Anda di halaman 1dari 11

Sanitasi, Desinfeksi, dan Fumigasi

Sanitasi adalah usaha untuk membina dan mneciptakan suatu keadaan yang baik
dibidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat dengan cara menyehatkan kondisi
lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik (tanah, air, dan udara). Kegiatan sanitasi
merupakan suatu upaya untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, sedangkan
kegiatan desinfeksi adalah aktivitas yang dilakukan untuk membasmi atau menyucihamakan
suatu agen penyakit dengan bahan kimia tertentu yang memiliki kemampuan tersebut.
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran kuman penyebab penyakit. Desinfektan memiliki beberapa tipe
meliputi Agen oksidasi (peroksida, hipoklorin, potassium permanganate, iodine, dan
iodophore), Agen reduksi (formaldehyde, glutaraldehyde, sulfure dioksida), acid dan alkalis,
alkohol, phenol dan cresol, dyes, detergen dan surfaktan, senyawa logam berat, serta vapour
phase didinfectant. Beberapa contoh desinfektan non korosif meliputi iodine 5%,
glutaraldehyde 15%+ammonium kuartenair 10%, phenol 26%, didecyl-dimetil ammonium
bromide 10-50%, copper sulfat+asam propionate, ammonium kuartenair + glutaraldehyde +
formaldehyde. Desinfektan memiliki beberapa mekanisme kerja antara lain melisiskan
dinding sel bakteri (phenol, sodium hipoklorit dan merthiolit), merusak membran sitoplasma
(phenol, alkohol dan detergen), mengoagulasi protein sel bakteri seperti inti sel, ribosom, dan
sitoplasma (merkuri, glutaraldehyde, phenol konsentrasi tinggi, hipoklorit, iodine, ethylene
oxide, logam berat). Prosedur desinfeksi kandang meliputi pembersihan kandang (sapu, cuci
dengan air detergen, dan dibilas), pengeringan, desinfeksi (dengan dosis dan aplikasi tepat),
dan menjaga kandang tetap bersih. Faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yaitu,
konsentrasi agen antimikrobial, jumlah dan lokasi mikroorganisme, temperatur, pH, bahan
organik, kesadahan air, serta tipe organisme.
Fumigasi merupakan kegiatan pengasapan terhadap suatu benda sebagai desinfektan.
Hal yang harus diperhatikan saat melakukan fumigasi yaitu, volume ruangan, lama fumigasi,
dosis fumigan, jenis fumigan, waktu fumigasi. Fumigasi di industri poultry, meliputi hatching
egg, hen house, equipment (bahan/peralatan), dan ruangan. Contoh dari fumigan adalah
formalin (H2CO), KMnO4, dan forcent fumigan.

Disease Control
Penyakit infeksius dikendalikan dengan empat cara yaitu biosekuriti, disinfeksi,
sanitasi, dan vaksinasi yang efektif. Kesehatan unggas di peternakan juga dipengaruhi stress
dari faktor eksternal seperti pakan, air, suhu, kelembaban, ventilasi, kadar amoniak, dan stress
manajemen (keseragaman, pencahayaan, distribusi pakan, jadwal vaksinasi). Kesehatan dan
performa unggas dipengaruhi oleh kualitas DOC, kualitas air, manajemen kesehatan,
pengendalian penyakit, kualitas manajemen, kualitas lingkungan, dan kualitas pakan.
Pengendalian penyakit harus efisien dan efektif dalam biaya. Secara ekonomi lebih
menguntungkan pencegahan penyakit jika dibandingkan dengan penanganan wabah. Kunci
utamanya adalah pada higiene dan biosekuriti (disinfeksi, sanitasi, imunisasi, dan
meminimalkan penyebab ayam stres).
Pengendalian coccidiosis dapat melalui vaksinasi, manajemen litter, biosekuriti, dan
pengobatan. Wabah yang disebabkan E. tenella biasanya diikuti dengan deplesi ayam yang
tinggi (mati atau culling). Pengobatan coccidiosis dapat dilakukan dengan pemberian
amprolium 20%, manajemen litter yang baik. Pengendalian cacing dapat dilakukan dengan
program deworming yang rutin, pembuangan litter/manur, penggunaan bahan kimia, kontrol
vektor biologis dan mekanis, serta biosekuriti. Mycoplasmosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycoplasma galisepticum yang menyerang saluran pernapasan ayam.
Penyakit ini menyebabkan terjadinya kebengkakan pada sinus infraorbitalis dan peradangan
pada kantung hawa. Penyakit ini dapat disertai dengan infeksi penyakit lain sehingga terjadi
penyakit pernapasan yang kronis dan mengganggu produksi telur. Penyakit Chronic
Respiratory Disease biasanya terjadi karena pengobatan yang terlambat, antibiotik yang
kurang bagus, dan kondisi kandang yang kurang bagus. Pencegahan yang dapat dilakukan
berupa penerapan biosekuriti yang ketat, isolasi kandang, membatasi perpindahan orang dan
peralatan, pemberian obat anti Mycoplasma, serta vaksinasi Mycoplasma gallisepticum.
Salmonellosis adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
Salmonella sp. Penularan Salmonella dapat terjadi melalui kontak langsung dengan yang
terinfeksi, melalui vektor, peralatan kandang, orang atau karyawan, secara vertikal melalui
telur, melalui inkubator, memakan telur terinfeksi, penetrasi ke cangkang telur, melalui
pakan, burung liar, dan lain-lainnya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
pelaksanaan sanitasi dan biosekuriti, membatasi perpindahan orang dan barang,
pemberantasan dan pengendalian vektor, dan pengobatan. Kutu yang biasa terdapat pada
ayam adalah Ornithonyssus sylviarum. Pengendalian infestasi kutu yang dapat dilakukan
adalah dengan pencegahan berupa pemberian obat, pengawasan flock, pengobatan dan
biosekuriti. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa dipping antiparasit, dipping sulfur,
spray anti parasit, spray sulfur, dan injeksi ivermectin. Inclusion body hepatitis (IBH)
merupakan penyakit yang disebabkan virus tidak beramplop yang tahan di lingkungan, stabil
di lingkungan ayam, serta tahan kering dan pH. Proses sanitasi dan Disinfeksi saat persiapan
kandang sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit ini

Obat dan Pencegahan


Obat merupakan sesuatu yang diperlukan dalam menangani penyakit di suatu
peternakan. Feed Additive adalah satu macam bahan atau lebih dalam jumlah tertentu yang
ditambahkan pada pakan hewan atau ternak dengan tujuan memenuhi kebutuhan khusus.
Kebutuhan khusus yang dimaksud adalah sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit,
penambah nafsu makan, pengawet pakan, meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi,
menurunkan FCR, promotor pertumbuhan, membuat warna kuning telur lebih menarik,
mengurangi bau kotoran, dan lain-lain. Feed Supplement adalah satu atau lebih bahan zat
nutrisi berupa mikro nutrisi yang ditambahkan pada pakan hewan/ternak, bisa juga diberikan
tersendiri, dengan tujuan mencukupi/melengkapi kebutuhan mikro nutrisi tertentu apabila
diduga atau didiagnosa hewan/ternak mengalami defisiensi atau untuk mencegah defisiensi
mikronutrien tersebut. Premix adalah feed additive, feed supplement atau kombinasinya yang
sudah diencerkan dengan menambahkan bahan pembawa dengan tujuan untuk mempermudah
pencampuran.
Probiotik adalah sediaan mikroorganisme (bakteri) hidup yang jika dikonsumsi dalam
jumlah yang cukup akan memberikan efek yang baik bagi kesehatan. Cara kerja probiotik
adalah menjaga keseimbangan komunitas bakteri yang baik dalam tubuh dan meningkatkan
respon terhadap serangan penyakit. Vitamin sebenarnya sudah cukup disediakan dalam
pakan, namun pada kondisi tertentu perlu ditambahkan sebagai suplemen. Antibiotik dalam
peternakan digunakan sebagai pengobatan pada hewan yang sakit agar sembuh. Fungsi
antibiotik dapat digunakan sebagai kuratif dan preventif. Penggunaan anti protozoa pada
ayam dapat diberikan pada kasus coccidiosis, leucositozoon, dan yang lainnya. Anti protozoa
ini dapat digunakan sebagai sediaan kuratif (pengobatan) preventif (pencegahan). Anti fungi
pada peternakan ayam dapat diaplikasikan pada kasus aspergillosis (Aspergillus fumigatus),
favus (white comb), candidiasis (C. albicans), dan lainnya. Sediaan antifungi dapat diberikan
untuk pengobatan (mycostatin) dan pencegahan. Antelmintik atau obat cacing diaplikasikan
pada peternakan ayam untuk melawan penyakit cacingan. Penggunaan anthelmintik pada
ayam dapat digunakan untuk melawan cacing gilig/nematoda (Ascaridia galli, Heterakis
gallinarum), cacing pita/ cestoda (Raillietina sp), dan yang lainnya. Sediaan antelmintik
dapat digunakan sebagai pengobatan dan pencegahan. Contoh kelompok obat cacing adalah
benzimidazole, imidazothiazole, avermectin, salicylanilide, dichlorvos, dan piperazin. Anti
mycoplasma pada ayam digunakan untuk melawan Mycoplasma galisepticum dan M.
synoviae.

Pemeliharaan Ayam Close House


Survei statistik pasar menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi daging masyarakat
Indonesia 79% berasal dari ayam broiler dan kondisi ini diprediksi akan terus meningkat dari
tahun ke tahun ini. Hal ini, menunjukkan bahwa daging ayam broiler masih menjadi
primadona dibanding produk daging ternak lainnya. Ayam broiler yang berada pada
lingkungan yang baik, manajemen pakan yang berkualitas sistem perkandangan yang baik,
kebersihan serta perawatan kesehatan, pengendalian hama dan penyakit yang maksimal akan
memberikan positif bagi pertumbuhan serta perkembangan dan bobot daging ayam broiler
secara maksimal. Dalam memaksimalkan hasil ternak ayam broiler saat ini telah berkembang
inovasi untuk meningkatkan biosecurity efisiensi usaha, menurunkan angka mortalitas
efisiensi pakan dan tenaga kerja, serta miningkatkan performa ayam broliler.
Salah satu inovasi untuk beternak ayam secara modern adalah dengan menerapkan
sistem close house yaitu pemberian pakan dan minum, pengatur suhu dilakukan . Metode
close house dirancang untuk mampu mengendalikan kondisi suhu dan kesehatan udara
sehingga performa ayam optimal akan tercapai. Metode closehouse masih terus diuji sebagai
metode terapan yang bisa diaplikasikan pada peternakan ayam.

Laporan
Manajemen Pakan
PT. Global Buwana Farm terdapat lima kandang ayam yaitu, kandang A, B, C, D, E,
dan F. Setiap kandang ayam dikelompokkan berdasarkan umur. Kandang E pada tanggal 15
Mei 2021 dilakukan pengisian ayam yang sebelumnya berasal dari farm lain. Ayam berumur
18 minggu dengan kondisi bobot badan dibawah standar berdasarkan manajemen guide
lohman brown calssic. Kondisi ini disebabkan buruknya manajeman pakan pada kandang
sebelumnya. Ayam kandang A, B, C, D, dan F menggunakan jenis pakai super feeder yang
didistribusikan menggunakan talang pakan. Pakan ayam kandan E menggunakn 3 jenis pakan
yaitu, super feeder, layer D4, dan hopper yang didistribusikan menggunakan talang pakan.
Pakan ayam dikemas dalam karung dengan berat 50 kg. Sistem pemberian pakan dilakukan
dua kali sehari, yaitu, pada pukul 08.00 WIB dan pukul 13.00 WIB. Pakan ayam yang
diberikan pada PT Global Buwana Farm disajikan pada Gambar 2
Gambar 2. Pakan aaaaayam yang diberikan pada PT Global Buwana Farm

Manajemen Air Minum


Manajemen pemberian air minum ayam di PT Global Buwana Farm menggunakan
talang air dan nipple drinker system yang berumber dari air sumur dan ditampung di dalam
toren. Air minum yang diberikan disetiap kandang bersumber dari air tanah. Air ditampung
didalam 4 tangki yang masing-masing berkapasitas 1010 L,disalurkan melalui pipa ke dalam
kandang, kemudian disalurkan melalui nipple dan talang air. Talang air yang digunakan
sebagai tempat minum ayam terbuat dari setenggah bagian paralon yang kemudian dialiri air.
Sistim talang air ini memiliki banyak kekurangan diantaranya dapat menjadi wadah
penularan penyakit ayam melalui air liur serta rentanya air terkontaminasi pakan ayam
sehingga menjadi kotor. Talang air di PT. Global Buwana Farm pada kandang B disajikan
pada Gambar 2.

Gambar 2 Talang air di PT. Global Buwana Farm kandang B

Nipple drinker merupakan satu kesatuan tempat minum yang terdiri dari suatu
rangkaian yang berupa nipple sebagai tempat minum ayam dan pipa yang digunakan untuk
mengalirkan air. Nipple drinker system digunakan pada kandang A, C, D, E, dan F. Jenis
nipple yang digunakan adalah A5 dengan laju 33 ml/menit. Setiap kandang memiliki jumlah
nipple tertentu tergantung dari jumlah ayam. Kapasitas satu nipple pada Global Buwana
Farm digunakan untuk 3-4 ayam. Nipple dibersihkan setiap penergantian periode ayam dan
pipa dilap setiap 2 hari sekali. Nipple drinker di PT. Global Buwana Farm disajikan pada
Gambar 2.

Gambar 2 Nipple drinker di PT. Global Buwana Farm

Manajemen Kesehataan Unggas


Program Vaksinasi
Program vaksinasi yang dilaksanakan oleh PT. Global Buwana Farm disesuaikan
dengan kondisi yang terjadi di lapang setelah berkonsultasi ke dokter hewan. Vaksinasi
merupakan salah satu program pencegahan dan pengendalian penyakit akibat virus pada
peternakan ayam layer. Program pemberian vaksin yang diberikan apada ayam petelur pada
PT. Global Buwana Farm Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB), Infectious
Laryngotracheitis (ILT) (Gambar 2). Pelaksanaan vaksin di PT. Global Buwana Farm
disajikan pada Tabel 2.

Gambar 2 Vaksin IB, ND, ILT yang digunakan Global Buwana Farm

Tabel 1 Pelaksanaan vaksin di PT Global Buwana Farm


Tanggal pelaksanaan Kandang/Flok Jenis Vaksin
20 Mei 2021 B ND IB ILT
23 Mei 2021 F ND IB ILT

Newcastle Disease (ND) menyebabkan gangguan yang sangat berat pada sistem
pernafasan, syaraf dan pencernaan pada ayam. Gejala klinis penyakit ND diawali dengan
konjungtivitis, diare dan dikuti dengan gejala saraf seperti tremor, tortikolis, atau
kelumpuhan pada leher dan sayap (Ghiamirad et al. 2010). Menurut Kencana dan Kardena
(2011), perubahan patologi anatomi pada penyakit ND ditandai adanya ptechie pada
proventikulus, ventrikulus, usus, seka tonsil, trakea, dan paru-paru. Sehingga perlunya
dilakukan program vaksin untuk mnecegah tejainya penyakit ND pada ayam agar kerugian
ekonomi peternak dapat diminimalisir. Ayam pertama kali dapat divaksin pada umur 3 hari
menggunakan vaksin aktif atau kombinasi vaksin aktif dan inaktif. Keefektifan dari vaksinasi
pertama ini hanya berlangsung 1-2 bulan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan vaksinasi ulangan.
Vaksinasi ulangan dilakukan karena titer antibodi pada vaksinasi ND sebelumnya sudah tidak
protektif. Pada vaksinasi ulangan, vaksin yang biasa digunakan adalah jenis vaksin inaktif.
Selain itu, pengembangan jenis vaksinasi ulangan ND menggunakan vaksin aktif juga sudah
dilakukan. Vaksin aktif ini diharapkan mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit
ND pada ayam umur muda pascavaksinasi ulangan (Kurnianto et al. 2016).
Infectious bronchitis (IB) merupakan penyakit pernapasan akut dan sangat menular
pada unggas yang disebabkan oleh Coronavirus dari family Coronaviridae. Mortalitas
penyakit ini rendah kecuali jika diikuti oleh infeksi sekunder oleh Mycoplasma gallisepticum
atau terkait faktor imunosupresi. Mortalitas pada anak ayam 25-30% tetapi pada beberapa
kasus bisa mencapai 75%. Gejala klinis penyakit ini pada anak ayam yaitu batuk, bersin,
ngorok, keluar leleran dari hidung, dan adanya eksudat berbuih di mata. Gejala klinis pada
ayam dewasa yaitu batuk, bersin, ngorok, penurunan produksi telur dari 5-10% yang
berlangsung selama 10-14 hari. Namun jika ada fakor lain, penurunan produksi bisa
mencapai 50%. Telur yang dihasilkan memiliki kerabang tipis, bentuk telur tidak teratur,
serta albumin encer. Pada kasus parah ayam mengalami radang pada kantung udara.
Gambaran patologi anatomi terkait IB bentuk pernapasan yaitu radang saluran napas atas, IB
bentuk ginjal yaitu ginjal nampak pucat dan membesar, IB bentuk reproduksi yaitu adanya
kista dalam oviduk dan kuning telur dalam rongga abdomen, serta IB bentuk proventrikulus
(Penguin) tampak rongga abdomen terisi cairan akibat kista pada oviduk. Diagnosa penyakit
ini dapat dilakukan dengan uji ELISA, AGPT, VN, FAT, dan lain-lain (KEMENTAN 2014).
Vaksinasi IB dapat menggunakan vaksin aktif dan vaksin inaktif. Program vaksinasi pertama
menggunakan vaksin aktif bisa dilakukan pada anak ayam umur 4 hari dan inaktif pada umur
3 dan 5 minggu. Vaksinasi IB pada ayam petelur yang diawali dengan vaksin aktif kemudian
diikuti dengan vaksin IB inaktif dari serotipe homolog diketahui dapat memberikan respon
titer antibodi tinggi yang seragam dan dalam waktu yang relatif lama (Indriani dan Darminto
2001). Vaksin inaktif kombinasi ND-EDS-IB dapat merangsang terbentuknya antibodi
protektif dan aman digunakan di lapangan untuk vaksinasi ayam petelur (Wulandari 2018).
Infectious laryngo tracheitis (ILT) merupakan pada unggas yang emneyrang saluran
pernafasan serta adanya eksudat berdarah yang bersifat akut. Gejala yang ditimbulakan
penyakit ini seperti adanya suara ngorok, batuk, kesulitan bernafas, leleran pada hidung, dan
eksudat berdarah. Menurut Kementan (2014), pada kasus ILT menunjukkan adanya edema
dan kongesti pada epitel konjungtiva pada diagnosa histopaloginya. Pelaksanaan vaksinasi di
PT. Global Buwana Farm disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Pelaksanaan vaksinasi di PT. Global Buwana Farm

Pemberian probiotik
Probiotik adalah mikroba hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan dengan
tujuan memperbaiki kesehatan dan perkembangan mikroba, Penggunaan probiotik di
kalangan peternak ayam telah banyak dilakukan karena mempunyai berbagai fungsi, antara
lain mampu meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan, mencegah radang usus dan
diare, meningkatkan produksi telur dan memperbaiki kualitas telur. Sumardi dan Ekowati
(2008) melakukan penelitian untuk menyeleksi bakteri dari saluran pencernaan ayam
kampung sebagai probiotik unggul dan karakterisasi mikroflora normal yang prospektif dari
saluran pencernaan ayam kampung. Saccharomyces sp adalah feed supplemen yang kaya
vitamin, enzim-enzim, zat makanan lain seperti karbohidrat dan protein. Selain itu, pada
dinding Saccharomyces sp terdapat Manan-OligiSacharida (MOS) yang berfungsi mengikat
mycotoxin (Dutta et al. 2009). Jamur Rhizophus sp termasuk spesies heterofermentatif yang
menggunakan jalur fosfoketolase sebagai jalur utama dari metabolisme glukosa sedangkan
Mucor sp termasuk kapang yang menghasilkan enzim amilolitik (Ali 2005). Bakteri Bacillus
sp mampu meningkatkan daya cerna dan mempunyai sifat dapat mengsekresikan enzim
protease, lipase, dan amilase (Haetamin et al. 2008).
Penggunaan probiotik pada ternak unggas dapat menurunkan aktivitas urease, suatu
enzim yang bekerja menghidrolisis urea menjadi amonia sehingga pembentukan amonia
menjadi berkurang atau bahkan hilang. Amonia adalah suatu bahan yang dapat menyebabkan
keracunan pada ternak ungags. Penelitian Asli et al. (2007), tentang probiotik yeast
S.cerevisiae yang dikombinasikan dengan vitamin E dan C membuktikan bahwa probiotik
tersebut mampu meningkatkan daya tahan tubuh unggas. Pemberian bakteri Bacillus sp
memengaruhi anatomi usus dan mampu meningkatkan kualitas telur, terutama menaikkan
kekentalan albumen. Penelitian Malik (2013), tentang penggunaan probiotik (1, 2, dan 3%)
dalam ransum pada layer menunjukkan bahwa penggunaan probiotik sampai 3%,
berpengaruh nyata terhadap konsumsi dan konversi ransum ayam petelur periode layer tetapi
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi telur dan berat telur. Penggunaan probiotik sampai
3% memberikan nilai ekonomi yang menguntungkan dengan menurunnya nilai konversi
ransum. Pemberian probiotik pada ayam disajikan pada Gambar 2

Gambar 2. Pemberian probik pada pakan ayam layer

Pemberian Vitamin dan Suplemen

Vitamin E dan selenium merupakan antioksidan yang berfungsi untuk melindungi


tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Vitamin E merupakan antioksidan utama dalam
sistem biologis yang berperan penting dalam sistem pengaturan metabolisme, melindungi
struktur seluler dan menjaga stabilitas membran biologi dari kerusakan dan juga merupakan
bagian penting dari reaksi reduksi oksidasi sel (Akil et al. 2009). Kombinasi yang sinergis
antara vitamin E dan selenium berfungsi melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif dan
dapat meningkatkan respon imun/kekebalan (Lubis et al. 2015). Fauziah et al. (2013)
melaporkan bahwa vitamin E merupakan vitamin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan di
dalam tubuh ternak dan dapat digunakan untuk mengatasi stres pada ayam.
Berdasarkan penelitian Lidyawati et al. (2018), menyatakan penambahan vitamin E-
selenium dalam pakan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap Feed
Conversion Ratio (FCR). FCR dapat digunakan untuk menggambarkan besar kecilnya
efisiensi pakan dalam suatu usaha peternakan. Semakin kecil nilai FCR maka pakan yang
diberikan pada ayam semakin efisien. Nilai FCR juga dapat digunakan untuk dasar
menghitung nilai Break Event Point (BEP) harga telur, dengan demikian nilai FCR dapat
digunakan untuk dasar perkiraan keuntungan (Haryuni et al. 2017).
Pemberian Vitamin dan suplemen di PT Global Buwana Farm berupa pemberian
vitamin E dan Se dengan merek Caprimun-E selama lima hari. Pemberian vitamin dan
suplemen dilakukan dengan mencampurkan pada pakan. Vitamin E dan selenium merupakan
antioksidan yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.
Vitamin E bermanfaat untuk meningkatkan fertilitas, pertumbuhan embrio normal dan
sebagai antioksidan. Vitamin E juga berfungsi untuk melindungi embrio dari kerusakan
jaringan yang diakibatkan oleh radikal bebas dan meningkatkan daya tahan tubuhnya sampai
menetas. Vitamin E bertindak sebagai antioksidan yang berfungsi melindungi membran
jaringan dari peroksida lipid serta radikal bebas dikeluarkan oleh sel-sel yang rusak sehingga
kondisi tubuh ternak lebih nyaman (Silaholo et al. 2013). Kombinasi yang sinergis antara
vitamin E dan selenium berfungsi melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif dan dapat
meningkatkan respon imun /kekebalan (Lidyawati et al. 2018). Imustim dan imuno grovieto
merupakan suplemen herbal berbentuk cair yang bekerja sebagai imunostimulan.
Imunostimulan digunakan untuk memelihara dan meningkatkan kekebalan tubuh serta
memperbaiki sistem kekebalan tubuh yang menurun pada ayam. Selain itu, imunostimulan
juga mampu meningkatkan sistem kekebalan pada kondisi imunosupresi (misalnya kondisi
stres). Probiotik yang diberikan kepada ayam pada PT Global Buwana Farm disajikan pada
Gambar 2.

Gambar 2 Probiotik yang diberikan kepada ayam pada PT Global Buwana Farm

Pemberian Antibiotik
Penggunaan antibiotik pada industri peternakan umumnya bertujuan untuk pengobatan
ternak sehingga mengurangi resiko kematian dan mengembalikan kondisi ternak menjadi
sehat. Pemberian antibiotika pada industri peternakan ayam digunakan sebagai imbuhan
pakan (feed additive) untuk memacu pertumbuhan (growth promoter), meningkatkan
produksi, dan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Namun, penggunaan obat-obatan,
antibiotika, feed additive ataupun hormon pemacu pertumbuhan hewan yang tidak sesuai
anjuran dan tidak sesuai dengan dosis yang ditetapkan dapat menyebabkan residu pada
produk ternak yang dihasilkan (Bahri et al. 2005)
Residu dapat ditemukan akibat penggunaan obat-obatan, termasuk antibiotika,
pemberian feed additive ataupun hormon pemacu pertumbuhan hewan. Senyawa obat yang
masuk kedalam tubuh ternak tidak dapat seluruhnya diekskresi dari jaringan dan akan
tertahan dalam jaringan tubuh sebagai residu. Sehingga perlu perhatian lebih terhadap
penggunaan obat pada ayam melalui sediaan obat dan pakan yang terjamin mutu dan
jumlahnya (Palupi 2012). Secara umum dampak negatif residu antibiotika pada produk
hewan adalah dampak kesehatan (bahaya toksikologik, mikrobiologik dan imunopatologi)
dan dampak ekonomi. Bahaya toksikologik diantaranya adalah mutagenik (terjadinya
perubahan genetik), teratogenik (terjadinya cacat lahir), karsinogenik (pemicu kanker),
bahaya mikrobiologis (resistensi pengobatan antibiotika dan gangguan pertumbuhan flora
normal usus) dan bahaya imunopatologi (reaksi alergis). Residu antibiotika juga berdampak
negatif bagi ekonomi karena dapat mengakibatkan penolakan produk terutama bila produk
tersebut di ekspor ke negara yang konsisten dan serius dalam menerapkan sistem keamanan
pangan (Dewi et al. 2014). Karena banyaknya efek negatif residu antibiotik terhadap
kesehatan, maka dibuat ketentuan nilai Batas Maksimum Residu (BMR) dalam produk ternak
(daging, susu, dan telur) untuk masing masing antibiotika berdasarkan SNI 01-6366-2000.
Antibiotik yang digunakan di PT Global Buwana Farm untuk infeksi baktesi pada
saluran pencernaan ayam dan pernafasan seperti enteritis, colibacillosis, salmonellosis,
streptococosis, fowl cholera, staphylococcosis, tuberculosis, pneumonia, dan jenis infeksi
bakteri lainnya. Jenis antibiotik yang digunakan biasanya bersprektrum luas seperti
Streptomycin, Oxytetracycline, Interflox (ciprofloxacin), Enroten (enrofloxacin), dan jenis
antibiotik lainnya.

Sumardi, CN Ekowati. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Flora Normal Saluran Gastrointestinal
Ayam Kampung (Gallus domesticus) untuk Probiotik. Makalah disajikan pada seminar
dan Rapat Tahunan (SEMIRATA) Badan Kerjasama PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu
MIPA di Universitas Bengkulu. 13-14 Mei 2008
DuttaTK, SS Kundu, Kumar M. 2009. Potential of direct-fed-mikrobials on lactation
performance in ruminant-acritical review. Livestock Research for Rural Development.
21 (10): 219-227
Ali A. 2005. Mikrobiologi Dasar. Makasar (ID). State University of Makasar Press.
Malik A. 2013. Pengaruh Penggunaan Probiotik Pada Ransum Terhadap Produktivitas dan
Nilai Ekonomi Ayam petelur Periode Layer. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah.
Malang.
Asli M. MSA. Hosseini, Lorfollahian H, Shariatmadari F. 2007. Effect of Probiotic, Yeast,
Vitamin E and Vitamin C supplements on performance and immune response of laying
hen during high environment temperature. International Journal of Poultry Science. 6
(12): 95-900.
Haetamin K, Abun, Mulyani Y. 2008. Study Pembuatan Probiotik (Bacillus liecheniformis,
Aspergillus niger, dan Saccharomyces cereviseae) sebagai feed Supplement serta
Implikasinya terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Merah. Laporan Penelitian. Bandung
(ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Ghiamirad M, Pourbakhsh H, Keyvanfar, Momayaz, S. Charkhkar, Ashtari. 2010. Isolation
and characterization of Newcastle disease virus from ostriches in Iran. African J. of
Microbiology Research. 4(23): 2492-2497.
Kencana GAY, Kardena. 2011. Gross pathological observation of acute Newcastle disease in
domestic chicken. [Prosiding] Seminar Internasional Perhimpunan Mikrobiologi
Indonesia (PERMI) dan International Union of Microbiological Societies (IUMS).
Budiasa MK, Bebas W. 2008. Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Meningkatkan dan
Mempercepat Produksi Telur Itik Bali yang Lambat Bertelur. 9 (1): 20-24.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2014. Manual Penyakit Unggas. Jakarta (ID): Kementrian
Pertanian.
Bahri S, Masbulan E, Kusumaningsih A. 2005. Proses Praproduksi sebagai Faktor Penting
dalam Menghasilkan Produk Ternak yang Aman untuk Manusia. Jurnal Litbang
Pertanian. 24 (1).
Dewi, Agustini, Dharma. 1997. Survei Residu Obat Perparat Sulfa pada Daging dan Telur
Ayam di Bali. Buletin Veteriner. 10 (51): 9-14.
Palupi MF. 2012. Pentingnya penilaian risiko (risk assessment) dalam penggunaan
antibiotika pemacu pertumbuhan (antibiotic growth promotor). Balai Besar Pengujian
Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan. Bogor.
Lidyawati A, Khopsoh B, Haryuni N. 2018. Efek penambahan level vitamin e dan selenium
dalam pakan terhadap performa ayam petelur yang diinseminasi buatan. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. 6(2): 106-110.
Akil S, WG Piliang, CH Wijaya, Utomo, Wiryawan. 2009. Pengkayaan selenium organik,
inorganik dan vitamin E dalam pakan puyuh terhadap performa serta potensi telur
puyuh sebagai sumber antioksidan. Jurnal Ilmu Ternak Veteriner. 14(1):1-10.
Haryuni N, Widodo, Sudjarwo E. 2017. Efek Penambahan Jus dan Daun Sirih (Piper bettle
linn) Sebagai Aditif Pakan Terhadap Peforma Ayam Petelur. BRILIANT: Jurnal Riset
dan Konseptual. 2(4): 430-434.
Lubis, Afianti R, Sahara E. 2015. Pengaruh Suplementasi Selenium Organik (Se) dan
Vitamin E terhadap Performa Itik Pegagan. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 4(1): 28-34.
Fauziah A, Mangisah, Murningsih W. 2013. Pengaruh Penambahan Vitamin E Dan Bakteri
AsamLaktat Terhadap Kecernaan Lemak Dan Bobot Telur Ayam Kedu Hitam
Dipelihara Secara In Situ. Animal Agricultural Journal. 2(1): 319-328.

Anda mungkin juga menyukai