Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT HEWAN

SITUASI AVIAN INFLUENZA GLOBAL DAN KASUS


PADA MANUSIA TAHUN 2023

Disusun Oleh:
Yaksube Aziz, S.K.H. B9404221070
Kelompok D1
PPDH Periode I Tahun 2022/2023

Dosen Pembimbing:
Dr. med. vet. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS
IPB UNIVERSITY
2023
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Avian Influenza (AI) adalah penyakit virus yang menular yang dapat berasal dari
unggas air maupun unggas di peternakan. Virus AI dianggap sebagai masalah
kesehatan hewan dan masyarakat yang berbahaya di industri perunggasan selama tiga
tahun terakhir (Ramos et al. 2017). Subtipe H5N1 dari virus Highly Pathogenic Avian
Influenza (HPAI) menjadi ancaman kesehatan hewan dan manusia sejak
penyebarannya dari Cina ke beberapa benua pada tahun 2003. HPAI H5N1 saat ini
dianggap endemik di Cina, Bangladesh, India Timur, India, Vietnam, dan Mesir.
Wabah intermiten telah terjadi secara berkala di negara-negara lain seperti di Asia,
termasuk Republik Demokratik Rakyat Laos, Kamboja, Myanmar, dan Nepal (Rehman
et al. 2022). Virus Avian Influenza (AI) diisolasi dari berbagai organisme unggas yang
terdiri dari berbagai ordo. Namun, isolasi virus AI terutama tercatat dari ordo
Anseriformes berupa unggas air khususnya dari itik (subfamili Anatinae) yang
terdeteksi membawa beberapa virus dengan jenis subtipe H3, H4, dan H6, tetapi lebih
jarang H5, H7, dan H9 (Whiendrata 2015).
Surveilans yang tidak tepat, pelaporan yang kurang, kurangnya pengetahuan,
pasar informal perdagangan unggas dan produk unggas, dan kurangnya regulasi yang
efektif tentang flu burung yang lazim pada unggas dan manusia adalah penyebab utama
penyebaran flu burung di Indonesia (Garcia-Moreno 2018).

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui penyakit Avian Influenza (AI) dan
tingkat penyebaran penyakit secara global. Pembuatan makalah ini juga bertujuan cara
pengendalian dan pencegahan Avian Influenza.
2

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Virus Avian Influenza


Menurut Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2014 Pasal 6 Tentang Pelibatan Satuan Kesehatan Kementerian Pertahanan Dan
Tentara Nasional Indonesia Dalam Zoonosis berisi bahwa Avian Influenza (AI) atau
virus flu burung merupakan suatu penyakit yang dapat ditularkan dari unggas ke
manusia karena merupakan penyakit zoonosis. Umumnya virus ini menyebabkan
gangguan pada saluran pernafasan yang cenderung ringan hingga menyebabkan
kematian dan berkaitan dengan infeksi yang tergolong akut yang menyerang organ
pencernaan dan terindikasi viserotropik, virus ini juga menyebar ke aliran darah dalam
tubuh unggas. Hampir semua spesies burung dipastikan rawan terserang virus ini,
utamanya kawanan unggas domestik (ternak) dipastikan rentan terhadap infeksi dan
dengan cepat dapat mencapai tingkatan wabah. Flu burung tercatat menjangkit pada
unggas, berupa burung liar endemik (lokal), burung liar migrasi, burung peliharaan,
burung puyuh, burung dara (merpati), angsa, bebek (entok), itik, serta ayam (Permana
2023).
Tingkat risiko kematian yang tinggi seperti peternakan bebek, burung puyuh dan
ayam serta pasar burung hias atau (domestik) tersebar di Indonesia (Gambar 1). Hal
tersebut secara langsung mengganggu perekonomian dengan beberapa efek yang
ditimbulkan seperti, matinya ternak unggas dalam jumlah besar yang menyebabkan
kerugian bagi peternak, menurunnya permintaan pasar pada komoditas unggas yang
berimbas pada menurunnya harga jual produk olahan unggas, menyempitnya peluang
ekspor dikarenakan kekhawatiran akan penyebaran virus dan diperketanya regulasi
ekspor produk unggas, membengkaknya biaya produksi yang secara keseluruhan juga
berdampak pada hilangnya pekerjaan dikarenakan pemangkasan tenaga kerja serta
ditutupnya beberapa usaha unggas domestik yang tidak mampu bertahan akibat dari
tersebarnya virus ini (Yuyun et al. 2020).

Gambar 1 Penyebaran penyakit avian influenza di Indonesia 2023


3

2.2 Situasi Avian Influenza Secara Global


Kasus AI tipe A subtipe H5N1, H5N6, H7N9, tercatat jumlah kasus yang tersebar
secara global. Kasus yang disebabkan virus tipe A subtipe H5N1 tercatat tidak adanya
penambahan laporan kasus tipe A subtipe H5N1 pada tahun 2023. Kasus yang tercatat
pada tahun 2022 telah dilaporkan 4 kasus yang tersebar di Spanyol (2 kasus), Amerika
Serikat (1 kasus), dan Cina (1 kasus). Sejak tahun 2003 hingga tahun 2023 telah
dilaporkan sebanyak 868 kasus dengan 457 kasus kematian di seluruh dunia (case
fatality rate 84%) seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kasus penyebaran tipe A
subtipe H5N6 terjadinya penurunan penyakit pada tahun 2023. Sejak tahun 2014
hingga 2023 dilaporkan sebanyak 83 kasus yang tersebar di Cina (82 kasus) dan Laos
(1 kasus) dengan 33 kasus kematian yang terlihat pada Gambar 3. Kasus penyebaran
tipe A subtipe H7N9 tercatat tidak ada penambahan laporan kasus tipe A subtipe H7N9
pada laporan terbaru. Sejak 2013 hingga tahun 2023 dilaporkan sebanyak 1.568 kasus
yang tersebar di Cina (1.560 kasus), Taiwan (5 kasus), Kanada (2 kasus). Malaysia (1
kasus) dengan 616 kasus kematian seperti yang terlihat pada Gambar 4 (WHO 2023).

Gambar 2 Persebaran penyakit avian influenza tipe A(H5N1)

Gambar 3 Persebaran penyakit avian influenza tipe A subtipe H5N6


4

Gambar 4 Persebaran penyakit avian influenza tipe A subtipe H7N9

Penyebaran virus HPAI tipe A subtipe H5N1 muncul di Amerika Utara pada
tahun 2021, serta virus tersebut menyebar di Asia Tengah dan Amerika Selatan. Sejak
tahun 2022, tercatat terjadinya outbreak pada unggas dengan jumlah total > 11.300
ekor yang terdiri dari unggas liar, pedesaan, peternakan. Di Amerika Serikat, unggas
liar, komersial, dan di peternakan. Sejak bulan Januari 2022 sampai Maret 2023,
APHIS (Animal and Plant Health Inspection Service) melaporkan bahwa HPAI
A(H5)/A(H5N1) terdeteksi pada 6.444 ekor unggas liar di 49 negara dan tercatat 799
pada unggas komersial dan unggas di 47 negara (APHIS 2023). Situasi virus A(H5N1)
di Indonesia dilaporkan pada tahun 2005 sampai tahun 2017 sebanyak 200 kasus
dengan jumlah 168 kematian (WOAH 2023).

2.3 Kasus Avian Influenza Pada Manusia Tahun 2023


Kasus penyebaran virus pada bulan 24 Februari sampai 2 Maret 2023, terdapat 2
kasus berupa infeksi avian influenza tipe A subtipe H5N1 pada manusia di Kamboja
yang dilaporkan pada WHO di Western Pacific Region. Kasus pertama terjadi sejak 14
Februari dan meninggal pada tanggal 22 Februari dengan riwayat penyakit pneumonia.
Kasus kedua terjadi sejak 14 Februari dan meninggal pada 28 Februari 2023. Kasus
juga terjadi di Cina dengan jumlah jumlah 1 kasus. Kasus tersebut dilaporkan sejak
tanggal 22 September 2022 dan meninggal pada 18 Oktober 2022 (WHO 2023).
Pada bulan 24 Februari sampai 2 Maret 2023, terdapat 2 kasus infeksi A(H9N2)
pada manusia yang dilaporkan di WHO. Kasus pertama terjadi di provinsi Sichuan
dengan lama penyakit 23 Oktober 2022 disertai penyakit ringan dan setelah beberapa
hari sudah pulih. Kasus kedua terjadi di provinsi Hunan dengan lama penyakit 15
November 2022 disertai penyakit ringan dan setelah beberapa hari sudah pulih (WHO
2023).
5

III PEMBAHASAN

Virus avian influenza menginfeksi manusia merupakan kasus yang jarang terjadi,
namun dapat menjadi kasus yang dapat menyebabkan kematian. Kasus yang sudah
dilaporkan menurut World Health Organisation (WHO) 2023 di mana jumlah manusia
yang terinfeksi berasal dari virus avian influenza A(H5) dari clade 2.3.4.4 dengan
jumlah yang tinggi pada manusia yang terinfeksi virus tersebut. Infeksi tersebut dapat
berasal dari kontak langsung pada unggas yang terinfeksi, virus akan berpindah ke
tangan. Tangan menyentuh bagian wajah yang terdapat virus tersebut akan
menyebabkan masuknya virus melalui bagian mata, hidung, dan mulut, selanjutnya
virus akan masuk ke dalam saluran pernapasan sampai paru-paru. Gejala yang terjadi
pada manusia berupa sakit kepala, batuk, sesak napas, demam, terdapat eksudat dan
penyumbatan pada hidung, dan nyeri pada otot. Gejala yang jarang terjadi berupa diare,
mual, muntah, dan kejang-kejang (De graaf dan Fouchier 2014).
Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan yang
terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan tindakan seperti menggunakan
menggunakan pelindung (masker, gloves, dan goggles) bagi setiap orang yang
berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas (Bhakty et al.
2018). Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus ditatalaksana
dengan baik (ditanam/dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang di
sekitarnya. Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan harus dicuci dengan
desinfektan. Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan. Daging
ayam yang dikonsumsi harus terlebih dahulu dimasak pada suhu 80 °C selama 1 menit,
sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64 °C selama 5 menit. Tindakan
lainnya adalah melaksanakan kebersihan lingkungan dan melakukan kebersihan diri
berupa penyemprotan sanitasi, mencuci tangan, penggantian baju (Whiendrata 2015).
Pengobatan pada unggas yang terinfeksi adalah dengan pemberian terapi suportif dan
pemberian obat antiviral. Program vaksinasi AI bertujuan untuk memberikan
kekebalan pada unggas, melindungi unggas dari gejala klinis, mencegah dan menekan
kematian, serta menekan pengeluaran virus (shedding) ke lingkungan. Vaksinasi ulang
disarankan (Nachbagauer dan Palese 2020) dan vaksin kombinasi AI-newcastle disease
terbukti mampu memicu pembentukan respons imun protektif pada ayam petelur.
Vaksinasi pada manusia dapat diberikan dengan menggunakan vaksin Audenz, yaitu
vaksin adjuvanted influenza A(H5N1) monovalent yang digunakan untuk
mengaktifkan sistem imun untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus avian
influenza subtipe H5N1 (Kencana et al. 2016).
Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan kebijakan melalui Surat
Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Nomor: 05018/Kpts/PD.610/f/12/2008
Tentang Perubahan Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Nomor:
45/Kpts/PD.610/F/06.06 Tentang Prosedur Operasional Standar Pengendalian
Penyakit Avian Influenza di Indonesia, menjelaskan bahwa dalam rangka pengendalian
wabah penyakit avian influenza di Indonesia, Departemen Pertanian telah
mencanangkan sembilan langkah strategis pengendalian meliputi: (1) penerapan
biosekuriti secara ketat, (2) depopulasi selektif di daerah tertular, (3) vaksinasi, (4)
6

pengendalian lalu lintas, (5) surveilans dan penelusuran, (6) peningkatan kesadaran
masyarakat (public awareness), (7) pengisian kembali (restocking) unggas, (8)
stamping out di daerah tertular baru dan (9) memonitor, pelaporan, dan evaluasi.
Diharapkan sembilan langkah strategis tersebut dapat diimplementasikan secara lebih
efektif, utuh, dan terpadu oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan dan masyarakat (Ditjen PKH 2008).

IV SIMPULAN

Avian influenza dapat menyebar baik dari hewan maupun dari manusia yang
terinfeksi. Penyakit tersebut dapat merugikan kesehatan unggas hingga menyebabkan
kematian. Dampak virus tersebut dapat menyebabkan penurunan ekonomi kebutuhan
masyarakat. Pengendalian dan pencegahan dapat dilakukan dengan cara pengawasan
lalu lintas pengiriman barang dan unggas, serta dapat dilakukan penjadwalan vaksinasi
untuk pencegahan virus avian influenza.
7

DAFTAR PUSTAKA

[APHIS] Animal and Plant Health Inspection Service. 2023. Detection of highly
pathogenic avian influenza in wild birds. [diakses 2023 Mar 23].
https://www.aphis.usda.gov/aphis/ourfocus/animalhealth/animal-disease-
information/avian/avian-influenza/hpai-2022/2022-hpai-wild-birds.
Bhakty ZW, Kencana GAY, Suartha IN. 2018. Titer antibodi ayam petelur
pascavaksinasi avian influenza pada peternakan komersial Di Desa Denbantas,
Kecamatan Tabanan. Indonesia Medicus Veterinus. 7(2):123‒131.
De graaf M, Fouchier RA. 2014. Role of receptor binding specificity in influenza A
virus transmission and pathogenesis. The EMBO Journal. 33(8):823-841.
[Ditjen PKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2008. Pedoman
Program Village Poultry Farming-VPF. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan.
Garcia-Moreno M, Järvelin AI, Castello A. 2018. Unconventional RNA binding
proteins step into the virus–host battlefront. Wiley Interdisciplinary Reviews:
RNA. 9(6):1498.
Kencana GAY, Suartha IN, Paramita NMAS, Handayani AN. 2016. Vaksin kombinasi
newcastle disease dengan avian influenza memicu imunitas protektif pada ayam
petelur terhadap penyakit tetelo dan flu burung. Jurnal Veteriner. 17(2):257‒264.
Permana JT. 2023. Penanggulangan wabah virus flu burung (avian influenza) di
Surabaya pada tahun 2006 - 2011. AVATARA, e-journal pendidikan sejarah.
1(14):1-13.
Nachbagauer R, Palese P. 2020. Is a universal influenza virus vaccine possible? Annual
Review of Medicine. 71(1):315–327.
[Permen] Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014
Tentang Pelibatan Satuan Kesehatan Kementerian Pertahanan dan Tentara
Nasional Indonesia dalam Zoonosis. 2014. [diakses 2023 Mar 23].
https://www.kemhan.go.id/kuathan/wp-content/uploads/2017/02/Peraturan-
Menteri-Pertahanan-Nomor-40-Tahun-2014-tentang-Pelibatan-Satuan-
Kesehatan-Kementerian-Pertahanan-dan-Tentara-Nasional-Indonesia-dalam-
Zoonosisa.pdf.
Ramos S, MacLachlan M, Melton A. 2017. Impacts of the 2014-2015 Highly
Pathogenic Avian Influenza Outbreak on the US Poultry Sector.
Washington(US): USDA.
Rehman S, Rantam F A, Batool K, Rahman A, Effendi MH, Khan MI, Bilal M. 2022.
Prevalence of avian influenza in humans and different bird species in Indonesia:
a review. Iraqi Journal of Veterinary Sciences. 36(3): 709-718.
Shimizu K, Wulandari L, Poetranto ED, Setyoningrum RA, Yudhawati R, Sholikhah
A. 2016. Seroevidence for a high prevalence of subclinical infection with avian
influenza A (H5N1) virus among workers in a live poultry market in Indonesia.
The Journal of Infectious Diseases. 214(12):1929-1936.
Whiendrata HS. 2015. Flu Burung. Yogyakarta: Andi Publisher.
[WHO] World Health Organization. 2023. Antigenic and genetic characteristics of
zoonotic influenza A viruses and development of candidate vaccine viruses for
8

pandemic preparedness. [Diakses 2023 Maret 22].


https://cdn.who.int/media/docs/default-source/influenza/who-influenza-
recommendations/vcm-northern-hemisphere-recommendation-2023-
2024/20230224_zoonotic_recommendations.pdf?sfvrsn=38c739fa_4 .
[WOAH] World Organisation for Animal Health. 2023. Infection With High
Pathogenicity Avian Influenza Viruses. [Diakses 2023 Maret 22].
https://www.woah.org/en/what-we-do/standards/codes-and-manuals/terrestrial-
code-online-
access/?id=169&L=1&htmfile=chapitre_avian_influenza_viruses.htm ].
Yuyun I, Wibawa H, Setiaji G, Kusumastuti TA, Nugroho WW. 2020. Determining
highly pathogenic H5 avian influenza clade 2.3. 2.1 c seroprevalence in ducks,
Purbalingga, Central Java, Indonesia. Veterinary World. 13(6):1138-1144.

Anda mungkin juga menyukai