Anda di halaman 1dari 8

Buletin Veteriner Udayana Volume 15 No.

3: 490-497
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Juni 2023
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p19
Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021

Media Tumbuh yang Berbeda Terhadap Tingkat Produksi dan


Kandungan Nutrisi Maggot Black Soldier Fly
(DIFFERENT GROWTH MEDIA ON PRODUCTION LEVELS AND NUTRITIONAL
CONTENT OF MAGGOT BLACK SOLDIER FLY)

Soraya Faradila1*, Syamsuddin1, Nurfadillah Muqarramah1, Ainun Jariyah1,


Sri Wahyuni2
1
Jurusan Peternakan, Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa, Jl. Malino KM 7, Gowa,
Sulawesi Sulawesi 92171;
2
Program Studi Peternakan, Jurusan Pertanian, Universitas Khairun, Jl. Pertamina Kampus
II, Ternate Selatan, Maluku Utara.
*Email: sorayafaradilla@gmail.com

Abstrak
Peternak menginginkan harga yang relatif lebih murah sedangkan pakan murah tidak menjamin
produktivitas ternak. Pengembangan penelitian penggunaan serangga sebagai sumber protein bagi
ternak alternatif untuk melengkapi kebutuhan protein hewani sangat diperlukan. Syarat tersebut adalah
tidak berbahaya bagi ternak, kontinuitas ketersediaan bahan baku, bergizi dan tidak bersaing dengan
manusia. Salah satu upaya yang ditawarkan adalah dengan memanfaatkan maggot Black Soldier
Flies (BSF) atau Hermetia illucens dalam pengolahan limbah menjadi pakan ternak yang kaya akan
protein. Tujuan penelitan adalah untuk mengetahui media yang terbaik terhadap tingkat produksi dan
kandungan nutrisi maggot. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3 perlakuan
dan 5 ulangan sehingga terdapat 15 unit. Media yang digunakan adalah labu (P1), kulit pisang kapok
(P2) dan ikan tembang (P3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai produksi Densitas populasi,
bobot dan panjang maggot berturut-turut adalah 0.80 ekor/cm3; 914.5 g; 14.86 mm dan kandungan
nutrisi (protein: 55.13%) tertinggi berada pada media ikan tembang (P3). Kandungan nutrisi media
pemeliharaan maggot mempengaruhi tingkat produksi dan kandungan nutrisi maggot itu sendiri. Media
dengan menggunakan ikan tembang (P3) menunjukkan nilai tertinggi atas produksi dan kandungan
nutrisi maggot dibandingkan dengan media lainnya. Saran untuk penelitian lanjutan adalah perlu
penelitian lanjutan menggunakan media lain untuk memperoleh nilai produksi dan nutrisi yang optimal
bagi pertumbuhan maggot.
Kata kunci: Maggot; media tumbuh; nutrisi; produksi

Abstract
Breeders want relatively cheaper prices, while cheap feed does not guarantee livestock productivity.
Development of research based on the use of insects as an alternative source of protein to complement
the needs of animal protein is urgently needed. These conditions are harmless to livestock, continuous,
nutritious and not in competition with humans. One of the efforts offered is to utilize the maggot Black
Soldier Flies (BSF) or Hermetia illucens in processing waste into animal feed which is rich in protein.
The purpose of the research was to find out the best media for maggot production levels and nutritional
content. This study used a completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 5 replications
so that there were 15 units. The media used were pumpkin (P1), kapok banana skin (P2) and tembang
fish (P3). The results showed that the production values for population density, maggot weight and
length were 0.80 individuals/cm3; 914.5 g; 14.86 mm and the highest nutrient content (protein: 55.13%)
was in tembang fish media (P3). The nutritional content of the maggot maintenance media affects the
level of production and the nutritional content of the maggot itself. Media using tembang fish (P3)
shows the highest value for maggot production and nutritional content compared to other media.
Suggestions for further research are the need for further research using other media to obtain optimal
production and nutritional values for maggot growth.
Keywords: Growth media; maggot; nutrition; production

490
Buletin Veteriner Udayana Volume 15 No. 3: 490-497
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Juni 2023
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p19
Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021

PENDAHULUAN serta limbah organik hanya dengan durasi


24 jam saja.
Pesatnya pertumbuhan industri pakan
Maggot BSF mampu bertumbuh serta
mengakibatkan semakin banyaknya jenis
berkembang pada media yang terdapat
pakan komersial yang memasuki pasar.
kandungan nutrisi yang pas dengan
Tidak ada jaminan bahwa semakin banyak
kebutuhan hidupnya (Wahyuni et al, 2020).
pakan yang beredar, semakin baik
Kandungan nutrisi maggot dipengaruhi
kualitasnya. Di sisi lain, peternak
oleh media pembiakannya. Oleh sebab itu,
menginginkan harga yang relatif lebih
guna menunjang pembudidayaan maggot,
murah, namun pakan yang mereka
perlunya mengetahui media yang optimal
dapatkan adalah harga yang lebih tinggi.
untuk tumbuh kembang maggot. Pada
Padahal pakan murah belum tentu
prinsipnya, media maggot adalah sumber
menjamin produktivitas. Hal ini
pakan maggot. Bahan yang bisa dijadikan
berkontribusi pada pengembangan
media pembiakan atau pakan maggot
penelitian penggunaan serangga sebagai
adalah yang merupakan bahan atau limbah
sumber protein alternatif untuk melengkapi
organik dan mengandung nutrisi tinggi.
protein ketika penggunaannya sebagai
bahan baku diperlukan. Syarat untuk METODE PENELITIAN
tersebut adalah tidak berbahaya bagi ternak,
kontinuitas ketersediaan bahan baku, Alat dan Bahan
bergizi dan tidak bersaing dengan manusia Alat-alat yang digunakan dalam
(Maasir et al., 2020) penelitian ini adalah wadah plastik,
Salah satu upaya yang ditawarkan kelambu jaring, kawat jaring, kapur ajaib,
adalah dengan memanfaatkan Black sarung tangan medis, timbangan digital,
Soldier Flies (BSF) (Hermetia illucens) drum plastic yang nantinya sebagai wadah
dalam pengolahan limbah menjadi pakan penyimpanan media tumbuh maggot.
ternak (Popa dan Green, 2012). Kandungan Bahan yang disiapkan untuk penelitian
protein serta asam aminonya merupakan antara lain telur larva 18 gram, Media labu
sumber gizi serta zat yang diperlukan oleh 6 kg, kulit pisang kepok 6 kg, dan ikan
tiap hewan ternak untuk pertumbuhan yang tembang 6 kg (ikan tembang yang
sehat serta kuat. Bukan hanya asam amino digunakan adalah ikan yang sudah tidak
serta protein, maggot BSF pun didalamnya layak dikonsumsi namun belum mengalami
terdapat kandungan protein sebanyak 40%. pembusukan).
Hal ini sesuai dengan pendapat Rancangan Penelitian
Rachmawati et al. (2010) kandungan nutrisi Rancangan Acak Lengkap (RAL)
maggot BSF yaitu PK sebesar 47,56, LK dimana ada 3 perlakuan, 5 kali ulangan
sebesar 19,80 dan abu sebesar 9,71 yang sehingga diperoleh 15 unit percobaan,
cukup baik untuk pakan ternak unggas. setiap perlakuannya memiliki bobot
Kandungan nutrisi maggot diperoleh dari masing-masing media adalah 2 kg. Adapun
jumlah makanan organik yang tiap hari media perlakuan yang diberikan, sebagai
dikonsumsi. Kemampuan maggot BSF berikut:
dalam mengkonsumsi sampah organik P1 : Labu Kuning
membuatnya banyak digunakan sebagai P2 : Kulit Pisang Kepok
salah satu agen dekomposer. Menurut P3 : Ikan Tembang.
Diener et al. (2011), BSF dapat mencerna
sampah organik dengan pengurangan bahan Parameter Penelitian
organik sebesar 65.5% hingga 78.9% per Densitas Populasi Maggot
hari. Sebanyak 15 ribu maggot BSF bisa Densitas Populasi Maggot Untuk
mengkonsumsi kurang lebih 2 kg makanan melihat densitas populasi Maggot harus
diadakan perhitungan dari hasil kultur yang

491
Buletin Veteriner Udayana Faradila et al., 2023

dilakukan. Adapun rumus untuk bahan dicacah terlebih dahulu. Pemanenan


menghitung densitas populasi maggot maggot BSF dilakukan pada umur 21 hari
dengan menggunakan metode volumetric karena berdasarkan siklus hidupnya maggot
adalah Krebs (1989). D = N/S BSF bahwa pada tersebut maggot BSF
Keterangan : sudah tidak lagi makan dan minum.
D = Densitas Populasi Maggot (ekor/cm3) Analisis Data
N = Jumlah Individu Metode rancangan yang digunakan
S = Volume Media dalam penelitian ini adalah model sebagai
Bobot maggot berikut:
Untuk menghitung bobot maggot Yij =µ + σi + Σij
dilakukan dengan cara menimbang maggot Keterangan :
yang sudah dipanen dengan menggunakan Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan
timbangan pada setiap perlakuan. media hidup ke –I dan ulangan ke- j
Panjang Maggot µ = Nilai tengah umum
Kegiatan pengukuran Panjang maggot σi = Pengaruh penggunaan media hidup ke-
diukur dengan menggunakan millimeter i
blok pada akhir penelitian dengan cara Σij = Kesalahan (galat) percobaan pada
sampling. Jumlah yang diambil untuk media hidup ke-I dalam ulangan ke-j.
penyamplingan 10 ekor tiap-tiap Data dianalisis ragam (ANOVA)
pelakuan.Yang terlebih dahulu maggot dengan uji F, dimana F hitung >F tabel
yang sudah dipanen dimasukkan kedalam maka dilanjutkan dengan uji Duncan
baskom dan diberi alkohol agar mudah dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan
dalam pengukuran. yang baik antara perlakuan %. (Steel dan
Analisis proksimat Torrie, 1991).
Parameter yang diamati yaitu
kandungan nutrisi maggot menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa proksimat yang meliputi: Protein
kasar, serat kasar, kadar air, dan lemak. Densitas Populasi Maggot
Berdasarkan Gambar 1. menunjukkan
Tahapan Penelitian bahwa P1 (labu) berbeda nyata dengan P2
Membuat biopond manual sebagai (kulit pisang kepok), namun P2 tidak
media tempat budidaya dan media berbeda nyata dengan P3 (ikan tembang).
penetasan telur maggot BSF menjadi Pemberian media tumbuh yang berbeda
maggot. Biopond yang sudah disediakan menunjukkan bahwa perlakuan P2 dan P3
dibuatkan rak secara permanen, dibuatkan memiliki populasi lebih banyak
jaring penutup supaya lalat dan semut tidak dibandingkan pada perlakuan P1. Hal ini
masuk dalam media dan akan menyebabkan menunjukkan pemberian ikan tembang dan
media rusak, memberikan goresan kapur pisang kepok memberikan pengaruh yang
pada dinding media supaya semut tidak bisa baik terhadap populasi maggot. Media yang
masuk di dalam media. Setiap mengandung nutrisi yang baik akan
perlakuannya memiliki telur larva sebanyak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
2 gram. bobot media tumbuh tiap unit maggot itu sendiri. Hal ini sesuai dengan
percobaan memilki berat 1 kg pendapat Arief et al. (2012) menyatakan
Maggot BSF yang sudah ditetaskan dan bahwa Faktor yang mempengaruhi
berumur 3-5 hari dipersiapkan untuk keberhasilan produksi larva adalah
dimasukan dalam media budidaya atau kandungan nutrisi substrat dan kondisi
media pembesaran yang dimana media lingkungan.
pembesaran tersebut terdiri dari tiga
perlakuan media pembesaran berbeda yang Bobot Maggot
terdiri dari kulit labu kuning, kulit pisang Pemberian media tumbuh yang berbeda
kepok, ikan tembang. Masing-masing pada maggot menunjukkan perlakuan

492
Buletin Veteriner Udayana Volume 15 No. 3: 490-497
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Juni 2023
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p19

dengan menggunakan media ikan tembang masing perlakuan dapat dilihat pada Table
memberikan hasil tertinggi dengan bobot 1. P1 memiliki kandungan air sebesar
maggot 914,5g. Hal ini menunjukkan 23,77%, P2 sebesar 4,70%, dan P3 sebesar
pemberian ikan tembang memberikan 13,23%. Kadar air pakan yang dihasilkan
pengaruh yang baik terhadap bobot maggot. untuk semua perlakuan hanya pada P2 dan
Kandungan lemak dari ikan tembang P3 yang memenuhi persyaratan untuk kadar
mempengaruhi bobot badan maggot karena air pakan menurut SNI 8173-3-2015 yaitu
lemak dapat meningkatkan bobot badan. sebesar Maksimum 14%. Kandungan air
Tingginya bobot badan maggot disebabkan yang paling tinggi berada pada P1 23,77%,
oleh banyaknya kandungan protein yang kemudian P3 sebesar 13,23%, dan paling
terdapat pada Perlakuan P3. Hal ini sesuai rendah pada P2 sebesar 4,70%. Kandungan
dengan (Diener et al., 2011) yaitu maggot air yang tinggi pada P1 menggunakan
mengandung protein 40% dan lemak 30% media labu kunig. Kandungan air yang
yang digunakan sebagai pakan ternak terendah pada P2 menggunakan media
pengganti tepung ikan (Diener et al., 2009). pisang kapok. Dari hasil kajian Sari dan
Tingginya protein yang dikandung oleh Putri (2018) mengatakan bahwa labu
media pertumbuhan berbanding lurus kuning memiliki kandungan air sebesar
dengan kandungan nutrisi maggot. Silmina 89,22%. Hasil tersebut lebih tinggi jika
et al. (2011) menambahkan bahwa bahan dibandingkan dengan kandungan air pisang
yang baik untuk pertumbuhan magot adalah kepok dari penelitian Rusdiana dan Syauqi
bahan yang banyak mengandung nutrisi dan (2015) yaitu 65,94%. Nilai kandungan air
bahan organik yang mendukung untuk yang terdapat dalam media mempunyai
pertumbuhan magot. pengaruh yang signifikan terhadap kadar air
maggot yang dihasilkan, Semakin tinggi
Panjang Maggot
kandungan air media tumbuh maggot
Grafik 3 menunjukkan bahwa
semakin tinggi kandungan air Maggot.
perlakuan P1 dan P3 memiliki rata-rata
Karena maggot ini memiliki kandungan air
panjang lebih banyak dibandingkan pada
yang cukup banyak serta kandungan air
perlakuan P2. Hal ini menunjukkan
juga berpengaruh penting dalam pakan
pemberian ikan tembang dan labu kuning
namun dalam dosis yang pas dan tidak
memberikan pengaruh yang baik terhadap
berlebihan. Hasil penelitian Azir et al.
panjang maggot. Hal ini menunjukkan
(2017) menyatakan bahwa kandungan air
pemberian labu kuning dan ikan tembang
maggot yang diperoleh berkisar 64,86%-
memberikan pengaruh yang baik terhadap
74,5%. Kandungan air yang berlebihan
pertumbuhan Panjang maggot. Salah satu
dalam pakan akan mempengaruhi
faktor yang mempengaruhi adalah
kandungan nutrisi pakan, dimana air yang
kandungan protein yang relatif tinggi yang
terkandung dalam pakan akan memicu
dimilki oleh kedua media tersebut sehingga
tumbuhnya jamur, bakteri dan
mempenagruhi panjang maggot. Gobbi et
mikroorganisme berpotensi mempercepat
al. (2013) dan Tomberlin et al. (2002)
terjadinya penurunan kandungan nutrisi
mengemukakan kualitas dan kuantitas
pakan, namun demikian kandungan air
makanan yang dicerna oleh larva BSF
dalam pakan akan berpengaruh juga
memiliki pengaruh penting terhadap
terhadap daya cerna pada ternak ayam dan
pertumbuhan dan waktu perkembangan
tingkat konsumsi pakan (Nasruddin, 2010).
larva, kelangsungan hidup, mortalitas dan
perkembangan ovarium serangga dewasa Protein
serta menentukan perkembangan fisiologi Kandungan protein yang paling tinggi
dan morfologi BSF dewasa. berada pada perlakuan P3 yaitu sebesar
Air 55.13%. Selanjutnya diikuti perlakuan P1
sebesar 29,23%. Nilai kandungan protein
Dari hasil uji laboratorium masing-
paling rendah berada pada P2 yaitu sebesar

493
Buletin Veteriner Udayana Faradila et al., 2023

25,06%. Kandungan protein yang tinggi seharusnya, maka glukosa berubah menjadi
terdapat pada perlakuan P3 yaitu terdapat lemak.
pada media ikan tembang, sedangkan pada Serat Kasar
kandungan protein paling rendah terdapat Kandungan serat kasar yang paling
pada percobaan P2 yaitu pada media pisang tinggi berada pada perlakuan P1 yaitu
kapok. Manuputty (2014) menyatakan sebesar 17,46%, kemudian dilanjutkan
bahwa nilai protein ikan tembang sebesar dengan P3 sebesar 9,23%. Nilai kandungan
20,22%. Sedangkan nilai protein pada Serat Kasar paling rendah berada pada P2
pisang kapok menurut Rusdiana dan Syauqi yaitu sebesar 7,86%. Kandungan serat kasar
(2015) sebesar 1,76%. Varianti et al. (2017) yang tinggi terdapat pada perlakuan P1
Menambahkan bahwa Protein yang yaitu terdapat pada media labu kuning,
diperoleh akan disintesis menjadi asam sedangkan pada kandungan serat paling
amino dan digunakan untuk pembentukan rendah terdapat pada percobaan P2 yaitu
daging sehingga berat badan akan pada media pisang kepok. Nilai kandungan
bertambah. serat kasar pada labu kuning yang
Dari hasil analisa proksimat masing- dikemukakan oleh Sari dan Putri (2018)
masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel yaitu sebesar 1,15%. Sedangkan, nilai
1. P1 memiliki kandungan protein sebesar kandungan serat kasar pada pisang kapok
29,23%, P2 sebesar 25,06%, dan P3 sebesar menurut Anwar et al. (2021) yaitu sebesar
55,13%. Kadar protein maggot yang 51,93%. Nilai kandungan diatas
dihasilkan untuk semua perlakuan menunjukkan bahwa nilai kandungan serat
memenuhi persyaratan untuk kadar protein kasar kulit pisang jauh lebih tinggi
untuk pakan terak unggas menurut SNI dibandingkan nilai kandungan serat kasar
8173-3-2015 yaitu Minimum 19%. labu kuning. Sehingga serat kasar yang
Lemak dihasilkan maggot dengan media labu
Kandungan lemak yang tinggi terdapat kuning lebih tinggi dibandingkan serat
pada perlakuan P2 yaitu terdapat pada kasar yang dihasilkan maggot dengan
media Pisang Kepok, sedangkan pada media pisang kapok. Dari hasil uji
kandungan lemak paling rendah terdapat laboratorium masing-masing perlakuan
pada percobaan P1 yaitu pada media labu. dapat dilihat pada tabel 1. P1 memiliki
Anwar et al. (2021) menyatakan bahwa kandungan serat kasar sebesar 17,74%, P2
nilai kandungan lemak pada kulit pisang sebesar 7,86%, dan P3 sebesar 9,23%. Hal
kapok sebesar 12.51%, sedangkan nilai ini menunjukkan bahwa kandungan serat
kandungan lemak labu kuning menurut kasar pada kajian hanya pada P2 yang
Gumolung (2019) sebesar 0,18%. Nilai memenuhi persyaratan pada SNI 8173-3-
lemak kulit pisang kapok terbilang jauh 2015 yang menyatakan nilai maksimal
lebih tinggi dan diikuti oleh nilai lemak kandungan serat kasar pada pakan sebesar
maggot dimana P1 (20,74%) sedangkan P2 6-8%. Dari hasil kajian diatas bahwa
(57,64%) tetapi setalah diberikan pada maggot yang baik dijadikan pakan adalah
maggot BSF sebagai media tumbuh atau maggot yang memiliki kandungan air
pakan buat maggot nilai kandungan lemak <14%, kandungan protein >19%,
pada maggot meningkat menjadi 57,64%. kandungan lemak <7%, dan kandungan
Hal ini disebabkan karena nilai kandungan serat kasar
karbohidrat yang terkandung pada pisang
kapok terbilang tinggi yaitu sebesar 62,65% SIMPULAN DAN SARAN
(Anwar et al., 2021). Lemak terbentuk dari Simpulan
pecahan karbohidrat menjadi glukosa. Lalu, Kandungan nutrisi media pemeliharaan
apabila glukosa telah mencukupi maka maggot mempengaruhi tingkat produksi
tidak terbetuk lemak. Namun, apabila dan kandungan nutrisi maggot itu sendiri.
glukosa di dalam darah melebihi yang

494
Buletin Veteriner Udayana Volume 15 No. 3: 490-497
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Juni 2023
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p19

Media dengan menggunakan ikan tembang Gobbi P, Martínez-Sánchez A, Rojo S.


(P3) menunjukkan nilai tertinggi atas 2013. The effects of larval diet on adult
produksi dan kandungan nutrisi maggot life-history traits of the Black Soldier
dibandingkan dengan media lainnya. Fly, Hermetia illucens (Diptera:
Stratiomyidae). Eur. J. Entomol. 110:
Saran
461-468.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
Gumolung D. 2019. Analisis proksimat
dengan menggunakan media jenis lain
tepung daging buah labu kuning
untuk meningkatkan produksi dan
(Cucurbita moschata). Fullerene J.
kandungan nutrisi maggot.
Chem. 4(1): 8.
UCAPAN TERIMAKASIH Krebs CJ. 1989. Experimental analysis of
distribution and abundanc. Third
Penulis mengucapkan terima kasih Edition. New York.
kepada Kementerian Pertanian, khususnya Maasir U, Fausiah A, Sagita. 2020.
Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa Produksi maggot black soldier fly (bsf)
memfasilitasi penelitian penulis. Terima (hermetia illucens) pada media ampas
kasih juga penulis tujukan kepada semua tahu dan feses ayam. Agrovital J. Ilmu
pihak yang terlibat dalam penyelesaian Pertanian. 5(2): 87-90.
penelitian ini. Manuputty GD. 2014. Proksimat pakan
buatan dan ikan tembang sardinella sp.
DAFTAR PUSTAKA untuk penggemukan kepiting bakau
Anwar H, Septiani S, Nurhayati N. 2021. scylla serrata. Chimica et Natura Acta.
Pemanfaatan kulit pisang kepok (musa 2(3): 173-179.
paradisiaca l.) sebagai subtitusi tepung Nasruddin N. 2010. Komposisi nutrisi
terigu dalam pengolahan biskuit. pakan ayam ras pedaging masa akhir
Selaparang J. Pengabdian Mas. (broiler finisher) dari beberapa bahan
Berkemajuan. 4(2): 315. pakan lokal. J. Dinamika Penelitian
Arief M, Ratika AN, Lamid M. 2012. BIPA. 21: 144–152.
Pengaruh kombinasi media bungkil Popa R, Green T. 2012. Biology and
kelapa sawit dan dedak padi yang ecology of the black soldier fly.
difermentasi terhadap produksi maggot Amsterdam (NL): DipTerra LCC e-
Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Book.
sebagai sumber protein pakan. J. Ilmiah Rusdiana, Syauqi A. 2015. Pengaruh
Perikanan Kelautan. 4(1): 33-38. pemberian pisang kepok (musa
Azir, A., Harris, H., dan Haris, R. B. K. paradisiaca forma typical) terhadap
2017. Produksi dan kandungan nutrisi kadar trigliserida tikus sprague dawley
maggot (chrysomya megacephala) pra sindrom metabolik. J. Nutr.
menggunakan komposisi media kultur College. 4(2): 585–592.
berbeda. J. Ilmu-Ilmu Perikanan Sari NP, Putri WDR. 2018. Pengaruh lama
Budidaya Perairan. 12(1): 34–40. penyimpanan dan metode pemasakan
Diener S, Studt SNM, Roa GF, Zurbrügg C, terhadap karakteristik fisikokimia labu
Tockner K. 2011. Biological treatment kuning (Cucurbita moschata). J.
of municipal organic waste using black Pangan Agroindustri. 6(1): 17–27.
soldier fly larvae. Waste and Biomass Silmina D, Edriani G, Putri M. 2011.
Valorization. 2(4): 357–363. Efektifitas berbagai media budidaya
Diener S, Zurbrügg C, Tockner K. 2009. terhadap pertumbuhan maggot hermetia
Conversion of organic material by black illucens. Bogor. Retrieved from
soldier fly larvae: Establishing optimal http://repository.ipb.ac.id/
feeding rates. Waste Manag. Res. 27(6), handle/123456789/43974
603–610. Steel PGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan

495
Buletin Veteriner Udayana Faradila et al., 2023

Prosedur Statistika suatu Pendekatan LD. 2017. Pengaruh pemberian pakan


Geometrik. Terjemahan B. Sumantri. dengan sumber protein berbeda
PT Gramedia. Jakarta. terhadap efisiensi penggunaan protein
Tomberlin JK, Sheppard DC, Joyce JA. ayam lokal persilangan. J. Agripet.
2002. Selected lifehistory traits of black 17(1): 53–59.
soldier lies (Diptera: Stratiomyidae) Wahyuni, Kumala RD, Ardiansyah F,
reared on three artificial diets. Ann. Cahyono RF. 2020. Maggot BSF
Entomol. Soc. Amer. 95(3): 379-86. kualitas fisik dan kimianya. Lamongan:
Varianti NI, Atmomarsono U, Mahfudz Litbang Pemas Unitla.

Tabel 1. Hasil Analisa Proksimat Maggot pada 3 Media


Parameter P1 P2 P3
c
Air (%) 23,77 ± 0,53 4,70 ± 1,48a 13,23 ± 1,67b
b
Protein (%) 29,23 ± 0,67 25,06 ± 0,32a 55,13 ± 0,42c
Lemak (%) 20,74 ± 0,11a 57,64 ± 0,13c 21,15 ± 0,12b
c
Serat Kasar (%) 17,46 ± 0,39 7,86 ± 0,38a 9,23 ± 0,62b
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata (P<0,05). P1 (Media tumbuh menggunakan labu kuning), P2 (Media tumbuh
menggunakan pisang kepok) P3 (Media tumbuh menggunakan ikan tembang).

Gambar 1. Grafik Populasi Maggot (ekor/cm3)

496
Buletin Veteriner Udayana Volume 15 No. 3: 490-497
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Juni 2023
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p19

Gambar 2. Grafik Bobot Maggot

Gambar 3. Grafik Rata-rata Panjang Maggot (mm)

497

Anda mungkin juga menyukai