Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM II

MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK

Oleh
A. MUJIBUR RAHMAN
NIM. 2022310624
KELOMPOK III

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen kesehatan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi sumber daya yang
dimilikinya agar produktivitas tenak dapat dimaksimalkan. Pada manajemen
kesehatan yang memiliki peran penting sebagai unsur penuang adalah pencegahan
dan pengendalian penyakit. Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu
proses yaitu suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan.
Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak.
Melalui penerapan manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara
berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak dapat
diminimalkan (sunkoco dkk, 2023).
Kesehatan ternak merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu usaha
peternakan. Penyakit merupakan hambatan yang perlu diatasi. Melalui penerapan
manajemen kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan diharapkan dampak negatif
dari penyakit ternak dapat diminimalkan. Manajemen kesehatan hewan
berhubungan erat dengan usaha pencegahan infeksi dari agen-agen infeksi melalui
upaya menjaga biosekuriti dengan menjaga higienitas dan sanitasi kandang,
manajemen pakan yang baik, dan peningkatan daya tahan tubuh ternak melalui
pemberian obat cacing dan multivitamin (Williamson, 2014).
Penyakit pada ternak kambing memang perlu dikuasai oleh peternak, Banyak
jenis penyakit yang sering menyerang kambing. Meskipun kambing budidaya
jarang sakit, bukan berati kambing budidaya tidak bisa sakit. Dengan dasar
pengetahuan yang dimiliki, peternak akan mampu mengatasi penyakit yang
muncul. Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha
ternak kambing. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi dalam
usaha ternak kambing adalah penyakit parasitik, terutama skabies dan parasit
saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu untuk penyakit bakterial seperti
anthrax, pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, pink eye, dan
penyakit lainnya (Widiarso, 2019).
Cara untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan ternak secara dini adalah
dengan mempelajari kondisi fisiologis ternak sebelum dan setelah makan untuk
melihat tingkat efisiensi pemberian pakan yang selanjutnya menjadi dasar dalam
pembuatan ransum pakan yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produksi
susu kambing. Kondisi ternak sehat dapat dilihat dari nafsu makan, kondisi suhu
rektal dan laju respirasi ternak yang tinggi, peningkatan denyut jantung serta cara
berjalan ternak tersebut(Irwan dkk, 2022).
Manajemen kesehatan yang memiliki peran penting sebagai unsur penuang
adalah pencegahan dan pengendalian penyakit. Berbagai jenis penyakit yang
muncul pada peternakan dapat menimbulkan beberapa kerugian antara lain tingkat
konsumsi menurun, penurunan bobot badan, kegagalan reproduksi pada ternak
betina, serta kematian pada ternak yang memiliki dampak secara langsung akan
menyebabkan tingkat kematian yang sangat tinggi yang dapat mencapai 48%
(Talib, 2013).
Pencegahan penyakit perlu dilakukan guna mengindari penularan penyakit
berbahaya yang dapat mengganggu produktivitas. Pencegahan penyakit menular
dipusatkan pada penggunaan agen biologis melalui pemberian vitamin, serta
melakukan tindakan isolasi terhadap ternak yang terserang penyakit untuk
mencegah penularan berbahaya pada ternak lainnya Pencegahan penyakit juga
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, kebersihan tenak,
kebersihan linkungan serta kebersiha peternak itu sendiri. Serta pemberian
vitamin atau mengisolasi ternak yang terjangkit dan melakukan pengobatan pada
ternak yang terserang penyakit tersebut (Nuraini, 2020). Berdasarkan uraian di
atas maka hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum manajemen
kesehatan ternak.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui
pengaruh lingkungan terhadap kondisi fisiologis ternak (suhu/temperature dan
kelembapan udara kandang), frekuensi pernafasan, denyut nadi dan
suhu/temperature.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Kesehatan Ternak


Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu proses, yaitu suatu cara yang
sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Penyakit merupakan salah satu
hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak. Melalui penerapan manajemen
kesehatan ternak yang dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan dampak negatif
dari penyakit ternak dapat diminimalkan. Penyakit-penyakit yang dijadikan
prioritas untuk diatasi adalah penyakit parasiter, terutama skabies dan parasit
saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial adalah
anthrax, pink eye, dan pneumonia (Sirat, 2021).
Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Faktor-faktor produksi
melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak
dapat dimaksimalkan. Kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk
hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan
(Effriansyah, 2012).
Kesehatan merupakan salah satu faktor penentu produktivitas ternak. Ternak
yang sakit tidak dapat memaksimalkan potensi produksinya karena energi dan
nutrisi yang didapatkan akan dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi tubuh
ternak tersebut terlebih dulu. Penanganan kesehatan ternak merupakan salah satu
kunci untuk membantu memperbaiki produktifitas ternak yang rendah.
Penanganan kesehatan ternak harus dimulai sejak awal ternak masuk atau lahir
hingga ternak dipanen (Bain, 2021).
Penyakit viral yang penting adalah orf, dan penyakit lainnya (penyakit non-
infeksius) yang perlu diperhatikan adalah penyakit diare pada anak ternak, timpani
(kembung rumen), dan keracunan sianida dari tanaman. Pengendalian penyakit
parasit secara berkesinambungan (sustainable parasite control) perlu diterapkan
agar investasi parasit selalu di bawah ambang yang dapat mengganggu
produktivitas ternak. Vaksinasi terhadap penyakit anthrax (terutama untuk daerah
endemis anthrax) dan orf merupakan tindakan preventif yang dianjurkan (Farda,
2022).
Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar
bagi peternak, dapat juga merugikan masyarakat dan lingkungan disekitar
peternakan. Penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat produksi dan
reproduksi ternak. Penyakit yang bersifat menular harus mendapat perhatian
serius yang penanganannya harus dilakukan secara cepat dan tepat. Pengendalian
berbagai penyakit menular pada sapi adalah hal yang perlu mendapatkan
perhatian, sebagaimana kita tahu bahwa pengendalian penyakit jauh lebih baik
daripada pengobatan. Hal ini bisa di mengerti apabila ternak sapi kita sudah
terkena penyakit otomatis biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah, dan tidak
bisa di jadikan jaminan bahwa setelah diobati ternak akan sembuh. Karena untuk
dapat mencapai kesembuhan dari suatu penyakit ada banyak faktor yang
berpengaruh. Jadi hal terbaik adalah mencegah peyakit kambing sebelum
menyerang ternak tersebut (Nabunome, 2017).
Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan
penting dalam usaha ternak kambing. Adapun upaya yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan ternak meliputi pemeriksaan kesehatan harian, penanganan
kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit,
pemberian vaksin, pemberian obat cacing (Widiarso, 2019).
B. Fisiologi Ternak
Fisiologis ternak secara umum merupakan suatu hal yang mempelajari tentang
fungsi tubuh yang terjadi pada ternak. Fisiologis ternak kambing merupakan
peristiwa naik turunnya kondisi fisiologis ternak yang meliputi frekuensi nafas,
denyut nadi dan suhu rektal. Fisiologis yang biasanya diukur adalah suhu rektal,
frekuensi nafas dan denyut nadi. Pemberian pakan tambahan secara umum
mampu memberikan asupan tambahan bagi ternak, namun pemberian pakan
tambahan perlu di pertimbangkan ketersediaan dan kualitas pakan tambahan yang
diberikan kepada ternak (Fadilah, 2019).
Suhu rektal merupakan salah satu indikator yang baik untuk suhu panas
tubuh, selain itu suhu rektal merupakan peubah yang dapat menunjukkan efek
dari cekaman panas kambing. Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya
pengaruh suhu rektal antar perlakuan karena kambing Kacang yang digunakan
dalam penelitian merupakan ternak yang berasal dari peternakan rakyat sehingga
ternak kambing tersebut telah dapat beradaptasi dengan baik terhadap
lingkungan maupun perubahan pakan, sehingga memberikan hasil yang tidak
berpengaruh disetiap perlakuan (Ariyanto, 2022).
Peningkatan frekuensi respirasi yang menyebabkan meningkatnya aktivitas
otot-otot respirasi sehingga mempercepat pemompaan darah ke permukaan tubuh
dan selanjutnya akan terjadi pelepasan panas tubuh. Beban panas tubuh yang
lebih tinggi mengharuskan ternak melakukan aktivitas termoregulasi untuk
menjaga suhu tubuhnya agar tetap berada pada kisaran normal. Salah satu
mekanisme termoregulasi tersebut adalah dengan meningkatkan kerja jantung
untuk memompa darah keseluruh tubuh dan kemudian membuang panas tubuh
ke lingkungan melalui darah ke kulit atau kulit bagian luar (Isnaeni, 2016).
Frekuensi respirasi yang tinggi pada kambing kacang dikarenakan adanya
beban panas yang diterima sehingga secara normal ternak kambing melakukan
thermoregulasi agar suhu tubuhnya tetap berada pada kisaran normal. Upaya yang
dilakukan kambing untuk mempertahankan agar suhu tubuhnya tetap berada pada
kondisi normal adalah dengan cara melepaskan panas melalui saluran pernapasan,
sehingga semakin besar beban panas yang diterimanya maka akan semakin
banyak juga panas yang harus dilepaskan. Pelepasan panas melalui saluran
pernapasan ditunjukkan oleh respirasi, semakin banyak panas yang dilepaskan
oleh kambing tersebut maka akan semakin tinggi respirasinya, untuk menurunkan
kenaikan suhu tubuh agar mencapai suhu tubuh normal, ternak melakukan
pembuangan panas dari tubuh dengan cara meningkatkan frekuensi pernapasan
(Razali, 2018)
Frekuensi respirasi berfungsi sebagai parameter yang dapat digunakan
sebagai pedoman untuk mengetahui fungsi organ-organ tubuh bekerja secara
normal. Pengukuran terhadap parameter terhadap fisiologis yang biasa dilakukan
di lapangan tanpa alat-alat laboratorium adalah pengukuran respirasi, detak
jantung dan suhu tubuh. Adanya aktivitas mencerna pakan juga akan
menyebabkan aktivitas metabolisme di dalam tubuh meningkat sehingga
berpengaruh terhadap frekuensi respirasi. Peningkatan frekuensi respirasi terjadi
karena sapi mengalami kelebihan beban panas dari dalam tubuh sebagai akibat
dari aktivitas metabolisme. Dalam mempertahankan keseimbangan panas
tubuhnya, sapi berupaya untuk membuang panas dengan mempercepat frekuensi
nafas. Hal ini menunjukkan bahwa sapi yang menerima beban panas lebih besar
akan berusaha membuang panas yang diterima lebih besar (Foeh, 2021).
Perubahan cuaca berpengaruh pada perubahan suhu dan kelembapan di
lingkungan sekitar kandang yang membuat hewan ternak terganggu. Suhu
normal yang diterima pada kambing berkisar 38,5˚C – 40,5 ˚C. Sedangkan batas
toleransi suhu lingkungan bagi kambing berkisar 25-30˚C. Stres panas dapat
mengurangi kuantitas dan kualitas produksi susu, menurunkan kekebalan tubuh
sehingga lebih rentan terhadap penyakit, bahkan dapat menyebabkan kematian
Suhu dan kelembaban merupakan faktor lingkungan yang dapat berpengaruh
terhadap produktifitas ternak. suhu dan kelembaban di dalam kandang pada pagi,
siang dan sore hari menunjukkan suhu dan kelembaban yang berbeda-beda,
begitupun dengan suhu dan kelembaban yang ada diluar kandang. Suhu pada pagi
dan sore hari lebih rendah dibandingkan dengan suhu di siang hari yang mencapai
29.19ºC dalam kandang dan 33.32ºC diluar kandang. Tingginya suhu tersebut
menyebabkan kambing pada siang hari terlihat lebih banyak beristirahat dan tidak
banyak melakukan aktifitas makan, terutama untuk kambing yang ada di padang
pengembalaan yang lebih memilih berteduh di bawah pohon atau pagar
dibadingkan dengan kambing yang dikandangkan. Sehingga aktifitas makan
kambing lebih sering terlihat pada pagi dan sore hari, Naik turunnya suhu pada
kandang dan padang pengembalaan akan mempengaruhi nilai kelembaban. Dalam
proses pertumbuhan kambing membutuhkan kelembaban 60-80%. Kelembaban
kandang didalam dan luar kandang pada pagi dan sore hari berkisar antara 57.74-
56.59%, sedangkan pada siang hari baik di dalam kandang maupun diluar
kandang tergolong rendah yaitu dibawah 50%. Hal ini menunjukkan kelembaban
pada pagi dan sore hari mendekati standar kelembaban bagi hidup kambing,
sedangkan kelembaban pada siang hari lebih rendah karena dipengaruhi oleh
tingginya suhu (Diana, 2016).
Suhu tubuh seekor ternak dapat dihitung pada beberapa lokasi yaitu salah
satunya pada rektal, karena cukup mewakilkan dan kondisinya stabil. Yuwanta
(2014) menyatakan bahwa suhu rektal dan kulit saat siang hari meningkat akibat
dehidrasi, dan frekuensi respirasi dan suhu tubuh berfluktuasi lebih besar pada
saat tersebut. Suhu rektal normal pada ternak berumur di atas satu tahun berkisar
37,8-39,2°C dan ternak dibawah satu tahun berkisar 38,6-39,8°C. Yuwanta (2014)
yang menyatakan bahwa suhu tubuh yang normal pada kambing berkisar antara
38,5°C sampai 40,5°C. Pengukuran suhu tubuh kambing berada dalam kisaran
normal (Budisatria dkk., 2018).
C. Jenis – Jenis Penyakit Pada Kambing
Penyakit kudis disebabkan oleh tungau parasit Sarcoptes scabei. Tungau ini
besarnya 0,2-0,5 mm. Biasanya menyerang ternak kambing yang tidak pernah
dimandikan, disikat, atau keadaan kandang sangat kotor karena kurang terawat.
Kambing yang terserang kudis akan merasa gatal-gatal dan sangat gelisah.
Kulitnya merah menebal, berkeropeng-keropeng, dan bulunya rontok. Bahkan,
tubuhnya menjadi kurus. Bagian yang terserang biasanya muka, telinga, kepala,
leher, dan pangkal ekor. Kalau tidak segera diobati, ternak akan mati merana
(Aryanto, 2012).
Penyakit mulut dan kuku (PMK) penyakit yang dikenal dengan sebutan
apthae epizootica (AE) ini tergolong penyakit menular yang berbahaya,
mematikan, serta bersifat zoonosis. penyakit ini disebabkan oleh Rhinovirus.
Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit yang bersifat akut, disertai
demam, sangat menular, serta ditandai dengan pembentukan vesikel-vesikel pada
selaput lendir mulut, hidung dan pada kulit di antara maupun di dekat tracak
(Farda, 2022).
Penyakit mastitis, penyakit ini menyerang kelenjar susu. Penyakit ini
disebabkan oleh tidak tuntasnya pemerahan susu kambing dan pemerahan yang
tidak higienis, misalnya ambing tidak dibersihkan dahulu sebelum diperah.
Akibatnya, susu tidak dapat diperah karena kambing mengembik terus-menerus
akibat kesakitan, atau bisa pula pemerahan tetap dapat dilakukan tetapi susu
tidak dapat dikonsumsi. gejala yang timbul akibat terserang mastitis yaitu
ambing membengkak dan berwarna kemerah-merahan. Ambing juga terasa
panas, suhu tubuh tinggi, nafsu makan menurun. Jika diperah air susu berwarna
cokelat, kuning tua, kehijau-hijauan, atau kemerah-merahan dan biasanya lebih
kental atau lebih encer dari pada yang normal. Hasil produksi susu menurun
bahkan terhenti sama sekali. (Servitasari, 2019).
Penyakit kejang rumput merupakan penyakit metabolik yang disebabkan
kekurangan kadar mineral magnesium (Mg) dan kalsium (Ca) dalam bahan pakan.
Kekurangan konsumsi mineral akan menyebabkan gangguan syaraf. Beberapa
tanda klinis yang bisa dilikhat secara fisik adalah kambing mengalami kekejangan
di kaki yang menyebabkan sukar berjalan, mudah terangsang dan gelisah oleh
gangguan suara keras, sering urinasi atau kencing. Kejang-kejang berlanjut pada
beberapa hari berikutnya, dan jika tidak ditangani bisa menyebabkan kematian.
Penyakit ini bisa diobati dengan Tympasol. Sebanyak 30-50 ml dilarutkan dalam
0,3-0,5 liter air. Cara pencegahan yang cukup jitu yaitu tidak memberikan pakan
berupa rumput yang masih muda terlalu banyak, karena kandungan mineral
magnesium dan kalsiumnya masih rendah (Chiristi, 2022).
Penyakit kembung dipicu oleh kegagalan tubuh kambing dalam mengeluarkan
produk berupa gas yang berasal dari proses pencernaan di dalam lambung.
Adanya penyumbatan di salah satu saluran pengeluaran atau konsumsi bahan
pakan yang terlalu banyak, diduga merupakan penyebab utama penyakit kembung
ini. Gejala yang diakibatkan penyakit ini ternak terlihat tidak tenang, gelisah, sakit
dan sulit bernafas. Perut sebelah kiri bagian atas terlihat kembung dan jika
ditepuk- tepuk mengeluarkan bunyi agak keras, seperti suara gendang. Untuk
mencegah penyakit ini sebaiknya tidak membiarkan kambing terlalu lapar dan
hindarkan pemberian pakan yang bisa menyebabkan kembung. Tidak memberikan
hijauan yang masih terlalu muda atau hijauan yang basah oleh embun. Jika tidak
ada bahan pakan lain, sebagai pencegahan, bahan pakan bisa dibasahi dengan
minyak kelapa atau minyak kacang sebelum diberikan kepada kambing
(Widiarso, 2019).
Ecthyma Contagiosa atau lazim disebut orf, merupakan penyakit viral yang
sangat infeksius pada domba dan kambing, ditandai dengan terbentuknya lesi
basah, bernanah, dan berkeropeng pada moncong dan bibir. Penyebabnya adalah
virus parapox yang biasa menyerang kulit dan bersifat zoonosis. proses penularan
penyakit ini melalui kontak langsung dengan ternak yang sakit, melalui luka-luka,
kontak kelamin, kontak dengan peralatan serta bahan-bahan lain yang tercemar
virus tersebut. Ternak yang sudah terserang penyakit ini tidak akan terserang lagi
karena sudah terjadi kekebalan (Wardani, 2022).
Penyakit mata (Pink Eye) disebabkan oleh penyebab fisik dan
mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab fisik antara lain bola mata terkena
tusukan ujung batang rumput, ranting pohon, duri, atau debu secara langsung.
Penyebab berupa mikroorganisme bisa berupa virus atau bakteri, seperti
Ricketsia dan Chlamydia. Gejala yang terlihat yaitu mata mengeluarkan air,
tertutup atau berkedip-kedip. Mata juga membengkak atau berwarna merah,
lalu keruh dan timbul borok pada selaput bening mata sehingga dapt
menyebabkan kebutaan. Pencegahan berkaitan dengan pengendalian lalat dan
menjaga kebersihan kandang dan lingkuan sekitar kandang. Tempat
pemeliharaan sebaiknya tidak terlalu kering dan berdebu (Khasanah dkk, 2020).
D. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kambing yang terserang kudis harus segera diasingkan dan dirawat di tempat
yang hangat dengan memberi pakan yang gizinya baik, lalu diobati. Perawatan
dilakukan dengan mencukur bulu rambut sekitar luka. Borok-borok luka
dibersihkan dengan air hangat dan sabun. Selanjutnya, ternak dimandikan dengan
air yang telah diberi larutan bubuk Neguvon. Setelah dimandikan, ternak
dibiarkan di tempat yang terbuka agar bisa berjemur atau berangin-angin.
Pengobatan secara teliti dilakukan dengan mengolesi obat luka atau kudis Caviam
di daerah kepala, telinga, sela-sela kaki karena bibit penyakitnya suka bersarang di
tempat tersembunyi. Pengobatan bisa diulangi 14 hari kemudian. Untuk mencegah
terulangnya penyakit ini, kandang harus disemprot dan dibersihkan dengan
desinfektan, misalnya Ewawo Perex 20 EC. Setiap liter obat dilarutkan dengan 40
liter air. Setiap satu liter larutan bisa disemprotkan pada luas kandang 20 m²
(Widiarso, 2019).
Penyakit PMK ini bisa dicegah dengan vaksin, yang pemberiannya diulang
setiap enam bulan. Pengendalian penyakit dilakukan dengan melaksanakan
peraturan-peraturan yang berlaku dan vaksinasi, tergantung pada keadaan
setempat. Dalam keadaan ekstrem pemberantasan dilakukan dengan pemotongan
semua hewan yang tertular, dan yang berkontak dengan penderita, serta tindakan
karantina terhadap daerah tertular (Farda, 2022).
Pencegahan dan pengendalian penyakit mastitis pemberian preparat
antibiotik dengan cara disuntikkan atau dicampur dengan air minum. cukup
efektif mengobati penyakit ini. Pemberian jenis dan dosis antibiotik sebaiknya
dilakukan oleh dokter hewan untuk menghindari kesalahan pengobatan dan
kebalnya mikroorganisme penyebab penyakit terhadap suatu jenis antibiotic
(Servitasari, 2019).
Pencegahan penyakit Ecthyma Contagiosa (Orf) ini bisa dilakukan dengan
cara vaksinasi. Kambing sakit dipisahkan dengan kambing yang sehat. Kandang
dihindarkan dari keadaan becek dan tergenang air. Mengganti pakan dan dibuat
halus. Kalau kambing harus diberikan hijauan, usahakan memilih yang halus atau
muda (Wardani, 2022).
Cara pencegahannya penyakit keguguran yaitu dengan cara pengobatan
dengan menyuntikkan tetracyclin atau Gentamycin 5% injeksi dengan dosis 2
ml/25 kg bobot badan. Penyuntikkan pada induk kambing dilakukan dua kali
setiap 12 jam pada hari pertama dan selanjutnya dapat diulang satu kali setiap
hari untuk 2-4 hari. Agar penyakit ini tidak menular pada ternak lain, anak
kambing yang mati dan jaringan sisa proses kelahirannya dibakar atau dikubur
(Chiristi, 2022).
E. Obat – Obatan
Obat merupakan suatu bahan yang sangat penting bagi proses penyembuhan,
pencegahan, dan meringankan suatu penyakit. Pada dasarnya hewan dan manusia
sangat membutuhkan obat. Berbagai macam bentuk obat tersedia saat ini. Setiap
obat memiliki kegunaan dan manfaat yang berbeda, baik berdasar spesies,
penyakit, dan tujuannya. Salah satu obat cacing yang cukup bagus untuk
membunuh cacing adalah Ivermectin. Ivermectin diaplikasikan dengan cara
injeksi subkutan, pbat ini bisa melindungi ternak dari infeksi cacing dan parasit di
kulit seperti caplak, kutu, dan kudis. Pemberian obat cacing merupakan salah satu
upaya yang penting untuk memutus siklus hidup parasite. Pemberian obat cacing
untuk pencegahan umum diberikan secara berkala setiap 3-6 bulan sekali
meskipun hewan tidak menunjukan gejala cacingan (Zalizar 2017).
Fungsi utamanya adalah untuk membunuh cacing gelang gastrointestinal dan
lungworms. Selain ivermectin yang diaplikasikan secara injeksi subkutan, ada
juga yang penggunaannya dengan oral dan juga oles di kulit, contoh yang
pengaplikasiannya secara oral adalah albendazole, penggunaan oral lebih mudah
digunakan oleh peternak, karena tidak perlu keahlian khusus untuk menyuntik
ternak jika tidak ada dokter hewan atau mantri yang menyuntiknya. Pemakaian
obat cacing digunakan pada bulan pertama saat ternak datang ke kandang,
setelahnya dapat diulangi setiap 3 – 4 (Ginting 2019).
Peternak juga harus mempersiapkan obat semprot luka untuk mencegah
infeksi pada luka. Obat yang direkomendasikan adalah gusanex, limoxin spray,
dan juga alamycin spray. Obat luka sangat penting tersedia di kandang, karena
jika luka dibiarkan akan dapat menyebabkan infeksi, dihinggapi lalat, sehingga
muncul larva lalat atau biasa disebut belatung. Obat semprot luka praktis dalam
penggunaannya, hanya disemprot ke luka ternak, tubuh ternak yang luka rawan
infeksi, karena kondisi kandang yang rawan kotor, sehingga obat semprot luka
sangat penting untuk selalu tersedia di kotak P3K kandang. Pada ternak sapi, obat
ini dapat digunakan pada luka supaya tidak terserang larva screw worm. Bisa juga
diaplikasikan pada tali pusar anak sapi yang baru lahir agar tidak mengalami
infeksi (Agustina dkk, 2020).
Pemberian obat-obatan disesuaikan dengan gejala penyakit yang sering terjadi
di peternakan. Adapun jenis obat-obatan yang diberikan yaitu antiseptik spray
(Gusanex dan Limoxin LA), salep luka tetracycline (Ikacyline), obat cacing bolus
(Albendazole), serta desinfektan (Benzaklin). Obat-obatan tersebut merupakan
obat luar yang dapat digunakan tanpa pengawasan dokter hewan pada kasus-kasus
penyakit ringan sehingga dapat digunakan oleh peternak secara langsung pada
saat terjadi kasus-kasus tertentu untuk mencegah kondisi yang semakin parah
(Setiawan, 2016).
Hewan ternak juga membutuhkan vitamin dan mineral untuk menjaga
kesehatannya. Peternak dapat menggunakan Multivitamin dan Vitamin B
Kompleks yang dijual bebas di pasaran. Vitamin berfungsi untuk memperkuat
daya tahan tubuh pada sapi serta meningkatkan metabolismenya. Vitamin adalah
obat penting yang harus tersedia di kandang. Umumnya, sapi yang baru saja
sembuh dari penyakit akan nampak loyo dan kurang bersemangat. Obat ini akan
membantu dan menjadi booster yang akan mengembalikan stamina hewan ternak.
Bisa juga digunakan pada sapi yang habis melahirkan atau sehabis melakukan
perjalanan jauh (Fendy, 2017).
Hewan juga membutuhkan asupan antibiotik untuk membunuh bakteri secara
permanen. Pemberian antibiotik harus dengan resep dan pantauan dokter hewan.
Tanpa resep, peternak sangat tidak dianjurkan memberikan antibiotik sendiri.
Pemberian dosis antibiotik yang salah bisa menyebabkan resistensi terhadap
bakteri tertentu. Akibatnya, jika terjadi serangan bakteri berulang, obat ini tidak
lagi efektif untuk membasminya (Nuraini dkk, 2020).
Lalat memang merupakan hewan pengganggu yang bisa juga menjadi sumber
penyakit. peternak harus mengupayakan agar kandang terbebas dari hewan ini.
Salah satu obat pembasmi lalat yang bagus dan direkomendasikan adalah toxilat
dan juga ralat atau ambalat. Obat ini berbentuk butiran dengan aroma tertentu dan
sangat efektif untuk mengusir lalat. Obat pembasmi lalat ini bisa diaplikasikan
dengan cara dicampur dengan air dan dioleskan pada tempat di mana lalat
hinggap. Toxilat tidak berbahaya terhadap ternak, jika terjilat atau termakan oleh
ternak pun tidak membahayakan nyawanya. Toxilat selain bisa dipakai di
kandang, juga bisa digunakan untuk di rumah ataupun restoran (Khasanah dkk,
2020).
F. Frekuensi Denyut Nadi
Pulsus dapat disebut juga denyut nadi. Frekuensi pulsus atau denyut jantung
dikendalikan oleh sistem organ jantung yang dipengaruhi oleh sistem saraf.
Jantung merupakan dua pompa yang menerima darah dalam arteri dan
memompakan darah dari ventrikel menuju jaringan kemudian kembali lagi. Pada
sapi, pengukuran pulsus dilakukan dengan meraba bagian pangkal ekornya
sehingga terasa denyut arteri caudalisnya. kecepatan denyut jantung dapat
dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, aktivitas tubuh, suhu tubuh, penyakit dan
stress. Jumlah denyut nadi (pulsus) per menit berkisar antara 87-103 kali per
menit. (Qisthon dan hartono, 2019).
Factor yang mempengaruhi pulsus pada ternak yaitu spesies ternak, jenis
kelamin, umur, musim, temperatur tubuh dan sistem pemeliharaan. Nilai denyut
nadi yang tinggi dapat disebabkan oleh cekaman panas pada dimana suhu selama
penelitian berkisar antara 29-32oC. Gaina (2021) menyatakan bahwa peningkatan
denyut jantung merupakan respon dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas
yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin (Isnaeni, 2016).
Denyut nadi sapi pada kondisi normal berkisar 50-80 kali/menit serta pada
kondisi stres berat mencapai 40 atau 120 kali/menit Gaina (2021). Ternak yang
terekspos temperatur lingkungan yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung. Mekanismenya adalah peningkatan
suhu darah yang secara langsung mempengaruhi jantung, yang juga dipengaruhi
oleh penurunan tekanan darah yang berasal dari vasodilatasi periferal. Proses
terakhir adalah peningkatan jumlah adrenalin dan nonadrenalin yang
disekresikan untuk pembentukan energi, disertai sekresi hormon lainnya dari
kelenjar endokrin sehingga menyebabkan peningkatan denyut jantung. Hamdan
(2018) menyatakan bahwa pada denyut nadi digunakan untuk mengukur kondisi
stress, kecapaian adanya ganguan lingkungan. Factor yang mempengaruhi
denyut jantung, antara lain suhu lingkungan, suplai oksigen, tekanan, konsistuen
anorganik. Bila suhu dingin maka denyut jantung akan melambat, sedangkan saat
suhu meningkat akan mempercepat (Hereng dkk., 2019).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum


Pratikum Manajemen Kesehatan Ternak dilaksanakan di Mini Farm,
Universitas Muhammadiyah Bulukumba, pada hari Jumat 10 November 2023,
pukul 09. 00 Wita-selesai.
B. Materi Praktikum
1. Alat
Alat yang digunakan pada pratikum ini yaitu, pengatur waktu (stopwatch),
thermometer rectal, hygrometer, thermometer ruang, tali, alat tulis menulis.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu, ternak potong (kambing).
C. Metode Praktikum
1. Mengukur frekuensi pernapasan
Menyiapkan perlatan berupa pengukur waktu (stopwatch). Menempatkan
ternak pada posisi yang lebih tenang dalam kandang. Satu orang memegang
tali sedangkan yang lain mengukur pernapasan melalui hembusan nafas
hidung ternak menggunakan telapak tangan. Menghitung frekuensi ternak
setiap satu menitnya. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali. Mengisi form
yang tersedia.
2. Mengukr denyut nadi
Menyiapkan peralatan berupa berupa pengukur waktu (stopwatch).
Menempatkan ternak pada posisi yang lebih tenang dalam kandang. Memilih
nadi ternak yang besar dan bisa meraba, seperti pada daerah pangkal
ekor,daerah leher atau daerah yang lain yang bisa meraba denyut nadinya.
Satu orang memegang tali, sedangkan yang lainnya mengukur denyutnadi
setiap menitnya. Menghitung frekuensi denyut nadi setiap satu menitnya.
Mengulangi pengukuransebanyak 3 kali. Mengisi form yang tersedia.
3. Mengukur suhu rectal
Menyiapkan alat berupa thermometer. Menempatkan ternak pada posisi
tenang dalam kandang. Memegang ternak dengan hati – hati dan tenang,
kemudiang angkat ekornya keatas, hingga rektumnya terlihat. Memasukkan
thermometer kedalam rectum hingga kira – kira ¾ bagian. Mendiamkan atau
menunggu ± 1 menit thermometer dalam rectum. Mengambil thermometer
kemudianmembaca skalanya. Mengulangi pengukuran sampai 3 kali
kemudian ambil nilai rata – ratanya. Melakukan pengukuran 2x /hari yaitu
pagi/sore hari dengan waktu yang sama. Mengisi form yang tersedia.
4. Mengukur temperature dan kelembapan udara kandang
Menyiapkan peralatan berupa thermometer dan hygrometer dan simpan di
luar kandang. Mengamati angka maksimun dan minimun yang ditunjukkan
oleh thermometer setiap harinya, kemudian ambil nilai rata – ratanya.
Mengamati angka kelembapan udara yang tunjukkan oleh hygrotometer
dalam kandang. Melakukan pengukuran suhu dan kelembapan udara luar
kandang dengan cara yang sama dalam kandang. Melakukan pengukuran
suhu dan kelembapan udara dalam dan luar kandang dilakukan pagi, siang
dan sore hari. Mengisi form yang tersedia.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan diperoleh hasil:
Tabel 4.1 Daftar Isian (Form) Fisiologi Ternak
Nama/ No. Temperatur Rectal (°C) Respirasi Nadi
Hari / Tgl Identitas Pagi Siang (Kali/Menit) (Kali/Menit)
Ternak
Jumat/10 P1 39,4 39,4 94 93
November
2023
Jumat/10 P2 39,3 39,3 90 95
November
2023
Jumat/10 P3 39,0 39,0 98 96
November
2023
Sumber: Data hasil praktikum ilmu ternak potong dan kerja, 2023.
Tabel 4.2 Daftar Isian (Form) Fisiologi Lngkungan Ternak
Hari/ Dalam Kandang Luar Kandang
Tgl Suhu ( o C) Kelembapan (%) Suhu ( o C) Kelembapan(%)
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Jumat
/10 29,7 29,7 32,0 59 59 53 34,1 34,1 32,5 54 54 55
Nove
mber
2023
Sumber: Data hasil praktikum ilmu ternak potong dan kerja, 2023.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.1 yang telah dilakukan di
praktikum ternak potong dan kerja Hal ini sesuai pendapat Yuwanta (2014) yang
menyatakan bahwa suhu tubuh yang normal pada kambing berkisar antara 38,5°C
sampai 40,5°C. Pengukuran suhu tubuh kambing berada dalam kisaran normal.
Hasil pengamatan respirasi yang didapatkan pada p1 94 kali/menit, p2 90
kali/menit, p3 98 kali/menit. hal ini dikarenakan respirasi pada kambing
meningkat karna aktivitas kambing yang tidak berhenti atau dalam kedaan lari-
lari sehingga pernapasan pada kambing meningkat. Hal ini tidak sesuai pendapat
Atabany (2013) yang menyatakan bahwa kisaran normal respirasi pada kambing
26 – 54 kali/menit. Factor yang mempengaruhi respirasi pada kambing. Perubahan
temperature, lingkungan, aktivitas fisik, ukuran tubuh, suhu tubuh, dan keadaan
bunting.
Hasil pengamatan denyut nadi pada kambing hal ini tidak sesuai pendapat
Qisthon dan hartono, (2019), Jumlah denyut nadi (pulsus) per menit berkisar
antara 87-103 kali per menit. Factor yang mempengaruhi pulsus pada ternak yaitu
spesies ternak, jenis kelamin, umur, musim, temperatur tubuh dan sistem
pemeliharaan. Nilai denyut nadi yang tinggi dapat disebabkan oleh cekaman panas
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.2 yang telah dilakukan di
praktikum ternak potong dan kerja didapatkan hasil suhu dan kelembapan di
dalam kandang, Suhu dan kelembaban merupakan faktor lingkungan yang dapat
berpengaruh terhadap produktifitas ternak. suhu dan kelembaban di dalam
kandang pada pagi, siang dan sore hari menunjukkan suhu dan kelembaban yang
berbeda-beda, begitupun dengan suhu dan kelembaban yang ada diluar kandang.
Hal ini sesuai pendapat Diana (2016), yang menyatakan bahwa suhu pada pagi
dan sore hari lebih rendah dibandingkan dengan suhu di siang hari yang mencapai
29.19ºC dalam kandang dan 33.32ºC diluar kandang. Sehingga aktifitas makan
kambing lebih sering terlihat pada pagi dan sore hari, Naik turunnya suhu pada
kandang dan padang pengembalaan akan mempengaruhi nilai kelembaban.
Kelembaban kandang didalam dan luar kandang pada pagi dan sore hari berkisar
antara 57 - 59%, sedangkan pada siang hari baik di dalam kandang maupun diluar
kandang tergolong rendah yaitu dibawah 50%.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa kisaran normal frekuensi pernapasan pada kambing 26 – 54 kali/menit.
Jumlah denyut nadi (pulsus) per menit berkisar antara 87-103 kali per menit. suhu
dan kelembapan di dalam kandang, suhu pada pagi hari yaitu 29 oC, siang hari 29
o
C dan sore hari 32 oC sedangkan kelembapan dalam kandang pada pagi hari 59%,
siang 59% dan sore 53%. Suhu dan kelembapan diluar kandang, suhu pada pagi
hari 34,1 oC, siang 34,1 oC dan sore 32,5 oC, sedang kelembapan pada pagi hari
54%, siang 54% dan sore 55%..
B. Saran
Adapun saran pada pratikum yaitu asisten agar lebih membimbing pratikan
dalam menjalankan pratikum dan tetap menjalin hubungan baik asisten dengan
praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, C. G, dkk. 2020. Upaya peningkatan produksi susu sapi perah dengan
pemberian vitamin Ade dan obat cacing. Jurnal nutrisi ternak tropis. Vol
3. No 1
Aldiano, V. 2016. Manajemen kesehatan kambing perah di balai pelatihan
peternakan batu Jawa Timur. Skripsi. Universita airlangga. Surabaya.
Ariyanto, F. B., Nugraha, T, W dan Suhendra, D. 2021. Identifikasi lokasi dan
performa fisik kambing perah di desa Mranggen kecamatan Srumbung
kabupaten Magelang provinsi Jawa Tengah. Buletin peternakan tropis.
Vol 2. No 2.
Aryanto. 2012. Efek Pembatasan dan Pemenuhan Kembali Jumlah Pakan
Terhadap Status Fisiologi dan Kinerja Reproduksi Ternak Kambing. Tesis.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Bain, N, dkk. 2021. Optimalisasi usaha peternakan kambing melalui teknologi
pengolahan limbah peternakan untuk meningkatkan pendapatan peternak
kambing di kota Kendari. Jurnal media tani ternak. Vol 3. No 1.
Budisatria. 2018. Kambing peranakan etawah. Gadjah madauniversity press.
Yogyakarta.
Chiristi, F. R., Setiawan, R., dan Alhuur, G. R. K. 2022. Peningkatan pengetahuan
jenis - jenis penyakit pada kambing perah di kelompok ternak azkia
rayadan gotong kabupaten bandung Jawa Barat . Jurnal of community
service. Vol 3. No1
Diana. Purwanto, P, B dan Atabany, A. 2016. Pengaruh ketinggian tempat
terhadap respon termoregulasi kambing peranakan etawah. Jurnal sains
terapan edisi v. Vol 6. No1.
Fadilah, P. 2019. Pengaruh ketinggian tempat terhadap fisiologis produksi susu
kambing peranakan ettawa. Skripsi. Universitas islam negeri sultan syarif
kasim riau pecan baru.
Farda, T, F. 2022. Deteksi penyakit mulut dan kuku (PMK) dan pemberian
ransum pada kambing di kecamatan Sukoharjo kabupaten Pringsewu.
Jurnal pengabdi masyarakat. Vol 1. No
Fendy, A. 2017. Pengaruh pemberian vitamin B komplex terhadap pemulihan
fisiologi, konsumsi pakan, dan bobot badang kambing kacang muda dan
dewasa pasca transportasi. Mediagro. Vol 13. No 1
Ginting R.B. (2019). Program Manajemen Pengobatan cacing pada ternak di
Kelompok Tani Ternak Kesuma Maju Desa Jatikesuma Kecamatan
Namorambe. Jasa padi. Vol 4. No. 1).
Hereng, D. A. Y., Selan, N. Y., dan Amalo, A. F. 2019. Parameter fisiologi
kambing kacang (Capra aegagrus hircus) di desa nunkurus kecamatan
Kupang timur kabupaten Kupang. Jurnal veterier nusantara. V0l 1. No 2.
Irwan, M dkk. 2022. Manajemen produksi ternak. CV Getpress indonesia.
Sumatera barat.
Isnaeni W. 2016. Fisiologi Hewan. Kanisius.Yogyakarta
Khasanah, H, dkk. 2020. Kesehatan ternak tropis. UPT percetakan dan penerbitan
universitas jamber. UNEJ press.
Nabunome, B. E. 2017. Sistem pakar diagnosis penyakit pada kambing etawa
menggunakan metode certainty factor. Jati (jurnal mahasiswa teknik
informatika). Vol 1. No 2
Nuraini, M. D, dkk. 2020. Peningkatan kapasitas tata laksana kesehatan ternak
sapi potong di palemrejo, ondong, Boyolali. Prima: jurnal of community
and service. Vol 4. No 2.
Qisthon, A. dan M. Hartono. 2019. Respon fisiologis dan ketahanan panas
kambing Boerawa dan Peranakan Ettawa pada modifikasi iklim mikro
kandang melalui pengkabutan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol. 7.
No. 1
Razali, dkk. 2018. Buku ajar manajemen kesehatan perah dan ternak potong.
Syiah Kuala university press, Banda Aceh.
Servitasari, A. P., Effendi, H. M dan wibawati, P. A. 2019. Deteksi mastitis
subklinis pada kambing peranakan etawah dikelurahan kalipuro,
Banyuwangi. Jurnal media veterier. Vol 2. No 2
Setiawan dkk. 2021. Pengaruh manipulasi iklim kandang melalui pengkabutan
terhadap respon fsiologis dan ketahanan panas kambing sapera dan
peranakan ettawa. Jurnal riset dan inovasi peternakan. Vol. 5. No. 1.
Setiawan, A. A. 2016. Persediaan obat hewan di balai pengembangan bibit pakan
ternak dan diagnostik kehewanan (BPBPTDK) provinsi daerah istimewa
Yogyakarta. Skripsi. Universitas Gadjah Mada
Sirat, P, M, M. Dkk. 2021. Penyuluhan manajemen kesehatan, reproduksi, sanitasi
kandang dan pengobatan massal ternak kambing. Jurnal ilmiah
pengabdian kepada masyarakat. Vol 7. No 3.
Sukoco dkk. 2023.Sosialisasi manajemen kesehatan ternak sebagai upaya
peningkatan ketahanan pangan di desa tangan baru kecamatan limboro,
Polewali mandar. Jurnal Panrita abdi. Vol 7.
Wardani, K. D. L., Jatmiko, S. B., Khofifaturrahmah, R. 2022. Studi kasus ort
pada kambing di desa Megasari kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.
Jurnal ilmiah fillia cendekia. Vol 7. No 1.
Widiarso, P. B dan Mubarokah, W. W. 2019. Respon peternak terhadap
pencegahan dan pengobatan penyakit cacing gastrointestinal pada kambing
di desa klopo kacamatan Tegalrejo kabupaten Magelang. Jurnal ilmu
peternakan dan veterier tropis. Vol 9. No 2.
Yuwanta, .2014. Fisiologi Ternak Kambing. Kanisius. Yogyakarta .
Zalizar L. (2017). Helminthiasis saluran cerna pada sapi perah. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. No 27. Vol 2.
LAMPIRAN

A. Dokumentasi Manajemen Kesehatan Ternak

Anda mungkin juga menyukai