Anda di halaman 1dari 16

Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280

Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

REVIEW: MENINGKATKAN POPULASI TERNAK BABI MELALUI


TEKNOLOGI REPRODUKSI PASCA AFRICAN SWINE FEVER
Review: Increasing Pig Population through Reproductive Technology Post African swine fever

Korbinianus Feribertus Rinca1, Yohana Maria Febrizki Bollyn2, Maria Tarsisia Luju3,
Roselin Gultom4
1,2,3,4
Animal Husbandry Study Program, Indonesian Catholic University of Santu Paulus Ruteng
Jalan Ahmad Yani No. 10 Ruteng Flores Nusa Tenggara Timur
Correspondence Author: email: erbinrincadosen@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of writing this review is to determine the role of reproductive technology in
increasing the population of pigs after the African Swine Fever (ASF) outbreak. The method used
in writing this review is to search for published research articles using Google search and Science
direct with the keywords African swine fever and Artificial Insemination (AI). The results of this
review show that ASF can reduce the population due to the high mortality rate, ASF can be
transmitted through the reproductive organs but this can be overcome by utilizing IB reproductive
technology. In addition, AI reproductive technology is also one of the reproductive technologies
that can be used to increase the livestock population after the ASF outbreak. Based on the review, it
can be ensured that artificial insemination reproductive technology is able to prevent ASF
transmission and increase livestock populations after the ASF outbreak.

Keyword: African swine fever; Pig; Population; Reproductive Tecnology

ABSTRAK
Tujuan dilakukan penulisan review ini adalah untuk mengetahui peran teknologi reproduksi
dalam meningkatkan populasi ternak babi pasca wabah African Swine Fever (ASF). Metode yang
digunakan dalam penulisan review ini adalah penelusuran artikel penelitian yang sudah
terpublikasi menggunakan Google search dan Science direct dengan kata kunci African swine fever
dan Inseminasi Buatan (IB). Hasil review ini menujukkan bahwa ASF dapat menurunkan populasi
karena tingkat kematian yang tinggi, ASF dapat menular melalui organ reproduksi tetapi hal ini
bisa diatasi dengan memanfaatkan teknologi reproduksi IB. Selain itu, teknologi reproduksi IB
juga menjadi salah satu teknologi reproduksi yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatan populasi
ternak babi pasca wabah ASF. Berdasarkan hasil review dapat disimpulkan bahwa teknologi
reproduksi inseminasi buatan mampu mencegah penularan ASF dan meningkatkan populasi
ternak babi pasca wabah ASF.

Kata Kunci: African swine fever; Babi; Populasi; Teknologi Reproduksi

APA Citation Style::


Rinca F. K., Bollyn M.F.K., T.M., Gultom R.,. 2022. Review: Meningkatkan Populasi Ternak Babi melalui Teknologi Reproduksi Pasca
African swine fever. Jambura Jornal of Animal Science. 5(1)38-53

© 2022 – Rinca F. K., Bollyn M.F.K., T.M., Gultom R. Under the license CC BY-NC-SA 4.0

Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 38


https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

PENDAHULUN depopulasi, pemusnahan dan tingkat


African swine fever (ASF) mortalitas yang tinggi pada daerah
merupakan salah satu penyakit infeksi terinfeksi ASF sangat merugikan peternak
pada babi yang sangat menular dan karena populasi ternak babi menurun.
menginfeksi babi dan babi liar. Virus Peternak yang memelihara ternak babi
African swine fever diduga awal mulanya secara tradisionanl di negara berkembang
berasal dari babi liar kemudian menular dalam jumlah kecil biasanya untuk
ke babi domestik yang dilaporkan dari memenuhi kebutuhan, budaya dan
Sub-Sahara Afrika (Dixon et al., 2019). tabungan. Ternak babi dipelihara oleh
African Swine Fever (ASF) menular baik masyarakat bukan hanya sebagai sumber
secara langsung melalui kontak fisik protein hewani tetapi sumber
antara babi terinfeksi dengan babi sehat penghasilan untuk membiayai
(Guinat et al., 2016) dan penularan secara pendidikan anak, kesehatan dan
tidak langsung berasal dari transportasi tabungan (Beltrán-Alcrudo et al., 2017).
hewan yang tertular dan produk olahan Penurunan populasi akibat
yang tercemar virus ASF (Sanchez- depopulasi menimbulkan masalah baru
Vizcaino et al., 2015). terutama ketersedian bibit, dampak yang
Penyakit ASF tidak menular ke signifikan secara ekonomi bagi peternak
manusia (Dixon et al., 2020), namun terutama bagi peternak kecil di negera
secara ekonomi menimbulkan dampak berkembang menjadi persoalan serius
ekonomi yang signifikan karena vaksin yang yang patut mendapat perhatian
tidak tersedia dan pengobatan yang serius. Masalah depopulasi, dan dampak
belum efektif sehingga berimplikasi pada ekonomi akibat ASF dilakukan upaya
tingginya tingkat morbiditas dan khusus melalui inovasi teknologi
mortalitas penyakit (Galindo et al., 2017). reproduksi sehingga masalah penurunan
Morbiditas dan mortalitas akibat ASF populasi akibat infeksi ASF bisa teratasi.
dilaporkan mencapai 100% tergantung Penulisan review ini bertujuan untuk
pada virus, inang, dosis dan rute paparan memberikan pengetahuan dan wawasan
virus (Costard et al., 2012; Wang et al., tentang peran teknologi inseminasi
2021). oleh karena itu, penyakit ini buatan dalam mendukung percepatan
menimbulkan kerugian secara ekonomi peningkatan populasi ternak babi pasca
yang dinilai berdasarkan berdasarkan ASF.
tingkat mortalitas dari dari ternak yang METODE PENELITIAN
terinfeksi virus ASF (Mebus, 2020), infeksi Kriteria jurnal yang digunakan
virus ini dapat mengancam keamanan sebagai referensi dalam penulisan review
pangan dan mata pencaharian peternak artikel ini adalah jurnal eksperimen dan
dan berdampak besar pada perdagangan jurnal laporan kasus tentang ASF dan
internasional, hal ini dikarenakan adanya teknologi inseminasi buatan (IB). Jurnal
karena pembatasan perdagangan seperti eksperimental dan laporan kasus yang
larangan ekspor babi dan produk digunakan merupakan jurnal yang sudah
olahanya. dipublikasikan pada jurnal yang
Pemberantasan penyakit ini bisa terakreditasi dan bereputasi yang tidak
dilakukan dengan pembatasan lalu lintas dibatasi pada tahun tertentu. Untuk
ternak antar negara, karena penyakit ASF mendapatkan jurnal tersebut dilakukan
ini termasuk penyakit lintas batas penelusuran menggunakan science direct
(transboundary animal diseases) (Beltrán- dan google search disesuaikan dengan
Alcrudo et al., 2019). Tindakan depopulasi topik yang dapat mendukung
dan kontrol ketat juga diperlukan untuk penyusunan artikel ini. Jurnal
mengeliminasi penyakit di daerah yang eksperimental dan laporan kasus yang
terinfeksi (CFSPH, 2019). Aktivitas digunakan hanya jurnal yang sesaui
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 39
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

dengan topik yang dibahas dalam artikel bertanggung jawab atas sifat
ini seperti gambaran dan karakteristik haemadsorbing dari partikel virus. Protein
virus, penularan, patogenesis, riwayat ASFV p54 dan p30 adalah protein
penyakit, gejala klinis, tingkat morbiditas struktural antigenik yang penting (Das et
dan mortalitas, penularan melalui organ al., 2021).
reproduksi, peran inseminasi buatan Genotipe I menyebar di Afrika
menanggulangi ASF, dan peran Barat dan Tengah kemudian berlanjut ke
inseminasi buatan (IB) dalam Eropa pada tahun 1957 dan 1960, dan saat
meningkatkan populasi ternak babi. ini berada di Sardinia. Genotipe II
HASIL DAN PEMBAHASAN menyebar ke Georgia pada tahun 2007,
Karakteristik Virus African Swine fever Rusia dan Eropa Timur (Rowlands et al.,
Virus African swine fever memiliki 2008; Gallardo et al., 2014). Hasil
karakteristik DNA besar untai ganda, Sequencing menunjukkan bahwa isolat
famili Asfarviridae, dan genus Asfivirus yang beredar di Eropa Timur 2007-2011
(Alonso et al., 2018). Menurut rilis hampir identik (Malogolovkin et al.,
taxonomy 2019 oleh Komite Internasional 2015). Hasil sekuensing isolat ASFV dari
Taksonomi virus (EC 51, Berlin, Jerman, babi liar yang ditemukan mati di
Juli 2019), keluarga Asfarviridae telah Lithuania dan Polandia pada tahun 2014
dimasukkan ke dalam ordo Asfivirales diidentifikasi memiliki varian minor yang
dan kelas Pokkesviricetes. Virus identik dengan isolat yang diperoleh dari
mengkodekan 150-165 protein, yang Belarusia pada tahun 2013, namun
memiliki fungsi penting dalam replikasi berbeda dengan isolat yang diperoleh
virus, serta peran lain dalam interaksi dari Rusia pada tahun 2012 dan Georgia
dengan inang, termasuk penghindaran pada tahun 2007 (Gallardo et al., 2014;
pertahanan inang seperti protein bawan Goller et al., 2015). Berdasarkan data
yang menghambat respons awal inang, sampel eksperimental dan lapangan dari
interferon tipe I dan jalur kematian sel Rusia bahwa 3,7% sampel serum babi liar
(Dixon et al., 2013). positif untuk antibodi terhadap ASFV, hal
Sturuktur virus terdiri atas ini menunjukkan bahwa beberapa babi
icosahedral kompleks yang dikelilingi sembuh dari infeksi sehingga kejadian
dengan lapisan membran yang ASF dikonfirmasi memiliki virulensi yang
berdiameter kurang lebih 200 nm yang tinggi (Mur et al., 2016).
mengandung DNA untai ganda dari 170- Penularan Virus African Swine fever
193 pasangan kilobasa (Dixon et al., 2013). Penularan ASFV terjadi melalui
Virus ASF terdiri dari lebih dari 50 kontak langsung dan tidak langsung
protein struktural dan menghasilkan dengan hewan yang terinfeksi,
lebih dari 150 protein dalam makrofag produknya, melalui lingkungan, dan
yang terinfeksi (Salas et al., 2013), banyak vektor potensial. Kontak langsung antara
di antaranya sangat imunogenik. Virus hewan yang sakit dan yang sehat
yang mengkodekan 50 protein struktural merupakan salah satu cara penularan
yang berbeda, seperti pp220, pp62, p72, virus yang paling jelas terjadi (Guinat et
p54, p30, p10, p12, p14.5, p17 dan CD2v, al., 2016). Babi domestik dapat terinfeksi
di samping sejumlah protein non- virus ASF melalui cairan tubuh yang
struktural (Jia et al., 2017). Protein ini menular melalui hidung, mulut,
sangat penting untuk replikasi virus dan subkutan, atau mata. Babi yang sudah
memainkan peran penting dalam terinfeksi tetap sebagai pembawa dan
interaksi sel inang. Protein p72 yang menyebarkan virus ke lingkungan
dikode oleh gen B646L adalah komponen (Chenais et al., 2019). Bangkai babi yang
utama kapsid virus dan protein CD2v terinfeksi berperan penting terhadap
yang dikodekan oleh gen EP402R penyebaran virus karena virus dapat
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 40
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

bertahan dalam darah dan jaringan untuk sebagai pendorong utama penularan
waktu yang lama (Petrini et al., 2019). penyakit jarak jauh dan introduksi virus
Kejadian infeksi babi domestik ke babi di peternakan babi domestik (Guinat et
liar dapat terjadi secara isidental. Babi al., 2016). Babi liar memainkan peran
domestik menjadi sumber infeksi ASF epidemiologi penting untuk penyebaran
pada babi liar dan bertanggung jawab lintas batas virus ASF karena ekologi
terhadap penyebaran ASF jarak jauh ke penyebaran alami babi liar untuk mencari
daerah yang jauh dari daerah terinfeksi wilayah baru (EFSA, 2017), dan tidak ada
(Petrov et al., 2018). Praktik swill feeding bukti secara ilmiah untuk transmisi virus
umumnya terjadi dalam sistem produksi ASF dari babi ke janin selama
babi tradisional dengan babi yang kebuntingan.
dipelihara dengan cara dilepas. Penularan seksual pada babi juga
Secara umum Babi liar yang belum dilaporkan, tetapi ASFV
berperan dalam transmisi ASFV ke babi ditemukan dalam sekresi genital sehingga
domestic (Costard et al., 2009; Guinat et Kode Kesehatan Hewan Terestrial
al., 2016). Sumber yang paling mungkin memberikan pedoman untuk memastikan
dan penyebab utama penularan ASF di bahwa sperma babi bebas dari ASF (OIE,
negara-negara bebas ASF berasal dari 2018).
impor produk babi yang terkontaminasi Beberapa studi tentang penularan
ASFV (Kolbasov et al., 2017; Chenais et al., African swine fever akan disajikan pada
2019). Aktivitas manusia dianggap tabel berikut ini.

Tabel 1 Penularan Virus African Swine Fever


No Referensi Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Halasa et al., Simulasi Monte Carlo yang Penyebaran ASF ke ternak lain dalam
2016 digunakan untuk mensimulasikan kandang melalui sisa bangkai yang mati di
penyebaran ASF pada rumah, dalam kandang, gudang, atau rumah.
gudang dan kandang.
2. Arimurti et al., Uji sampel menggunakan metode Sampah makanan yang mengandung
2021 PCR menggunakan kit ekstrasi dan produk babi dilaporkan menjadi salah satu
master mix komersial serta primer media penularan ASF.
king
3. Yoo et al., 2021 Kejadian penyakit ASF yang Kendaraan menjadi sumber infeksi pada
dilporkan dari babi hutan lapangan penularan ASF.
dan pelacakan mobil dalam kegiata
peternakan menggunakan global
positioning system (GPS)

4. Gao et al., 2021 Metode skolastik untuk mengetahui Transportasi dalam perdagangan babi setiap
terjadinya ASF setiap bulan yang provinsi menjadi faktor resiko penyebaran
masuk ke setiap provinsi di setiap dan penularan ASF.
provinsi.

5. Lee et al., 2022 Metode yang digunakan analisis Faktor risiko tertinggi penularan ASF berasal
spatiotemporal dari tempat penampungan dan penyembih
di rumah potong, penjual daging, pakan dan
penjual babi hidup

Patogenesis African Swine Fever waktu 48-72 jam setelah infeksi. Replikasi
Virus masuk ke dalam tubuh primer terjadi di monosit dan makrofag
inang melalui tonsil dan saluran kelenjar limfo nodus (getah bening) yang
pernapasan serta bereplikasi di jaringan dekat dengan titik awal virus masuk.
limfoid nasofaring sebelum terjadinya Virus menyebar ke seluruh tubuh melalui
viremia umum, yang dapat terjadi dalam darah, berhubungan dengan membran

Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 41


https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

eritrosit, atau melalui jalur limfatik. telah diberantas kecuali Sub-Sahara


Viremia biasanya dimulai 2-8 hari setelah Afrika dan di pulau Sardinia, yang masih
infeksi. Akibat kurangnya antibodi endemik sejak 1978 (Gallardo et al.,
penetralisir maka virus dapat bertahan 2015b).
untuk waktu yang lama (Das et al., 2021). Wabah ASF kembali terjadi di
Virus ASF akan menyebar ke Eropa pada tahun 2007 dengan wabah
organ yang berbeda, seperti limfo nodus pertama terjadi di wilayah Kaukasus
(kelenjar getah bening), sumsum tulang, Georgia, yang diduga berasal dari
limpa, ginjal, paru-paru dan hati katering limbah yang mengandung
menyebabkan terjadinya replikasi daging yang terinfeksi dari kapal yang
sekunder dan lesi hemoragik yang khas berlabuh di Pelabuhan Laut Hitam dari
(Salguero, 2020; Pornthummawat et al., Poti (Rowlands et al., 2008). Laporan
2021). Yamada et al., (2021) yang kasus ASF dilaporkan pada beberapa
membuktikan bahwa pada awal masa daerah wilayah Kaukasia Utara yang
infeksi, hemoragi pada limfa dan menginfeksi populasi babi hutan seperti
limfonodus lebih disebabkan oleh Ingushetia (Juni 2008), Ossetia Utara (Juni
gangguan yang terjadi pada sinus dalam 2008), Kabardino-Balkaria (Desember
jaringan yang telah mengalami dilatasi 2008), dan Dagestan (September–Oktober
akibat infiltarasi eritrosit dalam jumlah 2009 dan Maret 2010) (Gogin et al., 2010;
banyak, sedangkan pada fase berikutnya Oganesyan et al., 2013). Laporan kasus
kondisi hemoragi dapat disebabkan oleh ASF yang terjadi di Ukraina dalam
kerusakan endotel. Setelah sekitar 4-5 rentang waktu 2012-2014 sudah terjadi 39
hari, kerusakan vaskular meluas ke wabah yang terdiri dari 21 kasus terjadi
membran basal dan kematian biasanya pada babi domestik dan 17 kasus terjadi
terjadi karena edema dan perdarahan pada babi liar serta 1 kasus terjadi di
yang serius dengan masa inkubasi rumah potong babi (FAO, 2014). Virus
penyakit berkisar antara 3-19 hari (Gogin ASF dilaporkan di Latvia pada tahun
et al., 2013). 2014 yang terdiri dari 32 kasus pada babi
Riwayat African Swine Fever domestic dan 217 kasus pada babi liar
ASF dilaporkan untuk pertama (Olsevskis et al., 2016). Republik Ceko
kali di Negara Kenya Afrika pada tahun daerah Zlín dilaporkan kasus ASF yang
1921 yang di jelaskan sebagai penyakit berasal dari sisa makanan yang
yang berbeda dengan Classical Swine mengandung babi liar dari tempat
Fever (CSF) yang telah terjadi pada tahun pembuangan ilegal (OIE, 2019). Wabah
1830 silam di belahan bumi bagian Utara ASF di Polandia Barat terjadi pada tahun
(Penrith, 2013). Penyakit ini menyebar 2019 akibat aktivitas manusia (Mazur-
dengan cepat ke seluruh Sub-Sahara Panasiuk et al., 2020). Daerah
Afrika dan tetap terbatas di benua Afrika Brandenburg dan Saxony Jerman
sampai tahun 1957, namun menyebar ke (Perbatasan Polandia) dilaporkan terjadi
Eropa ketika dilaporkan di Portugal wabah ASF tahun 2020 akibat migrasi
karena pasar babi di luar negeri dan babi hutan dari Polandia (Sauter-Louis et
dengan cepat menyebar ke seluruh al., 2020). Kejadian ASF di Italia di
Semenanjung Iberia (Sánchez-Vizcaíno et laporkan menyerang babi hutan di
al., 2012). Selanjutnya, selama tahun 1970- beberapa kota antara lain Kotamadya
1980-an, wabah sporadis terjadi di Ovada, Provinsi Alessandria wilayah
berbagai belahan dunia termasuk Piedmont dan isola del Cantone, Provinsi
beberapa negara Eropa. Penyebab wabah Genoa, di Wilayah Liguria (Iscaro et al.,
ini diduga berasal dari makanan produk 2022).
babi yang terkontaminasi (Sánchez- Wabah ASF di Asia pertama kali
Vizcaíno et al., 2012). Namun, wabah ini dilaporkan di China tepatnya daerah
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 42
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

Shenyang, provinsi Liaoning yang terjadi terinfeksi secara subklinis atau kronis
pada bulan Agustus tahun 2018 dan dapat berperan dalam persistensi
bulan Januari 2019 terjadi 100 wabah di penyakit di daerah endemik (Gallardo et
23 provinsi (Youming et al., 2019). Virus al., 2015a).
kemudian menyebar ke berbagai negara Gejala klinis yang ditimbulkan
di Asia. Wabah ASF dilaporkan di Korea pada fase per akut antara lain suhu tubuh
Selatan pada tahun 2019 (Kim et al., 2020). meningkat dari 41 hingga 42°C,
Kamboja juga dilaporkan mengalamai anoreksia, tidak aktif, ternak babi akan
wabah ASF yang berasal dari daging babi mati dalam rentang waktu 1-3 hari
yang dijual di pasar lokal pada tahun sebelum gejal klinis muncul (Primatika et
2019 (Kong et al., 2020). Wabah pertama al., 2021). Gejala klinis yang muncul pada
ASF di Republik Demokratik Rakyat Laos bentuk akut antara lain demam bisa
terjadi di Distrik Thapangtong, Provinsi mencapai 40,5 hingga 42°C, nafsu makan
Savannakhet (Matsumoto et al., 2021). menurun, lesu, kuning, inkoordinasi,
Wabah ASF di Vietnam terjadi di tahun denyut nadi dan laju napas meningkat,
2019 yang di konfirmasi menggunakan area sekitar telinga dan badan babi terjadi
metode Polymerase Chain Reaction (Le et erithema (Sanchez-Vizcano et al., 2015;
al., 2019). Titov et al., 2017). Selain itu terjadi diare,
Wabah ASF di Malaysia terjadi muntah, batuk dan kesulitan nafas,
pada awal bulan Februari 2021 yang leukopenia dan trombositopenia pada
terjadi pada peternakan rakyat tepatnya 48-72 jam pasca infeksi, dan abortus pada
di Sabah (Khoo et al., 2021). Wabah ASF babi bunting (Sánchez-Vizcaíno et al.,
yang terjadi di Indonesia dilaporkan 2015; Chenais et al., 2017). Gejala klinis
pertama kali di Provinsi Sumatra Utara yang timbulkan pada bentuk subakut
pada bulan Desember 2019 dan Desember antara demam sedang hingga tinggi
2021 dilaporkan menyebar ke 10 dari 34 dengan tingkat kematian berkisar antara
Provinsi di Indeonesia seperti Provinsi 30 hingga 70% dengan babi mati pada 7-
Lampung, Riau, Jawa Tengah, Jawa Barat, 20 hari setelah infeksi (Sanchez-Vizcano et
D. I. Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara al., 2015). Fase kronis tanda klinis mulai
Timur serta Kalimantan Barat (FAO, muncul 14 - 21 hari pasca infeksi dengan
2022). sedikit demam, diikuti oleh gangguan
Gejala Klinis African swine fever respirasi ringan dan pembengkakan pada
Gejala klinis yang ditimbulkan sendi sedang hingga berat, serta area kulit
akibat infeksi ASF terdiri dari 4 bentuk mengalami kemerahan (Primatika et al.,
seperti perakut, akut, subakut dan kronis, 2021).
tergantung dari virulensi strain yang Tingkat Morbiditas dan Mortalitas
menginfeksi, bangsa babi dan status African Swine Fever
kekebalan (Sanchez-Vizcano et al., 2015). Masa inkubasi penyakit berkisar
Gejala klini bentuk perakut memiliki antara 3-19 hari (Gogin et al., 2013). Gejala
tingkat kematian mencapai 100% setelah klinis bervariasi menurut virulensi dari
7-10 hari pasca infeksi; bentuk akut strain virus ASF, rute paparan, dosis
dengan tingkat kematian mendekati 100% virus dan spesies babi yang terinfeksi,
setelah 6-13 hari pasca infeksi; subakut biasanya babi hutan lebih tahan. Virulensi
dengan tingkat kematian yang strain virus ASF dapat dibedakan
bermacam-macam tergantung umur babi; menjadi strain yang sangat virulen
sedangkan bentuk kronis memiliki dengan mortalitas 90-100%, strain yang
tingkat kematian rendah (Balyshev et al., cukup virulen dengan mortalitas 70-80%
2018). Hewan yang tetap terinfeksi secara pada anak muda dan 20-40% mortalitas
persisten selama berbulan-bulan, seperti pada dewasa, dan strain virulen rendah
babi yang selamat atau babi yang dengan mortalitas 10-30%. Jumlah
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 43
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

kematian ternak babi akibat ASF akan di dan II yang menyerang babi domestik
sajikan pada table berikut table 2 dibawah dan babi liar menujukkan adanya gejala
ini. Manifestasi klinis, morbiditas dan yang ditimbulkan sama pada hewan coba
mortalitas akibat virus ASF genotype I (Blome et al., 2013).

Tabel 2. Kasus Kematian Babi Akibat African Swine Fever


No. Tempat Kejadian Jumlah kasus Referensi
1. Kejadian ASF dibeberapa provinsi China sebagai Tao et al., 2020
berikut : 17 ekor
Shandong 5.123 ekor
Heilongjiang 3.079 ekor
Jiangsu 2.378 ekor
Liaoning 4.158 ekor
Heilongjiang 2.087 ekor
Liaoning 1.466 ekor
Jiangsu
2. Kepulauan Nias, Indonesia 120.592 ekor Lase et al., 2021
3. Sumtera Utara, Indonesia 40.000 ekor Sendow et al., 2020
4. Negara Bagian Mizoram, India 30.000 ekor FAO, 2021
5. Kota Phentshogling, Distrik Chhukha, Bhutan 2.035 ekor FAO, 2021

Masa inkubasi ASF secara umum mendekati 100%. Dalam percobaan


antara 5 - 15 hari sedangkan berdasarkan tantangan yang dilakukan dengan strain
studi eksperimental dengan virus yang sangat ganas sejak tahun 2007 hanya
genotipe I dan II berkisar antara 1 dan 33 hewan tunggal yang bertahan dan pulih.
hari, tergantung pada rute dan dosis Namun, galur virus yang menunjukkan
infeksi. Masa inkubasi cenderung lebih penurunan virulensi atau atenuasi telah
pendek setelah inokulasi intradermal dan menyebabkan tingkat fatalitas kasus
intramuskular dibandingkan dengan berkisar dari 0 hingga 50% pada hewan
infeksi oronasal atau oral. Dosis virus percobaan (Gallardo et al., 2018; Zani et
yang tinggi menghasilkan masa inkubasi al., 2018).
yang lebih pendek dibandingkan dengan Penyebaran ASF Melalui Organ
dosis yang lebih rendah (Dórea et al., Reproduksi
2017). Morbiditas babi yang secara Banyak virus telah dilaporkan
eksperimental terinfeksi galur virulen berada pada semen terutama selama fase
dari genotipe ASF Virus I atau II viremia penyakit, salah satunya adalah
mencapai 100% (Dórea et al., 2017). Strain virus demam babi Afrika (Guerin et al.,
ini diklasifikasikan cukup ganas dan 2005). Ada 3 (tiga) cara mencegah
menyebabkan penyakit sub akut di penyebaran penyakit melalui organ
sebagian besar babi percobaan. reproduksi. Pertama, hanya semen dari
Morbiditas dan kematian yang diamati di organ reproduksi babi yang sehat yang
lapangan di antara babi dan babi liar dapat digunakan, karena babi yang sakit
yang terinfeksi tidak identik dengan yang dapat mengeluarkan semen yang
terjadi pada hewan percobaan. Contoh terkontaminasi patogen yang dapat
lain, galur virus lapangan yang menyebabkan transmisi patogen yang
dilemahkan menghasilkan infeksi tanpa cepat dan wabah penyakit di banyak
gejala klinis pada babi domestik yang peternakan yang berbeda (Dominiek et
dijadikan hewan coba (Zani et al., 2018; al., 2011).
Gallardo et al., 2019). Strain yang sangat Demam babi Afrika (ASF) telah
ganas mendominasi kasus lapangan mengalami evolusi, awalnya meninfeksi
menyebabkan angka fatalitas kasus hewan eksotis dan menjadi ancaman
global produksi babi. Virus demam babi
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 44
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

Afrika bereplikasi pertama di monosit dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena


dan makrofag kelenjar getah bening di itu, perlu inovasi teknologi yang tepat
dekat tempat virus masuk, dan kemudian guna untuk meningkatkan populasi
menyebar melalui darah dan/atau sistem tersebut. Inovasi teknologi tersebut
limfatik di tubuh. Penelitian mengenai adalah inseminasi buatan (IB). Usaha
peran semen babi sebagai agen dalam untuk meningkatkan produksi ternak
penyebaran virus menjadi penting untuk babi, dalam hal ini meningkatkan jumlah
dikaji lebih lanjut. Virus ASF diketahui populasi dapat dilakukan dengan
bisa menyebar ke ternak lain melalui meningkatkan efisiensi reproduksi
semen babi saat melakukan perkawinan melalui aplikasi teknologi IB
(Roszyk et al., 2021). menggunakan semen cair babi yang
Keuntungan pemanfaatan teknik berasal dari semen babi pejantan
Inseminasi buatan salah satunya mampu superior, unggul dan terpilih (Sumardani
menurunkan tingkat risiko penularan et al., 2020).
penyakit yang lebih kecil daripada sistem Inseminasi buatan (IB) diketahui
perkawinan alami seperti halnya mampu mempercepat peningkatan
penyebaran penyakit ASF (.Soriano- populasi karena dengan teknologi ini
Úbeda et al., 2013). Pencegahan penyakit maka 1 ekor babi jantan mampu
yang dilakukan melalui inseminasi mengawinkan 150 ekor betina atau rasio
buatan antara lain sebelum pengumpulan 1:150 (Roelofse, 2013) dibandingkan
semen, semua peralatan yang digunakan dengan kawin secara alamiah 1 ekor
dan khususnya bahan yang bersentuhan penjantan hanya bisa mengawinkan 20
dengan semen harus disterilkan sesuai ekor betina atau rasio 1:20 (Kyriazakis et
dengan prosedur higienis yang dilakukan al., 2006). Seekor penjantan dalam
secara rutin dan peralatan yang tersedia perekawinan secara alamiah satu kali
di setiap balai inseminasi buatan. ejakulasi jumlah semen yang dihasilkan
Penggunaan oven, autoklaf dan sinar mencapai 300 sehingga 400 ml. Semen
ultraviolet paling cocok untuk sterilisasi. yang dihasilkan satu kali ejakulasi
Bahan-bahan yang umumnya dilakukan tersebut hanya dapat mengawini 1 ekor
sterilisasi antara lain corong pengumpul betina tetapi jika semen satu kali ejakulasi
dan gelas pengumpul dimana semen tersebut (300-400 ml) di tampung dan
akan disimpan sebelum dilakukan proses pengenceran maka diperoleh rata-
pengenceran (Pereira et al., 2013) sehingga rata 10 straw yang dapat digunakan
penularan penyakit melalui IB bisa untuk mengawini babi betina dengan
ditanggulangi. teknologi IB (Mandey et al., 2018).
Peran Inseminasi Buatan (IB) dalam Inseminasi buatan (IB) dilaporkan
Meningkatkan Populasi Ternak Babi mampu meningkatkan populasi karena
Populasi ternak babi akibat infeksi memiliki angka melahirkan anak
virus ASF menjadi turun akibat mortalitas (farrowing rate) setelah aplikasi IB yang
yang mencapai 100%. Hal ini didukung diamati dari pertama kali induk bunting
oleh penelitian sebelumnya bahwa mampu melahirkan anak dengan kisaran
tingkat kematian ternak babi mencapai litter size 10 sampai 11 anak
100% (Schulz et al., 2019; FAO, 2022). (Sobczynska et al., 2013; Soltesz et al.,
Tingkat kematian yang mencapai 100 % 2013.), dan berkisar antara 12-14 ekor
ini menjadi masalah serius karena dapat pada kelahiran ke dua yang dilaporkan
menurunkan populasi. Virus ASF oleh Gobai et al., (2013) sedangkan litter
menyerang semua jenis kelamin, babi size babi yang dikawinkan secara alamiah
jantan maupun betina sehingga rata-rata 9 ekor (Wea, 2009); rataan liter
peternakan yang fokus sebagai sumber size diperoleh dalam penelitian oleh Kaka
bibit sulit menghasilkan bibit yang et al., (2020) mencapai 9,75 ekor; dan
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 45
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

penelitian Aku et al., (2013) dengan rata- anak babi perinduk yang dilaporkan oleh
rata litter size 8,70 ekor. Anak babi lahir Mbuza et al., (2016) di Rwanda
hidup hasil inseminasi buatan (IB) menggunakan kawain alam. Litter size
dilaporkan lebih tinggi 24 % dari anak dari seekor pejantan per tahun
perkawinan secara alami (Adegbeye, melalui kawin alam hanya dapat
2020). Mortalitas atau tingkat kematian mencapai rata-rata 21 ekor, sedangkan
anak babi hasil IB sebelum disapih juga litter size anak dari seekor pejantan per
dilaporkan lebih rendah dari perkawinan tahun melalui kawin IB dapat
secara alamiah yakni sebesar 4,34% untuk mencapai 225 ekor dalam upaya
ternak hasi IB dan 7,5% untuk ternak babi peningkatan populasi ternak babi di
yang dikawinkan secara alami (Ronald et Sulawesi Utara (Mandey et al., 2018).
al., 2013). Mortalitas anak babi saat Kumar et al., (2014) di India berpendapat
menyusui atau pra sapih melalui bahwa ukuran litter size lebih tinggi saat
perkawinan IB dilaporkan lebih rendah menggunakan IB daripada menggunakan
(11,78%) dibandingkan mortalitas anak kawin alamiah. Menurut Wahyuningsih
babi menyusui atau pra sapih yang et al., (2012) kecenderungan litter size akan
dilakukan perkawinan secara alami meningkat jika induk memiliki paritas
(12,48%) (Herawati, 2017). (jumlah Kebuntingan) yang lebih tinggi.
Inseminasi buatan juga diketahui Peningkatan akan mencapai puncaknya
meningkatkan litter size dibandingkan pada paritas ketiga sampai ketujuh
dengan perkawinan secara alamiah. Litter (Lawlor et al,, 2007).
size menggunakan teknologi IB lebih KESIMPULAN
tinggi dibandingkan kawin secara Kesimpulan dari penulisan artikel
alamiah. Hal ini sesuai dengan laporan review ini bahwa inseminasi buatan
oleh Niyiragira et al., (2018) di Rwanda merupakan teknologi reproduksi yang
menggunakan semen segar impor bahwa dapat dimanfaatkan sebagai upaya
ukuran liter size dengan hasil IB mencapai mempercepat peningkatan populasi
dengan 8,06 anak babi per induk ternak babi pasca wabah ASF.
sedangkan litter size hanya mencapai 7,2

DAFTAR PUSTAKA Arimurti, P. I., Basri, C., & Lukman, D. W.


Adegbeye, M. J. (2020). Effect of Artificial (2021). Deteksi Virus African
Insemination and Natural Mating Swine Fever dari Sampah
on Reproductive Parameters in Makanan Kapal Laut Internasional
Pigs of Warm-Humid Climate di Pelabuhan Tanjung Priok. Acta
Region. Indian Journal of Animal Veterinaria Indonesiana, 9 (2), 111-
Sciences, 90(3), 372–374. 119.

Aku, A. S, Saili, T., & Amiruddin. (2013). Beltran-Alcrudo, D. B., Falco, J. R.,
Sebaran, Struktur Populasi dan Raizman, E., & Dietze, K. (2019).
Kinerja Reproduksi Babi Lokal di Transboundary Spread pf Pig
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Diseases: The Role of International
Konawe Selatan. Jurnal Agriplus, Trade and Travel. BMC Veterinary
23 (3), 118-192. Research, 15 (1), 1-14.
Alonso, C., Borca, M., Dixon, L., Revilla,
Y., Rodriguez, F., & Escribano, J. Balyshev, V. M., Vlasov, M. E., Imatdinov,
M. (2018). ICTV Virus Taxonomy A. R., Titov, I., Morgunov, S., &
Profile: Asfarviridae. Journal of Malogolovkin, A. S. (2018).
Geneneral Virology, 99 (5), 613–614. Biological Properties and
Molecular-Genetic Gharacteristics
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 46
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

of African Swine Fever Virus Genomics. Virus Research, 173 (1),


Isolated in Various Regions of 3–14.
Russia in 2016–2017. Russian
Agricultural Science, 44 (5), 469- Dixon, L. K, Sun H, & Roberts H. (2019).
473. African Swine Fever. Antiviral
Research Journal, 165, 34–41.
Blome, S., Gabriel, C., & Beer, M. (2013). Dixon, L. K., Stahl, K., Jori, F., Vi-al, L., &
Pathogenesis of African Swine Pfeiffer, D.U. (2020). African
Fever in Domestic Pigs and Swine Fever Epidemiology and
European Wild Boar. Virus Control. Annual Review of Animal
Research, 173 (1), 122-130 Biosciences, 8 (1), 221-246.

CFSPH. (2019). African Swine Fever. Dórea, F.C., Swanenburg, M., van
Iowa State University Collage of Roermund, H., Horigan, V., de
Veterinary Vos, C., Gale, P., Lilja, T., Comin,
Medicine.https://doi.org/10.1016 A., Bahuon, C. & Zientara, S.
/j.antiviral. (2017). Data Collection for Risk
Assessments on Animal Health
Chenais, E., Depner, K., Guberti, V., (Acronym: DACRAH). EFSA
Dietze, K., Viltrop, A., & Ståhl, K. Supporting Publications, 14, 1171E.
(2019). Epidemiological
Considerations on African Swine EFSA Cortiñas Abrahantes, J., Gogin, A.,
Fever in Europe 2014–2018. Porcine Richardson J., & Gervelmeyer, A.
Health Management, 5 (1), 62-10. (2017). Scientific Report on
Epidemiological Analyses on
Costard, S., Mur, L., Lubroth, J., Sanchez- African Swine Fever in the Baltic
Vizcaino, J. M., & Pfeiffer, D. U. Countries And Poland. EFSA
(2012). Epidemiology Of African Journal, 15 (4732), 1-73.
Swine Fever Virus. Virus Research,
173 (1), 191-197. FAO. (2014). Expert mission on African
swine fever in Ukraine Report.
Das, S., Deka, P., Deka, P., Kalita, K., https://rr-europe.woah.org/wp-
Ansari, T., Hazarika, R., & content/uploads/2020/04/2015-
Barman, N. N. (2021). African 09_sge-asf_ukraine_en]
Swine Fever : Etiology,
Epidemiology, Control Strategies FAO. (2021). African Swine Fever (ASF)
And Progress Toward Vaccine in South East Asia.
Development: A Comprehensive [https://assets.publishing.service.
Review. Journal of Entomology and gov.uk/government/uploads/sys
Zoology Studies, 9 (1), 919-929. tem/uploads/attachment_data/fil
e/1043563/asf-south-east-asia-
Dominiek, M., Alfonso, L. R., Tom, R., update2].
Philip, V., & Ann, V. S. (2011).
Artificial Insemination in Pigs. FAO. (2021). African swine fever (ASF)
Artificial Insemination in Farm situation update in Asia & Pacific.
Animals. CHAPTER. 81-94. [https://www.fao.org/animal-
health/situation-updates/asf-in-
Dixon, L. K., Chapman, D. A., Netherton,
asia-pacific/en]
C. L., & Upton, C. (2013). African
Swine Fever Virus Replication and Gallardoa, C., Nieto, R., Soler, A., Pelayo,
V., FernándezPinero, J., &
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 47
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

Markowska-Daniel, I. (2015). Epidemiological Consequences


Assessment of African Swine Regarding Disease Transmission
Fever Diagnostic Techniques as a By Artificial Insemination.
Response to the Epidemic Theriogenology, 63 (2), 556-572.
Outbreaks in Eastern European Gobai, F., Hartoko., & Rachmawati.
Union Countries: How To (2013). Hubungan Antara Periode
Improve Surveillance and Control Beranak Dengan Litter Size Dan
Programs. Journal of Clinical Bobot Lahir Anak Babi, di
Microbiology, 53 (8), 2555-2565 Perusahaan Peternakan Babi
Kedung Benda, Kemangkon
Gallardob, M. C., Reoyo, A. T., Fernández- Purbalingga. Jurnal Ilmiah
Pinero, J., Iglesias, I., Muñoz, M. J., Peternakan, 1(3), 1114 - 1119.
and Arias, M. L. (2015). African
swine Fever: A Global View of the Gogin, A., Gerasimov, V., Malogolovkin,
Current Challenge. Porcine Health A., & Kolbasov, D. (2013). African
Management, 1(21). 1-14. swine fever in the North Caucasus
region and the Russian Federation
Gallardo, C., Sánchez, E. G., Pérez-Núñez, in years 2007–2012. Virus Research,
D., Nogal, M., de León, P., & 173 (1), 198–203.
Carrascosa, Á. L. (2018). African
Swine Fever Virus (ASFV) Gogin, A., Gerasimov, V., Malogolovkin,
Protection Mediated By NH/P68 A., & Kolbasov, D. (2013). African
And NH/P68 Recombinant Live- Swine Fever in The North
Attenuated Viruses. Vaccine, 36 Caucasus Region And The
(19), 2694-2704. Russian Federation in Years 2007–
2012. Virus Research, 173 (1), 198-
Gallardo, C., Soler, A., Rodze, I., Nieto, R., 203.
Cano‐Gómez, C.,
Fernandez‐Pinero, J. & Arias, M. Goller, K.V., Malogolovkin, A.S.,
(2019). Attenuated and Katorkin, S., Kolbasov, D., Titov,
non‐haemadsorbing (non‐HAD) I., Hoper, D., Beer, M., Keil, G.M.,
genotype II African swine fever Portugal, R., & Blome, S. (2015).
virus (ASFV) isolated in Europe, Tandem Repeat Insertion In
Latvia 2017. Transboundary and African Swine Fever Virus, Russia.
Emerging Disease, 66 (3), 1399-1404. Emerging and Infectious Diseases, 21
(4), 731–732.
Galindo, I., & Alonso, C. (2017). Af-rican
Swine Fever Virus: A Review. Guinat C, Gogin A, Blome S, Keil G,
Viruses, 9(5), 1031-10310. Pollin R, Pfeiffer DU, & Dixon L.
(2016). Transmission Routes of
Gao, X.,Liu, T.,Liu, Y.,Xiao, J., & Wang, African Swine Fever Virus to
H. (2021). Transmission of African Domestic Pigs: Current
Swine Fever in China Through Knowledge And Future Research
Legal Trade of Live Pigs. Directions. Veterinary Record, 178
Transboundry and Emerging Disease, (11), 262–267.
68 (2), 355-360
Halasa, T., Boklund, A., Botner, A., Toft,
Guérin, B., & Pozzi, N. (2005). Viruses in N., and Thulke, H. (2016).
Boar Semen: Detection and Simulation of Spread Of African
Clinical As Well As Swine Fever, Including the Effects
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 48
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

of Residual From Dead Animals. Kolbasov, D., Titov, I., Tsybanov, S.,
Frontier inVeterinary Science, 3 (6), Gogin, A., & Malogolovkin, A.
1-11. (2017). African Swine Fever Virus,
Siberia, Russia, 2017. Emerging
Herawati, M. (2017). Pengaruh Sistem Infectious Diseases, 24(4), 796-798.
Pengawinan (Inseminasi Buatan Kong, V., Sum, P., Mol, P., Chan, K.,
Dan Alami) dan Paritas Induk Ratha, S., Laut, S., & Venin, V.
Babi Terhadap Litter Size di Usaha (2020). Risk Assessment of African
Peternakan Babi Pt. Adhi Farm, Swine Fever Virus in Pork in
Solo. Jurnal Wahana Peternakan, 29 Phnom Penh, Cambodia.
(1), 29-35. International Journal of
Environmental and Rural
Iscaro, C., Dondo, A., Ruocco, L., Development, 11 (1), 146-152.
Masoero, L., Giammarioli, M.,
Zoppi, S., Guberti, V., & Feliziani, Kumar, P. M., Kent, Y., Rungsung, S.,
F. (2022). January 2022: Index case Ngullie, L., Nakhro, R., & Deka, B.
of new African Swine Fever C. (2014). Performance Appraisal
incursion in mainland Italy. Of Artificial Insemination
Transboundary and Emerging Technique In Pig Under
Diseases, 69 (4), 1707–1711. Organized Farm And Field
Condition In Nagaland. Indian
Jia, N., Ou, Y., Pejsak, Z., Zhang, Research Journal of Extension
Y., and Zhang, J. (2017). Roles of Education, 14(4), 55-60.
African Swine Fever Virus
Structural Proteins in Viral Kyriazakis, I., and Whittemore, C. T.
Infection. Journal Veterinary (2006). Whittemore’s Science and
Research, 61(2): 135–143. Practice Of Pig Production.
Blackwell Publishing, Oxford, UK.
Kaka, A., Dapawole, R. R., & Pari, A.U.H.
(2020). Struktur Populasi dan Lase, J. A., Ardiarini, N., Dian Lestari, D.,
Performans Reproduski Ternak Mendrofa, V. A., and Tombuku,
Babi di Kabupaten Sumba Timur. A. T. (2021). African swine fever
Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 15 (ASF): Threat of Excintion to Nias
(2), 195-199. Local Pig Farm. Paper Present at
The Second International
Khoo, C.K., Norlina, D., Roshaslinda, D., Conference of Advance Veterinary
Siti Suraya Hani, M.S., Zunaida, Science and Technologies for
B., Mohd Hasrul, A.H., Pauzi, Sustainable Development (pp: 332-
N.A.S., Roslina, H., Faizah Hanim, 336). Yogyakarta, Indonesia.
M.S., & Leow, B.L. (2021). African
swine fever in backyard pigs of Le, V. P., Jeong, D. G., Yoon, S. W.,
Sabah state, East Malaysia, 2021. Kwon, H. M., Trinh, T. B. N.,
Tropical Biomedicine, 38(4), 499-504. Nguyen, T. L., Bui, T. T. N., Oh, J.,
Kim, J. B., Cheong, K. M., Tuyen,
Kim, H., Cho, K., Lee, S., Kim, D., Nah, J., N. V., Bae, E., Vu, T. T. H., Yeom,
& Kim, H. (2020). Outbreak Of M., Na, W., and Song, D.(2019).
African Swine Fever In South Outbreak of African Swine Fever,
Korea, 2019. Transboundary and Vietnam, 2019. Emerging Infectious
Emerging Diseases, 67(2), 473-475. Diseases, 25 ( 7), 1433-1435.

Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 49


https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

Lee, V. P., Jeong, D. G., Yoon, S., Kwon,


H., Trinh, T. B., & Nguyen, T. L. Mazur-Panasiuk, N.; Walczak, M.;
(2019). Outbreak Of African Swine Juszkiewicz, M.; Wozniakowski,
Fever, Vietnam. Emerging G. (2020). The Spillover of African
Infectious Diseases, 25 (7), 1433- Swine Fever in Western Poland
1435. Revealed Its Estimated Origin on
the Basis of O174L, K145R, MGF
Lee, H. S., Dao, T. D., Huyen, L. T. T., Bui, 505-5R and IGR I73R/I329L
V. N., Bui, A. N., Ngo, D. T., and Genomic Sequences. Viruses, 12
Pham, U. B. (2022). Spatiotemporal (10), 1094.
Analysis and Assessment of Risk
Factors in Transmission of African Mebus, C. A. (2020). African Swine Fever.
Swine Fever Along the Major Pig Advances in Virus Research, 35(C),
Value Chain in Lao Cai Province, 251–269.
Vietnam. Frontier in Veterinary Mbuza, F., Majyambere, D., Ayabagabao,
Science, 9 (853825) : 1-9. J. D., and Dutuze, M. F. (2016).
Inventory Of Pig Production
Lawlor, P. G., and Lynch, P. B. (2007). A Systems in Rwanda. International
Review Of Factors Influenci Litter Journal of Livestock Production, 7(7),
Size In Irish Sows. Irish Veterinary 41-47.
Journal, 60 (6) , 359-366.
Mur, L., Igolkin, A., Varentsova, A.,
Malogolovkin A., Burmakina, G., Titov, I., Pershin, A., Remyga, S.,
Sereda, A., Gogin, A., & Shevchenko, I., Zhukov, I., &
Baryshnikova, E. (2015). Sánchez-Vizcaíno, J.M. (2016).
Comparative Analysis Of African Detection Of African Swine Fever
Swine Fever Virus Genotypes And Antibodies in Experimental And
Serogroups. Emerging Infectious Field Samples From The Russian
Diseases, 21 (2), 312-5. Federation: Implications for
Control. Transboundary and
Mandey, F. J., Paputungan, U., & Emerging Diseases, 63 (5), e436–
Pudjihastuti, E. (2018). Upaya e440.
Pengembangan Populasi Ternak
Babi Melalui Teknik Inseminasi Niyiragira, V., Rugira, K. D., & Hirwa, C.
Buatan Diprovinsi Sulawesi Utara. D. (2018). Success Drivers Of Pig
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal), 38 Artificial Insemination Based On
(1), 169-182. Imported Fresh Semen.
International Journal of Livestock
Matsumoto, N., Siengsanan-Lamont, J., Production, 9(6), 102-107.
Halasa, T., Young, Y. J. R., Ward,
M. P., Douangngeun, B.,
Theppangna, W., Khounsy, S., OIE. (2019). Self-Declaration of the
Toribio, J. L. M. L., Bush, R. D., Recovery of Freedom from African
and 1StuartD.Blacksell, S. D. Swine Fever in All Suids by the
(2021). The impact of African Czech Republic; Self-declaration
swine fever virus on small holder submitted to the OIE on 1 April
village pig production : An out 2019 by Dr. Zbynek Semerád,
break investigationin Lao PDR. Director General State Veterinary
Transboundary and Emerging Administration, Ministry of
Diseases, 68 (5), 2897–2908. Agriculture, Czech Republic, OIE
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 50
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

Delegate for Czech Republic. Pikalo, J., Zani, L., Hühr, J., Beer, M., &
Retrieved August 20, 2022, from : Blome, S. (2019). Pathogenesis Of
https://www.woah.org/fileadmi African Swine Fever in Domestic
n/Home/eng/Animal_Health_in Pigs And European Wild Boar
_the_World/docs/pdf/Self- Lessons Learned From Recent
declarations/2019_05_CzechRep_ Animal Trials. Virus Research, 271 :
ASF_ANG 197614.

Oganesyan A.S., Petrova, O.N., Pornthummawat, A., Truong, Q. L., Hoa,


Korennoy, F.I., Bardina, N.S., N. T., Lan, N. T., U Izzati, U. Z.,
Gogin, A.E., and Dudnikova, S.A. Suwanruengsri, M., Nueangphuet,
(2013). African swine fever in the P., Hirai, T., and Yamaguchi, R.
Russian Federation: Spatio- (2021). Pathological Lesions and
temporal analysis and Presence of Viral Antigens in Four
epidemiological overview. Virus Surviving Pigs in African Swine
Research, 173 (1), 204–211 Fever Outbreak Farms in Vietnam.
Journal Veterinary Medicine Science,
Primatika, R. A., Sudarnika, E., Sumiart, 83 (11), 1653–1660.
B., dan Basri, C. (2021). Tantangan
dan Kendala Pengendalian Ronald, B. S. M., Jawahar, T. P.,
African Swine Fever (ASF). Jurnal Gnanaraj, P. T., & Sivakumar, T.
Sain Veteriner, 39 (1), 62-72 (2013). Artificial Insemination In
Swine In An Organized Farm – A
Penrith, M. L. 2013. History of “Swine Pilot Study. Veterinary World, 6 (9),
Fever” in Southern Africa. Journal 651-654
of the South African Veterinary
Association, 84(1), 1-6. Roszyk, H., Franzke, K., Breithaupt, A.,
Deutschmann, P., Pikalo, J.,
Pereira, . . M., unior, A. S., da Costa,
Carrau, T., Blome, S., & Sehl-
E. P., & Pereira, C. E. R. (2013). The
Ewert, J. (2021). The Male
Potential for Infectious Disease
Reproductive Organs In African
Contamination During The
Swine Fever–Implications for
Artificial Insemination Procedure
Transmission. Viruses, 14 (1), 311-
in Swine. www.intechopen.com.
319.
Petrov, A., Forth, J. H., Zani, L., Beer, M.,
Rowlands, R. J., Michaud, V., Heath, L.,
& Blome, S. (2018). No Evidence
Hutchings, G., Oura, C., Vosloo,
for Long-Term Carrier Status Of
W. (2008). African Swine Fever
Pigs After African Swine Fever
Virus Isolate, Georgia. Emerging
Virus Infection. Transboundary and
Infectious Diseases, 14(12), 1870-
Emerging Diseases, 65 (5), 1318‐1328
1874.
.
Petrini, S., Feliziani, F., Casciari, C.,
Roelofse, J. J. (2013). Economic Feasibility
Giammarioli, M., Torresi, C., &
Study Of The Establishment Of
iDe Mia, G. M. (2019). Survival Of
Smallholder Pig Farmers for The
African Swine Fever Virus (ASFV)
Commercial Market : Empolweni
in Various Traditional Italian Dry-
Case Study. Thesis Presented in
Cured Meat Products. Preventive
Partial Fulfilment Of The
Veterinary Medicine, 1 (162), 126-
Requirements for The Degree
130.
Master Of Science in Engineering
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 51
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

(Engineering Management) At The Soltesz, A. & Balogh, P. (2013).


University Of Stellenbosch, South Investigation Of Lifetime
Africa. Performance In Dutch Large
Salas, M. L., and Andres, G. 2013. African White × Dutch Landrace
Swine Fever Virus Crossbred Sows. Scientific Papers:
Morphogenesis. Virus Research, Animal Science and Biotechnoly, 46
173 (1), 29-41. (1), 79-82.

Salguero, F. J. (2020). Comparative Sumardani, N. L. G., K. Budaarsa, T. I.


Pathology and Pathogenesis of Putri, dan A. W. Puger. (2020).
African Swine Fever Infection in Kaji Banding Peningkatan
Swine. Frontier in Veterineary Produksi Ternak Babi Di Provinsi
Science, 282 (7), 1-7. Bali Menggunakan Teknologi
Inseminasi Buatan Dan Kawin
Sánchez-Vizcaíno, J. M., Mur, L., & Alam. Majalah Ilmiah Peternakan, 23
Martínez-López, B. (2012). African (1), 35-38.
Swine Fever: An Epidemiological
Update. Transboundary and Titov, I., Burmakina, G., Morgunov, Y.,
Emerging Diseases, 59 (1), 27-35. Morgunov, S., Koltsov, A.,
Malogolovkin, A., and Kolbasov,
Schulz, K., Conraths, F. J., Blome, S., D. (2017). Virulent Strain of
Staubach, C., and Sauter-Louis, C. African Swine Fever Virus
African Swine Fever: Fast and Eclipses its Attenuated Derivative
Furious or Slow and Steady?. After Challenge. Archives of
Viruses, 11 (9) : 1-16. Virology, 162 (10), 3081-3088.

Sendow, I., Ratnawati, A., Dharmayanti, Tao, D., Sun, D., Liu, Y., Wei, S., Yang, Z.,
N. L. P. I., dan Saepulloh, M. An, T., … Liu, . (2020). One Year of
(2020). African Swine Fever : African Swine Fever Outbreak in
Penyakit Emerging yang China. Acta Tropica, (211) : 105602.
Mengancam Peternakan Babi di
Dunia. WARTAZOA, 30 (1), 15-24. Olsevskis, E.; Guberti, V.; Serzants, M.;
Westergaard, J.; Gallardo, C.;
Soriano-Úbeda, C., Matás, C, & García- Rodze, I.; Depner, K. (2016).
Vázquez, F. A. (2013). An African swine fever virus
Overview Of Swine Artificial introduction into the EU in 2014:
Insemination: Retrospective, Experience of Latvia. Research
Current And Prospective Aspects. Veterianry Science, 105, 28–30.
Journal of Experimental and Applied Wahyuningsih, N., Subagyo, Y. B. P.,
Animal Science, 1 (1), 67-97. Sunarto., Prastowo, S., & Widyas,
Sobczynska, M., Blicharski, T., & Tyra, M. N. (2012). Performan Anak Babi
(2013). Relationships Between Silangan Berdasarkan Paritas
Longevity, Lifetime Productivity, Induknya. Jurnal Sains Peternakan,
Carcass Traits And 10 (2), 56-63.
Conformation in Polish Maternal
Pig Breeds. Journal of Animal Yamada, M., Masujin, K., Kameyama, K.
Breeding and Genetics, 130 (5), I., Yamazoe, R., Kubo, T., Iwata,
361–371. K., Tamura, A., Hibi, H., Shiratori,
T., Koizumi, S., Ohashi, K.,
Ikezawa, M., Kokuho, T., and
Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 52
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive
Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 5 No 1 November 2022 P-ISSN: 2655-4356

Yamakawa, M. (2021). Structure Of African Swine Fever


Experimental infection of pigs Virus And Associated Moleculer
with different doses of the African Mechanisms Underlying Infection
swine fever virus Armenia 07 And Immunosuppression : A
strain by intramuscular injection Review. Frontiers Immunology, 12,
and direct contact. Journal 715582.
Veterinary Medicine Science,
82(12), 1835-1845. Wea, R. (2009). Performans Produksi Dan
Reproduksi Ternak Babi Lokal Di
Youming, W., Lu, G., Yin, L., Quangang, Kodya Kupang. Partner, 16 ( 1), 21-
X., Honglin, Y., Chaojian, S., and 28.
Baoxu, H. (2019). African swine
fever in China: Emergence and Zani, L., Forth, J. H., Forth, L., Nurmoja,
control. Short Communication I., Leidenberger, S., Henke, J.,
Carlson, J., Breidenstein, C.,
Wang Youming, Gao Lu, Li Yin, Xu Viltrop, A., Hoper, D., Sauter-
Quangang, Yang Honglin, Shen Louis, C., Beer, M., & Blome, S.
Chaojian, Huang Baoxu. (2019). (2018). Deletion At The 5'-End Of
African swine fever in China: Estonian ASFV Strains Associated
Emergence and control. Journal of With An Attenuated Phenotype.
Biosafety and Biosecurit, 1 : 7–8. Scientific reports, 8 (1), 65101-
651011
Wang, Y., Kang W., Yang, W., Zhang J.,
Li, D., & Zheng, H. (2021).

Publisher: Animal Husbandry Department. Gorontalo State University 53


https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/issue/archive

Anda mungkin juga menyukai