Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jembrana Disesase (JD) adalah penyakit viral pada sapi, terutama pada sapi Bali.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dari famili Retrovirus, sub famili Lentivirinae dan bersifat
fatal pada sapi Bali.Penyakit ini ditandai dengan adanya demam tinggi yang berlangsung selama
5 12 hari. Penyakit ini menyebabkan suhu badan naik berkisar antara 40C - 42C, pembesaran
kelenjar limfe, diare bercampur darah dan menyebabkan kematian secara mendadak. Gejala lain
yang terlihat pada sapi Bali yang terserang penyakit Jembrana berupa adanya bercak-bercak
darah pada kulit (keringat berdarah), adanya kepucatan selaput lendir mulut, mata dan alat
kelamin, dan terjadi kepincangan pada satu atau kedua kakinya (Wilcox et al. 1992).
Penyakit jembrana menyerang sapi bali pada umur lebih dari 1 tahun dan umur yang
paling peka berkisar 3-4 tahun. Penyakit ini memiliki tingkat morbiditas 60%, mortalitas 10%
dan tingkat kematian penderita (case fatality rate) 30% (Putra 1993). Infeksi dan penularan
penyakit Jembrana dipengaruhi oleh jenis kelamin hewan, hewan yang bunting lebih peka
terkena penyakit ini. Penyakit Jembrana merupakan penyakit non kontagius karena penularan
rtidak terjadi secara kontak fisik melainkan secara mekanis melalui penggunaan jarum suntik
yang tercemar dan melalui gigitan serangga penghisap darah (Dharma dan Putra 1997).
Penyakit Jembrana di Indonesia merupakan penyakit endemis pada beberapa provonsi
dan kota yaitu, Bali pada tahun 1964, Lampung pada trahun 1967, Banyuwangi pada tahun 1978,
Sumatra Barat pada tahun 1992, Kalimantan Selatan pada tahun 1993 dan Bengkulu pada tahun
1995 (Kementan 2014). Selain pada Provinsi dan Kota yang telah disebutkan, penyakit Jembrana
juga telah endemis pada Provinsi Riau. Penyakit Jembrana menyebabkan kematian 254 ekor sapi
Bali di Riau, 134 ekor diantaranya terjadi pada Kota Pekanbaru (Nurudin 2017).
Penyakit jembrana dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Berbagai
kerugian oleh penyakit ini diantaranya, biaya vaksnasi, biaya pengobatan dan tingkat kematian
yang tinggi. Menurut Kementan (2014) penyakit jembrana mempengaruhi lalu lintas ternak dan
hasil olahan ternak, sehingga menyebabkan kerugian ekonomi.
Penyakit Jembrana dapat dikendalikan dengan membuat sebuah program pengendalian.
Program pengendalian tersebut yaitu kontrol lalu lintas, monitoring titer antibodi populasi,
vaksinasi hewan sehat, penyuluhan kepada masyrakat dan peternak, serta melakukan pengamatan
dan surveilens terhadap populasi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk merancang program pengendalian
penyakit jembrana pada sapi Bali di Kota Pekanbaru sehingga dapat menurunkan prevalensi
penyakit dan mengurangi kerugian ekonomi yang terjadi akibat penyakit jembrana dan juga
untuk mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan serta keuntungan yang dapat diperoleh dari
program pengendalian tersebut.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2014. Manual Penyakit Mamalia. Jakarta (ID): Kementan.
Dharma DN, Putra AAG. 1997. Pendidikan penyakit hewan. Bali Media Adi Karsa. Bali (ID).
Nurudin. 2017. Mengendalikan penyakit jembrana pada sapi bali di riau. [internet] [dapat
diunduh padahttp://www.trobos.com/detail-berita/2017/01/30/55/8389/mengendalikan-
penyakit-jembrana-pada-sapi-bali-di-riau].
Putra AAG. 1993. Penularan penyakit jembrana melalui tabanus rubidus. Bulletin veteriner. 6
(35): 1-11.
Wilcox GEG, Kertayadnya N, Harataningsih S, Soeharsono DMN, Dharma T, Robetson. 1992.
evidence for viral etiology of jembrana disease in bali cattle. J Vet Microbiology.

Anda mungkin juga menyukai