Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

BIOSECURITY AYAM PETELUR MASA STARTER


DAN GROWER

DISUSUN OLEH :
Adinda Intan M (05041282025046) Nadia Ika Linora (05041282025050)
Anggun Gita Rani (05041182025010) Nisa Aulia Husna (05041182025005)
Ayubi Amin (05041282025051) Putri Marcelina (05041182025015)
Bagas Wirajati (05041382025078) Riswana Munawaroh (05041182025004)
Daffa Al Amin (05041282025056) Rivqi Amanda (05041382025077)
Deni Adrian Saroha (05041282025045) Siti Maemunah (05041182025002)
Gustanto Ardi W (05041282025027) Sri Hastutilawati (05041282025029)
Harist Shafwan R (05041282025027) Zulkarnain Iskandar (05041282025043)
Mardiah (05041282025028)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2022/2023
ABSTRAK

Ayam ras petelur merupakan jenis ayam yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat pesar
dan kemampuan berproduksi telur yang tinggi. Sifat-sifat unggul yang dimiliki ayam ras
petelur antara lain laju pertumbuhan ayam ras petelur sangat pesat pada umur 4,5-5,0 bulan,
kemampuan produksi telur ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250-280 butir/tahun.
Pemeliharaan ayam petelur pada umumnya dibagi tiga fase pemeliharaan berdasarkan umur,
yaitu fase starter, fase grower, dan fase layer. Fase starter adalah pertumbuhan ayam umur
0 – 6 minggu atau masa yang paling penting untuk menentukan kelangsungan hidup ayam.
Hal yang harus diperhatikan pada pemeliharaan fase starter adalah suhu kandang,
pemberian pakan, populasi ayam dan biosecurity. Biosekuriti merupakan salah satu garda
terdepan dalam upaya mengamankan ternak dari penyakit. Peternakan yang menerapkan
program biosekuriti bisa menekan biaya kesehatan ternak menjadi lebih murah dibanding
peternakan yang tidak menerapkan biosekuriti. Tujuan dari biosekuriti adalah untuk
mencegah semua kemungkinan penularan yang dapat terjadi antar peternakan. Penerapan
biosekuriti pada sector peternakan ini sebagai pengurangan penyebaran mikroorganisme
penyebab terjadinya penyakit yang dapat mengancam sector tersebut baik di industry
perunggasan dan peternakan lainnya.Fase grower adalah ayam petelur berumur 6 -18
minggu.Dalam beternak dan mendapatkan hasil yang sesuai, kita perlu memperhatikan
manajemen dalam pemeliharaan yaitu mulai dari pakan, kandang, penyakit serta
pengobatannya, sifat genetikanya, asal usulnya ternak, vaksinasi dan sebagainya.
Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan khusus dan sangat penting untuk
diperhatian. Kunci utama untuk mencapai produksi yang optimal yaitu manajemen yang baik,
yaitu persiapan awal, terutama pada fase persiapan kandang, fase starter, grower dan layer
serta didukung dengan manajemen sistem recording baik.

Kata Kunci : Biosecurity, Ayam Petelur, Starter, Grower


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayam ras petelur merupakan jenis ayam yang memiliki laju pertumbuhan
yang sangat pesar dan kemampuan berproduksi telur yang tinggi. Sifat-sifat unggul
yang dimiliki ayam ras petelur antara lain laju pertumbuhan ayam ras petelur sangat
pesat pada umur 4,5-5,0 bulan, kemampuan produksi telur ayam ras petelur cukup
tinggi yaitu antara 250-280 butir/tahun. Umumnya, produksi kualitas telur terbaik
akan diperoleh pada tahun pertama ayam mulai bertelur dan produksi dan kualitas
telur pada tahun-tahun berikutnya cenderung akan terus menurun seiring semakin tua
umur ayam. Pemeliharaan ayam petelur pada umumnya dibagi tiga fase pemeliharaan
berdasarkan umur, yaitu fase starter, fase grower, dan fase layer. Fase starter adalah
pertumbuhan ayam umur 0 – 6 minggu atau masa yang paling penting untuk
menentukan kelangsungan hidup ayam. Hal yang harus diperhatikan pada
pemeliharaan fase starter adalah suhu kandang, pemberian pakan, populasi ayam dan
biosecurity. Fase grower adalah ayam petelur berumur 6 -18 minggu. Sistem
pemeliharaan fase grower hampir sama dengan fase strarter, tetapi karena fase grower
umurnya meningkat, maka lebih tahan dengan suhu lingkungan yang ada dan mulai
berdaptasi.
Pada pemeliharaan ayam petelur perlu memperhatikan kemungkinan
terserangnya ayam oleh penyakit yang dapat berdampak buruk bagi peternak yaitu
mulai dari turunnya produktivitas ayam hingga kematian baik dalam skala kecil
maupun skala besar. Penyakit yang dapat menyerang peternakan ayam khususnya
jenis ayam ras petelur sangatlah beragam mulai dari penyakit ringan sampai penyakit
yang dapat menyebabkan kematian ayam ternak. Salah satu upaya yang saat ini
banyak diterapkan pada peternakan ayam petelur adalah penerapan sistem biosekuriti
dimana sistem tersebut bertujuan untuk mencegah hewan ternak dari serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu pemeliharaan ayam
petelur dibutuhkan penerapan biosecurity yang baik.
Biosekuriti merupakan konsep integral yang mempengaruhi suksesnya system
produksi ternak khususnya dalam mengurangi resiko dan konsekuensi masuknya
penyakit menular dan tidak menular. Jika kegiatan biosekuriti dilaksanakan secara
baik dan benar maka produktivitas ternak, efisiensi ekonomi dan produksi akan
tercapai. Sebagai bagian dari sistem manajemen maka biosekuriti sangat penting
khususnya untuk mencegah penyakit. Semua komponen biosekuriti, sistem yang
diterapkan (vaksinasi, pengobatan, kontrol hewan liar dan lain-lainnya) dan sarana
serta prasarana yang ada memiliki arti tinggi terhadap keberhasilan program sekuriti.
Menurut Jeffrey (2006), biosekuriti memiliki arti sebagai upaya untuk mengurangi
penyebaran organisme penyakit dengan cara menghalangi kontak antara hewan dan
mikroorganisme. Adapun menurut Deptan RI (2006), biosekuriti adalah semua
tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan
dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan penularan/kontak dengan ternak
tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat diminimalkan. WHO (2008)
menambahkan bahwa tindakan biosekuriti meliputi sekumpulan penerapan
manajemen yang dilakukan bersamaan untuk mengurangi potensi penyebaran
penyakit, misalnya virus flu burung pada hewan atau manusia. Dalam budidaya
ternak, biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencegah
penyakit masuk ke dalam peternakan ataupun menyebar keluar peternakan. Semua
kegiatan dilakukan dengan tujuan memisahkan inang (ternak) dari bibit penyakit dan
sebaliknya. Maka dari itu dalam pemeliharaan ayam ras petelur dari masa starter
hingga grower memerlukan penerapan biosecurity yang baik.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana menerapkan biosecurity pada perkandangan ayam petelur
yang baik ?
2. Bagaimana penerapan biosecurity ayam petelur dari fase starter hingga
grower
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biosecurity

Biosecurity secara umum adalah tidakan perlindungan dari efek yang


merugikan dari organisme seperti penyakit dan hama yang membahayakan
bagi manusia, hewan, tanaman dan lingkungan (Suseno, 2007), sedangkan
Menurut asal bahasanya Biosekuriti berasal dari dua kata yaitu bio (hidup) dan
security (pengamanan atau perlindungan) (Swacita, 2017). Biosekuriti merupakan
konsep yang mempengaruhi suksesnya sistem produksi ternak khususnya dalam
mengurangi resiko dan konsekuensi masuknya penyakit menular dan tidak menular.
Biosekuriti merupakan salah satu garda terdepan dalam upaya mengamankan
ternak dari penyakit. Peternakan yang menerapkan program biosekuriti bisa menekan
biaya kesehatan ternak menjadi lebih murah dibanding peternakan yang tidak
menerapkan biosekuriti. Sebab, penanganan penyakit jika sudah terjadi dalam sebuah
peternakan maka akan mengahabiskan banyak biaya. Biosecurity cukup murah dan
efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit. Bahkan tidak satupun program
pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosecurity.

2.1.1 Tujuan Biosecurity

Tujuan dari biosekuriti adalah untuk mencegah semua kemungkinan


penularan yang dapat terjadi antar peternakan. Penerapan biosekuriti pada sector
peternakan ini sebagai pengurangan penyebaran mikroorganisme penyebab terjadinya
penyakit yang dapat mengancam sector tersebut baik di industry perunggasan dan
peternakan lainnya (Dirjen Peternakan, 2005). Meskipun biosekuriti bukan satu-
satunya upaya untuk pencegahan terhadap seranan penyakit, akan tetapi biosekuriti
merupakan garis pertahanan yang paling pertama terhadap penyakit (Cardona,2005).
Tujuan sederhana dari biosecurity adalah meminimalkan keberadaan
penyebab penyakit, meminimalisir kesempatan agen penyakit berhubungan dengan
induk semang, menekan tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit.
(Zainuddin dan Wibawan, 2007).

2.1.2 Tingkatan Biosecurity

a) Biosekuriti Konseptual

Biosekuriti konseptual yang merupakan dasar atau basis dari seluruh


program pengendalian penyakit. Beberapa hal yang perlu dikelola antara lain
pemilihan lokasi kandang suatu peternakan, pengaturan jenis dan umur ternak.
Biosekuriti konseptual adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan
pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua
kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular,dan mencegah
penyebaran penyakit. Salah satu untuk mencegah penyebaran penyakit di
peternakan adalah dengan penentuan lokasi yang tepat. Secara umum
penyebaran penyakit ternak unggas lebih cepat dari pada ternak ruminansia.
Dikarenakan kareir penyakit ternak unggas lebih banyak dan kebanyakan
melibatkan hewan liar seperti burung yang susah di tangkap kemudian terbang
kemana secara tidak langsung itu mempercepat penyebaran penyakit. Selain
itu adanya ayam kampung yang dipelihara bebas berkeliaran diamana mana
dan tanpa di vaksin.(Mahfudz et al., 2021)

b) Biosekuriti Struktural

Biosekuriti struktural adalah sesuatu yang berhubungan dengan


konstruksi kandang, arah kandang atau tata letak peternakan, pemisahan
batas-batas unit peternakan, pengaturan saluran limbah peternakan, alat
sanitasi dan dekontaminasi, sarana dan prasarana kandang. Biosekuriti tidak
hanya pembersihan dan desinfeksi lingkungan peternakan, tapi ada 3 (tiga)
pondasi utama yang menjadi penopang keberhasilan biosekuriti, yaitu isolasi,
traffic control (pengawasan lalu lintas) dan sanitasi (Swacita, 2017).
c) Biosekuriti Operasional

Biosekuriti operasional merupakan implementasi sistem operasional


dan prosedur (SOP) manajemen untuk pengendalian penyakit. Aspek-aspek
yang sangat perlu diperhatikan dan menjadi tujuan pelaksanaan program
biosekuriti seperti, tidak adanya penyakit tertentu di dalam farm, adanya
jaminan resiko bagi konsumen terhadap produk yang dihasilkan, serta adanya
jaminan keamanan dalam lingkupan hidup dan sustainability usaha, dan
jaminan terhadap tiadanya resiko penyakit zoonosis khususnya bagi karyawan.
(Mahfudz et al., 2021).

2.1.3 Prinsip Biosecurity

Praktik biosekuriti (biosecurity practices) adalah semua tindakan untuk


mencegah masuk dan menyebarnya agen penyakit ke populasi hewan rentan di suatu
peternakan atau daerah, misalnya penjaminan kebersihan kandang, peralatan, dan
lingkungannya, serta pemisahan hewan baru dari hewan lama dan hewan sakit dari
hewan sehat. Adapun beberapa prinsip yand terdapat pada bidang biosekuriti
diantaranya, sebagai berikut.

a) Persiapan dan Pencegahan

Persiapan dan pencegahan dalam biosekuriti dapat meliputi deteksi,


diagnosis, dan mitigasi penyakit maupun cedera yang disebabkan oleh agen
biologis dan kimiawi. Upaya tersebut membutuhkan kerja sama dan tim siaga
khusus di setiap kota maupun provinsi dan melakukan protokol serta rencana
tertentu yang sudah disiapkan oleh CDC atau agen yang bertanggung jawab.

b) Deteksi Dini

Deteksi Dini merupakan upaya untuk memutuskan respons yang tepat


dan cepat terhadap serangan biologis atau kimiawi, seperti obat profilaksis,
antidotum kimiawi, dan vaksin. Upaya tersebut membutuhkan komunikasi
dan usaha optimal antara petugas medis di setiap unit gawat darurat atau
rumah sakit dengan petugas yang melakukan deteksi dini dan surveilans rutin.

c) Identifikasi Agen Biologi dan Kimiawi

Identifikasi agen biologi maupun kimiawi memegang peranan penting.


Hal ini dikarenakan teknologi yang digunakan dalam identifikasi bioterorisme
berupa teknologi modern seperti mikroaray, analisis genetik atau protein,
maupun teknologi konvensional, misalnya pewarnaan dan uji biokimia.
Pembuatan jaringan respons laboratorium multilevel untuk bioterorisme
merupakan upaya menghubungkan laboratorium klinik dengan dinas atau
agen yang ditunjuk untuk menganalisis agen biologis atau kimiawi tertentu
yang berpotensi mengancam biosecurity.

d) Respons Terhadap Bioterorisme

Respons terhadap bioterorisme dapat mencakup investigasi


epidemiologis, terapi medis atau profilaksis, dan inisiasi pencegahan penyakit
atau dekontaminasi lingkungan. Penting diingat bahwa penentuan respons
harus dilakukan secara cepat dan tepat.

e) Komunikasi

Komunikasi efektif antar petugas kesehatan dan masyarakat maupun


media diperlukan untuk membatasi kemampuan teroris menimbulkan
kepanikan dan mengacaukan kehidupan masyarakat. Di Amerika Serikat,
CDC menerapkan konsep komunikasi efektif dan membentuk sistem
biosecuriti dengan berbagai agen lokal maupun negara bagian. CDC
mengembangkan sistem komunikasi yang mendukung surveilans penyakit,
peringatan dini dan penukaran informasi mengenai suatu wabah yang diduga
terkait bioterorisme, penyebaran hasil diagnostik dan informasi kesehatan
kegawatdaruratan, serta koordinasi aktivitas respon gawat darurat.
2.2 Ayam Petelur
Ayam petelur merupakan salah satu ternak unggas yang cukup potensial di
Indonesia. Ayam petelur dibudidayakan khusus untuk menghasilkan telur secara
komersial. Saat ini terdapat dua kelompok ayam petelur yaitu tipe ayam medium dan
tipe ringan. Tipe medium umumnya bertelur dengan kerabang coklat sedangkan tipe
ringan bertelur dengan kerabang putih (North dan Bell, 1990). Telur konsumsi
dihasilkan oleh ayam ras petelur yang merupakan salah satu jenis unggas yang
diternakkan di Indonesia. Populasi ayam ras petelur semakin meningkat dari tahun ke
tahun dikarenakan semakin meningkatnya pemintaan masyarakat akan telur konsumsi.
Menurut Direktorat Jenderal Peternakan, dalam kurun waktu 2000-2012 populasi
ayam ras di Indonesia mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0,61%. Namun
peningkatan populasi ini belum diiringi dengan peningkatan produktivitas ayam
petelur. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan produktivitas
ayam petelur, salah satunya melalui perbaikan sistem pemeliharaan.
Kandang merupakan tempat ternak melakukan aktivitas produksi, sehingga
kenyamanan dan bentuk kandang perlu diperhatikan supaya ternak merasa nyaman
dan tidak mengganggu proses produksi. Kandang ayam dapat berupa litter dan cage.
Kenyamanan bergantung pada suhu kandang. Suhu kandang yang terlalu tinggi akan
menyebabkan ayam petelur menjadi kurang nyaman dan dikhawatirkan akan
menurunkan produktivitasnya dan juga menurunkan kualitas telur yang dihasilkan.
Ayam ras petelur yang dipelihara dengan sistem cage memiliki beberapa
keuntungan secara ekonomi yaitu hemat tempat per unit area, praktis, mudah dipantau,
dan berisiko kecil terhadap predator. Kelemahannya yaitu terbatasnya ruang gerak
yang mengarah pada kesejahteraan hewan dan resiko penyakit akibat debu serta lalat
dari kandang. Ayam ras petelur yang dipelihara pada sistem litter jarang dilakukan
karena akan sulit dalam mengontrol konsumsi pakan per individu dan pengambilan
telur, tetapi kelebihan dari sistem litter ini yaitu ayam yang dapat leluasa dalam
kandang.
2.2.1 Ayam Petelur pada Masa Starter
Fase starter pada ayam petelur dimulai dari umur 1 hari hingga 4 minggu.
Pada masa ini terjadi perbanyakan (hiperplasia) dan pertumbuhan sel (hipertropi)
yang tinggi, sehingga menjadi kunci awal untuk mencapai berat badan dan
keseragaman standar. Ayam petelur yang pertumbuhan berat badannya lambat di
umur 4-5 minggu, maka korelasinya pada umur 16 minggu berat badannya akan lebih
rendah dari standar dan mengakibatkan mundurnya jadwal bertelur. Pada umur 0-2
minggu proses hiperplasia lebih dominan terjadi. Setelah itu memasuki minggu ke-3
proses hiperplasia dan hipertropi mulai seimbang dan pada minggu ke-4 proses
hipertropi lah yang lebih mendominasi.
Pada dasarnya, strain-strain DOC ayam petelur yang dikirim breeder ke
peternak sudah melalui seleksi yang ketat. Hanya saja, kita masih tetap perlu untuk
melakukan seleksi ketika DOC tersebut tiba. Bisa saja karena perlakuan selama
pengiriman yang kurang baik, DOC yang datang tersebut tidak dalam kondisi yang
bagus. Sehingga jika tidak diseleksi dan dipisahkan, maka bisa terjadi pertumbuhan
yang tidak seragam atau mengalami kelainan. Pengertian seleksi dalam dunia
peternakan ayam petelur adalah memilih ayam yang berkualitas bagus dalam suatu
kelompok ayam dan memisahkan dengan ayam-ayam yang kurang bagus kualitasnya.
Seleksi pada ayam petelur biasanya didasarkan pada kriteriakriteria tertentu, antara
lain : kecepatan dan pemerataan pertumbuhan, jumlah produksi, konversi makanan,
masa bertelur atau long lay (Kaderi, 2013).
Periode starter merupakan masa permulaan bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak ayam. Pada masa ini terjadi pertumbuhan sel–sel dan
perkembangan organ tubuh. Pertumbuhan sel–sel tubuh akan terlihat pada
pertambahan bobt badan. Kegagalan pada periode starter dapat menurunkan performa
anak ayam dan pencapaian produktivitas pada masa berikutnya.
Keberhasilan pemeliharaan ayam petelur pada tahap berikutnya dipengaruhi oleh
periode starter. Bobot badan yang dicapai pada periode starter akan memengaruhi
penampilan saat produksi, terutama pada bobot telur dan awal berproduksi. Salah satu
faktor yang memengaruhi pertumbuhan pada periode starter adalah menajemen induk
buatan antara lain jumlah ayam dan suhu di dalam induk buatan.
2.2.2 Ayam Petelur pada Masa Grower
Ayam petelur fase grower adalah ayam petelur berumur 6--18 minggu. Fase
ini terbagi ke dalam kelompok umur 6--10 minggu atau disebut fase awal grower,
sedangkan pada umur 10--18 minggu sering disebut dengan fase developer. Fase
grower merupakan persiapan awal tubuh untuk menghadapi fase bertelur. Ayam pada
fase ini membutuhkan kepadatan kandang yang sesuai untuk menjamin semua ayam
mendapat kesempatan yang sama untuk mendapat ransum, air minum, dan oksigen
sehingga pertumbuhan ayam petelur fase grower seragam.
2.2.3 Ayam Petelur pada Masa Prelayer
Fase pralayer atau pullet ayam berumur 12 - 20 minggu. Fase ini memerlukan
penanganan yang lebih serius, sebab pada fase ini sangat menentukan produktifitas
ayam petelur. Fase layer adalah fase dimana tujuan utamanya untuk menghasilkan
telur. Fase ini ayam sudah mengalami dewasa kelamin biasanya berumur 20 - 21
minggu. Pemeliharaan fase layer merupakan fase kelanjutan dari fase pullet, hasil dari
pemeliharaan sebelumnya akan terlihat pada saat ayam bertelur pertama kali. Bahkan
beberapa tindakan yang dapat merubah lingkungan kandang sangat berpengaruh
terhadap produktifitas ayam. Sistem pemeliharaan pada fase layer berbeda dengan
fase starter dan grower yakni pada pemberian pakan dan pengambilan telur. Telur
yang dihasilkan diambil dan di letakkan di egg tray, pengambilan telur 4 kali sehari
atau 2 kali sehari yakni pagi dan sore hari dan disimpan di tempat yang sejuk
(Suprijatna, 2009).
Pullet memiliki tahapan perkembangan tubuh yang kompleks sesuai periode
umurnya (starter dan grower). Masa starter merupakan masa pembelahan sel
(hiperplasia) sehingga perkembangan organ sangat dominan di masa ini. Oleh karena
itu, masa ini mempunyai andil 50% bahkan 90% terhadap keberhasilan pemeliharaan
pullet (Fadilah dan Fatkhuroji, 2013). Periode grower terjadi perkembangan ukuran
sel (hipertrofi). Fase ini frame size (kerangka tubuh) berkembang mencapai bentuk
sempurna. Periode grower memiliki 3 waktu kritis yang harus diperhatikan oleh
peternak yaitu umur 6--7 minggu, 12 minggu, dan 14 minggu. Antara minggu 6 dan 7
adalah puncak perkembangan frame size dimana 80% frame size sudah mencapai
dimensi akhir. Oleh karena itu, saat penimbangan berat badan di minggu kelima,
ayam-ayam yang belum memiliki frame size optimal dipisahkan lalu tetap diberikan
ransum starter dan diberikan multivitamin (Adlan dkk., 2012). Lebih lanjut
dinyatakan bahwa perkembangan kerangka tubuh minggu ke-12 telah mencapai
maksimal, sehingga setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan peternak, yaitu
mengejar ketinggalan frame size (berat badan) sebelum minggu ke-12, dan
mempertahankan berat tubuh yang sudah sama atau 10% di atas standar untuk
menghadapi masa awal bertelur. Selain tercapainya berat tubuh yang sesuai dan
perkembangan frame size yang optimal, tingkat keseragaman ayam juga perlu tetap
diperhatikan (Adlan dkk., 2012).

2.3 Biosecuriti Ayam Petelur pada Masa Starter


Fase starter pada ayam petelur adalalah saat ayam berumur 0-6 minggu. Fase
starter atau tahap awal pemeliharaan DOC biasanya disebut tahap pemanasan
(brooding period). Brooding period umumnya dilakukan dilakukan hingga ayam
berumur 6 minggu. Faktor penting yang dilakukan dalam masa pemeliharaan ini
adalah mempersiapkan kandang pemanasan, mengontrol kondisi kandang, pemberian
pakkan dan minum, serta melakukan proses seleksi pada akhir masa brooding period.
Berikut peralatan dan aktivitas yang perlu dilakukan pada masa brooding, antara lain:
1. Persiapan sebelum Chick in
a. Sebelum DOC masuk kandang harus didesinfeksi terlebih dahulu agar tidak
menimbulkan penyakit. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penyebaran agen
penyakit. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar peternak
di Kecamatan Panca Rijang melakukan Desinfeksi kandang sebelum DOC masuk.
Data menunjukkan bahwa jumlah yang menerapkan Desinfeksi kandang sebelum
DOC masuk yaitu 95.74%. Persiapan kandang sebelum DOC masuk harus steril dan
telah dikukan desinfeksi agar menghindari adanya penyebaran penyakit. Menurut
(Hadi, 2003) Agen penyakit bisa masuk melalui Terbawa masuk ketika anak ayam
(DOC) datang (transmisi vertikal). Biosekuriti ketat: Biosekuriti adalah kunci
menekan penularan berbagai penyakit dari ayam periode sebelumnya, dimana untuk
mewujudkannya dapat dilakukan tindakan/perlakukan selama pre chick ini dimulai
dari :
1) Tahap persiapan kandang yang optimal, seperti pengangkatan kotoran ayam
(feses), penyikatan, hingga ke sela-selakandang, perbaikan kerusakan kandang
dan desinfeksi kandang.
2) Desinfeksi tempat minum dan tempat pakan DOC sebelum digunakan
kembali.
3) Masa istirahat kandang yang cukup sebelum chick in (minimal 14 hari setelah
desinfeksi).
b. Persiapan dan perlengakapan kandang : pemilihan bahan litter (sekam padi/ jerami/
serutan kayu halus/kertas), penyediaan tempat pakan (feeder chick/nampan), tempat
minum DOC dan indukan pemanas gas (Gasolec). Sekam padi bahan yang umum
dipakai sebagai litter dan ditabur di lantai dengan ketebalan 8-12 cm. Sebelum
masuk kandang, sekam padi perlu dikeringkan dan disemprot dengan desinfektan
agar mematikan kuman penyakit yang mungkin ada. Desinfeksi kandang sebelum
DOC masuk agar tidak terjadi penyebaran penyakit. Penerapan dengan Sistem All-
in all-out sangat untuk kandang DOC, agar kandang tetap steril dan tidak
menimbulkan penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat (McGuire dan Scheideler
2005). Setelah dilakukan persiapan sebelum chick in selesai, maka DOC boleh
didatangkan dan dilakukan penimbangandan penyeleksian dengan mengisolasi DOC
yang terlihat lesu, kusam, kerdil dan mata keruh, karena akan menurunkan
uniformity (% keseragaman bobot bada) dan kemungkinan menjadi sumber penyakit.
c. Kandang memiliki fungsi untuk bertempat tinggal ternak atau sejenisnya dengan
tujuan untuk menghindari dari bahaya alam mulai dari cuaca hujan, panas dan angin
kencang, hewan buas dan kegiatan pencurian yang dilakukan oleh manusia. Selain itu
kandang juga sebagai tempat yang nyaman untuk menghindari stress yang akan
berdampak pada kesehatan ternak itu sendiri sehingga produksi yang dihasilkan dari
ternak tersebut tidak maksimal (Suprijatna.at al.2006). pada masa starter ayam DOC
menggunakan model Kandang battery, yaitu merupakan kandang berbentuk sangkar,
berderet menyerupai batery, dan alas kandang dibuat menggunakan kawat atau
bilahbilah bambu, setiap ruangan dapat menampung satu sampai dua ekor ayam.
Adapun ukuran untuk kandang batery ini dengan panjang 45 cm, lebar 20-30 cm,
tinggi 45 cm.

2.4 Biosecuriti Ayam Petelur pada Masa Grower


Manajemen perkandangan merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan terhadap berkembangnya sistem reproduksi pada ayam layer pada masa
grower. Sistem perkandangan ayam petelur pada masa grower meliputi model
kandang, kontuksi kandang, ventilasi udara, arah kendang dan pencahayaan kendang.
Menurut Johari (2004) tipe kandang terbuka dapat dijumpai pada peternakan-
peternakan ayam petelur di Indonesia, umumnya ada tiga bentuk yaitu tipe V, tipe
AA, dan tipe W. Kandang bentuk tipe W dengan dua susun baterai berkapasitas 3-4
ekor ayam. Konstruksi kendang dapat menggunakan semen sebagai penyangga dan
kayu sebagai tiang, lalu besi digunakan sebagai kandang baterai. Terdapat tangga
pada bagian depan sebagai akses keluar masuk ke kandang karena kandang ayam
petelur fase grower berupa kandang panggung. Konstruksi atap kandang
menggunakan seng aluminium kualitas baik sebab penggunaannya jangka panjang,
memiliki bahan yang anti karat dan tahan terhadap kondisi panas dan hujan,
penyangga atap menggunakan bahan kayu.
Ventilasi pada kandang berperan penting dalam menjaga kesehatan ayam
seperti menghilangkan panas yang berlebihan, mengurangi debu, dan menyediakan
oksigen untuk pernapasan. Arah kandang dibangun membujur dari arah timur ke
barat yang bertujuan menghindari panas matahari secara langsung serta untuk
melindungi kandang dari angin yang dapat menyebabkan kandang roboh.
Pencahayaan pada fase grower hanya digunakan sebagai alat bantu untuk
mempermudahkan ayam dalam mengkonsumsi pakan, sedangkan ayam dengan bobot
badan dibawah rata-rata diberikan pencahayaan yang lebih dengan maksud agar
konsumsi pakan bertambah dan bobot badan tercapai (Rahmadi, 2009).
Ayam grower dipelihara dalam kandang postal, Kandang postal atau kandang
pemeliharaan merupakan kandang yang memiliki bentuk seperti rumah, namun yang
sekelilingnya tertutup pagar (Wiguna. A, 2019). Pada masa grower peternakan ayam
petelur cendrung menggunakan tipe kandang ini.
.
2.5 Biosecuriti Ayam Petelur pada Masa Pralayer
Fase pra layer atau pullet ayam berumur 12 minggu sampai 20 minggu. Fase
ini memerlukan penanganan yang lebih serius, sebab pada fase ini sangat menentukan
produktifitas ayam petelur. Fase layer adalah fase dimana tujuan utamanya untuk
menghasilkan telur. Fase ini ayam sudah mengalami dewasa kelamin biasanya
berumur 20 – 21 minggu (Mappanganro.Rasyidah ,at al 2018).
Tindakan biosekuriti memiliki 3 komponen utama, yaitu isolasi ternak dari
lingkungan luar, dan pengawasan lalu lintas dalam peternakan dan sanitasi (Jeffrey
2006). Berikut penjelasanya :
1. Tingkat Penerapan Isolasi Isolasi berarti menjauhkan ayam dari orang,
kendaraan dan benda yang dapat membawapatogen. Menciptakan lingkungan
tempat ayam terlindung dari pembawa bakteripatogen (orang, hewan lain,
udara dan air) (Johari, 2004).Isolasi merupakan bagian komponen utama
biosekuriti. Isolasi merupakan pemisahan hewan agar dalam suatu lingkungan
terkendali sehingga mencegah munculnya agen penyakit.,
2. Tingkat Penerapan Sanitasi Sanitasi merupakan hal yang utama dalam
biosekuriti karena mencakup bagianbagian dalam kandang.Sanitasi ini
meliputi praktek disinfeksi bahan, manusia, dan peralatan yang masuk ke
dalam peternakan, serta kebersihan pegawai di peternakan (Jeffrey 1997).
Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam
rantai perpindahan penyakit tersebut.
3. Pengawasan Lalu Lintas Pengendalian lalu lintas dalam suatu peternakan
merupakan salah satu bagian penting dari biosekuriti.Pengendalian lalu lintas
diupayakan untuk men-screening orang, alat,barang dan hewan lain, agar
kegiatan lalu lintas yang dilakukannya tidakmenyebabkan masuknya patogen
ke dalam farm (Johari, 2004).Tindakan pengendalian dilakukan terhadap
segala sesuatu yang keluar atau masuk dalam suatu kandang/peternakan,
mencakup lalu lintas manusia/peternak, peralatan, unggas/hewannya dan
kendaraan.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ayam ras petelur merupakan jenis ayam yang memiliki laju
pertumbuhan yang sangat pesat dan kemampuan berproduksi telur yang tinggi
oleh karena itu pada pemeliharaan ayam petelur perlu memperhatikan
kemungkinan terserangnya ayam oleh penyakit yang dapat berdampak buruk
bagi peternak yaitu mulai dari turunnya produktivitas ayam hingga kematian
baik dalam skala kecil maupun skala besar. Biosekuriti merupakan salah satu
garda terdepan dalam upaya mengamankan ternak dari penyakit. Biosecurity
cukup murah dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit. Strain
DOC ayam petelur yang dikirim breeder ke peternak sudah melalui seleksi yang
ketat. Seleksi pada ayam petelur biasanya didasarkan pada kriteria kriteria
tertentu, antara lain kecepatan dan pemerataan pertumbuhan, jumlah produksi,
konversi makanan, masa bertelur atau long lay.
Sistem perkandangan ayam petelur pada masa grower meliputi model
kandang, kontuksi kandang, ventilasi udara, arah kendang dan pencahayaan
kendang.Ventilasi pada kandang berperan penting dalam menjaga kesehatan
ayam seperti menghilangkan panas yang berlebihan, mengurangi debu, dan
menyediakan oksigen untuk pernapasan. Arah kandang dibangun membujur
dari arah timur ke barat yang bertujuan menghindari panas matahari secara
langsung serta untuk melindungi kandang dari angin yang dapat menyebabkan
kandang roboh. Pencahayaan pada fase grower hanya digunakan sebagai alat
bantu untuk mempermudahkan ayam dalam mengkonsumsi pakan, sedangkan
ayam dengan bobot badan dibawah rata-rata diberikan pencahayaan yang lebih
dengan maksud agar konsumsi pakan bertambah dan bobot badan tercapai.
3.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih details dalam menjelaskan karya ilmiah ini dengan sumber
yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan, Oleh karena itu, berbagai
macam kritik dan saran dari pembaca yang membangun sangat diharapkan guna
bahan evaluasi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Al Nasser, A., A. Al Saffar, M. Mashaly, H. Al Khalaifa, F. Khalil, M. Al Baho, dan A. Al


Haddad. 2005. A Comparative Study On Production Efficiency Of Brown And White
Pullet. Bulletin of Kuwait Institute for Scientific Research 1 (1): 1 – 4.
Amrullah, K. 2003. Manajemen Ternak Ayam Broiler. IPB Press : Bogor.
[Dit Kesmavet] Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. 2006. BukuPedoman Nomor
Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan.Jakarta: Direktorat Kesehatan
Masyarakat Veteriner, Direktorat JenderalPeternakan, Departemen Pertanian
Direktorat Jenderal Peternakan. 2005. Bagaimana Terhindar dari
Flu Burung (Avian Influenza).
Fadilah, R. dan Fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. PT
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Hadi, U. K. (2015). Pelaksanaan Biosekuritas Pada Peternakan Ayam. 1–13.
Jeffrey JS. 1997. Biosecurity for poultry flocks. Poultry fact sheet 1(26).[terhubung berkala].
http://www.vmtrc.ucdavis.edu.html [20 Oktober 2017]
Johari, S. (2003). Sukses Beternak Ayam Ras Petelur. PT Agromedia pustaka.
Mahfudz, L. D., Sunarti, D., Kismiati, S., & Sarjana, T. A. (2021). Pencegahan Penyakit
Ternak Unggas. In UNDIP Press Semarang.
Mappanganro, R., Syam, J., & Ali, C. (2018). Tingkat penerapan biosekuriti pada peternakan ayam petelur di
kecamatan panca rijang kabupaten sidrap. Jurnal Ilmu Dan Industri Peternakan, 4(1), 60-73
North MO, Bell D. 1990. Commercial chicken production manual. United States of America
(US): Incorporate.
Rahmadi, F. M. (2009). Manjemen Pemeliharaan Ayam Petelur Di Peternakan Dony Farm
Kabupaten Magelang. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
Suprijatna, E. Umiyati, dan A. R. Kartasudjana. Ilmu Dasar Ternak Unggas. (Jakarta:
Penebar Swadaya, 2006)..67
Suseno, Pebri Purwo. 2007. Wordpress.com.
Swacita, I. B. N. (2017). Biosekuriti. Bahan Ajar. Kesehatan Masyarakat Veteriner, 1–81.
Unutio, Ericko, and Tri Hesti Wahyuni. "ANALISIS REGRESI DAN KORELASI ANTARA
SELEKSI BOBOT BADAN FASE STARTER TERHADAP PRODUKSI AYAM
RAS PETELUR TIPE MEDIUM: Regression and Correlation Analysis between
Starter Body Weight Selection Against Layer Medium Type Production." Jurnal
Peternakan Integratif 3.2 (2015): 190-200.
WIGUNA, A. (2019). PENGARUH JENIS KANDANG TERHADAP INFESTASI
MENOPONGALLINAE PADA AYAM PETELUR (Gallus gallus) DI DESA
KRAWANG SARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG
SELATAN (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
WHO. Biosecurity: an integrated approach to manage risk to human, animal and plant life
and health. [Internet]. 2010 March 3th. Cited on 2015 July 7th.
Diunduh:http://www.who.int/foodsafety/fsmanagement/N01_Biosecurity_Mar10_e
n.Df
Widiantoro, W. (2021). Derajat Kelangsungan Hidup dan kesehatan ikan Sidat (Anguilla
bicolor) pada dua wilayah (tempat) pembesaran yang berbeda. Jurnal Aquafish
Saintek, 1(1), 35-38
Zainuddin, D. dan Wibawan, W.T. 2007. Biosekuriti dan
Manajemen Penanganan Penyakit Ayam Lokal
LAMPIRAN

(Gambar 1. Ayam Petelur pada Fase Starter)

(Gambar 2. Ayam Petelur pada Fase Grower)


(Gambar 3. Ayam Petelur pada Fase Pra-layer)

(Gambar 4. Kandang Ayam Petelur)


(Gambar 5. Biosecurity pada Kandang)

Anda mungkin juga menyukai