Anda di halaman 1dari 12

ARBOVIRUS (arthropod-borne viruses)

Arbovirus atau arthropod-borne viruses adalah virus-virus yang hidup

bertahan di alam melalui kontak biologis antara inang-inang vertebrata yang peka

dan arthropoda yang hidup dengan mengisap darah seperti nyamuk, kutu, pinjal,

tungau, dan lain-lain. Infeksi pada invertebrata terjadi bila arthropoda yang telah

terinfeksi mengisap darah. Jenis-jenis arbovirus ini dalam keadaan terbungkus

dan merupakan virus RNA.

Berikut adalah pengkasifikasian arbovirus (arthropod-borne viruses) yang

dikelompokkan kedalam 4 family :

Family Genus Tipe spesies


Togaviridae Alfavirus Siblis

Rubivirus Rubella
Flaviviridae Flavivirus Yellow Fever

Pestivirus Bovine viral

Hepatitis C Virus HCV


Bunyaviridae Bunyavirus Bunyamwera

Hantavirus Hantaan

Nairovirus Sandfly fever

Tospovirus Crimean-Congo

haemorrhagic

fever
Arenaviridae Arenavirus Lymphocytic

choriomeningitis
a. Togaviridae

Togavirus berbentuk bulat, 65-70nm; kapsid; 249 monomer,

ikosahedral. Memiliki inang yang luas, bertumbuh dalam sel-sel mamalia

dan serangga. Virus ditularkan dari kelenjar ludah nyamuk ke saluran darah

inang vertebrata. Jenis virus ini dapat melibatkan system pusat persyarafan

terutama jenis ensefalitis. Jenis penyakit yang lain antara lain adalah

cikungunya, yang dapat ditularkan oleh serangga terutama nyamuk. Virus

Rubella tidak ditularkan oleh serangga.

b. Flaviviridae

Flavivirus berbentuk bulat, 40-60nm; kapsid; simetri, tetapi kurang

jelas. Virus ini dapat bertahan hidup lama dengan melakukan replikasi

dalam inang tanpa membahayakan inang, tetapi dapat menyebabkan banyak

jenis penyakit (demam, demam berdarah, Japanese encephalitis, yellow

fever, dll). Perbanyakan pada noda kelenjar bening dan perbanyakan

sekunder dapat terjadi dalam hati, kelenjar bening, ginjal, jantung, dan

sumsum tulang.

c. Bunyaviridae

Bunyavirus berbentuk bulat, 80-120nm; nukleokapsid; helikal,

bersegmen tiga, dan termasuk famili yang terbesar, inang termasuk mamalia
dan arthropoda. Jenis virus ini dapat mereplikasi secara ekstensif dalam

tubuh serangga dan menyebabkan penyakit Rift Valley fever, Sand fly fever,

dan lain-lain. Patogenisitasnya bervariasi, tetapi biasanya gigitan serangga

mengakibatkan viremia sementara (adanya virus dalam darah).

d. Arenaviridae

Arenavirus berbentuk pleiomorfik, 50-300nm; nukleokapsid, helikal,

dan merupakan family yang baru (17 tipe). Pertama-tama ditemukan pada

1969 sebagai penyebab penyakit yang disebut Lassa fever. Inang utama

adalah tikus dan tidak melibatkan arthropoda untuk penyebaran.

 Penularan

- Melalui gigitan kutu yang terinfeksi .

- Melalui kontak langsung dengan darah hewan yang terinfeksi .

- Manusia ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan

darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.

Adapun contoh penyakit penyebab arbovirus yang akan dibahas adalah :

a. Definisi penyakit chikungunya

Penyakit chikungunya merupakan suatu penyakit sejenis demam yang

diakibatkan oleh alphavirus yang disebabkan oleh gigitan nyamuk spesies

aedes aegypti. Alphavirus penyebab chikungunya juga biasa disebuat virus

chikungunya yang masuk dalam kategori virus Togaviridae. Nama

chikungunya sendiri diambil dari bahasa Swahili yang didasari dari gejala


yang dialami penderita yang artinya adalah posisi tubuhnya yang meliuk

atau melengkung yang mengacu kepada postur tubuh penderita

chikungunya tersebut yang membungkuk.

b. Morfologi

Virions dibungkus oleh lipid membran; pleomorfik ; spherikal; dengan

diameter 70 nm. Pada permukaan envelope didapatkanglycoprotein spikes

 (terdiri atas 2 virus protein membentuk heterodimer). Necleocapsids

isometric; dengan diameter 40.

c. Vektor

Berbeda dengan vektor virus demam berdarah yang hanya terbatas

pada aedes aygepty dan Ae. Albopictus, vektor penyakit cikungunya

adalah jenis-jenis nyamuk seperti Aedes, Culex, Anopheles, dan

Mansonia.

d. Epidemilogi Chikungunya

1) Agent

Virus chikungunya (CHIKV), suatu arthropoda borne virus

(arbovirus) dari genus Alphaviruses famili Togaviridae, yang pada

umumnya disebarluaskan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau

Aedes albopictus.

2) Host

Virus Chikungunya (CHIKV) diyakini memiliki siklus sylvatic

dan  terdapat pada monyet vervet, babon, monyet macaque, lemur dan
tikus. Pada manusia, virus ini tidak memiliki pengaruh khusus

terhadap usia atau jenis kelamin tetapi tampak bahwa anak-anak,

orang tua dan keadaan immunocompromise merupakan yang paling

mudah terpengaruh.

Virus chikungunya pada

nyamuk

3) Environment

Para Ae spesies. albopictus berkembang biak di tempat-tempat

yang tergenang air, seperti sekam kelapa, buah kakao, tunggul bambu,

lubang pohon dan kolam batu, contoh lain seperti ban kendaraan dan

piring di bawah pot-pot tanaman. Habitat Nyamuk Ae. albopictus juga

di daerah pedesaan serta pinggiran kota dan taman kota teduh.

Nyamuk Ae. aegypti lebih erat hubungannya dengan tempat tinggal

manusia karena nyamuk-nyamuk tersebut berkembang biak pada

tempat-tempat disekitar ruangan, seperti vas bunga, tempat

penyimpanan air dan bak kamar mandi, demikian juga dengan nyamuk

Ae. albopictus.
e. Riwayat Alamiah Penyakit

- Masa inkubasi dan klinis

Manifestasi klinis sangat bervariasi mulai dari penyakit yang

asimptomatik sampai dengan penyakit berat yang dapat

melemahkan. Anak-anak berada di antara kelompok yang berisiko

maksimal untuk mengalami manifestasi berat tersebut dan beberapa

gambaran klinis dalam kelompok ini berbeda dengan apa yang ada

pada orang dewasa. Setelah masa inkubasi, rata-rata antara 2 sampai 4

hari (rentang: 2 sampai 12 hari), penyakit mulai bermanifes tanpa

gejala prodroma, dengan gambaran khas demam, ruam dan artralgia.

Infeksi virus chikungunya pada anak dapat terjadi tanpa gejala.

Adapun gejala klinis yang sering dijumpai pada anak umumnya berupa

demam tinggi mendadak selama 1-6 hari, disertai dengan sakit kepala,

fotofobia ringan, mialgia dan artralgia yang melibatkan berbagai sendi,

serta dapat pula disertai anoreksia, mual dan muntah.

Pada bayi, secara tipikal penyakit dimulai dengan adanya

demam yang mendadak, diikuti kulit yang merah. Kejang demam

dapat terjadi pada sepertiga pasien. Setelah 3-5 hari demam, timbul

ruam makulopapular minimal dan limfadenopati, injeksi konjungtiva,

pembengkakan kelopak mata, faringitis dan gejala-gejala serta tanda-

tanda dari penyakit traktus respiratorius bagian atas umum terjadi,


tidak ada enantema. Beberapa bayi mengalami kurva demam bifasik.

Artralgia mungkin sangat hebat, walaupun hal tersebut jarang tampak.

Nyamuk Aedes aegypti dapat mengandung virus Chikungunya

pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2

hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian

virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10

hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali

kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh manusia, virus

memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incubation period)

sebelum menimbulkan penyakit.

Menjelang akhir fase demam (3 sampai 5 hari) kebanyakan

pasien mengalami ruam makulopapular yang difus dan biasanya pada

lengan, punggung dan bahu dan kadang-kadang di seluruh tubuh.

Ruam ini biasanya berlangsung 48 jam. Pada saat ini sering terjadi

limfadenopati hebat. Demam pada umumnya akan mereda setelah 2

hari, namun keluhan lain, seperti nyeri sendi, sakit kepala dan

insomnia, pada sebagian besar kasus akan menetap 5-7 hari. Penderita

bahkan dapat mengeluhkan nyeri sendi dalam jangka waktu yang lebih

lama. Nyeri sendi ini dapat berlangsung berminggu-minggu, berbulan-

bulan, bahkan pada beberapa kasus hingga beberapa tahun, tergantung

dari umur penderita.


Penularan penyakit

- Masa Laten dan periode infeksi

Setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi, onset penyakit terjadi

biasanya antara empat dan delapan hari, tetapi dapat berkisar dari dua

sampai 12 hari. CHIKV infeksi (baik klinis atau diam) diperkirakan

memberikan kekebalan seumur hidup.

Penyakit ini merupakan penyakit epidemik yang timbul dalam

jangka waktu 7-8 tahun namun bisa sampai 20 tahun baru timbul

kembali.

f. Gejala penyakit chikungunya

Gejala utama terkena penyakit chikungunya adalah tiba-tiba tubuh

terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu

gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul

rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menyebutnya sebagai demam

tulang atau flu tulang.


Gejala chikungunya lainnya adalah secara mendadak penderita

akan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula

istilah dalam masyarakat yaitu demam lima hari. Tanda dan gejala

chikungunya pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit

kemerahan. Munculnya ruam merah biasanya terjadi setelah 3-5 hari,

selain itu juga biasanya akan ditemui kondisi dimana mata akan

menjadi merah dan juga disertai dengan flu.

g. Pencegahan dan pengendalian

Belum ada vaksin untuk pencegahan penyakit ini, tetapi sangat sensitif

pada 70% alkohol, 1% sodium hypochlorida, dan larutan-larutan lipida.

Berbeda dengan demam berdarah yang vektor utamanya terbatas pada Ae.

Aegepty dan Ae. Albopictus yang hanya aktif pada siang hari, vektor

penyakit chikungunya selain kedua jenis Aedes tersebut juga dapat berupa

jenis-jenis nyamuk yang aktif pada siang dan malam hari seperti Culex,

Armigeres, Mnansonia, dan nyamiuk malaria (Anopheles).


Nyamuk nyamuk yang mengandung virus chikungunya menyebarkan

penyakit dengan cara menusuk dan mengisap darah dari satu orang ke

orang lain. Laju penyebaran penyakit akan ditentukan oleh jenis dan

populasi nyamuk. Oleh karena itu, semakin banyak jenis nyamuk dan

semakin tinggi populasinya, penyebaran penyakit ini akan semakin cepat.

Karena jenis nyamuk yang dapat menularkan penyakit chikungunya

bermacam_macam, wabah penyakit chikungunya lebih mudah menyebar

daripada penyakit demam berdarah.

Nyamuk-nyamuk yang mengandung virus chikungunya akan dapat

menularkan penyakit dengan menggigit orang, baik pada waktu siang

maupun malam hari. Apabila salah seorang anggota keluarga terkena

penyakit chikungunya, kemungkinan besar anggota keluarga yang lain

yang ada di sekitar/tetangga akan dapat tertular juga. Akibatnya, wabah

penyakit ini gampang berkembang disatu daerah dengan cakupan yang

luas, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

Pengendalian vektor-vektor penyakit chikungunya dengan sendirinya

akan lebih sulit karena harus dapat mengendalian semua jenis nyamuk

yang ada. Sanitasi lingkungan merupakan faktor utama. Namun demikian,

metode pengendalian nyamuk vektor penyakit chikungunya hampir sama

dengan pengendalian vektor demam dengue.

h. Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik bagi penderita demam Chikungunya,

cukup minum obat penurun panas dan penghilang rasa sakit yang bisa

dibeli di toko obat, apotik bahkan di warung-warung. Berikan waktu

istirahat yang cukup, minum dan makanan bergizi. Selain itu masyarakat

dapat berperan dalam penanganan kasus demam Chikungunya yakni

dengan melaporkan kepada Puskesmas/Dinas Kesehatan setempat.

Isolasi/hindari penderita dari kemungkinan digigit nyamuk, agar tidak

menyebarkan ke orang lain.

i. Diagnosis

Diagnosis pasti pada penyakit Chikungunya yaitu :

1. Pemeriksaan Titer antibodi naik 4 kali lipat

2. Isolasi virus

3. Deteksi virus dengan PCR

Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya.

Dianjurkan istirahat untuk mengurangi keluhan akut. Exercise berat dapat

mengkambuhkan gejala sendi. Belum ada obat spesifik untuk membunuh

virus penyebab penyakit; pasien yang merasa sakit Chikungunya dapat

minum penghilang sakit (analgetika), misalnya parasetamol, namun

hindari pemakaian aspirin. Pasien perlu istirahat, minum banyak air, dan

memeriksa diri ke dokter (Suharto, 2007).

. MAKALAH VIROLOGI
“ARBOVIRUS”

OLEH :

DESY ASRIANI EWA DESI LESTARI

FHADILA NUR ISMI

REZKI AMALIA KORNELIA MILU

YULIA SAID SUMIYATI DEDI

YETI SETIAWATI ZULFA WATI

II A / ANALIS KESEHATAN

KELOMPOK III

PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KESEHATAN

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

2014/2015

Anda mungkin juga menyukai