Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan

Penyakit Mulut dan Kuku atau biasa disebut PMK pada hewan ternak kerap dijumpai akhir-akhir ini. PMK
adalah Penyakit yang umumnya menyerang semua hewan berkuku belah/genap, seperti sapi, kerbau, babi,
kambing, domba termasuk juga hewan liar seperti gajah, rusa dan sebagainya.
Penyakit ini termasuk ke dalam penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular. PMK disebut
sebagai air borne disease karena sangat kecilnya virus ini mampu menyebar cepat dengan bantuan angin sampai
ratusan kilometer. Penyakit mulut dan kuku (PMK) juga dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) Jenis
penyakit ini disebabkan dari virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus yakni Aphtaee
epizootecae. Virus tersebut bisa menyebar melalui cairan dari lepuh dan oleh air liur hewan yang terinfeksi.
Hewan bisa terinfeksi bila melakukan kontak dengan hewan yang terinfeksi, bagian hewan yang terkontaminasi
atau benda yang terkontaminasi seperti peralatan peternakan.
Virus PMK bisa bertahan dalam pakan, air dan di permukaan hingga satu bulan, tergantung pada suhu dan
kondisi tanah. Virus tersebut juga bisa bertahan dalam jaringan hidup dan dalam napas, air liur, urine, dan
ekskresi lain dari hewan yang terinfeksi.
Masa inkubasi penyakit (waktu masuknya virus sampai timbul gejala) berkisar antara 2-8 hari. Gejala penyakit
PMK pada setiap jenis hewan bervariasi. Namun secara umum, penyakit ini menunjukkan gejala: demam tinggi
(mencapai 39°C) selama beberapa hari, tidak mau makan dan terjadi luka/lepuh pada daerah mulut (termasuk
lidah, gusi, pipi bagian dalam dan bibir) dan keempat kakinya (pada tumit, celah kuku dan sepanjang coronary
bands kuku atau batas kuku dengan kulit). Luka/lepuh juga bisa terjadi pada liang hidung, moncong, dan puting
susu.
Menurut Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE), tingkat keparahan tanda-tanda klinis atau gejalanya
akan tergantung pada jenis virus, berapa banyak paparannya, usia dan spesies hewan dan kekebalan inang.
Hewan yang terserang PMK, biasanya menunjukkan gejala mengeluarkan air liur berlebihan (hiper salivasi)
disertai busa. Hewan lebih senang berbaring, luka/lepuh berdarah pada mulut, pada seluruh teracak kaki dan
suhu tubuh mencapai 40°C. Pada sapi perah disamping gejala tersebut, terjadi penurunan produksi susu. Pada
babi, gejala lebih dominan berupa luka/lepuh pada kaki/teracak kaki dan biasanya babi mengalami kelemahan,
sedangkan pada domba, kambing dan rusa, luka berupa lepuh-lepuh kecil dan sulit dilihat sehingga diperlukan
pengamatan yang teliti.
Penyebaran wabah PMK telah terjadi sejak awal April dan hingga akhir bulan September 2022 telah meluas ke
24 provinsi dari 34 provinsi di Indonesia yang meliputi 296 kabupaten dan kota dengan total kasus PMK secara
kumulatif di Indonesia sebanyak 517.213 ekor ternak.
Jumlah hewan ternak yang sembuh dari PMK sebanyak 379.796 ekor, ternak yang dipotong bersyarat sebanyak
11.412 ekor, ternak yang mati akibat PMK mencapai 7.882 ekor, sedangkan yang tercatat belum sembuh adalah
118.123 ekor. Sementara itu, jumlah ternak yang telah divaksinasi sampai saat ini mencapai 2.096.059 ekor.
Kerugian dari dampak penyakit ini bukan hanya dirasakan oleh peternak, namun juga dapat dirasakan oleh
masyarakat luas. Sapi yang terkena penyakit PMK kemungkinan besar akan menurun produksi susu dan
dagingnya, juga berkurang reproduksinya serta tenaganya. Dengan adanya kematian dan turunnya produktivitas
serta reproduktivitas ternak ini menimbulkan pendapatan peternak menurun tajam.
Potensi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh PMK ini tidak hanya pada peternak yang mengalami
penurunan produktivitas hingga kehilangan hasil, akan tetapi kerugian secara nasional. Kerugian ekonomi bagi
kegiatan usaha peternak terutama disebabkan oleh kehilangan produktivitas karena penurunan produksi susu
(25% per tahun), penurunan tingkat pertumbuhan sapi potong (10% – 20%), kehilangan tenaga kerja (60% –
70%), penurunan fertilitas (10%) dan perlambatan kebuntingan, kematian anak (20% – 40%), dan pemusnahan
ternak yang terinfeksi secara kronis.
Bagi ternak yang telah terinfeksi virus, maka ada beberapa metode alternatif pengobatan dan pengendalian.
Pengobatan pada hewan yang mengalami gejala PMK yaitu dengan cara, Melakukan pemotongan jaringan tubuh
hewan yang terinfeksi, Kaki yang sudah terinfeksi bisa diterapi dengan chloramphenicol atau larutan cuprisulfat,
Melakukan Injeksi intravena preparat sulfadimidine, Hewan yang terserang penyakit harus karantina yakni
dipisahkan dari hewan yang sehat selama masa pengobatan.
Sedangkan Pencegahan pada hewan ternak yang sehat dapat dilakukan dengan cara menempatkan Hewan yang
tidak terinfeksi dalam kandang yang kering dan dibiarkan bebas jalan-jalan, memberikan pakan yang cukup
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh hewan yang sehat, Pada kaki hewan ternak yang sehat diolesi
larutan Cuprisulfat 5% setiap hari selama satu minggu, kemudian setelah itu terapi dilakukan seminggu sekali
sebagai cara yang efektif untuk pencegahan PMK pada hewan ternak.
Oleh karena itu, kita perlu mengetahui dampak dan bahaya dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Dengan
mengetahui bahaya PMK, diperlukan Vaksinasi PMK yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
yang spesifik terhadap penyakit PMK. Diharapkan hewan ternak yang sudah divaksin akan membentuk
kekebalan, mencegah hewan ternak tersebut sakit, dan mencegah penularan antar hewan ternak.

Anda mungkin juga menyukai