PENDAHULUAN
Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling sering
didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan.
Penyakit influenza pertama kali diperkenalkan oleh Hipocrates pada 412 sebelum Masehi.
Pandemi pertama yang terdokumentasi dengan baik muncul pada 1580, dimana muncul
Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar populasi
manusia setiap tahun. Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat, bahkan seringkali
memproduksi strain baru di mana manusia tidak mempunyai imunitas terhadapnya. Ketika
keadaan ini terjadi, mortalitas influenza berkembang sangat cepat. Di Amerika Serikat
epidemi influenza yang biasanya muncul setiap tahun pada musim dingin atau salju
negara tropis pada umumnya kejadian wabah influenza dapat terjadi sepanjang tahun dan
Karena sifat-sifat materi genetiknya, virus influenza dapat mengalami evolusi dan
adaptasi yang cepat, dapat melewati barier spesies dan menyebabkan pandemic pada
manusia.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
ISI
Influenza adalah sebuah Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang disebabkan karena
infeksi virus Influenza. Penyakit ini mempengaruhi saluran pernapasan atas dan bawah.
Influenza merupakan infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus influenza, dan
menyebar dengan mudah dari orang ke orang. Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat
mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Flu sendiri merupakan suatu
penyakit yang self-limiting, dimana bila tidak terjadi komplikasi dengan penyakit lain, maka
setelah 4-7 hari penyakit akan sembuh sendiri. Daya tahan tubuh seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap berat ringannya penyakit tersebut. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh
Secara umum, gejala klinis serangan virus itu adalah gejala seperti flu pada umumnya,
yaitu demam, sakit tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan dalam
waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan di paru-paru
(pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan
kematian.
Penyakit influenza disebabkan oleh Myxovirus influenza. Virus ini menyerang saluran
pernapasan dan bisa mengakibatkan peradangan. Terdapat tiga jenis virus utama yang
3
2.2 Epidemiologi Influenza
Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada individu di atas
65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-penyakit tertentu. Pada anak-
anak usia 0-4 tahun, yang berisiko tinggi komplikasi angka morbiditasnya adalah
500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah 100/100.000 populasi. Pada epidemi
masuk rumah sakit 16.000 sampai 220.000/epidemik. Kematian influenza dapat terjadi
karena pneumonia dan juga eksaserbasi kardiopulmoner serta penyakit kronis lainnya.
influenza kurang lebih 30 hingga lebih dari 150 kematian / 100.000 penderita dengan usia >
65 tahun. Lebih dari 90% kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan influenza terjadi
Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan demikian
Indonesia merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan
Kamboja yang terkena flu burung pada manusia. Hingga 5 Agustus 2005, WHO
melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada manusia yang terbukti secara pemeriksaan
Di Indonesia wabah flu burung yang menyerang pada hewan saat ini sangat serius, dan
telah menyebar ke 23 provinsi, meliputi 151 kabupaten/kota. Penyebaran Flu Burung yang
semakin meluas wilayahnya disebabkan oleh tidak terkontrolnya pergerakan unggas yang
terinfeksi Flu Burung, produk hasil unggas dan limbahnya, tenaga kerja, serta kendaraan
pengangkut dari wilayah terinfeksi ke wilayah yang masih bebas, serta rendahnya kapasitas
kelembagaan kesehatan hewan dan tenaga kesehatan hewan yang terlatih. (Depkes RI, 2007)
4
2.3 Klasifikasi Influenza
virus influenza yaitu enveloped virus berbentuk bundar dengan diameter virion sekitar 80-
120 nm dan beberapa mungkin ada bentuk filamentosa. Bentuk filamentosa ini lebih sering
terjadi pada influenza C, yang dapat membentuk struktur seperti benang dengan panjang
Asam nukleatnya terdiri dari single stranded RNA dengan 7-8 segmen terpisah
berbeda panjang dan dilindungi dengan lapisan dalam berupa protein (kapsid) dan lapisan
luar berupa lipid bilayer. 7-8 segmen RNA ini masih dibungkus lagi dengan protein
5
polimerase dan nukleoprotein (NP). Pada lapisan lipid bilayer terdapat 2 jenis glikoprotein
yang menjadi karakteristik virus influenza. 2 jenis glikoprotein ini adalah hemaglutinin
a. Influenza tipe a
Di antara ketiga tipe virus influenza ini, hanya tipe A yang mempunyai subtipe
paling banyak, subtipe berdasarkan tanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel
virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu protein hemaglutinin dilambangkan
H16 dan N1 sampai N9. Virus influenza tipe A cepat bermutasi. Bila 2 virus yang berbeda
dari 2 inang berbeda menginfeksi inang ke 3, misalnya babi, maka akan timbul subtipe
virus baru yang mampu menginfeksi sel inang lain termasuk manusia dan tidak dikenal
oleh sistem imun sel inang. Perubahan ini terjadi secara mendadak sehingga dalam waktu
singkat dapat mengenai sejumlah besar populasi yang rentan sehingga timbul pandemi.
6
Influenza a virus dapat dibagi menjadi serotipe berbeda yang berdasarkan
H1N1, yang menyebabkan Flu Spanyol (1918) dan flu babi (2009)
H9N2
H7N2
H7N3
H10N7
b. Influenza tipe b
7
Influenza tipe B hanya menginfeksi manusia dan hewan tertentu dan oleh karenanya
keragaman genetiknya lebih sedikit.Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi
influenza B adalah anjing laut dan musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali
lebih lambat dibandingkan tipe A dan oleh karena itu keragaman genetiknya lebih sedikit,
hanya terdapat satu serotipe influenza B. Karena tidak terdapat keragamanan genik,
beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B biasanya diperoleh pada usia muda.
Namun, mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup untuk membuat kekebalan
permanen menjadi tidak mungkin. Perubahan antigen yang lambat, dikombinasikan dengan
jumlah inang yang terbatas (tidak memungkinkan perpindahan antigen antar spesies),
c. Influenza tipe c
8
(HEF).Glikoprotein ini berfungsi untuk penempelan dan fusi antara virus dan sel
membran.Tipe C adalah satu-satunya virus influenza yang memiliki enzim esterase. Enzim
ini mirip dengan neuraminidase pada tipe A dan tipe B karena dua-duanya berfungsi untuk
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia,
anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun,
influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya hanya
Influenza dapat ditularkan dari orang ke orang melalui droplet pernapasan orang
yang terinfeksi, seperti saat seseorang bersin atau batuk. Penularan juga dapat terjadi bila
Virus influenza A inang umunmnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat ditularkan
pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan
unggas atau menimbulkan suatu wabah influenza manusia. Virus A merupakan patogen
manusia yang paling virulen di antara ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan penyakit
paling berat, yang paling terkenal di Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu burung
9
Virus influenza B hampir hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan
virus influenza A. karena tidak mengalami keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan
diperoleh pada usia muda, tapi system kekebalan ini tidak permanen karena adanya
penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C jarang terjadi dibanding jenis
1. Penularan pernafasan
Ketika seorang penderita influenza batuk, bersin, atau berbicara, virus influenza
akan dikeluarkan dan menyebar ke udara. Akibatnya, orang yang sehat dapat tertular
virus dengan cara mengirup udara yang tercemar oleh virus influenza. Pada rute
penularan udara, ukuran droplet yang cukup kecil untuk dihirup berdiameter 0,5
sampai 5 μm dan inhalasi satu droplet mungkin cukup untuk menimbulkan infeksi.
2. Penularan Kontak
Jika orang yang sehat secara tidak sengaja bersentuhan dengan orang yang
kemudian menyentuh hidung atau mulutnya, maka virus akan masuk ke saluran
Virus influenza A, B dan C masing-masing dengan sifat mutagenik yang mana virus
tersebut dihirup lewat droplet mukus yang terarolisis dari orang-orang yang terinfeksi.
10
Virus ini menumpuk dan menembus permukaan mukosa sel pada saluran nafas bagian atas,
menghasilkan sel lisis dan kerusakan epithelium silia. Neuramidase mengurangi sifat
kental mukosa sehingga memudahkan penyebaran eksudat yang mengandung virus pada
saluran nafas bagian bawah. Di suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan epithelium
alveolar mengisi alveoli dan exudat yang berisi leukosit, erithrosit dan membran hyaline.
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium secara perlahan mulai
setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maximum kedalam 9 sampai 15 hari,
Hemaglutinin dan neuraminidase merupakan hal yang penting dalam virulensi, dan
mengikat pada sel epitel respirasi sehingga mampu menginfeksi sel. Neuraminidase
memotong ikatan yang menahan virion baru pada permukaan dinding sel menyebabkan
penyebaran sel.
dengan respon imun inang. Infeksi yang parah diduga merupakan hasil kekurangan
mekanisme pertahanan tubuh yang kurang untuk menghambat replikasi, dan overproduksi
11
2.6 Manifestasi Klinis
Menurut (Gitawati Retno, 2014), dalam jurnalnya disebutkan bahwa gejala influensa
Batuk
Hidung tersumbat
Tenggorokan sakit
Sakit kepala
Demam ringan
Gejala influenza biasanya diawali dengan demam tiba-tiba, batuk (biasanya kering),
sakit kepala, nyeri otot, lemas, kelelahan dan hidung berair. Pada anak dengan influenza B
dapat menjadi lebih parah dengan terjadinya diare 4 serta nyeri abdomen. Kebanyakan
orang dapat sembuh dari gejala-gejala ini dalam waktu kurang lebih satu minggu tanpa
membutuhkan perawatan medis yang serius. Waktu inkubasi yaitu dari saat mulai terpapar
virus sampai munculnya gejala kurang lebih dua hari (Abelson, 2009).
Pada masa inkubasi virus tubuh belum merasakan gejala apapun. Setelah masa
inkubasi gejala-gejala mulai dirasakan dan berlangsung terus-menerus kurang lebih selama
satu minggu. Hal ini akan memicu kerja dari sistem imun tubuh yang kemudian setelah
kurang lebih satu minggu tubuh akan mengalami pemulihan hingga akhirnya benar-benar
Untuk orang-orang dengan faktor resiko tinggi seperti usia di atas 65 tahun, atau
orang-orang dengan penyakit tertentu seperti penyakit kronis pada hati, paru-paru, ginjal,
12
jantung, gangguan metabolik seperti diabetes melitus, atau orang yang sistem imunnya
rendah berpotensi mengalami keparahan. Kadang sulit untuk membedakan flu dan salesma
pada tahap awal infeksi ini, namun flu dapat diidentifikasi dengan adanya demam
Prognosis pada umumnya baik, penyakit yang tanpa komplikasi berlangsung 1-7
hari. Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas menetap lebih
dari 4 hari dan leukosit > 10.000/ul, biasanya didapatkan infeksi bakteri sekunder (WHO,
2009).
13
1. Terapi Nonfarmakologi
Influenza termasuk dalam self limiting desease, yaitu penyakit yang dapat diatasi
oleh sistem imun tubuh.Oleh karena itu pasien yang menderita Influenza harus
istirahat/tidur yang cukup dan tak banyak beraktivitas serta tetap berada di rumah untuk
mencegah penyebaran. Minum air yang banyak juga diperlukan. Untuk membantu
meredakan gejala batuk dan gangguan tenggorokan dapat menggunakan lozenges, teh
cairan, dan bila perlu mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala yang
mengganggu.
b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan
menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak
mengandung vitamin.
c. Banyak minum air mineral, dan mengonsumsi buah akan mengurangi rasa kering
demam.(BPOM, 2006)
14
2. Terapi Farmakologi
mengurangi rasa sakit dan Asetosal (Aspirin) untuk mengurangi rasa sakit,
b. Antitusif/ekspektoran
dekstrometorfan HBr (DMP HBr) penekan batuk cukup kuat kecuali untuk batuk
15
akut yang berat. Serta Difenhidramin HCl untuk penekan batuk dan mempunyai
c. Antihistamin.
antihistamin 2(AH2). AH1 mencegah kontraksi otot polos bronkus dan menghambat
dengan cara memblok reseptor H1 yang berada di otot polos bronkus dan usus
sehingga dapat menembus sawar darah otak, dan menyebabkan sedasi. Efek sedatif
bisa menguntungkan pada pasien yang sulit tidur karena gejala alergi. Sedangkan
lemak sehingga tidak dapat menembus sawar darah otak dan tidak menyebabkan
sedasi.
d. Dekongestan Oral.
bekerja dengan baik dalam kombinasi dengan antihistamin jika kongesti hidung
menjadi salah satu gambaran klinik. Obat dekongestan oral antara lain:
16
17
2.8 Pencegahan Influenza
Virus influenza mudah menyebar ke udara ketika penderita bersin atau batuk. Karena
itu, penderita sebaiknya memakai masker agar tidak menulari orang sehat. Jika malu
menggunakan masker, ketika batuk atau bersin penderita bisa menggunakan sapu tangan
sekali pakai (tisu). Jangan lupa membuang tisu bekas ke tempat sampah.
Agar terhindar dari serangan influenza, orang yang sehat sebaiknya mencuci tangan
sesering mungkin. Usahakan untuk menghindari tempat yang sedang terjadi wabah
influenza. Selain itu, sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuh dengan cara
Orang yang sudah rnelakukan vaksinasi influenza tidak berarti terbebas dari influenza.
Sesekali dia bisa terserang influenza, tetapi gejala yang dialaminya lebih ringan
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Influenza adalah sebuah Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang disebabkan karena
Terdapat tiga jenis virus utama yang dinamai virus influenza A, B, dan C.
2. Menurut (Gitawati Retno, 2014), dalam jurnalnya disebutkan bahwa gejala influensa
Batuk
Hidung tersumbat
Tenggorokan sakit
Sakit kepala
Demam ringan
3. Hemaglutinin dan neuraminidase merupakan hal yang penting dalam virulensi, dan
Hemaglutinin mengikat pada sel epitel respirasi sehingga mampu menginfeksi sel.
3.2 Saran
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini oleh karena itu sangat diharapkan
19
kritik maupun saran dari pembaca, untuk peyempurnaan pada makalah-makalah
berikutnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Fauci et al. Severe Sepsis and Septic Shock. Harison’s: Principles of Internal Medicine 17th Ed.
USA: The McGraw Hill Companies; 2008. Ebook version
Harimoto, T. and Kwaoka, Y., 2001. Pandemic Threat Posed by Avian Influenza A viruses.
Clinical Microbiological Review.
Abelson, B., 2009, Flu Shots, Antibiotics, & Your Immune System.
21