Anda di halaman 1dari 24

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU

PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER


DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

KAJIAN LITERATUR PENDEDAHAN VIRUS AVIAN INFLUENZA


KE PROVINSI MALUKU UTARA

drh. Sri Murtinah


Medik Veteriner Muda
19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

ABSTRAK
Avian Influenza merupakan penyakit yang bersifat zoonosis. Sejak tahun
2004 virus avian influenza terus menyebar di seluruh provinsi di
Indonesia,

kecuali

Provinsi

Maluku

Utara.

Beberapa

penelitian

menunjukkan bahwa lalu lintas unggas dan produk unggas, perdagangan


legal dan ilegal burung serta burung migran menjadi penyebab penularan
virus avian influenza. Dengan tulisan ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai avian influenza dari beberapa penelitian dan
mengetahui jalur pendedahan masuknya virus avian influenza ke Maluku
Utara.
Kata kunci : Avian Inluenza, Maluku Utara

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada tahun 1997 merupakan tahun terjadinya wabah flu burung atau
avian influenza yang disebabkan oleh virus A subtype H5N1 di Hongkong,
dengan sumber penularan dan penyebaran yang berasal dari peternak
unggas. Selanjutnya menyebar dengan begitu cepat keeluruh dunia
sehingga menjadi masalah global. Sejak terjadinya wabah AI pada
unggas di Indonesia yang dideklarasikan pada bulan Januari 2004, kasus
AI semakin meluas di berbagai provinsi di Indonesia. Kasus AI tersebut
menunjukkan frekuensi yang beragam dari tahun 2006 sampai bulan
November 2012, tahun 2006=612 kasus, 2007=2.751 kasus, 2008=1.413
kasus, 2009=2.293 kasus, 2010=1.502 kasus, 2011=1.411 kasus, perNovember 2012=470 kasus (Ditjennak, 2012). Virus avian inflenza yang
paling utama menyerang burung liar dan unggas.
Namun, subtipe tertentu yaitu virus HPAI (High Pathogenic Avian
Influenza), memiliki potensi secara langsung menginfeksi spesies lain
termasuk manusia. Virus ini mempunyai variabilitas yang tinggi untuk
beradaptasi dan merupakan faktor risiko utama yang mengganggu
perlindungan

imun

serta

perubahan

terapi.

Selain

itu,

dengan

kemampuan beradaptasi/mutasi ini menyebabkan peningkatan potensi


zoonosisnya dengan adanya perubahan unsur genetik (Kalthoff et al.,
2009). Menurut data tanggal 10 Agustus 2012 dari Badan Kesehatan
Dunia WHO di Indonesia telah terjadi 159 kematian dari 191 kasus flu
burung pada manusia, 8 kasus kematian terjadi pada tahun 2012.
Dari 33 provinsi di Indonesia, telah dilaporkan 32 provinsi yang telah
terjadi kasus kematian unggas karena virus avian influenza. Hanya

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Provinsi Maluku Utara yang bebas avian influenza dengan tidak adanya
laporan kasus AI. Peluang masuknya avian inflenza ke Maluku Utara
semakin besar seiring meningkatnya lalu lintas manusia. Lalu lintas
unggas dan produk unggas menjadi potensi masuknya avian influenza di
Maluku Utara yaitu unggas hidup dan telur. Pemerintah Maluku Utara
telah menerbitkan peraturan daerah tentang larangan masuknya unggas
dewasa

untuk

mengurangi

peluang

masuknya

avian

influenza.

Pemerintah daerah Maluku utara terus meningkatkan koordinasi dan kerja


sama dengan karantina sebagai border di wilayah Maluku Utara dan juga
instansi terkait di pelabuhan dan bandara serta pemuka-pemuka adat
untuk mempertahankan status bebas avian influenza. Melalui tulisan ini
diharapkan instansi-instansi yang terkait dapat mengambil keputusan
lebih lanjut untuk menjaga Maluku Utara tetap bebas avian influenza.

I.2. Tujuan dan Manfaat


Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui rantai penularan penyakit
AI dan peluang terjadinya resiko penularan di Maluku Utara. Manfaat dari
penelitian ini adalah adanya informasi mengenai peluang atau potensi
masuknya AI di Maluku Utara dan upaya untuk mencegahnya.

I.3. Metodologi
Penulisan ini dengan metode kajian ilmiah dari literatur-literatur yang
berkaitan dengan teori analisa resiko, karakteristik virus avian influenza
dan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan avian influenza.

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Etiologi Virus Avian Influenza


Avian influenza (AI) merupakan virus yang yang termasuk dalam famili
Orthomyxoviridae dan virus avian influenza ini diklasifikasikan sebagai
influenza A berdasarkan perbedaan antigenik pada nukleoprotein (NP)
dan protein matriks (M). Selanjutnya subtipe ditetapkan berdasarkan
antigenisitas pada dua buah glikoprotein permukaan, hemaglutinin (HA)
dan neuraminidase (NA). Terdapat enam belas subtipe HA dan 9 subtipe
NA yang diidentifikasi pada influenza A (Webster et al, 1992. dan Fouchier
et al., 2005).

Gambar 1. Virus AI H7N9 tunggal yang dilihat dengan mikroskop electron


(CDC, 2013)

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Gambar 2. Virus AI H7N9 berbentuk filamen yang dilihat dengan


mikroskop electron (CDC, 2013)
Dalam beberapa hal virus avian influenza (VAI)

dapat melintas ke

spesies lain termasuk mamalia dan dapat menimbulkan penyakit yang


serius. Diantara VAI yang sering menimbulkan penyakit serius pada
unggas terutama yang mempunyai hemaglutinin H5, H7 dan kadangkadang H9. Virus AI dengan H5 atau H7 dapat diklasifikasikan ke dalam 2
kelompok yaitu High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan Low
Pathogenic Avian Influenza (LPAI). Hemaglutini HPAIV dan LPAIV
berbeda dalam kepekaannya tehadap protease hospes (Alexander, 2000;
Donateli et al., 2001; Spackman et al; 2002; Swayne dan Suarez, 2000).
Di dalam hospes yang baru VAI akan melakukan adaptasi sehingga
secara evolutif dapat memunculkan strain VAI baru yang lebih virulen
(Tumpey et al., 2002; Swayne dan Soarez., 2003).
Faktor biologik agent adalah faktor dari agent penyebab penyakit. Agent
merupakan sesuatu yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

dalam hal ini adalah virus avian influenza. Sifat virus ini adalah virus yang
mudah bermutasi. Menurut Dharmayanti et al, (2012), Sejak kejadian AI
pada tahun 2003 virus AI di Indonesia telah berevolusi menjadi 3
kelompok, yaitu (1) kelompok virus yang masih serupa dengan tetuanya,
yaitu virus AI H5N1 tahun 2003; (2) kelompok virus yang mempunyai
mutasi spesifik yang diisolasi di sekitar kasus manusia terinfeksi H5N1;
dan (3) kelompok virus antigenic drift yang tercipta karena tekanan
imunologis akibat vaksinasi. Perubahan genetik virus avian influenza
terjadi secara alami dan terjadi adaptasi virus dari unggas ke manusia
yang

berhubungan

dengan

program

vaksinasi

pada

unggas

(Leckcharoensuk ., 2008).

Gambar 3. Transmisi virus avian influenza (Veterinary Microbiology


Volume 140, Issues 34 2010 237 245)
Penularan virus AI dari unggas ke unggas lain dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain galur virus, jenis unggas, dan faktor lingkungan. Media

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

penularan virus AI adalah ekskreta yang berasal dari hidung, mulut,


konjungtiva, dan kloaka unggas yang terinfeksi ke lingkungan karena
virus bereplikasi di saluran pernafasan, pencernaan, ginjal, dan/atau
organ reproduksi (Swayne dan Suarez 2000). Penularan virus AI terjadi
secara langsung dan tidak langsung. Penularan langsung terjadi dengan
kontak yang dilakukan unggas peka dengan unggas yang telah terinfeksi
virus AI melalui pernafasan. Penularan secara tidak langsung dapat
terjadi secara oral melalui pakan dan air minum dalam satu kandang yang
telah memiliki kontak langsung dengan ayam yang terinfeksi virus AI.
Ayam mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus
AI masih dapat bersifat infektif dalam air yang tergenang selama empat
hari pada suhu 22 oC dan lebih dari 30 hari pada suhu 0C (Soejoedono
dan Handharyani 2005).
Virus AI dapat menular ke manusia. Pola penyebaran virus AI ke manusia
dapat melalui dua cara, yaitu melalui inang perantara dan penularan
secara langsung. Pada umumnya virus influenza memiliki inang yang
spesifik (specific host). Hal ini berarti bahwa virus yang menginfeksi
burung tidak akan menginfeksi manusia, dan sebaliknya. Namun, perlu
diketahui bahwa virus influenza mudah mengalami perubahan, sebagai
akibat mutasi gen. Perubahan sifat pada virus influenza dapat berupa
antigenic shift, yaitu perubahan sebagai akibat akumulasi mutasi pada
genomnya. Bisa juga berupa antigenic drift, yaitu persilangan genom
antara virus influenza tipe yang berbeda. Virus H5N1 merupakan contoh
virus hasil perubahan antigenic drift, yaitu persilangan antara genom
virus penginfeksi burung dengan virus penginfeksi manusia. Sehingga,
H5N1 bisa menyerang burung maupun mamalia, termasuk manusia. Babi
bisa bertindak sebagai perantara (mixing vessel) antara virus dari macam
yang berbeda ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa passage virus Flu
Burung (AI) pada babi menghasilkan virus influenza yamg mirip dengan

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

influenza pada manusia. Hal ini berarti bahwa babi memegang peran
penting sebagai media perubahan antigenic drift (Setiawan 2011).
II.2. Gejala Klinis AI
Penularan virus avian influenza terjadi melalui jalur fekal-oral secara
kontak langsung maupun tidak langsung (Websterr et al.,1992). Virus
avian influenza dikeluarkan melaui sekresi unggas yang terinfeksi seperti
feses dan lendir saluran pernafasan. Penularan dapat terjadi melalui
kontak langsung dengan sekresi unggas terinfeksi, pakan, air, peralatan
dan baju yang terkontaminasi. Masa inkubasi avian influenza pada
unggas berkisar antara beberapa ajam sampai 3 hari; masa inkubasi
tersebut tergantung pada dosis virus, rute kontak, dan spesies unggas
yang terserang. Bentu akut ditandai oleh adanya proses penyakit yang
lebih cepat disertai mortalitas yang tinggi; gangguan pernafasan;
lakrimasi yang berlebihan; sinusitis; edema di daerah kepala dan muka;
perdarahan jaringan subkutan yang diikuti oleh sianosis pada kulit,
terutama di daerah muka, jengger, pial, dada, tungkai, dan telapak kaki;
diare; gangguan produksi telur; gangguan syaraf. Pada HPAI bentuk akut,
dapat terjadi kematian mendadak tanpa gejala tertentu (Tabbu, 2000).
Avian inflenza bentuk ringan yang tidak diikuti oleh infeksi sekunder, akan
telihat adanya gangguan pernafasan, anoreksia, depresi, sinusitis,
gangguan produksi, dan mortalitas yang rendah tetapi gradual. Jika
terdapat infeksi sekunder oleh bakteri atau ayam dalam keadaan stress
akibat lingkungan, gejala klinik dapat menjadi parah.

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Gambar 4. Hemorrhagic pada kulit kaki (Swayne.,2014)

Gambar 5. Hemorrhagic pada kulit kepala (Swayne.,2014)


II.3. Diagnosa AI

Virus HPAI dan LPAI dapat diisolasi dari swab orofaringeal dan kloaka,
dan HP AI virus dari berbagai organ dalam. Virus AI tumbuh dengan baik
di kantung allantoic telur ayam berembrio umur 9-11 hari dan virus dapat

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

menyebabkan aglutinasi sel darah merah. Hemaglutinasi tidak dihambat


oleh penyakit Newcastle atau antiserum paramyxoviral lainnya. Virus AI
diidentifikasi dengan menunjukkan keberadaan 1) influenza matriks A
atau antigen nukleoprotein menggunakan AGID atau immunoassay lain
yang cocok, atau 2) RNA virus menggunakan uji PCR influenza Aspesifik(Swayne.,2014)
LP AI harus dibedakan dari penyakit pernapasan lain atau penyebab
penurunan produksi telur, termasuk 1) penyakit akut dan subakut seperti
Infeksius Laringo Trakheitis (ILT), Newcastle Diseases virulensi rendah,
dan infeksi oleh paramyxoviruses lainnya; 2) penyakit bakteri seperti
mycoplasmosis, coryza, ornithobacteriosis, coryza kalkun, dan fowl
cholera; dan 3) penyakit jamur seperti aspergillosis. HP AI harus
dibedakan dari penyebab lain dari kematian yang tinggi seperti Newcastle
Diseases, peracute septicemic fowl cholera , kelelahan karena panas
serta kekurangan cairan yang sangat parah. (Swayne.,2014)

II.4. Maluku Utara


Maluku Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Maluku Utara
terletak di 340' LS -30' LU ,123 50' - 129 50' BT. Provinsi Maluku Utara
merupakan kepulauan, Provinsi Maluku Utara terdiri dari 395 pulau besar
dan kecil. Pulau yang dihuni sebanyak 64 buah dan yang tidak dihuni
sebanyak 331 buah (Wikipedia).
Akses ke Provinsi Maluku Utara dapat melalui laut dan melalui udara.
Pelabuhan Udara di Maluku Utara adalah Bandara Baabullah di Ternate,
Bandara Gamar Malamo dan Bandara Kao di Halmahera Utara,
Pelabuhan Laut yaitu Pelabuhan Tobelo, Pelabuhan Ahmad Yani,
Pelabuhan Sanana dan pelabuhan rakyat di sepanjang pulau-pulau.

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Gambar 6. Provinsi Maluku Utara


II.5. Pendedahan
Pendedahan adalah proses masuknya atau penyebaran penyakit.
Penilaian pendedahan merupakan salah satu tahapan dalam penilaian
resiko dalam analisa resiko. Analisis risiko terdiri dari empat komponen
diantaranya adalah identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko
dan komunikasi resiko, seperti digambarkan pada Gambar 1 (OIE 2013).
Analisis risiko dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan
pengenalan/masuknya

HPAI,

likelihood

dampak,

dan

membantu

pengambil keputusan dalam memilih mitigasi risiko yang paling efisien,


sebagai bagian dari rencana komprehensif pencegahan penyakit.

10

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Identifikasi
Bahaya

Penilaian Resiko

Manajemen Resiko

Komunikasi Resiko

Gambar 7. Empat komponen dari analisa risiko (OIE 2013)


Prinsip penilaian risiko dalam analisis risiko harus bersifat fleksibel
sehingga

dapat

menangani

permasalahan

yang

kompleks

dan

mengakomodasi semua bahaya dari pemasukkan komoditas. Metode


penilaian risiko yang digunakan harus valid, didapat dari informasi ilmiah
terbaik dan didokumentasikan. Tahapan-tahapan dalam penilaian risiko
yaitu: penilaian pelepasan (release assessment), penilaian pendedahan
(exposure assessment), penilaian dampak (consequence assessment)
dan perkiraan risiko (risk estimation) (OIE 2013).

11

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

BAB III
PEMBAHASAN

Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap unggas dan


produknya maka meningkat pula lalu lintas komoditas tersebut.
Pemasukan legal dan ilegal unggas dan produk unggas merupakan cara
penularan avian influenza dari daerah endemik ke daerah bebas.
Pemasukan unggas dan produk unggas ke Maluku Utara berasal dari
Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Ketiga
provinsi tersebut merupakan provinsi yang endemik avian influenza.
Pendedahan virus avian influenza ke wilayah Maluku Utara dapat terjadi
melalui lalu lintas unggas dan produk unggas dari wilayah endemis.
Potensi pendedahan dari jalur laut dan jalur udara, jalur laut dengan
menggunakan moda transportasi kapal laut, sedangkan jalur udara
dengan pesawat udara serta kemungkinan dibawa oleh migrasi burung
liar. Menurut data dari Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate, Lalu
lintas DOC dari Sulawesi Utara ke Maluku Utara melalui jalur laut adalah
melalui wilker Pelabuhan Laut Manado (Sulawesi Utara) dengan tujuan
Pelabuhan Laut Ahmad Yani, Pelabuhan Laut Tobelo dan Pelabuhan Laut
Sanana (Maluku Utara). Sedangkan pengiriman melalui jalur udara hanya
melewati Bandara Sam Ratulangi (Sulawesi Utara) dengan tujuan
Bandara Sultan Babullah. Masyarakat di Kepulauan Sula melakukan
transaksi ekonomi dengan masyarakat Sulawesi Tenggara, mereka
berdagang dengan menggunakan kapal-kapal kayu yang biasa disebut
dengan kapal Bugis. Kapal-kapal bersandar di sepanjang Kepulauan Sula
yang terdiri dari 3 pulau besar yaitu Pulau Sanana, Pulau Taliabu dan
Pulau Mangole. Kapal dari Manado Sulawesi Utara kapal menuju Puau
Ternate, selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Kepulauan Sula. Di
kepulauan Sula kapal tersebut hanya bersandar di Pelabuhan Sanana di

12

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Pulau Sanana dan di Pulau Mangole untuk selanjutnya berjalan kembali


menuju Pulau Ternate. Dalam kegiatan pengawasan lalu lintas hewan dan
produk hewan di pelabuhan resmi sering ditemukan masyarakat yang
membawa ayam atau unggas dewasa tanpa dokumen resmi dari
karantina. Perdagangan illegal yaitu perdagangan atau lalu lintas
masuknya unggas dewasa yang terdiri ayam aduan dan bibit ayam hias
tanpa disertai ijin dari karantina dan dinas peternakan. Kasus di lapangan
pemasukan unggas ilegal sering sekali tanpa disertai surat kesehatan dari
daerah asal yang menyatakan unggas tersebut bebas dari virus avian
influenza. Unggas dari daerah endemis dilarang pemasukannya karena
berpotensi membawa dan menularkan avian influenza. Pemasukan
unggas dewasa ini biasanya unggas eksotik yaitu ayam sabung, bibit
ayam bangkok, bibit ayam filipina, ayam ketawa dan burung kesayangan
lainnya. Pengawasan masuknya unggas dewasa dapat dilakukan di
pelabuhan dan bandara yang di jaga petugas karantina sedangkan di
pelabuhan-pelabuhan

rakyat

sangat

sulit

terkontrol.

Telur

yang

terkontaminasi oleh kotoran unggas juga berpotensi menularkan virus ini.


Potensi penularan melalui produk hewan lebih rendah daripada melalui
unggas hidup. Pemerintah Maluku Utara telah menerbitkan Peraturan
Gubernur Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lalulintas,
Pemeliharaan dan Peredaran Unggas di wilayah Provinsi Maluku Utara.
Peraturan ini mengatur pelarangan lalu lintas unggas dewasa ke Maluku
Utara (Pemda Malut 2007), yang berimplikasi banyaknya upaya
penyelundupan unggas dewasa ke Maluku Utara . Petugas karantina tidak
sedikit melakukan tindakan pemusnahan terhadap hasil tangkapan
unggas dewasa dari kapal yang menuju wilayah Maluku Utara yaitu
Pelabuhan Ahmad Yani Ternate, Pelabuhan Tobelo Halmahera Utara dan
Pelabuhan Sanana di Pulau Sanana. Modus penyelundupan ayam
dewasa ini bermacam-macam yaitu dengan memasukkan dalam kardus,
dalam kamar penumpang, dalam kamar istirahat kapten bahkan juga
disembunyikan di ruang mesin kapal.

13

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Komoditi yang masuk adalah ayam umur sehari (Day Old Chicken /DOC),
bebek umur sehari (Day Old Duck/DOD), telur dan daging ayam beku.
Menurut Gibbs (2010) mengatakan bahwa perdagangan legal dan ilegal
burung liar menimbulkan risiko yang signifikan untuk pengenalan dan
pemeliharaan penyakit avian inflenza. Perdagangan legal adalah
masuknya DOC, DOD, telur dan daging ayam beku ke Provinsi Maluku
Utara dengan memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan
karantina dan dinas peternakan.
Penularan avian infulenza ini juga bisa diakibatkan adanya migrasi
burung. Faktor penularan avian influenza melalui unggas domestik legal
dan ilegal dan perdagangan burung eksotis serta gerakan burung migran
telah didokumentasikan (Yee et al., 2009). Beberapa isolat H5N1 dari
burung liar hidup telah didapatkan selama kasus epidemi (Ellis et al,
2004., Hagemeijer et al, 2006). Burung-burung liar berkontribusi dalam
penyebaran virus avian influenza di Asia (Guan et al., 2004). Menurut
Gilbert et,al (2006) wabah H5N1 Unggas di Rusia, Kazakhstan, dan Turki
berhubungan dengan gerakan burung migran. Terdapat hubungan antara
pola migrasi dan perluasan wabah HPAI H5N1 dari Asia ke Eropa dan
Afrika, menunjukkan bahwa burung liar terinfeksi HPAI mungkin mampu
bermigrasi jarak jauh (Gilbert et al, 2006; Si et al, 2009). Penularan virus
avian influenza melalui unggas yang terinfeksi, unggas air golongan
Anseriformes, yaitu bebek dan angsa, serta golongan Charadriiformes
yaitu burung camar, burung dara dan burung migrasi lainnya. Avian
influenza dari unggas dapat menular ke semua jenis unggas (burung liar,
angsa, itik), mamalia seperti anjing, kucing, harimau, babi, manusia,
musang (Kalthoff et al., 2009).
Migrasi burung adalah fenomena alam. Migrasi dicirikan dengan waktu
yang rutin dan dapat diperkirakan serta dilakukan oleh beberapa jenis
burung. Lebih kurang 63 persen seluruh burung pemangsa didunia (183

14

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

dari 292 jenis) bermigrasi setiap tahunnya. Pada bulan OktoberNovember burung-burung pemangsa mulai berdatangan berkunjung ke
Indonesia. Beberapa contoh burung migran antara lain jebis burung
bebek, elang, sikatan, raja udang, burung-burung berkicau, kecici, layanglayang. Burung-burung tersebut datang untuk menghindari musim dingin
yang terjadi di belahan bumi utara, mencari tempat yang hangat sekaligus
kaya akan serangg (Susilawati, 2012). Namun demikian peranan burung
migran sebagai penular virus avian influenza di Indonesia perlu dilakukan
peneliltian lebih lanjut.
Menurut Kusumaningrum (2012) pemasukan virus HPAI H5N1 ke
Kalimantan Selatan adalah melalui DOC, day old duck (DOD), burung
kicauan, ayam aduan, dan telur tetas. Risiko keseluruhan pemasukan
virus HPAI H5N1 ke Kalimantan Selatan berkisar sedang sampai tinggi.
Risiko tertinggi pemasukan virus HPAI H5N1 adalah melalui pemasukan
DOC, DOD, ayam aduan, dan telur tetas. Hal ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan Setyawati (2010) terhadap DOC yang akan
dilalulintaskan dari Bandara Udara Soekarno Hatta dan telah memiliki
sertifikat kesehatan hewan sebanyak 158 sampel (65,8%) menunjukkan
hasil positif AI.
Kejadian wabah AI di indonesia merupakan bagian dari merebaknya AI di
Asia Tenggara dan telah menyebabkan kerugian yang cukup nyata.
Maluku Utara merupakan daerah yang terancam masuknya virus avian
influenza. Kerugian yang diakibatkan jika virus ini mewabah di Maluku
utara yaitu (a). Kerugian usaha peternakan unggas karena morbiditas dan
kematian yang tinggi, (b). Meningkatnya ketergantungan produk unggas
dari daerah lain, (c). diperlukan biaya pengendalian, pemberantasan,
program kompensasi dan surveilans/monitoring, (d). menjadi ancaman
terhadap biodiversitas burung endemik yang dilindungi, (c). ancaman
terhadap kesehatan manusia.

15

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang bersifat strategis dalam


rangka pencegahan penyebaran virus, terdiri dari 9 (sembilan) tindakan
yang harus dilakukan secara simultan. Kebijakan tersebut ditetapkan
melalui

Surat

Keputusan

Dirjen

Bina

Produksi

Peternakan

No.

17/Kpts/PD.640/F/02/04 tentang Pedoman pencegahan, pengendalian


dan pemberantasan Penyakit Hewan menular Avian Influenza (AI) pada
unggas, meliputi (1) Peningkatan biosekuriti; (2) Vakinasi; (3) Depopulasi
(pemusnahan terbatas) di daerah tertular; (4) Pengendalian lalu lintas
unggas, produk unggas dan limbah peternakan unggas; (5) Surveilans
dan penelusuran; (6) Pengisian kandang kembali (restocking); (7)
Stamping out (pemusnahan menyeluruh) di daerah tertular baru; (8)
Peningkatan

kesadaran

masyarakat

(public

awareness);

dan

(9)

Monitoring dan evaluasi.


Keseriusan

pemerintah

dalam

pencegahan,

pengendalian

dan

pemberantasan penyakit menular (zoonosis) yaitu avian influenza, rabies,


antraks dan penyakit zoonosis lainnya terbukti dengan dibentuknya
Komite Nasional Pengendalian Zoonosis (KNPZ) sesuai Peraturan
Presiden No 30/2011 tentang Pengendalian Zoonosis. Di dalam Perpres
No. 30/2011 diatur langkah-langkah komprehensif dan terpadu dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, organisasi profesi,
lembaga non pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga internasional
serta

seluruh

lapisan

masyarakat

serta

pihak

terkait

lainnya.

Strategi pencegahan masuknya virus avian influenza ke Provinsi Maluku


Utara yaitu dengan cara pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas
dan limbah peternakan serta peningkatan kesadaran masyarakat (public
awareness). Pencegahan penularan melalui unggas hidup yang dapat
dilakukan

adalah

dengan

pengawasan

lalu

lintas.

Kemungkinan

penularan melalui burung migran di Indonesia masih harus dilakukan


penelitian dan karena migrasi burung merupakan fenomena alam maka
sulit dilakukan tindakan pencegahan. Dalam hal lalu lintas unggas dan

16

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

produk unggas harus memenuhi persyaratan karantina yang diatur dalam


Undang-undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan, Peraturan Pemerintah no. 82 Tahun 2000 tentang Karantina
Hewan

dan

Keputusan

Kepala

316.a/Kpts/PD.670.320/L/11/06

Badan

tentang

Karantina
Petunjuk

Pertanian

Teknis

No.

Tindakan

Karantina Hewan Terhadap Media pembawa HPAI. Perdagangan ilegal


atau penyelundupan unggas hidup merupakan permasalahan yang sering
terjadi dan terus terjadi secara global. Laporan menggambarkan
penangkapan

individu

maupun

kelompok

terorganisir

berusaha

menyelundupkan burung melintasi perbatasan (Van den Berg, 2009).


Untuk menurunkan kasus penyelundupan, strategi yang dilakukan adalah
peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness) terhadap bahaya
avian influenza.
Tabbu (2005) mengatakan bahwa virus AI sebetulnya tidak stabil di
lingkungan (mudah mati diluar tubuh unggas), kecuali dalam kotoran
ayam, virus masih infektif sekitar 7 hari pada temperatur 20C dan 30 hari
pada temperatur 4C. Virus ini mudah mati oleh panas, kekeringan, sinar
ultraviolet, dan berbagai desinfektan yang umum ada di lapangan seperti
detergen atau bahan yang mengandung yodium, klorin, formalin dan
senyawa phenol. Dengan sifat-sifat virus tersebut dan masa inkubasi
yang beragam maka untuk menurunkan resiko penularan virus avian
influenza masuk Maluku Utara yaitu perlu tindakan pengawasan terhadap
pemasukan ilegal unggas ,potensi penularan avian influenza melalui
unggas hidup lebih tinggi daripada melalui produk unggas. Namun tidak
menutup kemungkinan terjadi penularan melalui kotoran ayam yang
menempel pada telur dan karton tempat telur (eggtray), tapi hal ini bisa
dicegah dengan cara mencuci telur, memasak telur dan membakar bekas
karton tempat telur serta tindakan menyemprot desinfektan pada kardus
DOC dan membakar kardus setelah DOC dipindahkan ke kandang. Virus
juga peka terhadap lingkungan panas (56C, 30 menit), PH yang ekstrim

17

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

(asam, pH=3), kondisi non isotonik udara kering, relatif tidak tahan
terhadap inaktivasi pelarut lemak seperti detergen (Soejoedono &
Handharyani 2005).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dengan kondisi geografis Provinsi Maluku Utara yang berkepulauan
sangat menguntungkan karena dapat menjadi border alam terhadap
masuknya avian influenza dari wilayah-wilayah di sekitar Maluku Utara
yang endemis. Meski demikian perlu terus dilakukan tindakan preventif
untuk mempertahankan status bebas avian influenza. Untuk itu diperlukan
kesadaran dari masyarakat Maluku Utara dan instansi terkait agar terus
melakukan tindakan-tindakan untuk tetap menjaga Maluku Utara bebas
AI.

18

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

DAFTAR PUSTAKA
Alexander, D.J., 2000. A review of avian influenza in diferrent bird species.
Vet. Microbiol.74 : 3-13.
CDC,

2013.

Centers

for

Disease

Control

and

Prevention,

USA

http://www.cdc.gov/flu/avianflu/h7n9-images.htm
Donata Kalthoff,Anja Globig,Martin Beer.,2009,(Highly pathogenic) Avian
Influenza as azoonotic agent, Veterinay Microbiology 140:237-245
Donateli, I., Camitelli, L., and Trani, L., 2001. Characterization of H5N2
influenza viruses from Italian poultry. J. Gen. Virol, 82 : 626-630.
Dharmayanti Indi N.L.P., Diwyanto K., Bahri S., 2012., Mewaspadai
Perkembangan Avian Influenza (AI) dan Keragaman Genetik Virus
A1/H5N1 Di Indonesia.Pengembangan Inovasi Pertanian 5 (2) 124-141.
Ellis TM, Bousfield RB, Bisset LA, Dyrtying KC, Luk GS, Tsim ST, et
al.2004. Investigation of outbreaks of highly pathogenic H5N1 avian

19

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

influenza in waterfowl and wild birds in Hong Kong in late 2002. Avian
Pathol 33 (5) : 10682-7.
Fouchier RA, Munster V, Wallensten A, Bestebroer TM, Herfst S, Smith D,
et al. Characterization of a novel influenza a virus hemagglutinin subtype
(H16) obtained from black-headed gulls. J Virol 2005; 79 (March (5)) :
2814-22
Gibbs, Samantha E J. Avian biology, the human influence on global avian
influenza transmission, and performing surveillance in wild birds,2010,
Animal Health Research Reviews, suppl. Influenza in Animals 11.(1) :
35-41.
Gilbert M, Xiao X, Domenech J, Lubroth J, Martin V abd Slingenbergh J,
2006, Anatidae migration in the western Palearctic and spread of highly
pathogenic avian influenza H5N1 virus. Emerging Infectious Diseases 12 :
1650-1656.
Hagemeijer W, Mundkur T. Migratory flyways in Asia, Eurasia and Afrika
and the spread of HP H5N1. 2006. In Proceedings of the FAO and OIE
international scientific conference on avian influenza and wild birds.
Rome, Italy, May 30-31
http://ditjennak.deptan.go.id/berita-366-update-perkembangan-kasusavian-influenza-ai-pada-unggas-kondisi-sd-31-november-2012.Diakses 7
januari 2012 pukul 11.23 WIT.
Kusumaningrum F. 2012. Penilaian risiko kualitatif pemasukan virus avian
influenza H5N1 ke Provinsi Kalimantan Selatan dari unggas dan produk
asal unggas melalui karantina [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

20

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Lekcharoensuk P., 2008., Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) H5N!


Virus in sia : Evolution and Vaccination. Veterinary World, Vol. 1 (12) :
368-374.
Naipospos TSP., Kyule MN., Zessin KH., Komponen dan Definisi Analisa
Resiko.,

2012,

etih.staff.ipb.ac.id/files/2011/07/Komponen-dan-def.pd

diakses tanggal 14 Desember 2012.


[OIE] Office International des Epizooties. 2013. Terrestrial Animal Health
Code Chapter 2.1. Import risk analysis. [Internet].[Diunduh 2015 Mei 24].
http://www.oie.int/index.php?id=169&L=0&htmfile=chapitre_1.2.1.htm.
Peraturan Presiden No 30/2011 tentang Pengendalian Zoonosis
Setyawati S. 2010. Kajian Epidemiologi Virus Avian Influenza pada
Distribusi Anak Ayam Umur Satu Hari. [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Si Y, Skidmore AK, Wang T, de Boer WF, Debba P, Toxopeus AG, Li L and
Prins HT ,2009, Spatio-temporal dynamics of global H5N1 outbreaks
match birds migration patterns. Beospatial Health 4 : 65-75.
Soejoedono RD, Handharyani E. 2005. Flu Burung. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Spackman, E., Senne, D.A., Myers, T.J., Bulaga, L.L., Garber, L.P.,
Perdue, M.L., Lohman, K., Daum, L.T., and Suarez, D.L., 2002.
Development of a real-time reverse transcriptase PCR assay for type A
Influenza virus and the avian H5 and H7 hemaglutinin subtypes. J. Clin.
Microbiol.40, 3256-3260.

21

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Swayne D, Halvorson DA. Influenza. In : Saif Y, et al., editors. Disease of


Poultry. Ames, IA : Iowa state Press; 2003.p.135-60
Swayne, D.E., and Suarez, D.L., 2000. Highly Pathogenic Avian
Influenza. Rev. Sci.Tech.19:463-482.
Swayne, D.E., and Suarez, D.L., 2003. Bilogy of Avian influenza
especially the change of low pathogenicity virus to high pathogenicity.
Proc. Latin American Poultry Congress. Oct.7, 2003.
Swayne, D.E., 2014. Overview Of Avian Influenza. In Merck Veterinary
Manual.http://www.merckvetmanual.com/mvm/poultry/avian_influenza/ove
rview_of_avian_influenza.html?qt=avian%20influenza&alt=sh
Tabbu C.R., 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya.Penyakit
Bakterial, Mikal dan Viral. Vol. 1. Hal. 232-244. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Tabbu, C.R., 2005. Prospek Penanggulangan avian Influenza (AI) di
Indonesia. Seminar ASOHI : pengendalian Flu Burung Pada Hewan dan
Manusia, Jakarta
Tumpey, T.M., Suarez, D.L., Perkin, L.E.L., Senne, D.A., Lee, J.G., Lee,
Y.J., Mo, I.P., Sung, H.W., and Swayne, D.E., 2002. Characterization of a
highly pathogenic H5N1 avian influenza A virus isolated from duck meat.
J. Virol. 76 (12) : 6344-6355.
Van den Berg T (2009). The Role oh the legal and illegal trade of live birds
and avian products in the spread of avian influenza. Revue Scientifique et
Technique (International Office pf Epizootics) 28 : 93-111.

22

KARYA TULIS ILMIAH DALAM BENTUK BUKU


PENGEMBANGAN PROFESI MEDIK VETERINER
DRH. SRI MURTINAH/19820404 200912 2 002
BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK

Webster, R.G., Bean, W.J., Gorman, O.T., Chambers, T.M., Kawaoka, Y.,
1992. Evolution and Ecology of Influenza A Viruses. Microbiol.Rev.56,
152-179
WHO (World Health Organization).2012. Avian influenza-situation in
Indonesia
date.http://www.who.int/csr/don/2012_08_10b/en/index.html.

Up
Diakses

tanggal 7 Januari 2013 pukul 11.17 WIT.


Yee KS., Carpenter TE., Cardona CJ., 2009,Epideiology of H5N1 avian
influenza. Science Direct, Comparative Immunology, Microbioloy and
Infectious Diseases , 32 : 325-340

23

Anda mungkin juga menyukai