Anda di halaman 1dari 3

PATOLOGI SISTEMIK I

“Membedakan PMK,Vesicular Stomatitides, Bovine Viral Diarrhea Virus dan


Malignant Catarrhal Fever (MCF)”

PUSPITA MAHARDIKA
C031201052

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
PENYAKIT MULUT DAN KUKU
Penyakit mulut-dan-kuku (PMK) adalah infeksi sistemik akut yang menjangkiti
hewan ungulata berkuku genap, baik yang didomestikasi dan liar, termasuk sapi, babi,
domba, kambing dan kerbau yang di sebebkan oleh virus picornaviridae. Rute infeksi utama
pada ruminansia adalah inhalasi virus lewat saluran pernafasan, tetapi infeksi melalui saluran
pencernaan atau luka pada kulit juga dimungkinkan, meskipun memerlukan dosis virus yang
lebih tinggi. Masa inkubasi penyakit (waktu masuknya virus sampai timbul gejala) berkisar
antara 2-8 hari. Gejala penyakit PMK pada setiap jenis hewan bervariasi. Namun secara
umum, penyakit ini menunjukkan gejala: demam tinggi (mencapai 39°C) selama beberapa
hari, tidak mau makan dan terjadi luka/lepuh pada daerah mulut (termasuk lidah, gusi, pipi
bagian dalam dan bibir) dan keempat kakinya (pada tumit, celah kuku dan sepanjang
coronary bands kuku atau batas kuku dengan kulit). Luka/lepuh juga bisa terjadi pada liang
hidung, moncong, dan puting susu. Sapi yang terserang PMK, pada umumnya menunjukkan
gejala mengeluarkan air liur berlebihan (hiper salivasi) disertai busa (Soeharsono et al. 2010;
OIE 2019), dan Adjid, 1983 melaporkan pada sapi bali yang terinfeksi penyakit PMK
memperlihatkan hipersalivasi dan berbusa, hewan lebih senang berbaring, luka/lepuh
berdarah pada mulut, pada seluruh teracak kaki dan suhu tubuh mencapai 40°C. Pada sapi
perah disamping gejala tersebut di atas, terjadi penurunan produksi susu. Pada babi, gejala
lebih dominan berupa luka/lepuh pada kaki/teracak kaki dan biasanya babi mengalami
kelemahan, sedangkan pada domba, kambing dan rusa, luka berupa lepuh-lepuh kecil dan
sulit dilihat sehingga diperlukan pengamatan yang teliti.
VESICULAR STOMATITIS
Vesicular stomatitis virus (VSV) disebkan oleh virus dari famili Rhabdoviridae,
genus Vesiculovirus. Mekanisme penularan VSV tidak jelas Kontaminasi melalui jalur
transkutan atau transmukosa Transmisi arthropoda lalat pasir (Phlebotomus, Lutzomyia spp.),
nyamuk (Aedes spp.), lalat hitam (famili Simuliidae) Transmisi eksperimental VS NJ telah
terbukti terjadi dari lalat hitam (Simulium vittatum) untuk babi domestik dan sapi. Masa
inkubasi bervariasi antara 2–8 hari dengan rata-rata 3–5 hari. Vesikel VSV dapat berkembang
dalam 24 jam setelah inokulasi. Pada manusia, masa inkubasi dapat bervariasi dari 24 jam
sampai 6 hari tetapi biasanya 3-4 hari. Untuk tujuan Kode Kesehatan Hewan Darat OIE, masa
inkubasi VS adalah 21 hari. Dapat menyerang, sapi, kuda dan babi. Tanda klinisnya terdapat
lesi Vesikel, borok, erosi, dan pengerasan kulit pada moncong dan bibir; terbatas pada
jaringan epitel mulut, lubang hidung, puting dan kaki.
BOVINE VIRAL DIARRHEA VIRUS
Bovine Viral Diarrhea (BVD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menyerang sapi perah dan menyebabkan kerugian ekonomi. BVD adalah penyakit
infeksius pada sapi yang disebabkan oleh Bovine Viral Diarrhea Virus (BVDV) yang
merupakan virus ssRNA dan termasuk dalam genus Pestivirus pada famili Flaviviridae.
Manifestasi klinis dari penyakit ini dapat berupa abortus, kega-galan reproduksi,
imunosupresi, gangguan pertum-buhan, mucosal disease (MD), hingga infeksi
sekunder. Transmisi utama dalam suatu peternakan yaitu melalui kontak langsung
dengan hewan yang mengalami infeksi persisten (persistent infection, PI), yang
diakibatkan oleh infeksi pada fetus pada kebuntingan 40-125 hari. Gejala klinis BVD
tergantung pada kondisi kesehatan hospes, status reproduksi, strain virus dan ada
tidaknya infeksi sekunder. Penyakit BVD menyebabkan terjadinya kawin beru-lang,
kematian fetus, abortus mumifikasi fetus, ke-lahiran mati, immunosupresif, kelahiran
cacat, berat lahir pedet rendah dan pedet Persistently Infection. Virus BVD dapat
mengaki-batkan dua infeksi yaitu infeksi persisten (Persistent-ly Infection/PI) atau infeksi
sementara (Transiently Infection/TI). Individu PI berasal dari pedet yang dilahirkan
dari induk yang terinfeksi virus BVD NCP. pada kebuntingan 40-125 hari. Sapi PI ini akan
menularkan virus BVD selama hidupnya. Transiently Infection (TI) adalah sapi yang
mengalami infeksi akut dan mampu me-nyebabkan respon kekebalan.
MALIGNANT CATARRHAL FEVER (MCF)
Penyakit Malignant catarrhal fever (MCF) atau snotsiekte atau malignant head
catarrh, di Indonesia disebut dengan penyakit ingusan, adalah penyakit
imunolimfoproliferatif yang bersifat fatal dan menyerang bangsa sapi seperti Bos taurus, Bos
indicus, Bos javanicus. Selain itu, ruminansia kecil yang semula diduga hanya sebagai
reservoir, ternyata dapat tertular MCF yaitu pada domba Stone's (Ovis dalli stonei) dengan
gejala klinis dan perubahan histopatologis MCF, dan dengan polymerase chain reaction
(PCR) virus penyebab MCF. Virus penyebab MCF disebut grup virus MCF (MCFV)
termasuk ke dalam genus Macavirus (Rhadinovirus), famili Herpesviridae, subfamili
Gammaherpesvirinae. Secara epidemiologi molekuler, terdapat 10 jenis virus penyebab MCF
yang terdiri dari dua golongan. Kelompok pertama, 6 jenis virus yang dapat menyebabkan
MCF klinis, yaitu virus AHV-1 penyebab WA-MCF dengan reservoir wildebeest, virus
OvHV-2 penyebab SA-MCF dengan reservoir domba, virus Caprine Herpesvirus-2 (CpHV-
2) dengan reservoir kambing, virus MCFV-WTD pada rusa ekor putih (white-tailed deer),
virus MCFV dengan reservoir ibex dan virus Alcelaphine Herpesvirus-2 (AlHV-2)-like
dengan reservoir Jackson hartebeest. Kelompok kedua, terdiri atas empat jenis virus MCF
dengan hewan reservoir roan antelope, oryx, muskox dan aoudad menyebabkan MCF
asimptomatis. Penyakit MCF secara umum dapat menyerang sapi dan hewan ungulata
lainnya, termasuk bison.
Penularan MCF terjadi terutama karena terjadi kontak langsung antara hewan peka
dan reservoir (Benetka et al. 2009). Cara penularan dari domba ke sapi belum diketahui
dengan pasti dan kemungkinan besar terjadi melalui sekresi hidung, mata dan vagina.
Penyebaran virus MCF dari jarak jauh (1-5 km) dapat ditularkan dari peternakan domba ke
ranch bison. Transmisi buatan dengan inokulasi darah utuh dan dapat menyebabkan MCF
klinis dan patologis pada sapi Bali dan kerbau, tetapi tidak pada Sapi Bali cross breed dan
sapi PO.
Cara penularan SA-MCF mirip dengan WA-MCF dimana domba dan wildebeest
berperan sebagai reservoir virus. virus AIHV-1 baik secara vertikal dari induknya maupun
secara horizontal dari sesama anak wildebeest. Penularan di antara wildebeest adalah melalui
aerosol, tertelan limbah, cairan atau bulu anak wildebeest yang baru lahir. Secara alami MCF
tidak ditularkan dari hewan peka ke hewan peka lainnya tetapi pada infeksi buatan penyakit
ini dapat ditularkan dari sapi terinfeksi ke sapi lainnya menggunakan inokulum darah
sejumlah satu liter.
Manifestasi MCF secara klinis muncul pada hewan peka jika virus MCF ditemukan
dalam jumlah/dosis memadai yang ditularkan oleh hewan reservoir. Penyakit pada umumnya
bersifat akut dengan spektrum gejala klinis yang sering dijumpai berupa demam, eksudat
kental dari mata dan hidung, kekeruhan kornea, diare, dan gejala syaraf . Jumlah virus yang
masuk tidak mempengaruhi derajat keparahan penyakit melainkan berpengaruh pada masa
inkubasi, dan penetapan kapan dapat dideteksi virus MCF pada sel darah putih. Meskipun ada
dua bentuk MCF, secara klinis dan patologis tidak dapat dibedakan. Gejala klinis yang sering
dijumpai berupa demam, eksudat mukopurulenta dari mata dan hidung, hipersalivasi,
kekeruhan kornea mata, diare, pembengkakan limfoglandula superfisial dan gejala syaraf.

Anda mungkin juga menyukai