsumsi menurun, penurunan bobot badan, kegagalan reproduksi pada ternak
betina, serta kematian pada ternak yang memiliki dampak secara langsung akan
menyebabkan tingkat kematian yang sangat tinggi yang dapat mencapai 48%
(Talib, 2013).
Pencegahan penyakit perlu dilakukan guna mengindari penularan penyakit
berbahaya yang dapat mengganggu produktivitas. Pencegahan penyakit menular
dipusatkan pada penggunaan agen biologis melalui pemberian vitamin, serta
melakukan tindakan isolasi terhadap ternak yang terserang penyakit untuk
mencegah penularan berbahaya pada ternak lainnya Pencegahan penyakit juga
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, kebersihan tenak,
kebersihan linkungan serta kebersiha peternak itu sendiri. Serta pemberian
vitamin atau mengisolasi ternak yang terjangkit dan melakukan pengobatan pada
ternak yang terserang penyakit tersebut (Nuraini, 2020). Berdasarkan uraian di
atas maka hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum manajemen
kesehatan ternak.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui
pengaruh lingkungan terhadap kondisi fisiologis ternak (suhu/temperature dan
kelembapan udara kandang), frekuensi pernafasan, denyut nadi dan
suhu/temperature.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODE PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan diperoleh hasil:
Tabel 4.1 Daftar Isian (Form) Fisiologi Ternak
Nama/ No. Temperatur Rectal (°C) Respirasi Nadi
Hari / Tgl Identitas Pagi Siang (Kali/Menit) (Kali/Menit)
Ternak
Jumat/10 P1 39,4 39,4 94 93
November
2023
Jumat/10 P2 39,3 39,3 90 95
November
2023
Jumat/10 P3 39,0 39,0 98 96
November
2023
Sumber: Data hasil praktikum ilmu ternak potong dan kerja, 2023.
Tabel 4.2 Daftar Isian (Form) Fisiologi Lngkungan Ternak
Hari/ Dalam Kandang Luar Kandang
Tgl Suhu ( o C) Kelembapan (%) Suhu ( o C) Kelembapan(%)
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Jumat
/10 29,7 29,7 32,0 59 59 53 34,1 34,1 32,5 54 54 55
Nove
mber
2023
Sumber: Data hasil praktikum ilmu ternak potong dan kerja, 2023.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.1 yang telah dilakukan di
praktikum ternak potong dan kerja Hal ini sesuai pendapat Yuwanta (2014) yang
menyatakan bahwa suhu tubuh yang normal pada kambing berkisar antara 38,5°C
sampai 40,5°C. Pengukuran suhu tubuh kambing berada dalam kisaran normal.
Hasil pengamatan respirasi yang didapatkan pada p1 94 kali/menit, p2 90
kali/menit, p3 98 kali/menit. hal ini dikarenakan respirasi pada kambing
meningkat karna aktivitas kambing yang tidak berhenti atau dalam kedaan lari-
lari sehingga pernapasan pada kambing meningkat. Hal ini tidak sesuai pendapat
Atabany (2013) yang menyatakan bahwa kisaran normal respirasi pada kambing
26 – 54 kali/menit. Factor yang mempengaruhi respirasi pada kambing. Perubahan
temperature, lingkungan, aktivitas fisik, ukuran tubuh, suhu tubuh, dan keadaan
bunting.
Hasil pengamatan denyut nadi pada kambing hal ini tidak sesuai pendapat
Qisthon dan hartono, (2019), Jumlah denyut nadi (pulsus) per menit berkisar
antara 87-103 kali per menit. Factor yang mempengaruhi pulsus pada ternak yaitu
spesies ternak, jenis kelamin, umur, musim, temperatur tubuh dan sistem
pemeliharaan. Nilai denyut nadi yang tinggi dapat disebabkan oleh cekaman panas
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.2 yang telah dilakukan di
praktikum ternak potong dan kerja didapatkan hasil suhu dan kelembapan di
dalam kandang, Suhu dan kelembaban merupakan faktor lingkungan yang dapat
berpengaruh terhadap produktifitas ternak. suhu dan kelembaban di dalam
kandang pada pagi, siang dan sore hari menunjukkan suhu dan kelembaban yang
berbeda-beda, begitupun dengan suhu dan kelembaban yang ada diluar kandang.
Hal ini sesuai pendapat Diana (2016), yang menyatakan bahwa suhu pada pagi
dan sore hari lebih rendah dibandingkan dengan suhu di siang hari yang mencapai
29.19ºC dalam kandang dan 33.32ºC diluar kandang. Sehingga aktifitas makan
kambing lebih sering terlihat pada pagi dan sore hari, Naik turunnya suhu pada
kandang dan padang pengembalaan akan mempengaruhi nilai kelembaban.
Kelembaban kandang didalam dan luar kandang pada pagi dan sore hari berkisar
antara 57 - 59%, sedangkan pada siang hari baik di dalam kandang maupun diluar
kandang tergolong rendah yaitu dibawah 50%.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa kisaran normal frekuensi pernapasan pada kambing 26 – 54 kali/menit.
Jumlah denyut nadi (pulsus) per menit berkisar antara 87-103 kali per menit. suhu
dan kelembapan di dalam kandang, suhu pada pagi hari yaitu 29 oC, siang hari 29
o
C dan sore hari 32 oC sedangkan kelembapan dalam kandang pada pagi hari 59%,
siang 59% dan sore 53%. Suhu dan kelembapan diluar kandang, suhu pada pagi
hari 34,1 oC, siang 34,1 oC dan sore 32,5 oC, sedang kelembapan pada pagi hari
54%, siang 54% dan sore 55%..
B. Saran
Adapun saran pada pratikum yaitu asisten agar lebih membimbing pratikan
dalam menjalankan pratikum dan tetap menjalin hubungan baik asisten dengan
praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, C. G, dkk. 2020. Upaya peningkatan produksi susu sapi perah dengan
pemberian vitamin Ade dan obat cacing. Jurnal nutrisi ternak tropis. Vol
3. No 1
Aldiano, V. 2016. Manajemen kesehatan kambing perah di balai pelatihan
peternakan batu Jawa Timur. Skripsi. Universita airlangga. Surabaya.
Ariyanto, F. B., Nugraha, T, W dan Suhendra, D. 2021. Identifikasi lokasi dan
performa fisik kambing perah di desa Mranggen kecamatan Srumbung
kabupaten Magelang provinsi Jawa Tengah. Buletin peternakan tropis.
Vol 2. No 2.
Aryanto. 2012. Efek Pembatasan dan Pemenuhan Kembali Jumlah Pakan
Terhadap Status Fisiologi dan Kinerja Reproduksi Ternak Kambing. Tesis.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Bain, N, dkk. 2021. Optimalisasi usaha peternakan kambing melalui teknologi
pengolahan limbah peternakan untuk meningkatkan pendapatan peternak
kambing di kota Kendari. Jurnal media tani ternak. Vol 3. No 1.
Budisatria. 2018. Kambing peranakan etawah. Gadjah madauniversity press.
Yogyakarta.
Chiristi, F. R., Setiawan, R., dan Alhuur, G. R. K. 2022. Peningkatan pengetahuan
jenis - jenis penyakit pada kambing perah di kelompok ternak azkia
rayadan gotong kabupaten bandung Jawa Barat . Jurnal of community
service. Vol 3. No1
Diana. Purwanto, P, B dan Atabany, A. 2016. Pengaruh ketinggian tempat
terhadap respon termoregulasi kambing peranakan etawah. Jurnal sains
terapan edisi v. Vol 6. No1.
Fadilah, P. 2019. Pengaruh ketinggian tempat terhadap fisiologis produksi susu
kambing peranakan ettawa. Skripsi. Universitas islam negeri sultan syarif
kasim riau pecan baru.
Farda, T, F. 2022. Deteksi penyakit mulut dan kuku (PMK) dan pemberian
ransum pada kambing di kecamatan Sukoharjo kabupaten Pringsewu.
Jurnal pengabdi masyarakat. Vol 1. No
Fendy, A. 2017. Pengaruh pemberian vitamin B komplex terhadap pemulihan
fisiologi, konsumsi pakan, dan bobot badang kambing kacang muda dan
dewasa pasca transportasi. Mediagro. Vol 13. No 1
Ginting R.B. (2019). Program Manajemen Pengobatan cacing pada ternak di
Kelompok Tani Ternak Kesuma Maju Desa Jatikesuma Kecamatan
Namorambe. Jasa padi. Vol 4. No. 1).
Hereng, D. A. Y., Selan, N. Y., dan Amalo, A. F. 2019. Parameter fisiologi
kambing kacang (Capra aegagrus hircus) di desa nunkurus kecamatan
Kupang timur kabupaten Kupang. Jurnal veterier nusantara. V0l 1. No 2.
Irwan, M dkk. 2022. Manajemen produksi ternak. CV Getpress indonesia.
Sumatera barat.
Isnaeni W. 2016. Fisiologi Hewan. Kanisius.Yogyakarta
Khasanah, H, dkk. 2020. Kesehatan ternak tropis. UPT percetakan dan penerbitan
universitas jamber. UNEJ press.
Nabunome, B. E. 2017. Sistem pakar diagnosis penyakit pada kambing etawa
menggunakan metode certainty factor. Jati (jurnal mahasiswa teknik
informatika). Vol 1. No 2
Nuraini, M. D, dkk. 2020. Peningkatan kapasitas tata laksana kesehatan ternak
sapi potong di palemrejo, ondong, Boyolali. Prima: jurnal of community
and service. Vol 4. No 2.
Qisthon, A. dan M. Hartono. 2019. Respon fisiologis dan ketahanan panas
kambing Boerawa dan Peranakan Ettawa pada modifikasi iklim mikro
kandang melalui pengkabutan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol. 7.
No. 1
Razali, dkk. 2018. Buku ajar manajemen kesehatan perah dan ternak potong.
Syiah Kuala university press, Banda Aceh.
Servitasari, A. P., Effendi, H. M dan wibawati, P. A. 2019. Deteksi mastitis
subklinis pada kambing peranakan etawah dikelurahan kalipuro,
Banyuwangi. Jurnal media veterier. Vol 2. No 2
Setiawan dkk. 2021. Pengaruh manipulasi iklim kandang melalui pengkabutan
terhadap respon fsiologis dan ketahanan panas kambing sapera dan
peranakan ettawa. Jurnal riset dan inovasi peternakan. Vol. 5. No. 1.
Setiawan, A. A. 2016. Persediaan obat hewan di balai pengembangan bibit pakan
ternak dan diagnostik kehewanan (BPBPTDK) provinsi daerah istimewa
Yogyakarta. Skripsi. Universitas Gadjah Mada
Sirat, P, M, M. Dkk. 2021. Penyuluhan manajemen kesehatan, reproduksi, sanitasi
kandang dan pengobatan massal ternak kambing. Jurnal ilmiah
pengabdian kepada masyarakat. Vol 7. No 3.
Sukoco dkk. 2023.Sosialisasi manajemen kesehatan ternak sebagai upaya
peningkatan ketahanan pangan di desa tangan baru kecamatan limboro,
Polewali mandar. Jurnal Panrita abdi. Vol 7.
Wardani, K. D. L., Jatmiko, S. B., Khofifaturrahmah, R. 2022. Studi kasus ort
pada kambing di desa Megasari kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.
Jurnal ilmiah fillia cendekia. Vol 7. No 1.
Widiarso, P. B dan Mubarokah, W. W. 2019. Respon peternak terhadap
pencegahan dan pengobatan penyakit cacing gastrointestinal pada kambing
di desa klopo kacamatan Tegalrejo kabupaten Magelang. Jurnal ilmu
peternakan dan veterier tropis. Vol 9. No 2.
Yuwanta, .2014. Fisiologi Ternak Kambing. Kanisius. Yogyakarta .
Zalizar L. (2017). Helminthiasis saluran cerna pada sapi perah. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. No 27. Vol 2.
LAMPIRAN