Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen pemeliharaan yang baik, khususnya program kesehatan ternak

menjadi hal yang paling mendasar untuk meningkatkan produksi. Pemeriksaan

kesehatan ternak itu sendiri meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan sistema.

Kesehatan hewan adalah suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel yang

menyusun dan cairan tubuh yang kandungannya secara fisiologis fungsi normal.

Kerusakan sel mungkin terjadi secara normal sebagai akibat proses pertumbuhan

yang dinamis demi kelangsungan hidup, sehingga terjadi pergantian sel tubuh yang

rusak atau mati bagi hewan yang sehat. Kerusakan mungkin saja tidak mengalami

pergantian bagi hewan yang mengalami gangguan karena serangan penyakit atau

gangguan lain yang rusak fungsi sel dan jaringan (Ucoep, 2008).

Dalam tatalaksana usaha peternakan, progam sanitasi merupakan suatu hal

penting yang harus dijalankan. Program sanitasi sebenarnya relatif tidak mahal tetapi

merupakan cara termurah dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit

pada ternak. Bahkan tidak satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja

dengan baik tanpa disertai program biosekuritas (Sumartini, 2014).

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan

kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia Hygiene

merupakan aspek yang berkenaan dengan kesehatan manusia atau masyarakat yang

meliputi semua usaha kegiatan untuk memelihara, melindungi kebersihan subyeknya


seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan

tangan, dan mempertinggi tingkat kesehatan jasmani maupun rohani baik perorangan

maupun sekelompok masyarakat. Hygiene bertujuan untuk memberikan dasar

kehidupan yang sehat bagi seluruh (Sutroso, 2011).

Berdasarkan uraian diatas melatar belakangi dilakukannya percobaan ini

untuk mengetahui tatacara pelaksanaan Fumigasi dengan baik dan benar pada suatu

mesin tetas dipeternakan Djion Pujuh Makassar.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dilakukannya praktikum ini yaitu bagaimana cara

mengetahui tatacara pelaksanaan Fumigasi sederhana yang baik dipeternakan Djion

Pujuh Makassar?

C. Tujuan praktikum

Adapun tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui tatacara

pelaksanaan Fumigasi sederhana yang baik dipeternakan Djion Pujuh Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Ternak

Salah satu penghambat yang sering dihadapi dalam usaha peternakan

adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi

beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada

hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan

yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya yang

dilakukan untuk pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan

penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit. Usaha pencegahan dinilai lebih

penting dibandingkan pengobatan (Jahja, 2010).

Deteksi penyakit hewan secara dini merupakan bagian terpenting dalam

upaya untuk mengantisipasi masuk dan berkembangnya penyakit-penyakit hewan di

Indonesia. Dalam menghadapi era perdagangan bebas, maka Institusi (Laboratorium)

Veteriner di Indonesia harus dapat mengembangkan diri dalam kemampuannya

mendeteksi penyakit hewan secara dini (Jahja, 2010).

Ayam yang telah diberi makan dengan baik dan dikelola dan divaksinasi

terhadap penyakit-penyakit lokal terkenal biasanya tetap sehat. Penekanan haruslah

pada pencegahan penyakit, tetapi jika ada suatu penyakit, ayam yang sakit harus

dipisahkan dari ayam yang sehat. Tindakan kebersihan (sanitasi) yang ketat harus
dilakukan dalam semua kandang dan seorang petugas dokter hewan atau penyuluh

harus diberitahukan dengan segera (Jahja, 2010).

Ciri-ciri ayam kampung yang sehat yaitu bentuk tubuh besar, kokoh, mata

bersinar terang. Gerakan tubuh lincah dan gesit. Bulu-bulu disekitar dubur kering dan

bersih, kulit bersih, bulu mengkilap dan cerah, serta muka, jengger dan pial berwarna

merah segar. Saat dilakukan pembedahan organ, tidak menunjukan adanya gangguan

dari penyakit, baik dari virus maupun mikrobia (Hidayah, 2008).

Pada ternak yang terserang penyakit cacing dapat dilihat dengan adanya

perubahan atau gejala-gejala yaitu anemia, kurus, bulu kusam, dan adanya rahang

yang bengkak. Pemeriksaan feses dapat dilakukan dalam beberapa metode. Penyakit

yang disebabkan oleh cacing ini dengan salah satu gejalanya yaitu terjadi anemia

pada ternak (Hidayah, 2008).

Dalam Al-Qur`an surah Al-A`raf ayat 56, Allah subhana wa ta`ala

berfirman :

   


  
    
   

Terjemahannya :
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut”

Secara tekstual ayat ini menjelaskan bahwa manusia dilarang membuat

kerusakan dibumi dan secara tidak langsung ayat ini juga memeritahkan manusia
untuk berbuat baik pada hewan misalnya dengan mengobati ketika sakit, melakukan

pemeriksaan fisik untuk mencegah timbulnya penyakit dengan cara menjaga

lingkungan ternak agar tetap bersih..

B. Sanitasi

“Penjaminan higiene dan sanitasi”adalah pengupayaan dan pengondisian

untuk mewujudkan lingkungan yang sehat bagi manusia, hewan, dan produk

hewan.Yang dimaksud dengan “higiene” adalah kondisi lingkungan yang bersih yang

dilakukan dengan cara mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik pathogen dan

mengurangi jasad renik lainnya untuk menjaga kesehatan (Sumartini, Ni Nyoman,

2014).

Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara

menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai

perpindahan penyakit tersebut. Yang dimaksud dengan “sanitasi” adalah tindakan

yangdilakukan terhadap lingkungan untuk mendukung upayakesehatan manusia dan

hewan (Notoadmodjo, Soekidjo., 2010)

Sanitasi lingkungan meliputi seluruh kandang dan semua peralatannya.Pada

ayam-ayam dikandang yang sudah terserang wabah maka benda-benda yang ada

didalam kandang seperti litter, kotoran dan sisa-sisa makanan harus didesinfeksi

sampai merata, kemudian dibakar atau ditanam.Alat-alat peralatan kandang yang

berada didalam kandang disemprot dengan desinfektan kemudian dikeluarkan dan

dijemur selama beberapa hari. Untuk melakukan desinfeksi ini perlu mengenal

maam-macam desinfektan, sifat dan cara penggunaan (Nuriyasa, I.M. 2013).


Sanitasi harus disertai dengan pencegahan penyakit agar ayam betul-betul

terjaga kesehatannya. Tujuan dari usaha pencegahan penyakit adalah mengurangi

terjangkitnya penyakit seminimal mungkin, sehingga kerugian yang ditimbulkan

dapat seminimal mungkin. Pengolahan terhadap kandang, ternak ayam dan

peralatannya sehari-hari harus selalu menerapkan prinsip kesehatan.Sanitasi sering

dianggap sebagai salah satu bagian proses cleaning. Apabila proses cleaning tidak

efektif untuk menghilangkan semua tumpukan kotoran, sangatlah tidak mungkin

larutan sanitasi yang digunakan dapat menjadi efektif. Alasan utama penggunaan

prosedur sanitasi yang efektif adalah untuk membunuh semua organisme penyebab

penyakityang mungkin ada pada peralatan atau perlengkapan setelah dibersihkan, dan

dengan demikian mencegah pemindahan organisme tersebut kedalam makanan yang

sedang diproses dan selanjutnya pada konsumen. Selain itu, prosedur sanitasi dapat

mencegah kerusakan makanan.Keberadaan mikroba dilingkungan yang berhubungan

dengan makanan harus dikendalikan dengan ketat (Siregar, A.P. dan Sabrani 2015).

Penerapan dari prinsip-prinsip sanitasi adalah untuk memperbaiki,

mempertahankan atau mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia. Dalam

industri pangan, sanitasi meliputi berbagai kegiatan secara aseptik dalam persiapan,

pengolahan dan pengkemasan produk makanan; pembersihan dan sanitasi pabrik serta

lingkungan pabrik dan kesehatan pekerja. Sedangkan dalam industri peternakan.

Prinsip-prinsip sanitasi dilakukan pada berbagai tahapan misalnya pada usaha

pembibitan, usaha pembesaran ternak, pemerahan susu, RPH/RPU, tempat


pemrosesan daging sampai pada penanganan pasca panen, pengolahan dan

penyimpanan daging, susu, telur dan sebagainya (Wijayanti, 2011).

C. Desinfektan

Desinfektan adalah bahan untuk mematikan mikroorganisme. Desinfektan

adalah kegiantan merusak seluruh bentuk mikroorganisme vegetatif dan bentuk spora

tidak dapat dirusak dengan cara ini. Untuk campuran air minum biasanya

menggunakanvirusidal, harus hati-hati untuk kandang berbahan besi.Sedangkan

untuk semprot lingkungan farm atau deefing dapat digunakan lysolatau deterjen

sehingga menghemat biaya operasional.Air minum berklorinasi juga efektif untuk

menghambat virus, namun harus dibuat miimal 100 ppm.Keberadaan penyakit pada

ternak pun sulit dibatasi keberadaannya pada ternak yang dipelihara. Banyak cara

yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit diataranya memperhatikan sumber

bibit, vaksinasi yang teratur, menjauhi tempat-tempat yang sebagai sumber penyakit,

kurangi hal-hal yang dapat menyebabkan stress, pengawasan yang teratur dan

pencatatan yang tertib (Sarwono. 2013).

Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kimia yang dapat digunakan untuk

mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus,

dapat juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman

penyakit lainnya. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan,

lantai, ruangan, peralatan. Disenfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh

dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptic (Hadisiswanto, 2012).


Desinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda

mati.Desinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok

mikroorganisme, disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus

influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh Virus polio, Hepatitis B atau M.

Tuberculosis (Departemen Peternakan RI, 2011).

Salah satu jenis desinfektan yaitu Formalin adalah larutan yang tidak

berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam formalin mengandung sekitar 37

persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai

pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak

digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene

aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal,

Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith. Berat Molekul Formalin

adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini

memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang

dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada

pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap. Pengertian Formalin Formalin

merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan(Astawan, Made,

2006)..

Formalin merupakan nama dagang dari larutan formaldehida. Sebenarnya

formalin adalah desinfektan yang aktif terhadap bakteri, virus dan cendawan, serta

berguna untuk mengawetkan jaringan. Di bidang kedokteran, zat kimia ini digunakan
untuk mengawetkan spesimen biologi dan mayat. Sedangkan di bidang industri

digunakan pada industri mesin, tekstil, pupuk dan kimia. (Astawan, Made, 2006).

Selain formal yang digunakan sebagai desinfektan KMno4 atau Kalium

permanganat adalah oksidator kuat yang digunakan untuk mengobati penyakitikan

akibat ektoparasit dan infestasi bakteri, sebagai disinfektan pada luka, dapat

menguransi bakteri gram negatif, membunuh Saprolegnia dan sebagai oksidator yang

akan mengoksidasi bahan organic Astawan, Made, 2006 ).


BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini ialah pada hari

Ahad, 20 mei 2018, pukul 15.00-17.00 WITA di Peternakan Puyuh Jion Makassar

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis, mesin tetas, spoid

dan piring kecil

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, KmMnO4 (Kalium

permanganat) 2 gram dan formalin 2 ml, masker, sarung tangan,.

C. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Memakai masker dan sarung tangan

3. Menyediakan piring kecil yang disimpan didalam mesin tetas

4. Masukkan KmMnO4 (Kalium permanganat) 2 gram yang telah disiapkan

kepiring

5. Menyemprotkan formalin kedalamnya mesin tetas sesuai dosis yang diinginkan.


6. Menutup mesin tetas

D. Diagram Alir

Menyiapkan alat dan bahan

Memakai masker dan sarung

tangan

Menyediakan wadah
didalam mesin tetas

Masukkan KmMnO4

Menyemprotkan

Menutup mesin tetas


formalin

Gambar 1. Diagram Alir Fumigasi Mesin Tetas


BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Gambar Laboratorium sebelum penambahan Formalin dan KmMnO4

Gambar 2.Hasil pengamatan fumigasi mesin tetas.

Sumber : Peternakan DJion Puyuh DJion Makassar

2. Table hasil pengamatan

Tabel. 1. Hasil pengamatan fumigasi mesin tetas.


Dosis yang Reaksi sebelum
Jenis desinfektan Cara perlakuan
diberikan pencampuran
KmMnO4dan KmMnO4sebanyak Menyemprotkan Tidak terjadi
Formalin 2 gram dan formalin sebanyak reaksi gas kimia
formalin 10 ml 2 ml dan dari kedua
masukkan ke bahan tersebut
dalam wadah
KmMnO4
Sumber : Peternakan DJion Puyuh Jion Makassar
B. Pembahasan

1. sanitasi

sanitasi adalah proses mengondisikan lingkungan yang baik dan steril.

Penjaminan sanitasi”adalah pengupayaan dan pengondisian untuk mewujudkan

lingkungan yang sehat bagi hewan, dan produk hewan. Sanitasi didefinisikan sebagai

usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor

lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. Yang

dimaksud dengan “sanitasi” adalah tindakan yangdilakukan terhadap lingkungan

untuk mendukung upayakesehatan manusia dan hewan (Notoadmodjo, Soekidjo.,

2010)

Metode sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungannya pada awal

persiapan pemeliharaan adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dihuni ternak

unggas pedaging, bebas kotoran dan bibit penyakit. Karakterisitik yang paling

menonjol dari bibit penyakit adalah menyukai tempat-tempat yang kotor. Sanitasi

kandang, peralatan, dan lingkungannya merupakan suatu usaha pencegahan terhadap

penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang

berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. (Simon. 2011).

2. Fumigasi mesin testas

Bahan yang digunakan dalam fumigasi yaitu formalin yang befungsi

membunuh mikroorganisme dan Kmno4 yang mempunyai fungsi yang sama yaitu

membunuh mikroorganisme Hal ini sesuai dengan pendapat Astawan, (2006 ) bahwa

formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama, desinfektan yang aktif terhadap
Bakteri, Virus Dan Cendawan, serta berguna untuk mengawetkan jaringan.

Sedangkan KMno4 adalah oksidator kuat yang digunakan untuk mengobati

penyakitikan akibat ektoparasit dan infestasi bakteri, sebagai disinfektan pada luka,

dapat menguransi bakteri gram negatif, membunuh Saprolegnia dan sebagai

oksidator yang akan mengoksidasi bahan organic.

Berdasarkan hasil pratikum Fumigasi mesin tetas dapat dilakukan dengan

mennyiapkan alat dan bahan, memakai masker dan sarung tangan menyediakan

wadah yang disimpan didalam mesin tetas, masukkan kmMno4 (Kalium

permanganat) 2 gram yang telah disiapkan ke dalam wadah, dan menyemprotkan

formalin kedalamnya mesin tetas sesuai dosis yang diinginkan. kemudian menutup

mesin tetas. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2013) bahwa kuman

kemungkinan masih ada disela-sela mesin, sehingga perlu dilakukan Fumigasi

dengan uap beracun menggunakan KmMnO4 dan formalin 40%. Ruangan dalam

mesin seluas 1 m3 membutuhkan KmMnO4 gram dan formalin 40% 12 – 15 ml.

Dari percampuran KmMnO4 dan formalin maka dapat menghasilkan asap

beracun dari hasil reaksi formalin dan KmMnO4 yang dapat membunuh

mikroorganisme dengan baik. Hal ini sesuai pendapat Susanto (2013) bahwa kuman

kemungkinan masih ada disela-sela mesin, sehingga perlu dilakukan fumigasi dengan

uap beracun menggunakan KmMnO4 dan formalin 40%..


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengamatan dapat disimpulkan, Fumigasi mesin tetas

dapat dilakukan dengan mennyiapkan alat dan bahan, memakai masker dan sarung

tangan menyediakan wadah yang disimpan didalam mesin tetas, masukkan kmMno4

(kalium permanganat) 2 gram yang telah disiapkan ke dalam wadah, dan

menyemprotkan formalin kedalamnya mesin tetas sesuai dosis yang diinginkan.

kemudian menutup mesin tetas.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikun ini adalah sebaiknya mesin tetas

yang digunakan memiliki ukuran yang lebih besar agar mempermudah dalam

pengamatan
DAFTAR PUSTAKA

Astawan, Made, 2006. Mengenal Formalin Dan Bahayanya.Swadaya. Jakarta.

Hadi, Muljana. 2012. Sanitasi dan Higien. Aneka Ilmu : Semarang.

Hadisiswanto. 2012. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. EGC : Jakarta.

Ucoep, Haroen et.al. 2008. Bahan Ajar Nutrisi Ternak Unggas. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi. Jambi.
Susanto, S.ST. 2013. Teknik Penggunaan Mesin Tetas Secara Sederhana. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan. Kalimantan
Selatan.
Simon. 2011. Program Sanitasi. Puspaswar : Jakarta.
Sumartini,2014) Ni Nyoman. 2014. Karya Tulis Ilmiah Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Peternak Dengan Keadaan Sanitasi Kandang Ternak Ayam
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Flu Burung. University
Udayana.Bali.press. Bali.
Siregar, A.P., dan Sabrani. 2015. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia.
Magie Group. Jakarta.
Sarwono. 2013. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta
Aplikasinya.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Sumartini, Ni Nyoman. 2014. Karya Tulis Ilmiah Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Peternak Dengan Keadaan Sanitasi Kandang Ternak Ayam
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Flu Burung. University Udayana.Bali.
Wijayanti, R. P. 2011. Pengaruh Suhu Kandang Yang Berbeda Terhadap Performans
Ayam Pedaging Periode Starter.Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.
Malang.
Winkel, 2010.Ilmu Peternakan. : Gadja Mada University Press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai