PENDAHULUAN
2
12. Bagaimana pengendalian infeksi, pengobatan, dan terapi obat influenza ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan unggas
domestik atau menimbulkan suatu pandemi influenza manusia. Virus tipe
A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe
influenza dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A
dapat dibagi lagi menjadi subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda
berdasarkan tanggapan antibodi terhadap virus ini. Serotipe yang telah
dikonfirmasi pada manusia, diurutkan berdasarkan jumlah kematian
pandemi pada manusia, adalah:
H1N1, yang menimbulkan Flu Spanyol pada tahun 1918, dan Flu Babi
pada tahun 2009
H2N2, yang menimbulkan Flu Asia pada tahun 1957
H3N2, yang menimbulkan Flu Hongkong pada tahun 1968
H5N1, yang menimbulkan Flu Burung pada tahun 2004
H7N7, yang memiliki potensi zoonotik yang tidak biasa
H1N2, endemik pada manusia, babi, dan unggas
H9N2
H7N2
H7N3
H10N7
b. Virus influenza B
Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. Influenza B
hampir secara eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang
dibandingkan dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat
terinfeksi oleh infeksi influenza B adalah anjing laut dan musang. Jenis
influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A
dan oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat
satu serotipe influenza B. Karena tidak terdapat keragaman antigenik,
beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B biasanya diperoleh pada
usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup
untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak mungkin. Perubahan
antigen yang lambat, dikombinasikan dengan jumlah inang yang terbatas
5
(tidak memungkinkan perpindahan antigen antarspesies), membuat
pandemi influenza B tidak terjadi.
c. Virus Influenza C
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi
manusia, anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat
dan epidemi lokal. Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan
dengan jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada
anak-anak.
6
dapat menginfeksi populasi manusia. Sifat alamiah segmen genom influenza
memungkinkan penyatuan kembali antara virus binatang dan manusia bila
terjadi infeksi bersama. Di samping itu, hospes burung yang bermigrasi dapat
menyebabkan penyebaran penyakit. Influenza B mempunyai kemampuan
lebih kecil untuk mengubah antigen utama dan tidak dikenali reservoir
binatang. Anak yang terpajan pertama kali terhadap strain influenza
mengalami pelepasan virus lebih tinggi dan lebih lama daripada orang
dewasa, membuatnya sebagai penular infeksi yang sangat efektif. Dalam satu
negara atau sedcara global, satu atau dua strain dominan menyebar sehingga
menyebabkan epidemi tahunan. Saat ini, strain influenza tipe A dengan
serotipe: H1N1 dan H3N2 dan strain tipe B bersirkulasi bersama, salah satu
tipe dapat dominan dalam satu tahun, tapi sangat sulit untuk memprediksi
subtipe dan tingkat keparahan influenza yang akan datang.
Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada
individu di atas 65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan
penyakit-penyakit tertentu. Pada anak-anak usia 0-4 tahun, yang berisiko
tinggi komplikasi angka morbiditasnya adalah 500/100.000 dan yang tidak
berisiko tinggi adalah 100/100.000 populasi. Pada epidemi influenza 1969-
1970 hingga 1994-1995, diperkirakan jumlah penderita influenza yang masuk
rumah sakit 16.000 sampai 220.000/epidemik. Kematian influenza dapat
terjadi karena pneumonia dan juga eksaserbasi kardiopulmoner serta penyakit
kronis lainnya. Penelitian di Amerika dari 19 musim influenza diperkirakan
kematian yang berkaitan influenza kurang lebih 30 hingga lebih dari 150
kematian/100.000 penderita dengan usia > 65 tahun. Lebih dari 90%
kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan influenza terjadi pada
penderita usia lanjut.
Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan
demikian Indonesia merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong,
Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terkena flu burung pada manusia.
Hingga 5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada
manusia yang terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan atau
PCR. Kasus terbanyak dari Vietnam, disusul Thailand, Kamboja dan terakhir
7
Indonesia. Hingga Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati akibat avian
influenza. Sudah terjadi ribuan kontak antar petugas peternak dengan unggas
yang terkena wabah. Ternyata kasus avian influenza pada manusia yang
terkonfirmasi hanya sedikit diatas seratus. Dengan demikian walau terbukti
adanya penularan dari unggas ke manusia, proses ini tidak terjadi dengan
mudah. Terlebih lagi penularan antar manusia, kemungkinan terjadinya lebih
kecil lagi.
8
virus dari sel yang terinfeksi. Di dalam partikel fragmen kadang-kadang
tampak nukleokapsid yang berbentuk rantai. Sampai saat ini dikenal 3 jenis
hemaglutinin, yaitu H1, H2, dan H3, serta 2 neuraminidase yaitu N1 dan N2
pada virus influenza A yang menyerang manusia.
Hampir setiap tahun muncul variasi pada kompisisi antigenik protein
permukaan, sehingga memberi manfaat selektif pada strain baru, dan pada
akhirnya menyebabkan epidemi penyakit yang terlokalisasi dengan mortalitas
yang sebagian besar terbatas pada orangtua dan pada mereka yang
mempunyai penyakit kardiopulmonal. Setiap tahun strain virus merupakan
infeksi baru pada bayi karena mereka tidak mempunyai antibodi yang ada
sebelumnya kecuali antibodi yang dipindahkan secara maternal pada bayi
yang baru lahir.
9
yang sakit influenza. Orang yang menderita infeksi saluran nafas dan diduga
berhubungan dengan influenza, sebaiknya tidak diperkenankan untuk bekerja.
10
Setelah menjadi infeksi alami, akan terbentuk antibodi lokal dan humoral
terhadap hemaglutinin, neuraminidase, nukleokapsid dan antigen matriks
protein. Hemagglutination-inhibition antibody berperan untuk menetralisasi
virus, sedangkan antibodi terhadap neuraminidase berperan untuk
menurunkan beratnya penyakit dan mengurangi penularan dari manusia ke
manusia. Antibodi terhadap nukleokapsid dan matriks protein tidak
mempunyai efek melindungi serta tidak mengubah perjalanan penyakit.
Influenza merupakan penyakit infeksi epitel saluran nafas yang bersifat
lokal dan bukan penyakit sistemik, maka sebagai peneliti meragukan derajat
perlindungan yang diperankan oleh antibodi lokal dan humoral. Beberapa
penelitian melaporkan peran antibodi lokal dan antibodi humoral, antibody
lokal berperan sebagai faktor pertahanan terdepan, namun antibodi serum
tetap memegang peran pada proses pertahanan tubuh. Antibodi neutralizing
yang terbanyak pada sekret hidung adalah IgA sekretori, sedangkan antibodi
neutralizing pada sekresi trakeobronkial adalah IgG. Dari data yang ada
terlihat IgA sekretori yang disekresi hidung berperan penting pada
pencegahan infeksi saluran nafas yang ditularkan melalui droplet. Antibodi
serum dan IgG lokal berperan pada netralisasi infeksi yang ditularkan melalui
saluran nafas bagian bawah atau mencegah meluasnya infeksi dari saluran
nafas atas ke paru. Mekanisme imunitas seluler turut berperan pada infeksi
dan vaksinasi influenza. Sel T helper berperan sebagai antibodi humoral
strain-spesifik terhadap hemaglutinin. Meskipun pada percobaan ditemukan
sel T sitotoksik yang non spesifik dan spesifik, tetapi ternyata hanya sel T
sititoksi yang berperan pada manusia.
11
dan C menyebabkan gejala yang sama, tetapi gejala lebih ringan
dibandingkan virus influenza A dan penyakitnya tidak berlangsung lama.
Berbeda dengan infeksi virus pernafasan lainnya, influenza disertai oleh
tanda-tanda sistemik demam tinggi, mialgia, malaise, dan nyeri kepala.
Gejala-gejala ini mungkin disebabkan oleh produksi sitokin epitel saluran
pernafasan dan tidak menggambarkan penyebaran sistemik virus. Lamanya
demam adalah 2-4 hari. Batuk dapat menetap dalam waktu yang lebih lama,
dan bukti adanya disfungsi saluran nafas bagian bawah sering ditemukan
beberapa minggu kemudian. Anggota keluarga lain atau kontak erat sering
menderita sakit yang sama. Manifestasi klinis mungkin terjadi di beberapa
lokasi saluran nafas, dan dapat berkembang menjadi croup, bronkiolitis, atau
pneumonia.
12
dengan antibodi komplemen fiksasi ialah karena waktu pemeriksaan yang
lama, sampai 6 bulan. Pendekatan yang tampaknya menunjukan hasil yang
baik adalah pengukuran antibodi terhadap hemaglutinin influenza dengan
menggunakan metode ELISA. Uji ini sederhana dan mempunai kelebihan
dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgA, IgM, IgG. Banyak
penyakit demam sebagai diagnosis banding influenza, khususnya yang
disebabkan oleh virus saluran nafas dan Streptococcus pyogenes.
2.9 Komplikasi Influenza
Flu umumnya sembuh tanpa menyebabkan komplikasi. Meskipun begitu,
Anda disarankan untuk tetap berhati-hati karena sistem kekebalan tubuh saat
menderita flu akan menurun sehingga lebih mudah tertular penyakit lain.
Demikian pula dengan orang-orang yang lebih rentan mengalami komplikasi,
seperti wanita hamil, lansia, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
menurun, serta penderita penyakit kronis (misalnya penyakit paru-paru).
Sejumlah komplikasi yang umum terjadi adalah:
- Infeksi paru-paru. Jenis infeksi paru-paru yang paling sering
dialami oleh penderita flu adalah bronkitis. Bronkitis merupakan
infeksi di bagian saluran pernapasan utama yang disebut dengan
bronkus. Pada beberapa kasus, komplikasi yang lebih parah dapat
terjadi, contohnya adalah pneumonia (radang paru).
- Perburukan gejala flu. Pada orang-orang dengan masalah kesehatan
jangka panjang (kronis) seperti asma atau PPOK, gejala flu bisa
menjadi lebih parah daripada orang normal.
- Peningkatan gula darah pada penderita diabetes. Selain
meningkatkan gula darah, flu juga berpotensi memicu terjadinya
kondisi diabetik ketoasidosis pada penderita diabetes melitus tipe 1.
- Kelahiran prematur. Pada ibu hamil, risiko untuk terjadi infeksi
akibat flu akan meningkat. Flu juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya kelahiran prematur atau berat badan lahir bayi yang
sangat rendah.
Di samping itu, ada beberapa jenis komplikasi lain yang juga bisa dipicu
oleh flu. Di antaranya adalah pembengkakan amandel (tonsilitis), infeksi
13
telinga, bronkitis, dehidrasi yang parah, serta meningitis. Pada pengidap flu,
dehidrasi juga berpotensi terjadi karena adanya rasa enggan untuk minum
akibat sakit tenggorokan dan demam yang dirasakan. Selain orang dewasa
yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, anak-anak juga rentan
mengalami dehidrasi, khususnya yang berusia di bawah dua tahun.
Menurut Prof Samsu, influenza dapat menyebabkan komplikasi serius,
misalnya sebagai berikut:
a. Sinusitis.
b. Pneumonia (radang paru-paru)
c. Miokarditis (peradangan dan kelemahan otot jantung)
d. Perikarditis (iritasi dan pembengkakan pada perikardium, yaitu
kantung yang mengelilingi jantung)
e. Ensefalitis (peradangan otak)
14
3. Pencegahan Tersier
Vaksinasi dalam jangka waktu lama untuk menurunkan kemungkinan
terjadinya sindrom Reye. Petugas perawatan kesehatan dan anggota
keluargadi rumah adalah mereka yang mempunyai resiko, yang dianjurkan
untuk menerima vaksin untuk menurunkan resiko penularan terhadap
mereka yang rentan terhadap influenza. Kampaye vaksin di antara petugas
perawatan kesehatandan pasien harus diintensifitas pada saat terbukti
adanya penyakit influenza di komunitas. Pasien yang dirawat dengan
perkiraan atau terbukti menderita influenza harus ditempatkan di ruangan
tersendiri atau ruangan dengan pasien yang terbukti menderita influenza.
Untuk kemungkinan yang luas, ruangan harus dipilih yang menyediakan
tekanan udara yang negatif terhadap jalur udara. Petugas yang melakukan
perawatan untuk pasien harus menggunakan masker.
15
amonium kuarterner dapat dipergunakan bersamaan dengan alkohol
sehingga efek sanitasi tersebut dapat bertahan lebih lama. Di rumah sakit,
senyawa amonium kuarterner dan bahan pemutih dipergunakan untuk
membersihkan ruangan dan peralatan yang sebelumnya dipakai oleh
pasien dengan gejala influenza. Di rumah, hal tersebut dapat dilakukan
dengan efektif dengan mempergunakan bahan pemutih chlorine yang
diencerkan.
Pada pandemi yang lalu, penutupan sekolah, gereja, dan bioskop
memperlambat penyebaran virus namun tidak memiliki dampak yang
besar terhadap angka kematian keseluruhan. Belum dapat dipastikan
apakah menurunkan pertemuan publik, misalnya dengan menutup
sekolah dan tempat kerja, akan menurunkan penularan karena orang yang
menderita influenza bisa saja masih berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain; pendekatan seperti ini juga akan sulit untuk dilakukan dan
mungkin tidak disukai. Apabila sejumlah kecil orang mengalami infeksi,
mengisolasi orang yang sedang sakit dapat mengurangi risiko penularan.
2. Pengobatan
Orang yang menderita flu disarankan untuk banyak beristirahat,
meminum banyak cairan, menghindari penggunaan alkohol dan rokok,
dan apabila diperlukan, mengonsumsi obat seperti asetaminofen
(parasetamol) untuk meredakan gejala demam dan nyeri otot yang
berhubungan dengan flu. Anak-anak dan remaja dengan gejala flu
(terutama demam) sebaiknya menghindari penggunaan aspirinpada saat
infeksi influenza (terutama influenza tipe B), karena hal tersebut dapat
menimbulkan Sindrom Reye, suatu penyakit hati yang langka namun
memiliki potensi menimbulkan kematian. Karena influenza disebabkan
oleh virus, antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeks kecuali
diberikan untukinfeksi sekunder seperti pneumonia bakterialis.
Pengobatan antiviral dapat efektif, namun sebagian galur influenza dapat
menunjukkan resistensi terhadap obat-obat antivirus standar.
16
3. Terapi Obat
Antipyretic : ASA 600 mg secara oral, 4 jam bagi dewasa;
acetaminophen bagi anak-anak.
Agent adrenergic : Phenylephrine (Neo-Synephrine), 0,25%, 2
tetes pada tiap-tiap nostril bagi kongesti nasal.
Agent antitussive : Terpin hydrat dengan codeine, 5-10 ml PO
q 3-4 jam untuk dewasa apabila batuk.
Agent antiinfektif : Amantadine 100 mg PO atau untuk durasi
epidemik (3-6 minggu) untuk orang-orang beresiko tinggi
berumur diatas 9 tahun bisa juga diberikan kepada orang-orang
berumur diatas 65 tahun tetapi takaran dikurangi untuk orang
dengan gagal fungsi.
Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM untuk dewasa; 0,25 ml
untuk bayi 6-35 bulan; 0,5 ml IM untuk anak-anak 3-12 tahun;
untuk bayi dan anak-anak berikan 2 dosis pada interval 4
minggu.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Jagalah kesehatan yang telah diberikan Allah sebagai anugrah terbesar
sehingga kita terhindar dari virus influenza yang dapat mengganggu aktifitas
kita sehari-hari dengan melakukan pencegahan di secara dini dan jangan lupa
menjaga kebersihan baik dari badan, tempat, maupun pakaian karena dengan
kebersihan semoga kita terhindar dari virus tersebut.
18