Anda di halaman 1dari 11

FLU

BURUNG
ETIOLOGI FLU BURUNG
Virus influensa adalah partikel berselubung berbentuk bundar atau bulat panjang, merupakan
genome RNA rangkaian tunggal dengan jumlah lipatan tersegmentasi sampai mencapai delapan lipatan,
dan berpolaritas negatif. Virus influensa merupakan nama generik dalam keluarga Orthomyxoviridae dan
diklasifikasikan dalam tipe A, B atau C berdasarkan perbedaan sifat antigenik dari nucleoprotein dan
matrix proteinnya.
Virus influensa unggas (Avian Influenza Viruses, AIV) termasuk tipe A. Telaahan yang sangat
bagus mengenai struktur dan pola replikasi virus-virus influensa sudah dipublikasikan baru-baru ini (mis.
Sidoronko dan Reichi 2005). Determinan antigenik utama dari virus influensa A dan B adalah
glikoprotein transmembran hemaglutinin (H atau HA) dan neuroaminidase (N atau NA), yang mampu
memicu terjadinya respons imun dan respons yang spesifik terhadap subtipe virus. Respons ini
sepenuhnya bersifat protektif di dalam, tetapi bersifat protektif parsial pada lintas, subtipe yang
berbeda.
Berdasarkan sifat antigenisitas dari glikoprotein-glikoprotein tersebut, saat ini virus influensa
dikelompokkan ke dalam enambelas subtipe H (H1-H16) dan sembilan N (N1-N9). Kelompok-
kelompok tersebut ditetapkan ketika dilakukan analisis filogenetik terhadap nukleotida dan penetapan
urutan (sequences) gen-gen HA dan NA melalui cara deduksi asam amino (Fouchier 2005).
Jadi, Penyebab flu burung adalah virus influenza dari famili Orthomyxoviridae yang
termasuk tipe A subtipe H 5, H 7, dan H 9. Virus H9N2 tidaklah menyebabkan penyakit berbahaya
pada burung, tidak seperti H5 dan H7. Virus flu burung atau avian influenza hanya ditemukan pada
binatang seperti burung, bebek dan ayam, namun sejak 1997 sudah mulai dilaporkan “terbang”
pula ke manusia. Subtipe virus yang terakhir ditemukan yang ada di negara kita adalah jenis H5N1.
Gejala penyakit flu burung pada manusia adalah demam, anoreksia, pusing, gangguan
pernafasan (sesak), nyeri otot dan mungkin konjungtivitis yang terdapat pada penderita dengan
riwayat kontak dengan unggas yang terinfeksi semisal peternak atau pedagagang unggas. Gejalanya
tidak khas dan mirip gejala flu lainnya, tetapi secara cepat gejala menjadi berat dan dapat
menyebabkan kematian karena terjadi peradangan pada paru (pneumonia).
Gejala pada unggas yang terinfeksi diantaranya jengger dan pial kebiru-biruan, keluar
darah dari hidung, feses kehijau-hijauan dan banyak mengandung air, pada paha sering terdapat
bercak-bercak darah, kematian unggas serentak terjadi dalam hitungan hari selain itu, pada burung
liar akan menjadi karier.
PENATALAKSANAAN
1. PENANGGULANGAN
Menurut Ririh (2006:189-192), Melihat adanya kondisi peternakan yang memburuk akibat
adanya wabah flu burung. Departemen Pertanian mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan ini
diharapkan membantu peternakan sehingga dapat menjalankan aktivitas beternak kembali. Departemen
Pertanian mengintruksikan pada segenap jajaran Dinas Peternakan di daerah-daerah untuk melakukan
hal yang sama saat menemukan adanya indikasi flu burung.
1. Peningkatan biosekuriti
Strategi utama yang harus dilaksanakan adalah dengan meningkatkan biosekuriti. Tindakan
karatina atau isolasi harus diberlakukan terhadap peternakan yang tertular. Kondisi sanitasi di kandang-
kandang, lingkungan kandang maupun para pekerja harus sehat. Kemudian lalu lintas keluar -masuk
kandang termasuk orang dan kendaraan harus secara ketat dimonitor.
Area peternakan yang sehat diciptakan dengan program desinfeksi secara teratur serta menerapkan
kebersihan pada saat bekerja, misalnya dengan memakai sarung tangan, masker, dan sepatu panjang.
Program vaksinasi merupakan tindakan kedua yang dipilih oleh Indonesia di dalam
penanggulangan avian influenza. Vaksinasi dilakukan terhadap hewan yang sehat, terutama yang berada
disekitar peternakan ayam yang terkena wabah ini dilakukan untuk memberikan kekebalan pada ayam
supaya tidak mudah tertular. Vaksinasi yang digunakan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan
menurut peraturan perundangan yang berlau. Kemudian vaksin yang boleh diedarkan dan digunakan
adalah vaksin yang mendapat nomor registrasi Departemen Pertanian.
2. Depopulasi
Istilah ”depopulasi” adalah tindakan memusnakan unggas atau hewan yang sakit secara terbatas. Ada
berbagai cara yang dapat ditempuh sebagai upaya pemusnahan ini. Pertama, adalah dengan menguburkan unggas
yang mati akibat avian influenza. Kedua , peternak dapat melaksanakan depopulasi dengan membakar unggas yang
mati akibat terserang penyakit tersebut.Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk memutuskan siklus penyakit.
Tempat dimana dilaksanakan pemusnahan hewan seharusnya ditutup kembali kemudian disiram dengan
air kapur atau desinfektan. Seperti diketahui bahwa dalam mengkaji suatu penyakit, ada tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu pertama adalah agent atau penyebab penyakit, dalam hal ini virus avian influenza. Kedua adalah
induk semang atau inang, dalam kasus ini yang bertindak sebagai inang adalah unggas, babi, bahkan manusia bila virus
menginfeksi .
Hal ketiga yang harus diperhatikan adalah lingkungan (enviromental). Lingkungan inilah tempat agent dan inang
melakukan interaksi. Jadi bila lingkungan tidak memberikan peluang maka suatu penyakit atau wabah tidak akan
terjadi.
3. Melakukan pengawasan produk unggas
Daging, telur, dan karkas unggas perlu diawasi untuk mencegah penyebaran virus yang masih aktif dan
menempel pada produk tersebut. Jika produk mengandung virus yang masih aktif dikhawatirkan akan berpindah ke
unggas atau bahkan orang. Beberapa langkah yang dapat digunakan untuk memperoleh daging yang aman dari flu
burung antara lain sebagai berikut:
• Pilih daging yang tidak terdapat bercak merah di bawah kulit .
• Pilihlah daging segar. Bau daging segar biasanya khas atau tidak berbau anyir.
• Pilih daging yang tidak lembek.
• Pastikan dalam pengolahannya benar-benar matang.
• Memantau lalu lintas unggas
Kiriman unggas yang dipesan dari luar daerah tempat pemesan perlu dipantau dan diperiksa. Hal ini dilakukan
untuk mencegah masuknya bibit endemik dari luar daerah. Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati kondisi fisik,
kesehatan hewan serta melakukan uji laboratorium sampel darah unggas terhadap kemungkinan avian influenza.
Dalam kondisi wabah seperti sekarang ini maka pengendalian juga berdasarkan perwilayahan ( zoning), ada 3 (tiga)
pembagian wilayah dalam upaya pengendalian:
• Daerah tertular; daerah yang sudah dinyatakan ada kasus secara klinis dan hasil uji laboratorium.
• Daerah terancam; daerah yang berbatasan langsung dengan daerah tertular atau tidak memilki batasan alam
dengan daerah tertular.
• Daerah bebas; daerah yang dinyatakan masih belum ada kasus secara klinis mapun secara uji laboratorium, atau
memiliki batas alam (propinsi, pulau).
Pembagian wilyah ini merupakan upaya dalam pengendalian suatu wabah sehingga secara sistematik mendukun g
program pengendalian. Dalam teknis pelaksanaannya harus dikombinasikan dengan program-program yang lain.
Tujuan pengendalian dan pemberantasan sebagai berikut:
• Mengendalikan wabah dengan menekan kasus kematian unggas
• Mengendalikan dan mengurangi perluasan penyakit ke wilayah lain di Indonesia.
• Mempertahankan wilayah yang masih bebas.
• Mencegah penularan penyakit ke manusia dengan menghilangkan sumber penyakit.
4. Melakukan sosialisasi
Sosialisasi flu burung dilakukan dengan peny uluhan ke peternakan di masing-masing daerah. Adanya
sosialisasi diharapkan warga di sekitar lokasi peternakan mengerti dan paham akan bahaya flu burung. Dengan
demikian, masyarakat akan menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya. Pengertian masyarakat akan bahaya flu
burung diharapkan membuat tahu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi flu burung.
2. PENCEGAHAN
A. Pada Unggas:
• Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
• Vaksinasi pada unggas yang sehat
B. Pada Manusia:
• Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang):
• Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
• Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
• Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
• Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
• Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
• Imunisasi.
C. Masyarakat umum:
• Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
• Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-
gejala penyakit pada tubuhnya)
• Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur sampai
dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit.
• Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat
dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen)
• Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya.
Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan.
3. PENYULUHAN

Penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung (virus H5N1)
perlu dilaksanakan secara berkelanjutan mengingat sebagian besar penyebab penyakit flu burung
(virus H5N1) adalah karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam melindungi
diri mereka terhadap penyakit-penyakit virus tersebut. Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung. Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok;
sedangkan penyuluhan tidak langsung dapat dilakukan melalui penyampaian pesan-pesan penting
dalam bentuk brosur, leaflet atau tulisan dan gambar di dalam media cetak atau elektronik.
Keluarga pasien harus diberi pengertian bahwa penyakit flu burung (virus H5N1), dapat
menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti kematian apabila tidak ditangani dengan baik. Keluarga
harus segera melapor bila ada dugaan ketertularan atau gejala influenza karena flu burung (virus
H5N1) maupun bila ada unggas yang mati tiba-tiba dengan dugaan flu burung (virus H5N1).
Demikian pula perlu disampaikan bahwa swamedikasi tidak disarankan tanpa keberadaan tenaga
kesehatan yang mengerti tentang hal ini.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut WHO didiagnosisinfeksi flu burung jika terdapat satu atau dua hal dibawah ini :
1. Uji RT – PCR untuk H5
2. Pemeriksaan hematologi
3. Pemeriksaan kimia
4. Pemeriksaan IFA ( Immunofluerescence antibody )
5. Uji serologi
6. Pemeriksaan radiologik
7. Pemeriksaan postmortem
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh leukopenia, limfopenia, trombositopenia
ringan sampai sedang dan kadar aminotransferase yang meningkat sedikit atau sedang, kadar
kreatinin juga meningkat
• Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit diperlukan untuk mengetahui status oksigenasi
pasien, keseimbangan asam-basa dan kadar elektrolit pasien.
• Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya avian influenza H5N1 a.l. dengan
Immunofluorescence assay, Enzyme Immunoassay, Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Real-time
PCR assay, Biakan Virus. Dari hasil pemeriksaan ini dapat ditentukan status pasien apakah
termasuk curiga (suspect), mungkin (probable) atau pasti (confirmed).
• Pada pemeriksaan radiologi dengan melakukan X-foto toraks didapatkan gambaran infiltrat
yang tersebar atau terlokalisasi pada paru. Hal ini menunjukkan adanya proses infeksi oleh
karena virus atau bakteri di paru-paru atau yang dikenal dengan pneumonia. Gambaran hasil
radiologi tersebut dapat menjadi indikator memburuknya penyakit avian influenza.

Anda mungkin juga menyukai