PENDAHULUAN
Sejak lebih dari satu abad yang lalu, beberapa subtipe dari virus influenza A telah
menghantui manusia. Berbagai variasi mutasi subtipe virus influenza A yang menyerang
manusia dan telah menyebabkan pandemi, sehingga tidak mengherankan jika
kewaspadaan global terhadap wabah pandemi flu burung mendapatkan perhatian yang
serius. Diawali pada tahun 1918 dunia dikejutkan oleh wabah pandemi yang disebabkan
virus influenza, yang telah membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana subtipe yang
mewabah saat itu adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”. Tahun 1957
kembali dunia dilanda wabah global yang disebabkan oleh kerabat dekat virus yang
bermutasi menjadi H2N2 atau yang dikenal dengan “Asian Flu” yang telah merenggut
100.000 jiwa meninggal. Pada tahun 1968, virus flu kembali menyebabkan wabah
pandemi dengan merubah dirinya menjadi H3N2. Mutan virus yang dikenal dengan
“Hongkong Flu” ini telah menyebabkan 700.00 orang meninggal dunia. Dunia kembali
dikagetkan dengan merebaknya avian influenza H5N1 yang pertama kali menyerang dan
menewaskan 6 orang penduduk Hongkong pada tahun 1997 dari 18 orang yang terinfeksi
(Horimoto T, Kawaoka Y. 2001). Untuk mengatasi kejadian ini Hongkong telah
melakukan pemusnahan unggas secara meluas dan efektif. Namun pada tahun 2003, 2
pasien terinfeksi H5N1 kembali diidentifikasi di provinsi Fujian, Cina. Setelah itu
timbullah 3 gelombang epidemi Avian lnfluenza atau yang populer disebut flu burung di
lndonesia.
1
Gambar 1.1 peta Penyebaran Infeksi Avian Influenza di dunia
2
Tabel 1.1
Jumlah Penderita Flu Burung Juli 2005-Februari 2006
DKI Jakarta 8 7 40 11
Banten 4 3 10 6
Jawa Barat 10 8 39 7
Jawa Tengah 1 0 1 1
Jawa Timur 0 0 1 0
Kalimantan Timur 0 0 4 1
Sulawesi Selatan 0 0 4 1
Lampung 3 0 2 1
DIY 0 0 1 1
Riau 0 0 3 0
Sumatra Barat 0 0 1 0
Flu burung merupakan salah satu new emerging disease yang sangat meresahkan
masyarakat. Angka kematian pada manusia yang terinfeksi penyakit ini sangat tinggi
dengan kecenderungan penambahan kasus yang semakin meningkat. Perkembangan yang
terjadi memungkinkan ke arah pandemi.
Mengingat tingginya potensi terjadinya pandemi flu burung yang menurut perkiraan
WHO akan dapat menelan korban 7,5 juta jiwa, maka diperlukan upaya bersama baik di
tingkat nasional maupun internasional yang dikonsentrasikan pada negara-negara yang
saat ini menghadapi permasalahan kasus flu burung pada manusia. Program pencegahan
3
dan pemberantasan sangat memerlukan peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan
program yang dilakukan dan penyuluhan tentang penyakit flu burung di masyarakat.
I.2 PERMASALAHAN
Penulis ingin mengetahui tentang:
I.3 TUJUAN
Tujuan Umum
Mendapatkan informasi tentang new emerging disease Avian Influenza.
Tujuan Khusus:
I.4. MANFAAT
Manfaat Bagi Penulis: dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
mengenai new emerging disease Avian Influenza.
Manfaat Bagi Mahasiswa, Civitas Akademika YARSI: diharapkan karya tulis ini
dapat memberi masukan bagi mahasiswa/i dan seluruh Civitas Akademika
mengenai new emerging disease Avian Influenza, serta diharapkan makalah ini
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi seluruh civitas akademika.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. DEFINISI
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama
lain dari penyakit ini antara lain avian influenza.
2.1.2. ETIOLOGI
5
pada perubahan struktur genetik virus influenza pada manusia dengan
menyumbangkan gen pada virus galur manusia.
Penyebab flu burung pada unggas yang sangat ganas dan menular ke
manusia pada wabah akhir-akhir ini dinyatakan virus influenza A subtipe
H5N1, sama seperti yang ditemukan pada ayam dan manusia pada wabah flu
burung di Hongkong tahun 1997. Sebelum terjadinya flu burung di
Hongkong, di negara lainpernah pula ditemukan kejadian flu burung.
Tabel 2.1
Meskipun diberi nama flu burung (Avian Influenza), namun penyakit tidak
hanya menyerang burung meupun unggas saja. Flu burung dapat menyerang:
6
Berbagai macam unggas termasuk berbagai jenis ayam, burung laut;
kalkun; burung-burung liar seperti pelikan, merak, walet, itik dan
sebagainya; demikian pula burung liar yang kini sudah menjadi burung
peliharaan seperti burung parkit, kakatua, nuri, dan beo.
Babi, kuda , macan, ikan paus, cerpelai, dan diduga berbagai jenis
mamalia yang lain diduga dapat pula tertular flu burung.
7
Tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat kematian (mortalitas) yang
ditimbulkan oleh virus flu burung sangat bervariasi tergantung jalur virus yang
menyerang, spesies unggas yang terserang, umur, lingkungan (kadar amoniak
dan ventilasi), dan adanya infeksi sekunder. Sejumlah subtipe virus influenza
A dapat menimbulkan penyakit parah pada spesies unggas tertentu, tetapi pada
spesies unggas lain tidak menimbulkan penyakit atau hanya menimbulkan
gejala yang sangat ringan. Virus Influenza A subtipe H5N1 lebih sering
menyerang ayam muda daripada yang lebih tua.
8
Gambar 2.2 unggas yang terinfeksi
Gejala penyakit flu burung pada manusia antara lain seseorang akan
mengalami Infeksi Slauran Pernapasan Akut (ISPA) dengan gejala terjadinya
demam 38 C atau lebih, batuk, pilek, sakit tenggorokan, badan lemas, pegal
linu, nyeri otot, pusing, peradangan selaput mata (mata memerah), kadang-
kadang disertai mencret dan muntah. Keadaan di atas bisa berlanjut menjadi
gejala sesak nafas yang jarang terjadi pada seseorang yang terserang flu
manusia biasa. Dugaan penyakit flu burung dapat mengarah pada yang
bersangkutan apabila dalam seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang
sedang terjangkit penyakit flu burung, kontak dengan unggas yang dicurigai
menderita flu burung, maupun bekerja pada suatu laboratorium yang sedang
memproses spesimen manusia atau hewan yang dicurigai menderita flu
burung.
Kasus suspek adalah seseorang yang menderita demam (suhu > 38°C),
dengan salah satu gejala batuk, sakit tenggorokan, sesak yang diikuti satu
atau lebih keadaan:
Tujuh hari terakhir pasien pernah kontak dengan unggas (ayam, itik,
burung, dan lain-lain) sakit atau mati mendadak yanng belum diketahui
9
penyebabnya atau babi serta produk mentah peternakan ( pupuk
kandang, telur yang masih kotor atau terkontaminasi, dan lain-lain).
14 hari terakhir pasien pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian
unggas yang tidak biasa.
ATAU
10
Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonial gagal
pernafasan/ meninggal
11
yang sifatnya berbeda dengan virus sebelumnya, potensi lainnya adalah virus
melakukan persilangan dengan virus lain, sehingga menghasilkan virus baru
dengan kombinasi sifat keduanya. Hewan yang terinfeksi mengeluarkan virus
dari saluran pernafasan, mata, dan feses. Jadi, jika hewan yang peka atau
manusia dapat pula mengalami penularan secara langsung bila mengalami
kontak material tersebut. Namun demikian, sampai saat ini belum ditemukan
bukti kuat yang menyatakan bahwa Avian Influenza dapat menular dari
manusia ke manusia.
Gambar 2.3 Perubahan Segmen Genom Virus Avian Influenza pada Mix
Infection
12
2.1.7 ORANG YANG BERESIKO TINGGI TERTULAR
10. Semua orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan unggas.
13
Diagnosis terhadap kasus Avian Influenza pada unggas dapat
dilakukan dengan melihat gejala klinis yang terjadi, melihat perubahan
patologi anatomi, dan melakukan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis
dengan melihat patologi anatomis, yaitu dengan pemeriksaan bangkai untuk
melihat perubahan jaringan setelah kematian, baik secara mikroskopis maupun
makroskopis. Sedangkan pada pmeriksaan laboratorium sampel, dibutuhkan
darah (serum), apus tenggorokan, maupun kotoran. Uji yang dilaksanakan saat
ini umumnya adalah:
5. Isolasi Virus
14
Lebih lanjut, pasien flu burung melakukan pula foto toraks.
Perlu ditekankan bahwa belum ada obat yang efektif untuk penyakit flu
burung. Hanya langkah pencegahan yang terbaik untuk menghadapi penyakit
flu burung. Pada hewan untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, hewan
yang terserang flu burung tidak diobati, tapi harus dibunuh dan bangkainya
dibakar atau dikubur.
15
2. Pemberian oksigen jika terdapat sesak napas yang mengarah ke
gagal napas.
16
Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran
cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata renang)
Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus
ditatalaksana dengan baik ( ditanam / dibakar) agar tidak menjadi sumber
penularan bagi orang disekitarnya.
Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80°C selama 1
menit, sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64°C selama 5
menit.
17
demikian, new emerging infectious disease (NEID) merupakan ancaman
dimasa mendatang yang harus diantisipasi kehadirannya.
18
melakukan pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan Avian Influenza.
Srategi tersebut mempunyai dua tujuan yaitu : tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek program adalah
mempertahankan daerah-daerah bebas flu burung dan melaksanakan
pengendalian di daerah tertular, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah
melaksanakan pemberantasan flu burung dengan arah pembebasan kembali
daerah tertular secara bertahap.
Daerah bebas ialah daerah propinsi atau pulau yang tidak pernah
tertular atau tidak pernah dilaporkan adanya flu burung. Daerah terancam
adalah daerah yang tidak ada kasus, tetapi berbatasan langsung sedaratan dan
tanpa batasan alam dengan daerah tertular. Kemudian, daerah tertular ialah
daerah yang dijumpai kasus Avian Influenza yang didiagnosis secara klinis,
patologi anatomis, epidemiologis dan konfirmasi secar laboratoris. Prinsip
pencegahan, pengendalian dan pemberantasan Avian Influenza yang dilakukan
pemerintah meliputi lima hal, yakni :
Mencegah kontak antara hewan yang peka dengan virus Avian Influenza
19
Dekontaminasi atau desinfeksi
3. Pengebalan (vaksinasi).
20
5. Surveillans dan penelusuran.
21
bekerjasama dengan industri perunggasan dan asosiasi bidang
peternakan.
22
2.4 WABAH FLU BURUNG
23
3. Gaya Hidup Masyarakat Indonesia
24
BAB III
3.1.1 Kesimpulan
1. Flu burung atau Avian Infuenza adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat
menyerang manusia.
25
3. Penyebab flu burung pada unggas yang sangat ganas dan menular ke
manusia adalah virus influenza A subtipe H5N1
4. Gejala penyakit Avian Inluenza pada manusia antara lain Infeksi Saluran
Napas Akut (ISPA), dengan gejala demam 38 C atau lebih, batuk pilek,
sakit tenggorokan, nyeri otot, kadang disertai mencret atau muntah.
5. Kasus flu burung pada manusia terbagi menjadi tiga macam, yaitu Kasus
Suspek, Kasus probabel, dan kasus konfirmasi Flu Burung.
3.1.2 Saran
3.2.1 Kesimpulan
1. Flu burung merupakan salah satu new emerging disease karena penyakit
ini baru pertama kali diidentifikasi atau infeksi yang sebelumnya tidak
diketahui.
26
3. Dalam melaksnakan strateginya pemerintah menggunakan 5 prinsip yaitu :
mencegah kontak antara hewan yang peka dengan virus Avian Influenza,
menghentikan produksi virus Avian Influenza oleh unggas tertular,
meningkatkan resistensi hewan dengan cara vaksinasi, menghilangkan
sumber penularan virus dan meningkatan kesadaran masyarakat.
3.2.2 Saran
27
28