Anda di halaman 1dari 4

BAB 4 Pendahuluan Vaksinasi

A. Latar Belakang
Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor utama dalam mendukung
perkembangan industri peternakan. Penggunaan obat hewan guna mencapai kesehatan
ternak tidak dapat terlepas dalam industri peternakan. Salah satu usaha untuk mencegah
dan mengendalukan serta memberantas penyakit ternak baik menular atau tidak menular
yaitu dengan penggunaan vaksin. Usaha pencegahan penyakit dengan cara vaksinasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kesadaran peternak untuk melakukan vaksinasi,
ketersediaan vaksin di pasaran, daya beli peternak (harga vaksin), dan tingkat
kepercayaan peternak terhadap hasil vaksinasi (mutu vaksin yang digunakan).
Vaksin merupakan suatu mikroorganisme yang dilemahkan atau apabila diberikan
kepada ternak tidak akan menimbulkan penyakit, melainkan membantu pembentukan
antibody (kekebalan tubuh) yang sesuai dengan jenis vaksin. Vaksinasi merupakan suatu
tindakan cara pemberian vaksin yang terkontrol guna pembentukan antibody yang
protektif dan seragam. Berhasil atau tidaknya suatu vaksinasi dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti kualitas vaksin, kondisi ayam, metode vaksinasi, ketrampilan vaksinator,
dan kondisi lingkungan.
Pemberian vaksin pada praktikum kesehatan ternak ini menggunakan tiga vaksin
yaitu vaksin fowl pox, ND B1, dan vaksin injeksi/suntik. Ternak yang digunakan pada
praktikum ini yaitu ternak unggas khususnya ayam. Program vaksinasi pada ayam harus
dilakukan secara teratur dan terkontrol pada usia produktif hingga afkir.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara vaksinasi yakni agar mahasiswa dapat mengetahui
jenis vaksin dan cara penggunaanya serta mahasiswa dapat melakukan proses vaksinasi.
BAB 5 Pendahuluan Nekropsi
A. Latar Belakang
Program kesehatan lingkungan ternak sangat penting dan hal ini perlu dilakukan oleh
peternak untuk mencapai hasil peternakan yang optimal. Keberhasilan dalam usaha
peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan
atau lingkungan. Ternak perlu dijaga kesehatannya secara kontinyu baik melalui
pencegahan maupun pengobatan penyakit. Pengamatan terhadap kondisi ternak dimulai
dari pengamatan fisik dan dilanjutkan dengan nekropsi/pembedahan untuk melihat
kondisi organ dalam ternak yang bersangkutan.
Nekropsi atau pemeriksaan bedah bangkai merupakan langkah diagnosa
berikutnya dalam rangka memperoleh gambaran lebih jelas terhadap kasus penyakit yang
diperoleh dari pengamatan perubahan organ – organ tubuh ayam. Nekropsi (pemeriksaan
post mortem) dilakukan untuk menentukan kausa penyakit dengan melakukan deskripsi
lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan dengan melakukan pemeriksaan
serologis, mikrobiologis, dan histopatologi yang memadai. Pemeriksaan post mortem
dilakukan apabila ditemukan adanya penurunan produksi, terdapat tanda – tanda yang
jelas akan sakit atau diketahui adanya peningkatan jumlah kematian dan atas permintaan
klien.
Tahap nekropsi pada praktikum kesehatan ternak dilakukan pada ternak unggas
yaitu ayam. Nekropsi dimulai dengan melakukan emboli pada jantung ayam yaitu dengan
cara memasukan udara menggunakan bantuan spuit pada jantung ayam. Ternak yang
telah pingsan, dilakukan pembedahan dengan menyayat kulit dari bagian kloaka hingga
leher.

B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat membandingkan perbedaan antara ayam yang sakit dan sehat
melalui pengamatan terhadap bentuk fisik dan organ visceral ayam.
BAB 6 Pendahuluan Pemeriksaan Telur Endoparasit pada Feses

A. Latar Belakang
Parasit merupakan salah satu vektor yang mempermudah masuknya agen
pathogen dalam tubuh contohnya yaitu cacing. Kerugian akibat penyakit cacing antara
lain penurunan berat badan, penurunan kualitas dagig, kulit dan jeroan, penurunan
produktivitas ternak, penurunan produksi susu dan bahaya penularan pada manusia.
Penyebab penyakit cacing (fascioliasis) adalah cacing hati yaitu Fasciola gigantica dan
Fasciola hepatica. Parasite cacing jenis lain yang menyebabkan penyakit pada sapi,
kerbau, kambing maupun domba yaitu Paramphistomiasis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh cacing paramphistomum. Cacing biasanya menyerang bagian haringan
hati, usus dan lambung ternak serta tumbuh dan berkembangbiak pada jaringan lain yaitu
otak, limpa dan paru-paru.
Faktor penyebab timbulnya penyakit karena adanya interaksi antara hospes
(ternak), agen penyakit (infeksi cacing) dan lingkungan. Lingkungan menentukan
pengaruh positif atau negatif terhadap hubungan antara ternak dengan agen penyakit.
Pada lingkungan tropis basah, tingkat infeksi cacing pada ternak cukup tinggi. Telur-telur
cacing masuk ke dalam tubuh ternak melalui hijauan yang dikonsumsi dan berkembang
dalam saluran pencernaan. Bagian usus halus dan lambung tempat cacing menghisap
darah akan mengalami iritasi dan kerusakan mukosa usus. Kerusakan mukosa usus
mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi dan pencernaan sehingga membuat ternak
tampak kurus.
Pemeriksaan feses secara rutin sangat diperlukan untuk mengidentifikasi adanya
parasit gastrointestinal pada ternak, terutama jenis dan derajat infeksinya. Dengan
mengetahui jenis cacing yang menginfeksi maka segera dapat dilakukan pengobatan
dengan jenis antelmintika yang tepat, sehingga pengobatannya menjadi lebih efektif.
Praktikum kesehatan ternak pada acara in dilakukan dengan cara menguji feses yang
dibawa oleh setiap kelompok dengan feses ternak segar.

B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengidentifikasi telur cacing atau oosista dari feses ternak.

Anda mungkin juga menyukai