PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat
(SSP)manusia dan mamalia dengan mortalitas 100%. Penyebabnya adalah
virus rabies yang termasuk genus Lyssa virus, famili Rhabdoviridae,
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini
menularkan infeksi kepada hewanlainnya atu manusia melalui gigitan dan
kadang melalui jilatan. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada
manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan
lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing,
kelelawar, rakun,
sigung,
rubah.
Penyakit
rabies
mempunyai gejala
berdasarkan
epidemiologi ?
Apa saja ciri-ciri hewan yang terkena rabies ?
Bagaimana proses penularan penyakit rabies ?
Bagaimana gejala dan tanda penyakit rabies ?
Bagaimana penanganan penyakit rabies ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah penyakit rabies.
2. Untuk mengetahui definisi dari penyakit rabies.
metode
trias
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan kita dapat mengetahui hal-hal
yang berkaitan dengan penyakit rabies sehingga kita dapat mencegah
penyakit rabies ini. Makalah ini pula dapat menjadi referensi dalam
pembuatan makalah mengenai penyakit menular dalam hal ini adalah
penyakit rabies.
BAB II
PEMBAHASAN
15 tahun
99% host virus rabies adalah anjing.
lebih dari 55.000 orang meninggal dunia akibat penyakit rabies
INDONESIA
Sampai pada bulan Agustus 2010 sudah 113 orang positif
terjangkit virus rabies. Penyebaran virus rabies sulit dihentikan
sehingga tidak mengherankan apabila kematian yang diakibatkan oleh
penyakit ini mencapai 100%.
Tahun 2005 KLB terjadi di Maluku, Maluku Utara dan
Kalimantan Barat. Pada akhir tahun 2007 terjadi KLB di Banten. Pada
November 2008 terjadi KLB di Kab. Bandung, Bali, Pulau Nias,
Sumatra Utara sampai pada Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular
rabies.
Faktor Host
Hewan-hewan yang terkena virus rabies seperti anjing, kucing,
monyet, musang, dan manusia.
Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah
yang cukup banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat sekurangkurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies, kepekaan terhadap
Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim. Penyakit ini sering
terjadi dilingkungan dimana anjing lebih banyak daripada orang yang
tinggal disitu.
Port of Entry and Exit
Pada Hewan, Pertama-tama, virus rabies ini akan melekat atau
menempel pada dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui
duri glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat dapat bertindak
sebagai reseptor seluler untuk virus rabies. Kemudian secara endositosis
virus dimasukan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi, virus telah
masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri dengan sel inang
yang ia tempati. Lalu terjadilah transkripsi dan translasi. Kemudian
hewan
mengeluarkan
air
liur
yang
mengandung
virus
rabies
Fase ini biasa berlangsung kurang dari seminggu, ini adalah yang
paling menakutkan karena biasanya gejala kekerasan paling sering
terjadi pada fase ini, meskipun perlu dicatat bahwa tidak semua hewan
yang terinfeksi rabies melalui fase ini. Beberapa orang dan hewan
melewati fase ini dan langsung menuju ke fase ke-3, yaitu Paralytic.
Gejala yang muncul pada fase ini adalah :
Kurangnya kordinasi, gerakan otot yang tidak teratur atau kejang
Perilaku agresif terhadap benda atau makhluk lain
Gelisah dan berkeliaran tanpa tujuan dari satu tempat ke tempat
lain
Kurangnya rasa takut
Kebingungan dan tidak begitu mengenali orang-orang dan tempat
yang seharusnya dia tau.
Fase Paralytic
Dalam tahap akhir dan mematikan dari penyakit ini, manusia dan
anjing yang terinfeksi rabies memperlihatkan gejala-gejala berikut ini:
Mulut berbusa : Gejala ini disebabkan oleh kelumpuhan yang
terjadi pada tenggorokan dan otot rahang, yang membuat sulit
untuk menelan ludah. Akibatnya, kebanyakan hewan tidak akan
kelumpuhan.
Kelumpuhan seluruh tubuh yang berakhir pada kematian.
Perlu diketahui bahwa virus dapat tetap aktif di dalam tubuh hewan yang
mati untuk waktu 48 jam dan darah serta cairan tubuh lainnya dari hewan
tersebut bisa menularkan virus jika terkontak dengan luka segar yang terbuka
atau selaput lendir.
Gejala sakit yang akan dialami oleh seseorang apabila terkena virus
rabies dibagi dalam 4 tahap, yaitu :
Stadium Prodnormal
Dalam stadium prodnormal sakit yang timbul pada penderita tidak
mencolok/ tidak khas. Hanya menyerupai infeksi virus pada umumnya
yang meliputi demam, sulit makan, pusing, pening, dan sebagainya.
Stadium Sensoris
Dalam stadium sensoris penderita yang terkena virus rabies
umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas,
gugup, kebingungan, hiperhidrosis, hiperlakriminasi, hipersalivasi dan
lain sebagainya.
Stadium Eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget,
kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi aerofobia,
fotofobia dan hidrofobia. Kejang-kejang ini terjadi sebagai akibat dari
adanya gangguan di daerah otak yang mengatur proses menelan dan
pernafasan.
Stadium Paralitik
Pada stadium ini menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan dari bagian
atas tubuh ke bawah yang progresif. karena durasi penyebaran penyakit
yang cukup cepat maka keempat stadium sebelumnya akan terlihat sangat
jelas perbedaannya.
Anjing Apa Yang Paling Beresiko Tinggi Terkena Rabies
Anjing yang tidak di vaksin dan diizinkan untuk berkeliaran di luar
rumah tanpa pengawasan adalah yang paling beresiko tinggi. Mereka bisa
bertemu dengan hewan liar dan memiliki kemungkinan besar untuk berkelahi
dengan anjing atau kucing liar yang terinfeksi.
Bagaimana Rabies Di-Diagnosis
Tidak ada tes akurat untuk mendiagnosa rabies pada hewan hidup. Tes
antibody fluorescent adalah yang paling akurat untuk diagnosa yang telah
digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam pendiagnosaan
penyakit rabies. Namun karena memerlukan jaringan otak, maka hal ini hanya
bisa dilakukan setelah kematian hewan tersebut dengan menggunakan suntik
mati terlebih dahulu, jadi tidak dapat di praktekkan pada manusia. Akan
tetapi, uji serupa dapat tetap dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum
tulang belakang, atau air liur penderita walaupun tidak akurat 100%.
E. Proses Penularan Penyakit
Sumber penularan penyakit rabies 90% dari anjing, 6% dari kucing, 4%
dari monyet dan hewan lain. Setelah menyerang dan mengakibatkan radang
otak. Virus akan menyebar ke air liur penderita rabies. Pada anjing, virus
ditemukan kurang dari 5 hari sebelum timbulnya gejala. Gigitan hewan
terinfeksi bias langsung menularkan penyakit. Cakaran hewan terinfeksi perlu
diwaspadai karena kebiasaan hewan yang menjilati cakarnya.
Masa inkubasi pada hewan hampir sama dengan masa inkubasi pada
manusia. Pada manusia, masa inkubasi virus rabies ini sekitar 20-90 hari.
Beberapa literature menyatakan 30-60 hari. Masa inkubasi dipengaruhi oleh
beberapa factor, di antaranya:
Virulensi/srain virus
Banyak sedikitnya virus
Jarak lokasi gigitan dengan kepala (Susunan saraf pusat)
Jumlah luka gigitan
Dalam dan luasnya luka gigitan
Jumlah saraf pada luka gigitan
Respon imun penderita.
Setelah tergigit, virus rabies akan tetap berada pada lokasi gigitan
sampai selama + 2 minggu, kemudian virus akan bergerak menuju ujung
syaraf posterior untuk menuju ke otak. Dalam perjalanannya, Virus akan
bereplikasi (memperbanyak diri). Di otak, Virus akan menempati bagian
neuron saraf pusat terutama di hipotalamus, bagian otak , dan pada system
limbic.
Selanjutnya, virus akan bergerak menuju saraf tepi melalui saraf eferen,
volunteer, dan otonom, untuk mencapai hamper semua organ, terutama pada
kelenjar air liur, air mata dan ginjal. Pergerakan virus tidak melalui pembuluh
darah dan pembuluh limfe. Pada saat perjalanan virus ke otak , tubuh
penderita belum menunjukkan gejala-gejala terserang penyakit. Setelah
berkembang biak di otak, Jumlah virus akan cukup signifikan untuk
menyebabkan gangguan fungsi. Adanya virus pada system limbik yang
mengontrol emosi yang menyebabkan penderita kehilangan control kesadaran
emosinya. Pada hewan, hal ini dapat menyebabkan serangan pada pihak lain
secara tiba-tiba tanpa provokasi sebelumnya.
F. Gejala dan Tanda
1. Pada manusia
Gejala awal biasanya tidak jelas. Pasien merasa tidak enak dan gelisah.
Gejala yang menonjol adalah rasa nyeri, panas, dan gatal disekitar
luka, kemudian bisa di ikuti kejang, sakit kepala, demam, dan sulit
menelan. Apabila telah terjadi kelumpuhan otot pernapasan, maka
penderita dapat terancam meninggal. Gejala khas lainnya adalah
hidrofobia, yaitu ketakutan penderita terhadap air yang bisa sampai
terjadi kejang bila berdekatan dengan air. Gejala aerofobia dapat juga
terjadi kejang bila berdekatan dengan air.
2. Pada hewan (anjing peliharaan)
Hewan terinfeksi mengeluarkan banyak liur karena sulit menelan.
Anjing seringkali menjepit ekor diantara kedua kakinya atau
bertingkah laku aneh seperti tidak mengenal majikanya. Selain itu,
anjing yang biasa keluar malam akan lebih sering keluar pada siang
hari. Anjing yang tadinya jinak bisa menjadi ganas. Ia akan menyerang
apa saja yang bergerak dan takut terhadap air (hidrofobia).
G. Penanganan Penyakit Rabies
Pencegahan
Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan
peliharaan rutin, hindari memelihara hewan liar di rumah, jika anda
meskipun
dalam
jumlah
yang
terbatas.Vaksin
terbatas.
Oleh
karena
itu,
WHO
memberikan
vaksin
Peternakan/Pertanian setempat.
Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas
ke
petuga
Dinas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rabies adalah penyakit infeksi virus yang berlangsung akut dan
menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh rabiesvirus yang berasal
dari family Rhabdovirus. Penyebaran bisa terjadi kebanyakan dari hewan
anjing melalui gigitan hewan penderita tersebut atau kontak langsung dengan
air liur dari hewan yang menderita rabies. Gejala yang akan timbul pada
manusia adalah sensasi dingin atau kesemutan di tempat gigitan, tidak enak
badan,
sakit
kepala,
anoreksia,
mual,
sakit
tenggorokan,
rasa
DAFTAR PUSTAKA