Penularan virus flu burung ke manusia sampai terjadi kejadian sakit dapat melalui fakotfaktor berikut :
a.Binatang: kontak langsung dengan unggas yang sakit atau produk unggas yang sakit
b.Lingkungan: udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja
atau sekret unggas yang terserang virus flu burung (AI)
c.Manusia: sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok /
cluster)
d.Konsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan sempurna mempunyai potensi penularan
virus flu burung.
Sifat virus avian influenza sebagaimana virus lainnya memerlukan bahan organik untuk
tetap hidup. Didalam tubuh unggas dan babi virus avian influenza dapat berkembang biak
atau bereplikasi menjadi sangat banyak Virus avian influenza juga bersifat labil atau mudah
mengalami mutasi dari potogen ringan ke yang ganas atau sebaliknya. Virus avian influenza
juga dapat beradaptasi dengan obat maupun vaksin. Sehingga perlu dilakukan monitoring
faksinasi untuk mengetahui apakah vaksin yang dipergunakan masih efektif atau tidak. Jika
tidak, maka harus dibuat vaksin yang baru dengan menggunakan virus yang ditemukan di
lapangan yang dilemahkan.
Virus avian influenza merupakan virus yang lemah dan tidak tahan panas dan zat
desinfektan (pencuci hama). Dalam daging ayam , virus ini mati pada suhu 80C selam satu
menit atau 70C selama 30 menit. Pada telur ayam, virus avian influenza mati pada suhu
64C selama 4,5 menit. Namun pada kotoran ayam virus avian influenza ini mampu bertahan
selama 35 hari pada suhu 4C. Sedangkan dalam air, virus tersebut dapat tahan hidup selama
4 hari dalam suhu 22C dan 30 hari dalam suhu 0C. Di kandang ayam virus bertahan selama
2 minggu setelah depopulasi ayam, namun virus ini dapat mati dengan desinfektan
Masa inkubasi dari virus flu burung rata-rata 3 (1 7 hari). Masa penularan pada manusia
adalah 1 hari sebelum dan 3 5 hari setelah gejala timbul, sedangkan penularan pada anak dapat
mencapai 21 hari. Gejala yang ditimbulkan sama seperti flu biasa, ditandai dengan demam mendadak
(suhu 38C), batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak, sakit kepala, malaise, muntah, diare dan nyeri
otot. Penegakan diagnosa dari penyakit flu burung terdiri dari,
1. Riwayat penyakit, yaitu keluhan yang dirasakan (digunakan untuk mengetahui klasifikasi
kasus) dan faktor resiko yang dimiliku oleh penderita,
2. Pemeriksaan fisik,
3. Pemeriksaan laboratorium,
a. Prosedur pengambilan sampel terdiri dari bilas hidung, usap nasofaring, usap orofaring dan
sampel dari urin.
b. Sampel tersebut akan diuji untuk tes cepat untuk antigen influenza pada manusia tipe A
maupun tipe B dan tes RT-PCR kualitatif untuk influenza manusia tipe A maupun tipe B.
4. Rontgen,
5. Kondisi pasien cenderung cepat memburuk, dengan komplikasi gagal ginjal, kolaps
kardiovaskular, ventilator associated pneumonia, sepsis (tanpa bakteriemia) dan kegagalan
pernapasan (Respiratory Failure)
Prinsip umum terapi yang dilakukan pada penyakit flu burung terdiri dari,
1. Terapi harus termasuk pengobatan terhadap pnemonia yang didapat di masyarakat yang
belum jelas penyebabnya,
2. Cara penobatan sesuai dengan beratnya keadaan pasien,
3. Gunakan antibiotika untuk pengobatan infeksi sekunder,
4. Jangan gunakan aspirin atau derivatnya
2. Target
1. Mengendalikan wabah Flu Burung pada hewan sampai dengan akhir tahun
2008:
a. Mempertahankan daerah bebas Flu Burung
b. Membebaskan Flu Burung dari sektor 1 & 2
c. Menekan kasus Flu Burung pada sektor 3 & 4
d. Mencegah penularan AI dari unggas ke ternak lain
2. Mencegah dan mengendalikan kejadian luar biasa (KLB) atau wabah pada
manusia :
a. Mencegah penularan Flu Burung dari hewan ke manusia pada akhir 2008
b. Kesiapsiagaan menghadapi pandemic influenza
3. Strategi P2M Flu Blurung
Pemerintah menetapkan 10 Strategi nasional untuk penanggulangan Avian
Influenza (Flu Burung) antara lain sebagai berikut,
1. Strategi I : Pengendalian penyakit pada hewan
Tujuan : menurunkan kasus kematian hewan dan mencegah penyebaran
penyakit Flu Burung ke daerah yang lebih luas
Kegiatan pokok :
a. Melaksanakan depopulasi selektif pada daerah tertular
b. Melaksanakan stamping out pada daerah tertular baru
c. Memperketat biosecurity
d. Pengawasan lalu lintas pembawa media HPAI
e. Melakukan vaksinasi
Lima strategi :
1.
Penguatan
managemen
berkelanjutan
(perencanaan,
Tujuan :
aktivitas,
manajemen
pengendalian
Avian
Influenza
dan
kesehatan
di
RS,
Lab,
dan
Petugas
Penyelidikan
Epidemiologi Lapangan
b. Distribusi bantuan PPE LENGKAP dari JICA 110 SET
c. Distribusi bantuan PPE Tidak LENGKAP : dari Singapura 440 set Stock
PPE Asean di Singapura dari Jepang 700000 set dapat diminta bila
diperlukan
3. Strategi IV :Surveilans epidemiologi pada hewan dan manusia
Tujuan :
untuk
gambar
jejaring
P2M
dapat
menghubungi
saya
ke
indri.diyah.pl@gmail.com
disusun oleh indri diyah dan kelompok 5 keperawatan komunitas FKP UNAIR
http://indri-dpl.blogspot.co.id/2009/05/program-pemberantasan-penyakitmenular.html