Penelitian
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur prevalensi kecacingan di usus ayam kampung yang
ada di pasar tradisional Jakarta dan Kota Bogor. Usus ayam kampung diambil dari 5 pasar yang ada di Jakarta
(Bendungan Hilir, Palmerah, Pasar Minggu, Pluit, dan Jatinegara) dan di 4 pasar yang ada di Kota Bogor (Anyar, Bogor,
Jambu Dua, Gunung Batu). Sampel yang diambil sebanyak 5 sampel di setiap pasar dengan total 45 sampel. Hasil
penelitian menunjukkan 28 dari 45 sampel usus ayam kampung (Gallus domesticus) yang diperiksa di pasar tradisional
Jakarta dan Bogor positif mengalami kecacingan. Hasil prevalensi menunjukkan pasar Jakarta sebesar 56% dan pasar
Bogor sebesar 70%. Prevalensi berdasarkan jenis-jenis cacing di Pasar Jakarta adalah; Railletina echinobothrida (52%),
Heterakis gallinnarum (32%), Railletina tetragona (24%), Hymenolepis carioca (16%), Ascaridia galli (16%), dan Hymenolepis
cantaniana (4%). Prevalensi berdasarkan jenis-jenis cacing yang ditemukan di Pasar Bogor adalah Railletina
echinobothrida (70%), Railletina tetragona (55%), Heterakis gallinarum (10%), Hymenolepis carioca (30%), Hymenolepis
cantaniana (20%), dan Railletina cesticillus (20%).
Kata kunci: ayam kampung, Bogor, endoparasit, Jakarta, pasar tradisional
ABSTRACT
This study aimed to identify and measure the prevalence of endoparasites in free-range chicken (Gallus domesticus)
intestine from traditional markets in Jakarta and Bogor. The chicken intestines were collected from 5 traditional
markets in Jakarta (Bendungan Hilir, Palmerah, Pasar Minggu, Pluit, and Jatinegara) and 4 traditional markets in Bogor
(Anyar, Bogor, Jambu Dua, and Gunung Batu). Five samples of chicken intestine were examined from each market and
the total number of samples collected were 45. The results showed that 28 out of 45 samples of free-range chicken
(Gallus domesticus) intestine in Jakarta and Bogor traditional markets were positive with endoparasites. The prevalence
results showed that the Jakarta markets was 56% and Bogor markets was 70%. The prevalence by type of endoparasites
in Jakarta traditional market found in the form; Railletina echinobothrida (52%), Heterakis gallinnarum (32%), Railletina
tetragona (24%), Hymenolepis carioca (16%), Ascaridia galli (16%), and Hymenolepis cantaniana (4%). The prevalence results
showed in Bogor traditional markets found in the form; Railletina echinobothrida (70%), Railletina tetragona (55%),
Heterakis gallinarum (10%), Hymenolepis carioca (30%), Hymenolepis cantaniana (20%), and Railletina cesticillus (20%).
Keywords: Bogor, endoparasites, free range chicken, Jakarta, traditional market
http://www.journal.ipb.ac.id/indeks.php/actavetindones
Prevalensi Kecacingan pada Usus Ayam Kampung | 3
alat bedah. Cacing-cacing dewasa di setiap bagian cingan yang lebih tinggi dibandingkan pasar tradi-
usus dikumpulkan kedalam cawan petri yang berisi sional di Jakarta.
aquades. Cacing-cacing berukuran besar dihitung Rataan populasi kelas nematoda paling tinggi be-
tanpa bantuan mikroskop sedangkan cacing-cacing rada pada pasar Palmerah dan pasar Pasar Minggu
berukuran kecil dihitung dibawah ‘dissecting micro- di Jakarta (Tabel 3). Sedangkan hasil rataan kelas
scope’. Cacing-cacing tersebut disimpan dalam eta- cestoda paling tinggi berada pada pasar Anyar di
nol 70% dalam botol-botol plastik yang diberi label. Bogor (Tabel 3). Cacing kelas cestoda merupakan
Cacing dibagi menjadi nematoda dan cestoda. cacing yang paling sering ditemukan di penelitian
Cacing cestoda diwarnai dengan pewarnaan Semi- ini. Jenis cacing yang paling sering menyerang ayam
chon’s Acetocarmin sedangkan Nematoda akan di- kampung dari kedua daerah adalah Railletina echi-
warnai dengan Minyak Cengkeh. Setelah itu cacing nobothrida (Tabel 4).
diamati dan ditentukan spesiesnya dibawah mikros- Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan
kop. rataan jumlah cacing terbanyak di pasar daerah Ja-
karta adalah Heterakis gallinarum. Sedangkan rataan
Analisis Data jumlah cacing terbanyak di pasar daerah Bogor ada-
Data berupa jenis cacing yang ditemukan dianalisis lah Railletina echinobothrida (Tabel 5). Berdasarkan
secara deskriptif. Data yang diperoleh secara kuanti- hasil pemeriksaan terdapat tujuh spesies cacing
tatif yaitu prevalensi endoparasit diolah yang ditemukan. Ketujuh spesies tersebut berasal
menggunakan Ms. Excel 2013. Data jumlah populasi dari kelas nematoda dan cestoda. Spesies kelas ces-
cacing dianalisis dengan Analysis of Variance (ANO- toda yang ditemukan adalah, Railletina cesticillus,
VA) One Way kemudian dilanjutkan dengan uji Fisher Railletina echinobothrida, dan Railletina tetragona
menggunakan aplikasi Minitab 18. (Gambar 1) Hymenolepis cantaniana, Hymenolepis
carioca (Gambar 2).
HASIL
PEMBAHASAN
Hasil pemeiksaan di laboratorium menunjukkan
28 dari 45 sampel usus ayam yang diperiksa positif Prevalensi Kecacingan berdasarkan Lokasi Pasar
mengalami kecacingan. Prevalensi ayam yang terin- Hasil penelitian di pasar tradisional Jakarta dan
feksi di pasar di Bogor dan Jakarta memiliki perbe- Bogor menunjukkan 28 dari 45 sampel usus ayam
daan yang signifikan. Rata-rata prevalensi di pasar yang diperiksa positif mengalami kecacingan. Hal ini
Jakarta sebesar 56% (Tabel 1) sedangkan pasar yang juga terjadi di desa Taenade dan Tomata, Sulawesi
ada di Kota Bogor sebesar 70% (Tabel 2). Hal ini tengah, yang menunjukkan dari 80 sampel feses
menunjukkan bahwa ayam kampung yang dijual di ayam yang diuji 55 mengalami kecacingan (Loliwu
pasar tradisional Bogor memiliki prevalensi keca- dan Thalib 2012). Demikian juga penelitian di pasar
tradisional Pekanbaru yang menunjukkan dari 42 berbeda. Ayam yang dipotong di pasar Pasar
sampel usus ayam kampung yang diperiksa 26 men- Minggu berasal dari peternak yang memelihara
galami kecacingan (Rismawati et al. 2013). ayam secara ekstensif atau semi intensif. Sedangkan
Prevalensi ayam yang terinfestasi cacing di pasar ayam di pasar Pluit merupakan ayam yang berasal
di Bogor dan Jakarta memiliki perbedaan yang sig- dari peternakan ayam secara intensif.
nifikan. Rata-rata prevalensi kecacingan di pasar Ja- Sistem peternakan secara ekstensif dilakukan
karta sebesar 56% (Tabel 1) sedangkan pasar yang dengan cara membiarkan ayam secara bebas untuk
ada di Kota Bogor sebesar 70% (Tabel 2). Hal ini mencari makan sendiri. Sebaliknya dengan sistem
menunjukkan bahwa ayam kampung yang dijual di peternakan yang intensif ayam berada didalam kan-
pasar tradisional Bogor memiliki prevalensi dang dan diberi makan sesuai dengan kebutuhan
kecacingan yang lebih tinggi dibandingkan pasar (Rasyaf 2011). Menurut pendapat Supriatna (2010)
tradisional di Jakarta. ayam yang diternakkan secara intensif lebih tinggi
Cukup tingginya prevalensi kecacingan yang produksinya dan hanya sedikit yang mengalami in-
ditemukan dapat disebabkan oleh ayam mengalami festasi kecacingan daripada yang diternakkan secara
kontak yang sering terhadap sumber infeksi. Ayam ekstensif. Hal ini disebabkan karena ayam yang
kampung memenuhi kebutuhan nutrisi mereka diternakkan secara ekstensif punya potensi lebih
dengan mencari makan dari satu tempat ke tempat besar untuk membawa dan menebarkan parasit dari
lain di lapisan superfisial tanah. Tanah tersebut lingkungan tempat ayam biasa mencari makan.
dapat terkontaminasi, salah satunya oleh serangga Rataan populasi kelas nematoda paling tinggi be-
atau cacing tanah yang dapat menjadi inang antara rada pada pasar Palmerah dan pasar Pasar Minggu
parasit cacing yang menyerang unggas (Ashenafi di Jakarta (Tabel 3). Hasil rataan populasi dikedua
dan Eshetu 2004). pasar tersebut menunjukkan hasil yang tidak ber-
Prevalensi kecacingan di pasar Pasar Minggu san- beda nyata namun berbeda nyata dengan pasar
gat jauh berbeda dari prevalensi endoparasit di pasar lainnya. Sedangkan hasil rataan kelas cestoda paling
Pluit hal ini disebabkan asal ayam kampung yang tinggi berada pada pasar Anyar di Bogor.
http://www.journal.ipb.ac.id/indeks.php/actavetindones
Prevalensi Kecacingan pada Usus Ayam Kampung | 5
Prevalensi Kecacingan berdasarkan Jenis Cacing sebut berasal dari kelas nematoda dan cestoda.
Spesies kelas nematoda yang ditemukan adalah As-
Jenis Endoparasit yang paling sering menyerang
caridia galli dan Heterakis gallinarum. Sedangkan
ayam kampung adalah Railletina echinobothrida
spesies kelas cestoda yang ditemukan adalah Hyme-
(Tabel 4). Hasil penelitian menunjukkan spesies
nolepis cantaniana, Hymenolepis carioca, Railletina
cacing dari kelas cestoda lebih banyak ditemukan.
cesticillus, Railletina echinobothrida, dan Railletina
Menurut Rismawati et al. (2013) cacing cestoda
tetragona. Cacing dari kelas Trematoda tidak
merupakan yang paling sering menginfestasi ayam
ditemukan pada penelitian ini, hal ini dapat disebab-
kampung yang di jual di pasar tradisional Pekanbaru.
kan karena sedikitnya inang antara dari Trematoda
Hal ini disebabkan lingkungan tempat tinggal ayam
di sekitar kandang ayam (Suhaila et al. 2015).
terdapat banyak serangga yang merupakan inang
Cacing R. echinobothrida, R. tetragona, dan R.
antara Railletina sp.
cesticillus berasal dari genus yang sama namun
Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan
memiliki sedikit perbedaan. Salah satu perbedaann-
rataan jumlah cacing terbanyak di pasar di Jakarta
ya adalah ukuran dan bentuk rostellum dan sucker.
adalah Heterakis gallinarum. Hal ini dapat terjadi ka-
Cacing R. echinobothrida memiliki bentuk rostellum
rena Heterakis gallinarum memiliki siklus hidup yang
dan sucker yang bulat, sementara cacing R. tetrago-
langsung dengan waktu yang relatif cepat. Telur-
na memiliki rostellum yang bulat kecil dan sucker
telur berembrio keluar bersama feses dan berkem-
ovoid. Sedangkan cacing R. cesticillus memiliki
bang menjadi telur infektif sekitar 2 minggu. Ketika
kepala yang tidak berleher serta rostellum besar dan
telur yang infektif tertelan inang yang peka maka
sucker yang tidak berkait (Nandi dan Samanta 2010).
telur akan menetas melalui usus halus. Larva terse-
Cacing R. echinobothrida dapat memiliki panjang
but dapat mencapai sekum melalui lumen usus halus
sampai 25 cm, dengan sucker 8-15 baris kait dan ros-
dimana mereka berkembang menjadi cacing dewasa
telum terdiri 2 baris kait dengan masing-masing 200-
dalam waktu 24 jam (Kurniawan et al. 2010).
250 kait (Saif et al. 2008). Cacing R. tetragona mem-
Rataan jumlah cacing terbanyak di pasar yang
iliki panjang sampai 25 cm namun memiliki sucker
berada di daerah Bogor adalah Railletina echi-
dengan 8-12 baris kait dan rostelum terdiri 2 baris
nobothrida (Tabel 5). Hal ini menunjukkan populasi
kait dengan masing-masing 90-130 kait (Mandal
spesies tersebut lebih banyak ditemukan pada pasar
2012). Berbeda dengan dua spesies lainnya cacing R.
yang berada di Bogor. Banyaknya Railletina sp
cesticillus memiliki panjang mencapai 15 cm dan ros-
disebabkan mudahnya aksesibilitas dari inang
telum yang lebar dengan 400-500 kait kecil (Saif et
perantara berupa lalat, kumbang dan semut di hal-
al. 2008).
aman tempat ayam kampung tinggal. Infeksi Ces-
Perbedaan yang kedua terletak pada genital pore
toda pada unggas menyebabkan terhambatnya per-
unilateral. Cacing R. echinobothrida memiliki genital
tumbuhan, diare enteritis, perdarahan, dan hipovit-
pore unilateral yang terletak di mediolateral sampai
aminosis B (Dar dan Tanveer 2013).
posteriolateral sedangkan R. tetragona dan R. cesticil-
lus terletak di anterolateral sampai mediolateral di
Identifikasi Endoparasit Cacing setiap segmen (Wehr 1972). Perbedaan terakhir yang
Berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat tujuh dapat dilihat adalah jumlah telur di setiap kapsul telur
spesies cacing yang ditemukan. Ketujuh spesies ter- yang ada di segmen gravid. Cacing R. tetragona
Gambar 1 Morfologi scolex. (a) Railletina echinobothrida, (b) Ralletina tetragona, (c) Railletina cesticillus
memiliki 6-12 telur di setiap kapsulnya (Mandal kumbang tanah (Velusamy et al. 2014). Cacing R.
2012). Cacing R. echinobothrida memiliki telur echinobothrida adalah salah satu cacing pita yang
sebanyak 8-12 telur, sedangkan R. cesticillus memiliki paling patogen karena dapat menyebabkan nodul
satu telur di setiap kapsulnya (Saif et al. 2008). pada usus halus, enteritis hyperplasia terkait dengan
Menurut Butboonchoo dan Wongsawad (2017), pembentukan granuloma sehingga sering men-
berdasarkan perbedaan morfologi dan tekhnik HAT- imbulkan nekrosis usus (McDougald 2003).
RAPD (High annealing temperature-random amplified Cestoda lain yang menginfeksi ayam pada
polymorphic DNA) R. echinobothrida memiliki hub- penelitian ini adalah Hymenolepis cantaniana dan
ungan kekerabatan yang lebih dekat dengan R. te- Hymenolepis carioca. Cacing H. cantaniana memiliki
tragona dibandingkan dengan R. cesticillus. panjang mencapai 2 cm, sucker dan rostelum yang
Banyaknya infeksi cacing Railletina ini disebabkan tidak berkait dan genital pore unilateral yang berada
oleh banyaknya inang antara yang hidup di sekitar pada posisi anterolateral sampai mediolateral.
tempat tinggal ayam. Inang antara R. echinobothrida Cacing H. carioca memiliki panjang 3-8 cm dengan
dan R. tetragona merupakan semut dari genus ukuran lebar segmen 3-5 kali panjang segmen (Wehr
Tetramorium dan Pheidole (Soulsby 1982). Ayam 1972). Kedua cacing ini hidup di usus halus ayam dan
akan mengalami infeksi setelah memakan semut memiliki inang antara berupa kumbang dan lalat
yang mengandung cysticercoid (Mandal et al. 2004). (Fischer dan Say 1989). Infeksi dari Hymenolepis
Inang antara dari R. cesticillus merupakan kumbang dapat menyebabkan ayam usus mengalami fokal
(Fischer dan Say 1989). Inang antara alami dari R. nekrosa dan ptechie hemorrhagi pada ususnya.
cesticillus adalah Opatroides frater atau disebut juga Selain itu dapat menimbulkan oedema pada usus
http://www.journal.ipb.ac.id/indeks.php/actavetindones
Prevalensi Kecacingan pada Usus Ayam Kampung | 7
dengan eksudat catarrhalis dan hemorrhagi. Hal cacing ini karena dapat melindungi larva selama 1
ini bisa disebabkan karena seluruh atau sebagian tahun atau lebih (Kusumamihardja 1992). Menurut
skoleks menembus mukosa usus dan menyebabkan Brener et al. (2006), H. gallinarum dapat menjadi
penyumbatan pembuluh darah (Bhownik dan Sinha inang antara dari Histomonas meleagridis yang me-
1983). nyerang unggas (black head disease). Protozoa ini
Infeksi Nematoda pada ayam di penelitian ini dapat hidup dalam telur H. gallinarum selama telur
disebabkan oleh Ascaridia galli dan Heterakis galli- itu hidup (Akoso 1998).
narum. Menurut Soulsby (1982), cacing dewasa A.
galli memiliki ukuran sekitar 6-12 cm, terlihat semi
transparan dan bewarna putih kekuningan. A. galli “Penulis menyatakan tidak ada konflik
memiliki kutikula ekstraseluler yang tebal untuk kepentingan dengan pihak-pihak yang terkait dalam
melindungi membrana plasma hypodermal cacing penelitian ini”.
dewasa dari enzim pencernaan inang (Zaharah et al.
2016). Cacing A. galli bejenis kelamin betina dan
jantan dapat ditemukan di penelitian ini. Cacing
DAFTAR PUSTAKA
betina A. galli berukuran lebih besar daripada yang
jantan. Vulva pada cacing betina berada pada bagian Akoso BT. 1998. Kesehatan Unggas. Yogyakarta (ID):
tengah tubuh sedangkan bagian ekor pada cacing Kanisius.
jantan memiliki caudal alae yang kecil serta beberapa Anwar H dan Zia UR. 2002. Effect of Ascaridia galli
caudal papillae yang pendek dan tebal, serta mem- infestation on electrolytes and vitamins in chick-
iliki spikula (Rahman dan Manaf 2014). en. Journal of Biological Science. 2(10):650-651.
Infeksi A. galli terjadi bila ayam menelan telur ter- Ashenafi H, Eshetu Y. 2004. Study on gastrointes-
infeksi yang terdapat dalam makanan atau minu- tinal helminths of local chicken in Central Ethi-
mannya Zaharah et al. (2016). Cacing tanah juga opia. Revue de Medecine Veterinaire. 155(10):
dapat bertindak sebagai vector mekanis dengan 504-507.
cara menelan telur tersebut dan kemudian cacing Balqis U, Hambal M, Utami CS. 2014. Gambaran his-
tanah dimakan oleh ayam. Ayam yang terinfeksi A. topatologis usus ayam kampung (Gallus domesti-
galli dapat mengalami penurunan fungsi usus halus cus) yang terinfeksi Ascaridia galli secara alami.
dalam menyerap makanan karena terjadi kerusakan Jurnal Medika Veteriner. 8(2).
pada vili dan sel epitel usus ayam (Zalizar et al. Bhownik MK, Sinha PK. 1983. Studies on the Pathol-
2006). Geredaghi (2011) dalam Rohmawati (2016) ogy of Taeniasis in domestic fowl. Indian Veteri-
mengatakan, keberadaan A. galli dapat menyebab- nary Journal. 60: 6-8.
kan penurunan tingkat pertumbuhan, penurunan Brener B. Tortelly R, Menezes RC, Muniz-Pereira LC,
berat badan, kerusakan mukosa usus yang me- Pinto RM. 2006. Prevalence and pathology of the
nyebabkan kehilangan darah dan infeksi usus. nematode Heterakis gallinarum. The trematode
Nematoda yang juga menginfeksi ayam pada Paratanaisia bragai, and the protozoa Histomonas
penelitian ini adalah Heterakis gallinarum. H. galli- meleagridis in the turkey, Melea gallopavo. Mem
narum hidup di sekum ayam dan memiliki ukuran Inst Oswaldo Cruz. 101(6): 677-681.
yang kecil dan bewarna putih. Menurut Rahman dan doi:10.1590/S0074-02762006000600017
Manaf (2014), H. gallinarum memiliki mulut dengan 3 Butboonchoo P, Wongsawad C. 2017. Occurance
bibir dan buccal capsule yang kecil serta vulva ter- and HAT-RAPD analysis of gastrointestinal hel-
letak di bagian tengah tubuh (Zaharah et al. 2016). minthes in domestic chickens (Gallus gallus do-
Karena hidupnya di sekum, cacing ini dapat me- mesticus) in Phayao province, northern Thailand.
nyebabkan kerusakan sekum yang mengakibatkan Saudi Journal of Biological Science. 24(1):30-35. doi
gangguan dalam reabsorbsi air dan garam organik : 10.1016/j.sjbs.2015.09.002
dan menghambat terjadinya fermentasi oleh bakteri Dar JA, Tanveer S. 2013. Prevalence of cestode para-
selulolitik (Susilowati 2009). Cacing ini juga dapat sites in free-range backyard chickens (Gallus gal-
menimbulkan peradangan, penebalan mukosa, thy- lus domesticus) of Kashmir, India. Agriculture and
plitis, diare, penurunan berat badan, dan kematian Biology Journal of North America. 4(1): 67-70.
(Permin dan Hansen 1998). doi:10.5251/abjna.2013.4.1.67.70.
Sama dengan nematoda yang lain, penularan H. Fischer MS dan Say RR. 1989. Manual of Tropical Vet-
gallinarum disebabkan karena inang menelan telur erinary Parasitology. Oxford (UK): CAB interna-
infektif. Cacing tanah dapat menjadi inang antara tional.
Geredaghi Y. 2011. Identification of immunogenic Rahman WA, Manaf NH. 2014. Description on the
relevant antigens in the excretory-secretory (ES) morphology of some nematosed of the Malaysi-
products of Ascaridia galli larvae. Advances in En- an domestic Chicken (Gallus domesticus) Using
vironmental Biology. 5(6): 1120-1126. Scanning electron microscopy. Malaysian Journal
Gillespie RJ. 2004. Modern Livestock and Poultry of Veterinary Research. 5(1):35-42. doi:
Production. 7th. Washington DC (US): Thomson 10.5829/idosi.gv.2014.12.01.76116.
Learning Inc. Rasyaf M. 2011. Beternak Ayam Kampung. Jakarta
He S, Susilowati V EHS, Purwati E, Tiuria R. 1991. (ID): Penebar Swadaya.
Taksiran kerugian produksi daging akibat infeksi Rismawati, Yusfiati, Radith M. 2013. Endoparasit pa-
alamiah cacing saluran pencernaan pada ayam da usus ayam kampung (Gallus domesticus) di
buras di Bogor dan sekitarnya. Hemera Zoa. pasar tradisional Pekanbaru [skripsi]. Fakultas
74:56-64. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univer-
Isdiyanto DA. 2002. Analisis saluran pemasaran yam sitas Riau.
kampung (Gallus domesticus) di Jakarta Selatan Rohmawati. 2016. Prevalensi Ektoparasit dan endo-
provinsi DKI Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut parasit pada itik yang dipelihara secara intensif
Pertanian Bogor. dan semi intensif [skripsi]. Semarang (ID): Uni-
Kurniawan MC, Suzanna E, Retnani EB. 2010. Inven- versitas Negeri Semarang.
tarisasi cacing parasitic saluran pencernaan elang Saif YM, Fadly AM, Gilisson JR, Mc Dougald LR, No-
jawa (Spizaetus bartelsi Stressman, 1924) dan lan LK, Swayne DE. 2008. Disease of Poultry. Ox-
Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus Gmelin, 1788) ford (UK): Blackwell Publishing,
di habitat eks-situ. Media Konsevasi. 15(3):120-125. Smith VH, Jones TP, Smith MS. 2005. Host nutrition
Kusumamihardja S. 1992. Parasit dan Parasitosis pada and infectious disease: an ecological view. Fron-
Hewan Ternak dan Hewan Piaraan di Indonesia. tiers in Ecology and the Environment. 3(5):268-
Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Bioteknologi 274. doi: 10.1890/15409295(2005)003[0268:
IPB HNAIDA] 2.0.CO;2.
Loliwu YA, Thalib I. 2012. Prevalensi penyakit cacing Soulsby EJL. 1982. Helminths, Arthropods and Proto-
pada ayam buras di desa Taende dan Tomata zoa of Domestic Animals. 8th ed. London (UK): The
kecamatan Mori Atas kabupaten Morowali. English Language Book Society and Bailliere Tin-
Jurnal Agripet. Vol 9. dall.
Mandal AB, Yadav AS, Johri JS, dan Pathak NK. Suhaila AH, Sabrina DL, Nik Ahmad Irwan Izzaudin
2004. Nutrition and Diseases Management of Poul- NH, Hamdan A, Khadijah S. 2015. Study of para-
try. New Delhi (IND): IBDC publisher sites in commercial free-range chickens in north-
Mandal SC. 2012. Veterinary Parasitology at a Glance. ern peninsular Malaysia. Malaysian Journal of Vet-
New Delhi (IND): IBDC publisher. erinary Research. 6:53-64.
McDougald LR. 2003. Cestodes and trematodes. Di Sulandari S, Zein MSA, Paryanti S, Sartika T, Astuti
dalam: Saif YM, Barnes HJ, Fadly AM, Glisson JR, M, Widjastuti T, Sudjana E, Darana S, Setiawan I,
McDougald LR, Swayne DE, editor. Disease of Garnida D. 2007. Sumberdaya genetic ayam lokal
Poultry 11th ed. Iowa State (US): Blackwell Publish- Indonesia. Keanekaragaman sumberdaya hayati
ing. ayam lokal indonesia: manfaat dan potensi. Jakar-
Nandi S dan Samanta S. 2010. Poultry Diseases at a ta (ID): Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Glance. New Delhi (IND): IBDC publisher. Pengetahuan Indonesia. Hal 45-67.
Parede L, Zainuddin D, Huminto H. 2005. Penyakit Supriatna E. 2010. Strategi pengembangan ayam
menular pada intensifikasi unggas lokal dan cara local berbasis sumberdaya local dan berwawasan
penanggulangannya. Di dalam: Parede L, Zainud- lingkungan. Makalah. Dalam: Seminar Nasional
din D, Huminto H, editor. Lokakarya Nasional Unggas Lokal ke IV Di Fakultas Peternakan UN-
Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal; DIP, 7 Oktober.
Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian Susilowati, Sri MS, Ajik A. 2009. Histopatologi sekum
dan Pengembangan Peternakan Itik Jawa (Anas javanica) yang terinfeksi Echinos-
Permin A, Hansen JW. 1998. Epidemiology diagnosis toma sp. [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Air-
and control poultry parasites. FAO Animal Health langga.
Manual. Roma (IT): FAO United Nation.
http://www.journal.ipb.ac.id/indeks.php/actavetindones
Prevalensi Kecacingan pada Usus Ayam Kampung | 9
Tabbu CR. 2003. Penyakit Ayam dan Penanggulan- Zaharah I, Yanti HA, Setyawati TR. 2016. Kepadatan
gannya. Yogyakarta (ID): Kanisius. nematoda gastrointestinal itik manila (Cairina
Velusamy R, Basith SA, Harikrishnan TJ, Ponnudurai moschata) yang dipasarkan di pasar Flamboyan
G, Anna T, Ramakrishnan S. 2014. Ground beetle, kota Pontianak. Protobiont. 5(3): 41-46.
Opatroides frater (Coleoptera) as natural inter- Zalizar L, Satrja F, Tiuria R, Astuti DA. 2006. Dampak
mediate host for the poultry tapeworm, Raillet- infeksi Ascaridia galli terhadap gambaran his-
ina cesticillus. Journal of Parasitic Diseses. topatologi dan luas permukaan vili usus halus
38(1):128-131. doi : 10.1007/s12639-012-0202-4 serta penurunan bobot hidup starter. Journal
Wehr EE. 1972. Disease of Poultry. Hofstad MS, Cal- Ilmu Ternak dan Veteriner. 11(3):222-228.
nek BW, Helmboldt CF, Reid WM, Yoder HW, edi- Zalizar LF, Satrija F, Tiuria R, Dewi AA. 2007. Respon
tor. Iowa (US): The Iowa State University Press. ayam yang mempunyai pengalaan infeksi Asca-
Wuri DA. 2001. Fluktuasi populasi nematoda saluran ridia galli terhadap infeksi ulang dan implikasinya
pencernaan ayam kampung pada bulan kering terhadap produktivitas dan kualitas telur. Animal
dan bulan basah di wilayah kabupaten bogor Production. 9(2):92-98.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.