Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU

TENTANG PENGENDALIAN VEKTOR KECOA

Dosen Pembimbing :
Ngadino, S.Si, M.Pi
Irwan Sulistio, SKM, M.Si
Disusun Oleh :
D3 – 4B Kelompok 3
1. Achmad Rizka Khadori (P27833119040)
2. Adelia Febrianti (P27833119041)
3. Annisa Alfaianti Khoiriyah (P27833119043)
4. Annisa Nur Fadhillah (P27833119044)
5. Ardiansyah Widodo Utomo (P27833119045)
6. Ari Dian Octavia (P27833119046)
7. Athaya Rahma Dewi (P27833119047)
8. Ciendy Dwi Permatasari (P27833119048)
9. Clara Intan Pratiwi (P27833119049)
10. Cyntia Margareta Mashuri (P27833119050)
11. Dewi Anggita Setyowati (P27833119051)
12. Elsa Febriani Pradika (P27833119052)
13. Faiq Azmiy Fadllullah (P27833119053)
14. Gabriella Olga Damara (P27833119054)
15. Gery Putri Asmarani (P27833119055)
16. Hafizhta Irfanny Rosalina (P27833119056)
17. Hanifah Nailul Mukarromah (P27833119057)
18. Ikhris Syafira Rengganis (P27833119058)
19. Khoirunnisa Dwi Wahyunin (P27833119059)
20. Kiki Yenni Amelya (P27833119060)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN


KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA PRODI DIII SANITASI
SURABAYA TAHUN AJAR 2020/2021
1i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Pengendalian Vektor
Kecoa”.

Dalam penulisan makalah ini, telah banyak mendapat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

Surabaya, 25 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1

B. Tujuan ........................................................................................................................ 1

C. Manfaat ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3
A. Definisi Kecoa ............................................................................................................ 3

B. Morfologi Kecoa ......................................................................................................... 3

C. Jenis Kecoa ................................................................................................................. 4

D. Daur Hidup Kecoa ...................................................................................................... 8


E. Kepadatan Kecoa ........................................................................................................ 9
F. Kebiasaan Kecoa .............................................................................................................................9
G. Penyakit Akibat Kecoa .............................................................................................. 10
H. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Akibat Kecoa ................................................. 12
I. Pengobatan Penyakit Akibat Kecoa ........................................................................... 13
J. Pengendalian Kecoa ..................................................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 18


A. Kesimpulan................................................................................................................ 18

B. Saran ......................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

1i ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecoa adalah serangga yang masih menjadi parasit terbesar yang menimbulkan
masalah kesehatan di dunia. Diperkirakan terdapat sekitar 4.000 spesies kecoa
yangterdapat di dunia. Kecoa sering ditemukan di tempat yang gelap dan lembab oleh
karna itu di bagian tertentu rumah sangat banyak ditemukan, seperti kamar mandi yang
gelap dan lembab, juga dapur yang kotor dan banyak tersimpan sisa sisa makanan,
gudang tempat penyimpanan barang yang jarang dibersihkan, juga beberapa lemari dan
rak-rak buku.
Ketika kecoa memakan ataupun melewati makanan manusia mereka akan
mengkontaminasi makanan tersebut dengan meninggalkan mikroorganisme patogen
yang ada pada permukaan tubuh kecoa, karena memang sangat banyak mikroorganisme
patogenyang berada di luar tubuh kecoa, baik di kaki-kakinya, maupun di sayapnya, dan
di seluruh badannya.

B. Tujuan

1. Umum

Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pengendalian vector kecoa.

2. Khusus

a. Dapat memahami deskripsi dari definisi vector kecoa

b. Dapat memahami deskripsi dari morfologi vector kecoa

c. Dapat memahami deskripsi dari jenis-jenis vector kecoa

d. Dapat memahami deskripsi dan analisis dari daur hidup vector kecoa

e. Dapat memahami deskripsi dan analisis dari kepadatan vector kecoa

f. Dapat memahami deskripsi dan analisis kebiasaan dari vector kecoa

g. Dapat memahami identifikasi dan analisis dari penyakit yang disebabkan oleh

1
vector kecoa

h. Dapat memahami identifikasi dan analisis cara pencegahan penyakit yang


disebabkan oleh vector kecoa

i. Dapat memahami identifikasi dan analisis cara pengobatan penyakit yang


disebabkan oleh vector kecoa

j. Dapat memahami identifikasi dan analisis cara pengendalian vector kecoa

C. Manfaat

1. Teoritis

Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar mendapat pengetahuan mengenaicara


pengendalian vector kecoa.
2. Praktis
Menjadi sumber referensi dan informasi bagi pembaca makalah ini supaya
mengetahui dan memahami mengenai bagaimana cara pengendalian vector kecoa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KECOA

Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit,
gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat kehidupannya dengan
manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab, tempat yang banyak terdapat makanan,
hidup secara berkelompok, dapat terbang, dan aktif pada malam hari seperti di dapur, di
tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-saluran air kotor.

Umumnya kecoa menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap dan
sering bersembunyi di sela-sela bangunan. Serangga ini dikatakan pengganggu karena
mereka biasa hidup ditempat kotor dan dalam keadaan terganggu mengeluarkan cairan yang
berbau tidak sedap. Kecoa merupakan serangga yang suka hidup ditempat terlindung,
tertutup maupun lipatan-lipatan sehingga susah diberantas, akan tetapi serangga tersebut
mempunyai alat komunikasi yang digunakan untuk memanggil sesamanya untuk berkumpul
yang disebut aggregation pheromone.

Kecoa juga merupakan hama yang tidak disukai banyak orang, hal ini berkaitan dengan
kesan kotor, menjijikkan, menimbulkan bau busuk, vektor beberapa penyakit dan
menyebabkan reaksi alergi terhadap manusia. Kecoa juga dapat menyebabkan keracunan
makanan karena membawa patogen di tubuhnya seperti Salmonella, Staphylococcus,
Streptococcus, Coliform dan bakteri patogen lainnya. Kecoa menjadi harbor (tempat hidup)
dan transmitter patogen penyakit karena kecoa dapat makan apa saja, termasuk sisa makanan
dibuang di dapur dan di kotak sampah. Kecoa secara mekanis dapat mentransfer kuman
dengan berjalan di atas piring dan peralatan makan. Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa
infestasi kecoa dapat menyebabkan stres psikologis manusia dan stigma bahwa infestasi
kecoa dapat mengubah perilaku manusia, seperti entomofobia.

B. MORFOLOGI KECOA

Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval, pipih dorso-ventral. Kepalanya
tersembunyi dibawah pronotum, dilengkapi dengan sepasang mata majemuk dan satu mata
tunggal, antena panjang, sayap dua pasang, dan tiga pasang kaki. Pronotum dan sayap licin,
tidak berambut dan tidak bersisik, berwarna coklat sampai coklat tua. Secara umum kecoa

3
memiliki morfologi sebagai berikut :
1. Tubuh bulat telur dan pipih dorsoventral (gepeng)
2. Kepala agak tersembunyi dilengkapi :sepasang antena panjang yang berbentuk
filiformyang bersegmen,dan mulut tipe pengunyah (chewing)
3. Bagian dada terdapat 3 kaki,2 pasang sayap,bagian luar tebal,bagian dalam berbentuk
membran.
4. Caput melengkung ke ventro caudal di bawah sehingga mulut menjol diantara dasar
kakipertama.
5. Biasanya bersayap 2 pasang jenis
6. Blatta orientialis
7. Betina memiliki sayap yang lebihpendek daripada jantan (tidak menutup abdomen).
8. Kaki disesuaikan untuk berlari
9. Metamorfosis tidak sempurna (telur-nimpha-dewasa),telur terbungkus ooteca 6-30 butir
telur dan menetas 26-69 hari sedangkan nimpha menjadi dewasa mengalami molting
sebanyak 13 kali,siklus hidup secara keseluruhan 2-21 bulan dan kecoa dewasa dapathidup
selama 3 tahun.
10. Kebiasaan hidupnya,kecoa termasuk binatang malam (nocturnal)
11. Yang dapat bergerak cepat dan selalu menghindari cahaya. Bersifat omnivora memakan
buku,kotoran,tinja dandahak atau makanan dari kanji.

C. JENIS JENIS KECOA


1. Jenis jenis kecoa
Menurut Cornwell (1968) jenis kecoa yang sering ditemukan di lingkungan
permukimanadalah kecoa amerika Periplaneta americana (L.), kecoa jerman Blatella
germanica (L.), dan kecoa australia Periplaneta australasiae (F.) Blatta orientalis L.,
Jenis kecoa yang banyak ditemukan di lingkungan permukiman Indonesia adalah kecoa
amerika P. americana
a. Kecoa amerika Periplaneta americana (L.)
Kecoa amerika merupakan serangga omnivora, yang mengkonsumsi makanan
asal tumbuhan maupun hewan, . Kecoa Periplaneta americana memiliki ciri khas
tubuh berwarna coklat, corak kekuningan di pronotumnya Kecoa ini banyak
ditemukan pada daerah sampah, vegetasi, rumah maupun tanah dan sebagian hidup

4
di daerah gua. Tempat perindukan kecoa lebih menyukai tempattempat yang kotor,
lembab dan sejuk, seperti WC, di bawah tumpukan barang-barang, di gudang yang
lembab dan berbau atau di tempat-tempat yang gelap lainnya. Cara hidup kecoa
umumnya tinggal berkelompok dan mempunyai peranan yang cukup penting dalam
penularan penyakit.
Peranan tersebut antara lain sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikro
organisme patogen, sebagai inang perantara spesies cacing, menyebabkan timbulnya
reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan kelopak mata,
dan kecoa dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen antara lain,
Streptococcus, Salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam
penyebaran penyakit antara lain, disentri, diare, cholera, virus hepatitis A, dan polio
pada anak-anak (Wahyuni dkk, 2017). (Sucipto, 2011) menjelaskan bahwa, Kecoa
Amerika salah satu jenis yang berbahaya, karena memiliki perilaku memakan
makanan dan kotoran lalu memuntahkan kembali sebagian makanan yang telah
dicernanya dan menyukai tempat seperti saluran pembuangan air limbah, septic tank,
selokan dantempat sampah.
Ciri ciri kecoa amerika
1) Kecoa amerika dewasa memiliki panjang 34 – 40 mm
2) Berwarna merah kecoklatan dan mengkilat
3) Kecoa Amerika jantan mempunyai sayap lebih panjang daripada tubuhnya,
sedangkan kecoa betina memiliki sayap yang

4) tumpang tindih dengan bagian perut mereka siklus hidup kecoa amerika

5) Ootheca (kantung telur) berisi hingga 16 telur dan dibawa oleh betina selama
beberapa hari sebelum disimpan

6) Menetas dalam waktu 1 - 2 bulan

7) Nimfa membutuhkan waktu 6 - 12 bulan untuk berkembang biak, tetapi tidak


menutup kemungkinan memakan waktu hingga 15 bulan.
2. Kecoa jerman Blatella germanica (L.)
Kecoak Jerman Blatella germanica L. (Dictyoptera: Blattellidae) merupakan
serangga pengganggu permukiman yang memiliki kemampuan beradaptasi sangat

5
baik dibandingkan kecoak jenis lainnya dan dapat berkembang biak dalam waktu
singkat (Nafis, 2009)
Kecoa Blattella germanica berwarna coklat terang, terdapat dua pita vertikal
berwarna hitam pada pronotumnya. Kecoa ini ditemukan pada semua jenis tempat
penjualan bahan pangan dan makanan terutama di almari penyimpanan. Menurut
penelitian Yagci et al. menunjukkan bahwa kecoa german banyak ditemukan di
bangunan manusia dan di dalam ruangan seperti di dapur, kamar mandi dan tempat
makanan. Kecoa ini juga akan muncul disiang hari ketika populasinya tinggi.kecoa
german juga ditemukan keberadaannya di siang hari terutama di beberapa almari
penyimpanan peralatan pemotongan daging. Serangga ini banyak dijumpai di
permukiman, rumah sakit, supermarket atau gedung-gedung tempat bahan makaanan
disimpan, diolah, atau didistribusikan (Sigit et al., 2006).
Serangga ini dikategorikan sebagai serangga pengganggu baik di bidang
kesehatan, estetika, dan ekonomi (Suliyat, 2009). Kecoak ini tergolong serangga
yang tidak disukai kehadirannya karena dapat membawa organisme penyebab
penyakit seperti alergi, diare, disentri, kolera, kusta dan tipus terhadap manusia
(Hadi, 2010; Agrawal, Tilak dan Gupta, 2005)
Ciri ciri kecoa jerman blatella germanica :
1) Memiliki 2 garis berwarna gelap yang memanjang pada bagian pronotum
(pelindung kepala) mereka
2) Kecoa Jerman dewasa mempunyai panjang 10 - 15 mm.
3) Kecoa Jerman jantan berwarna coklat kekuningan dengan bentuk badan yang
menyerupai lidah dan lebih panjang dibandingkan betina.
4) Kecoa Jerman betina berwarna lebih gelap dengan ukuran perut yang lebih besar
Siklus hidup kecoa jerman blatella germanica
1) Kecoa Jerman betina membawa 35 - 40 telur di dalam ootheca (kantungtelur)
sampai siap menetas
2) Telur kecoa menetas dalam kurun waktu 1 bulan
3) Nimfa kecoa membutuhkan waktu antara 6 minggu hingga 6 bulan untuk
berkembang biak menjadi kecoa dewasa.

6
3. Kecoa australia Periplaneta australasiae (F.)
Kecoa Australia atau australian cockroach tersebar di seluruh dunia termasuk di
Indonesia. Kecoa ini termasuk ke dalam famili Blattidae, Ordo Dictyoptera atau
Blattodea. Ia dapat dijumpai di sekitar permukiman, restoran, rumah sakit,
supermarket atau gedunggedung tempat terdapat bahan-bahan makanan atau
minuman disimpan. Di dalam hunian manusia, kecoa ini juga merupakan
pengganggu dan bisa memakan bahan pakaian dengan membuat lubang dan merusak
bagian penutup buku. Tetapi kelihatannya ia lebih senang tinggal di areal pertanian
dan lebih bersifat vegetarian.
Penulis sering menjumpai kecoa ini berkeliaran di sekitar manur kandang sapi
perah. Kecoa australia berukuran mirp seperti kecoa amerika tetapi sedikit lebih kecil
(panjang 31-37 mm), tubuhnya berwarna lebih gelap atau coklat kemerahan
(gambir). Pada pinggir atas depan sayap mempunyai pita kuning sepanjang 1/3
panjang sayap depan. Pada bagian atas toraks (pronotum) juga memiliki bercak
kuning muda seperti kecoa amerika. kecoa muda atau nimfa instar terakhir
mempunyai bercak kuning terang sepanjang sisi abdomennya.
4. Blatta orientalis L(kecoa oriental)
Kecoa Blatta orientalis atau oriental cockroach tergolong famili Blattidae, Ordo
Dictyoptera. Pada dasarnya merupakan kecoa daerah oriental, tetapi dalam era global
ini kemungkinan juga telah masuk ke Indonesia. kecoa ini warna tubuhnya coklat tua
mengkilat atau coklat kemerahan (gambir) sampai kehitaman. Lipas betina berukuran
panjang 22-27 mm dengan abdomen lebar dan stubby wings atau kurang
berkembang, sehingga nampak seperti lipas pradewasa (nimfa). kecoa jantan
berukuran panjang 25 mm, langsing, dan sayapnya hanya menutupi dua pertiga
bagian abdomen atas. kecoa oriental memakan bahan-bahan organik yang membusuk
dan mempunyai reputasi yang menjijikkan di antara spesies yang menyerang hunian
manusia.
Di luar rumah, serangga ini ditemukan ditempat yang lembab dan dingin seperti
di bawah dedaunan yang membusuk atau batu, bunga dan berbagai tanaman kebun,
ditempat sampah dan kotoran lainnya, serta sistem pembuangan air. Kadang-kadang,
selama periode dingin yang tak menentu atau saat mulai musim gugur, pasti banyak

7
kelompok kecoa yang berpindah ke bangunan hunian manusia. kecoa ini menyerang
bangunan buatan manusia melalui pipa aliran pembuangan, retakan fondasi, ventilasi
dan pintu rumah yang tidak tertutup dengan baik. Secara umum, spesies ini tidak
menjadi melimpah di dalam gedung, tetapi populasi bisa menjadi besar pada suatu
saat terutama di saluran pembuangan, got, lembab ruang bawah tanah, beranda, dan
lokasi basah lainnya.

D. DAUR HIDUP KECOA

Kecoa memiliki siklus hidup atau metamorfosis yang tidak sempurna karena hanya
memilikitiga tahap saja yaitu: telur --- nimfa (bayi kecoa) --- dewasa. Tahap pertama adalah
telur. Setelah telur menetas akan menjadi nimfa. Dari telur kecoa menetas menjadi nimfa perlu
waktu 30-40 hari. Nimfa adalah tahapan tubuh hewan muda. Nimfa pada kecoa memiliki
bentuk tubuh yang hampir sama dengan kecoa dewasa, tetapi ukuran nimfa lebih kecil dan
belum memiliki sayap. Nimfa kemudian menjadi kecoa muda dan hampir menjadi kecoa
dewasa. Setelah 5-6 bulan, nimfa mengalami pergantian kulit berkali-kali hingga menjadi
kecoa dewasa. Setelah dewasa, kecoa akanbertelur, dan telur tersebut akan menetas. Tahapan
perubahan bentuk akan terulang lagi. Urutan siklus hidup kecoa dapat dilihat pada Gambar di

8
atas.

E. INDIKATOR KEPADATAN KECOA


Kategori Germanica Orentialis Americanna Supella
Rendah 0-5 0-1 0-1 0-3
Sedang 6-20 2-10 2-10 4-10
Tinggi 20-100 11-25 11-25 11-50
>Tinggi 100+ 25+ 25+ 50+

Keterangan :
1. Rendah : Tidak terjadi masalah
2. Sedang : Perlu pengamanan tempat berkembangbiaknya
3. Tinggi / padat : Perlu pengamanan tempat berkembangbiaknya dan rencanakan
pengendaliannya
4. > Tinggi : Harus mengendalikan secara menyeluruh

F. KEBIASAAN KECOA
1. Tempat Perindukan
Kecoa biasanya menyukai tempat yang gelap dan lembab seperti kamar mandi/wc,
gudang,tempat sampah, selokan, kandang binatang dll. Sebagian besar bekembang biak
pada iklim yang dingin, pada spesies Periplaneta americana ketika tropis dan keadaan
temperatur yang hangat mereka berpindah tempat melalui saluran-saluran air kotor,
tangki septik, kakus umum dan tempat sampah.
2. Kebiasaan Makan
Kecoa memakan banyak jenis makanan termasuk segala makanan yang biasanya
dikonsumsi oleh manusia. Namun, mereka lebih suka makanan yang mengandung gula,
kecoa rumah (Periplaneta americana) suka memakan susu, keju, daging, selai kacang,
kelapa bakar dan coklat yang manis. Jenis makanan yang paling disukai oleh kecoa
rumah (Periplaneta americana) yaitu selai kacang dan kelapa bakar.
Kecoa juga menyukai makanan yang bukan merupakan bahan makanan bagi
manusia seperti pinggiran buku, bagian dalam tapak sepatu, serangga mati, kulit mereka
sendiri yang sudah mati dan usang, darah kering, kotoran badan dll.

9
3. Kebiasaan Terbang
Kecoa mempunyai sepasang sayap terluar yang sempit, tebal dan keras, sedangkan
sepasang sayap seperti membran dan seperti lipatan kipas. Sayap tersebut digunakan untuk
terbang pada jarak pendek, tetapi kecoa lebih dikenal suka berlari dan dapat bergerak
dengan cepat dengankaki panjang yang berkambang biak.
4. Perilaku
Kecoa rumah (Periplaneta americana) biasanya hidup dekat dengan kehidupan
manusia. Kebanyakan kecoa hidup di bagian rumah atau gedung yang hangat, lembab
dan terdapat banyak makanan. Kecoa biasanya hidup berkelompok. Mereka termasuk
hewan nokturnal, yaitu hewan yang aktif pada malam hari dan suka bersembunyi di balik
retakan dinding atau lemari, di dekat saluran air, di kamar mandi, di dalam alat-alat
elektronik, dan kandang hewan, serta banyak lagi yang lainnya. Kecoa juga menyukai
tempat-tempat yang gelap.

G. PENYAKIT AKIBAT KECOA


Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen. Sebagai inang
perantarabagi beberapa spesies cacing. Kecoa seringkali menganggu kenyamanan dan estetika
karena menimbulkan bau, pencetus alergi, membawa bakteri serta parasit, serta meninggalkan
noda padadinding , lantai, dan perabot rumah. Penyakit yang dapat ditularkan melalui kecoa
diantaranya typus, toksoplasma, asma, TBC, kolera. (WHO, 2019)
Proses ini dapat berlangsung dimungkinkan karena bibit penyakit yang terdapat pada
sampah atau sisa makanan (sebagai habitat Kecoak) terbawa kaki atau bagian tubuh Kecoak,
dan mencemari makanan kita Kecoa merupakan vektor mekanik beberapa mikroorganisme
seperti Streptococcus sp, Salmonella sp, Shigella sp, Campylobacter sp, Pseudomonas
aeruginosa, Mycobacterium sp, Klebsiella pneumonia dan di tubuhnya terdapat ektoparasit
dan endoparasit yang didominasi oleh nematoda. sehingga kecoa mampu menyebarkan
penyakit disentri, diare, cholera. Dan sebanyak 3,3 % kecoa domestik telah terkontaminasi
Salmonella enteritidis. (Fitriana, dkk, 2017)
Selain mikroba patogen, pada tubuh kecoa juga terdapat parasit. Parasit tersebut berada
di dalam dan bagian luar tubuh kecoa, ditemukan dalam stadium telur dan larva. Adapun
spesies nematoda yangditemukan pada tubuh kecoa antara lain; Ascaris lumbricoides, Oxyuris

10
vermicularis Trichuris trichiura, cacing tambang. (Nababan, 2004) Beberapa penyakit akibat
vektor kecoa:

1. Demam Tifoid (Tifus)


Tifus (tipes) atau demam tifoid adalah penyakit yang terjadi karena infeksi bakteri
Salmonella typhi yang menyebar melalui makanan dan minuman yang telah terontaminasi.
Penyakit yang banyak terjadi di negara-negara berkembang dan dialami oleh anak-anak ini
dapat membahayakan nyawa jika tidak ditangani dengan baik dan secepatnya. Tifus dapat
menular dengan cepat. Infeksi demam tifoid terjadi ketika seseorang mengonsumsi
makanan atau minuman yang telah terkontaminasi sejumlah kecil tinja yang mengandung
bakteri. Pada kasus yang jarang terjadi, penularan juga bisa terjadi akibat terkena urine
yang terinfeksi bakteri.

2. Toksoplasmosis

Toxoplasmosis merupakan suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh


Toxoplasama gondii. Infeksi Toxoplasma gondii menyebar pada sebagian besar penduduk
dunia, tapi sedikit saja yang bermanifestasi klinis secara nyata (Widagdo, 2012).
Seropositivitas dari Toxoplasma gondii di daerah Amerika Tengah, Pasifik Selatan serta
Eropa Barat mencapai angka 90% pada empat dekade terakhir (Foster, 2007).

Pada mayoritas populasi manusia, seroprevalensi parasit meningkat seiring dengan


bertambahnya usia, dan bervariasi pada jenis kelamin. Ookista juga hidup lebih lama di
lingkungan dengan tingkat kelembaban tinggi dan pada daerah dengan ketinggian rendah.

3. Asma

Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan
yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak
atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain
seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia,
baik muda atau tua. Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, namun
ada beberapa hal yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas
fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia

4. TBC (Tuberculosis)

11
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TBC(Mycobacterium tuberculosis) (Kemenkes RI, 2013). Tuberkulosis adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Sebagian besar kuman TBC
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya termasuk meninges,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Smeltzer&Bare,2002). Tuberkulosis merupakan infeksi
bakterikronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensifitas yang
diperantarai sel (cell- mediated hypersensitivity) (Kemenkes RI, 2011).
Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacteri umtuberculosis.
Kumanini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA) (kemenkes
RI,2011). Sumber penularan adalah penderita TBC BTA(+) yang ditularkan dari orang
ke orang olehtransmisi melalui udara.

5. Kolera
Kolera adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae
yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh
penderita. Bakteri tersebut mengeluarkan racunnya pada saluran usus sehingga terjadi diare
(diarrhoea) disertai muntah yang hebat. Akibatnya seseorang kehilangan cairan tubuh yang
banyak dan masuk pada kondisi dehidrasi. Apabila dehidrasi tidak segera ditangani akan
menyebabkan kematian. Menurut Johnson (2004), kolera adalah penyakit yang telah lama
menyerang manusia dan terus menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat dunia.
Penularan penyakit kolera ini dapat melalui air, makanan, dan sanitasi yang buruk.
Pada tahun 2014 total kasus kolera sebanyak 190.549 dilaporkan ke WHO oleh 42 negara,
55% dari kasus berasal dari Afrika, 30% dari Asia dan 15% dari Hispaniola. Total kasus
kematian akibat kolera sebanyak 2231 kematian yang dilaporkan oleh 24 negara. Diduga
terdapat lebih dari 2 juta kasus dan hampir seratus ribu kematian karena kolera setiap
tahunnya (WHO 2015). Penyebaran kolera tetap harus diwaspadai karena kurangnya
perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di sebagian daerah Indonesia (Unicef Indonesia
2012)

H. Pencegahan dan Penyakit Akibat Kecoa

12
Menurut Depkes RI (2002), cara pencegahan kecoa dapat ditujukan terhadap kapsul telur dan
kecoa yaitu :

1. Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara : Mekanis yaitu mengambil kapsul
telur yang terdapat pada celah-celah dinding, celah-celah almari, celah-celah peralatan, dan
dimusnahkan dengan membakar/dihancurkan

2. Pemberantasan kecoa Secara fisik atau mekanis dengan :

a. Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan.


b. Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.
c. Menutup celah-celah dinding
3. Secara Kimiawi
Pemberantasan kecoa secara kimiawwi dilakukan dengan menggunakan bahan
kimia (insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan), dust (bubuk), aerosol
(semprotan) atau bait (umpan). Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam
pemberantasan kecoa yang dapat dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasilingkungan,
menyimpan makanan dengan baik dan intervensi kimiawi (insektisida, repellent,
attractan).

I. Pengobatan Vektor Kecoa

1. Demam tifoid (Tifus)

a. Perawatan

Pasien demam typhoid perlu di rawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi
dan pengobatan. Pasien harus tirah baring minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah mencegah terjadinya komplikasi
yaitu perdarahan usus atau perforasi usus, mobilisasi pasien di lakukan secara bertahap
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien

b. Terapi obat-obatan

1) Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapatdiberikan


secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

2) Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari

13
3) Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg
sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim

4) Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

5) Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc,
diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

6) Golongan Fluorokuinolon

a) Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

b) Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

c) Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

d) Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

e) Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

f) Kombinasi obat antibiotik

2. Toksoplasmosis
Terapi pada pasien toksoplasmosis hanya mampu membunuh stadium takizoit
pada saat ini, dan tidak membasmi pada stadium kista sehingga hanya dapat
memberantas infeksi akut, tetapi tidak bisa mengobati infeksi menahun. Pada pasien
toksoplasmosis akuisita tidak perlu diberi terapi karena toksoplasmosis akuisita jarang
menunjukan gejala (asimtomatik).
Pada kasus toksoplasmosis kongenital pengobatan dapat dibedakan atas 2 yaitu
pengobatan prenatal dan postnatal. untuk pengobatan prenatal, obat – obatan yang
diberikan berupa Spiramycin dengan dosis 1gr per 8 jam. Dan untuk pengobatan postnatal
diberikan Pyrimethamine sebanyak 2 mg/Kg BB perhari selama 2 hari, kemudian 1 mg/kg
BB perhari selama 2 – 6 bulan.

3. Asma

Pengobatan pada serangan asma akut, obat-obat yang digunakan adalah


bronkodilator dan kortikosteroid sistemik. Untuk pelaksanaan asma jangka Panjang,
pengobatan disesuaikan dengan klasifikasi beratya asma namun dengan prinsip

14
pengobatan yang sama yaitu edukasi, obat asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga
kebugaran. Obaat asma yang digunakan sebagai pengontrol anta lain inhalasi
kortikosteroid, β2 agonis kerja lambat,antileukotrien, teofilin lepas lambat, kombinasi
steroid dan agonis β2 kerja lambat. Obat asma yang digunakan sebagai pelega yaitu agonis
β2 kerja cepat, antikolinergik, dan metilsantin (Menkes RI,2008)

4. TBC (Tuberculosis)

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Obat anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis
obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) tunggal (monoterapi). Pemakaian Obat Anti
Tuberkulosis-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan. Jenis OAT yaitu :
1) Isoniazid (H)
2) Rifampicin (R)
3) Pyrazinamide (Z)
4) Streptomycin (S)
5) Ethambutol (E)
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien meminum obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawasan Minum Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1) Tahap awal (intensif)
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensiobat.
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien baru TB menjadi tidak menular dalam kurun waktu2 minggu.
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan
2) Tahap lanjutan
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namundalam
jangka waktu yang lebih lama.
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga

15
mencegah terjadinya kekambuhan.
5. Kolera
Pengobatan dengan pemberian oralit dan zinc. Selain itu pemberian antibiotik
juga dapat dilakukan untuk pengobatan penyakit kolera (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013).

Vaksinasi juga dapat dilakukan agar tidak tertular bakteri kolera. Namun distribusi
vaksin masih sangat terbatas. Ada tiga merk vaksin kolera yang telah lolos uji pre-
kualifikasi WHO. Vaksin tersebut diberikan secara oral. Vaksin kolera diberikan sekitar
satu minggu sebelum orang tersebut pergi ke daerah rawan kolera. Bagi yang berusia
diatas enam tahun, 2 dosis vaksin kolera dapat melindungi mereka dari infeksi bakteri
kolera selama dua tahun. Sedangkan bagi anak-anak yang berusia dua sampai enam tahun,
dibutuhkan 3 dosis vaksin kolera untuk melindungi mereka dari seranganbakteri kolera
selama enam bulan

J. Pengendalian Vektor Kecoa


Pengendalian vektor kecoa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti secara
sanitasi, biologis, mekanis, atau kimiawi. Pada umumnya cara kimiawi lebih banyak
dilakukan oleh masyarakat seperti penyemprotan atau pengasapan, karena dinilai lebih
praktis (EHW, 2005). Namun insektisida sintetik dalam usaha untuk membunuh serangga
sebenarnya kurang efektif dan efek penggunaan insektisida dapat menimbulkan polusi yang
akan membahayakan kelangsungan hidup manusia, binatang dan makhluk lainnya. Untuk
menghindari kejadian yang dapat membahayakan hidup tersebut, maka pengendalian
serangga dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida nabati yang ramah lingkungan
(Djojosumarto, 2008).
Secara umum insektisida nabati diartikan sebagai suatu insektisida yang berasal dari
tumbuhan. Insektisida nabati bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak
mencemari lingkungan (Djojosumarto, 2008). Senyawa tumbuhan yang diduga berfungsi
sebagaiinsektisida yaitu tumbuhan yang memiliki senyawa kimia atau metabolit sekunder.
Metabolit sekunder yang dapat dijadikan penangkal serangga antara lain dari golongan
sianida, alkaloid, dan terpenoid. Selain itu insektisida nabati relatif murah karena dapat
dibuat dengan menggunaan bahan-bahan yang ada di sekitar kita (Kuruseng dkk, 2009).

16
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati untuk
mengendalikan serangga dan hama yaitu tumbuhan gadung. Umbi gadung bersifat racun.
Sifat racun pada umbi gadung disebabkan oleh kandungan asam sianida (HCN) atau
dioscorin (Santi, 2010). Sesuai dengan pernyataan Utami dan Haneda (2012), bahwa
senyawa dioscorin yang terkandung dalam umbi gadung mempunyai efek insektisida. Sifat
racun pada umbi gadung disebabkan oleh kandungan dioscorin, diosgenin, dan dioscin yang
dapat menyebabkan gangguan syaraf. Dioscorin juga merupakan racun yang bersifat
pembangkit kejang apabila dikonsumsi olehmanusia dan hewan (Hasanah, 2012).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecoa termasuk phylum Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga memasukkan
kecoa ke dalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan Harwood (1969)
memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah satu familinya Blattidae; Smith
(1973) dan Ross (1965) memasukkan kecoa ke dalam ordo Dicyoptera dengan sub ordonya
Blattaria; sedangkan para ahli serangga lainnya memasukkan kedalam ordo Orthoptera
dengan sub ordo Blattaria dan famili Blattidac.

Serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit, alat angkut,
gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat hidupnya dengan
manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan banyak terdapat makanan, hidupnya
berkelompok, dapat terbang aktif pada malam hari scpcrti di dapur, tempat penyimpanan
makanan, sampah, saluran-saluran air kotor. Umumnya menghindari cahaya, siang hari
bcrsembunyi ditempat gelap dan sering bersembunyi di celah-celah.

B. Saran

Langkah langkah pengendalian dan pencegahan merupakan tahap awal yang sangat
penting bagi binatang antropoda ini, semoga kita dapat melakukannya dengan semaksimal
mungkin.

18
DAFTAR PUSTAKA

[Unicef Indonesia] United Nations Children’s Fund Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian : Air
Bersih, Sanitasi, dan Kebersihan. [Internet]. [diunduh 2016 juni 29].

[WHO] World Health Organization. 2015. Cholera, 2014. Weekly Epidemiological Record.
89(31), 345–356
Amalia Herma dan Harahap Idham Sakti.2010.preferensi kecoa amerika periplaneta americana
(L.)(Blattaria:Blattidae) terhadap berbagai kombinasi umpan. Departemen Proteksi
TanamanInsitut Pertanian Bogor

Anonim.2011. Kecoa Jerman. (online) http://upikke.staff.ipb.ac.id/2011/05/11/lipas-atau-


kecoakjermanblatella-germanica/. Diakses 15 juli 2018.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Cahyani Laeli Kartika,dkk. 2018. Gambaran faktor faktor yang terkai dengan kepadatan kecoa
ditemoat penjualan bahan pangan dan makanan pasar tradisional kota Semarang. Bagian
Epidemiologi dan Penyakit Tropik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro

Depkes RI. 2002. Pengendalian Vektor. Jakarta


Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Kanisius. Jing, Sun.
2007

Fadilla, Aulia. 2019. Efektifitas Serbuk Biji Lada Hitam (Piper Nigrum) Sebagai Insektisida Nabati
Terhadap Kecoa Rumah (Periplaneta Americana).

Fitriana, Dwi F , Retno, Hestingsih , Martini, P. G. (2017). Bakteri Kontaminan Salmonella sp.
Pada Kecoa (Blattidae) Di Kapal Domestik Yang Bersandar di Pelabuhan Pangkal Balam
Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal).

Ghina, Farah Arifah. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 4,


Oktober Preferensi Kecoak Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria : Blattidae)
terhadap Baiting Gel. 2016
Illhami Femilia Hajar,dkk.2020. Ketertarikan dan Kesukaan Kecoak Jerman Blatella germanica
L. (Dictyoptera:Blattellidae) terhadap Fagostimulan berbeda. Fakultas Biologi,

19
Universitas JenderalSoedirman. Purwokerto

Johnson l. 2004. Modeling Cholera. California (US): University of Caifornia Santa Cruz Pr.
Kemenkes RI (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes
KERJA PUSKESMAS RAPPOKALLING). Makassar. Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Nababan, M. S. (2004). Identifikasi Parasit (Helmint dan Protozoa Usus) pada Permukaan luar
Tubuh kecoa di beberapa warung makan di Kelurahan Tembalang Semarang. Semarang:
UNDIP.
PEDOMAN PENGENDALIAN KECOA Khusus di Rumah Sakit Aang.2012.Periplata
americana.(online) http://aangefound.com/2012/05/ Periplataamericana.html. Diakses 29
januari 2018

Pudji, Sri Rahayu. 2005. BULLETIN PENELITIAN VOL. 27 NO. 2 DESEMBER : PENELITIAN
EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI AGGREGATION PHEROMONE DARI
KECOA (PERIPLANETA AMERICANA L)
Pujiono,SKM.,M.Kes.,dindin wahyudin,S.Pd.,M.Sc.2019. kesehatan lingkungan tepri dan aplikasi
bab entomologi. Jakarta : EGC

Rasman, Asurdi. 2017. Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol.17 No 1 KEMAMPUAN KONSENTRASI PASTA GIGI DALAM MEMBUNUH
KECOAAMERICANA

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).(2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementerian RI tahun 2013.
Roswita, M.G. 2014. Pengembangan Instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan
Tindakan masyarakat terkait penyakit asma. Yogyakarta. Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.

Sinaga, R.A. 2014. Tingkat Pengetahuan Wanita Hamil tentang Toksoplasmosis di Poliklinik
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Medan.
Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen
Suhaemi. 2010. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Tyfoid Di RSUD Syekh
Yusuf Kab.Gowa. Makassar. Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

20
Islam Negeri (UIN) Alauddin.
Wahyuni Denai dan Muktitama Risa Etika. 2019.uji mortalitas kecoan amerika (periplaneta
americana ) menggunakan ekstrak kulit durian (durio zibethinus murr). Prodi Kesehatan
Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Widagdo. (2012). Tatalaksana Masalah Penyakit Anak dengan Kejang. Jakarta: Sagung Seto
Foster, C S. (2007). Uveitis and Immunological Dissorders. Berlin: Springer

Windawati.2016. PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR HIDUP HEWAN


MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV MI
ASYSYAFI’IYYAH JATIREJO SURUH KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2016.
Institut agama islam negerisalatiga.
World Health Organization. 2016. Weekly epidemiological record Releve epidemiologique
hebdomadaire. Wkly. Epidemiol. Rec., 91(38), pp. 433-440.
Yunus, M.Y. 2018. FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB
PARU DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR
(WILAYAH

21

Anda mungkin juga menyukai