Anda di halaman 1dari 8

Gambaran umum infeksi virus saluran pencernaan

Banyak virus memulai infeksi melalui saluran pencernaan. Beberapa agen, seperti
herpesvirus simpleks dan virus Epstein-Barr, mungkin menginfeksi sel-sel di mulut. Virus
terpajan dari saluran pencernaan sampai elemen keras yang terlibat dalam pencernaan
makanan asam, garam empedu (deterjen), dan enzim proteolitik. Oleh sebab itu, virus yang
dapat menginfeksi melalui jalur ini adalah semua yang resisten terhadap asam dan garam
empedu. Karena itu juga terdapat IgA sekretori spesifik-virus dan inhibitor nonspesifik
replikasi virus untuk mengatasinya.
Gastroenteritis akut adalah bentuk penyakit pencernaan untuk jangka pendek dengan
gejala yang berkisar dari ringan, diare encer sampai penyakit demam berat yang ditandai
oleh muntah, diare, dan lemas. Rotavirus, virus Norwalk, dan calicivirus adalah penyebab
utama gastroenteritis. Bayi dan anak-anak paling sering terkena.
Beberapa virus yang menyebabkan infeksi usus menggunakan protease pejamu untuk
memudahkan infeksi. Pada umumnya, pencernaan proteolitik mengganggu kapsid virus
melalui pembelahan parsial protein permukaan virus yang kemudian mempermudah
kejadian khusus seperti penempelan virus atau fusi membran.
Enterovirus, coronavirus, dan adenovirus juga menginfeksi saluran gastrointestinal,
tetapi infeksi tersebut sering bersifat asimtomatik. Beberapa enterovirus, khususnya
poliovirus, dan virus hepatitis A adalah penyebab penting penyakit sistemik tetapi tidak
menimbulkan gejala pencernaan.
Adenoviridae
Virion Adenovirusterdiri dari sebuah inti dan satu lapis kapsid. Kapsid virus tidak
berselubung, bulat dan simetri ikosahedral. Kapsid isometrik mempunyai diameter
antara 70 nm dan 90 nm, mengandung double stranded DNA yang menunjukkan
simetri kubikal dan mempunyai 252 kapsomer. Terdapat 47 serotipe Adenovirusyang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia, terutama menyerang membran mukosa
dan sebagian kecil menetap di dalam jaringan limfoid, menimbulkan gangguan saluran
pernapasan, faringitis dan konjungtifitis. Adenovirus tipe 40 dan 41 bersifat
enteropatogen dapat menyebabkan gastroenteritis pada anak berumur dibawah 4tahun.
Beberapa jenis Adenovirus yang menginfeksi manusia dapat merangsang terbentuknya
tumor pada anak hamster yang baru dilahirkan. Banyak serotipe virus ini ternyata juga
dapat menimbulkan penyakit pada hewan (zoonotik).
Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah Infeksi mata dan saluran pernafasan,
gastrointestinal(Soedarto,2010).

Coronaviridae
Coronavirus adalah virus dengan virion berselubung yang berbentuk pleomorfik atau
sferis dengan diameter 70-160 nm mengandung genom single stranded RNA yang
positif dan tidak bersegmen. Nukleokapsid virus ini berbentuk helikal, mempunyai
ukuran garis tengah antara 11-13 nm.Terdapat 4 struktur protein utama pada
Coronavirus yaitu : protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein
spike S (spike), protein E (selubung). Morfologi virusnya mirip Orthomyxovirus. Infeksi
pada manusia disebabkan oleh Human Coronavirus (HcoV) dan Human Enteric Corona
Virus (HECV). Virus ini dapat diisolasi dari saluran napas bagian atas dari penderita
yang mengalami demam. Coronavirus diduga sebagai penyebab penyakit SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome), selain itu pada manusia dapat pula
menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan dan sistem saraf pusat.
Enterovirus dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan pada
manusia, antara lain : aseptic meningitis, hepatitis A virus. Enterovirus yang juga
anggota Enterovirus pada manusia dapat menimbulkan aseptic meningitis.Famili
Reoviridae yang dapat juga menyebabkan penyakit pada manusia antara lain Reovirus
menimbulkan diare. Paramyxovirus dari famili Paramyxoviridae adalah penyebab
penyakit rabies. Coronaviridae diduga merupakan penyebab infeksi saluran pernapasan
pada manusia, misalnya SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom). Famili
Retroviridae, pengaruhya pada manusia masih belum jelas, tetapi pada hewan dapat
menyebabkan leukemia.

A. PENYEBARAN VIRUS
Melalui Kontak Langsung
Cara-cara penyebaran melalui kontak langsung ini ada dua cara, yaitu:
1. Secara mutlak antara lain berbagai jenis penyakit kulit, bila kulit yang sakit dan
mengandung banyak virus kemudian kontak atau menyentuh kulit yang sehat maka
virus tersebut akan menular.Contohnya adalah
a. Pada penyakit kulit seperti Verruca vulgaris dan Moluscum contagiosum, penularan
terjadi karena pecahnya nodula kulit yang berisi virus.
b. Penyakit kelamin karena kohabitasi seperti Lymfogranuloma Venereum.
2. Secara droplet infection, ada dua macam:
a. Droplet infection perinhalasi, misalnya penyakit influenza, parainfluenza, campak
(morbilli), gondongan (mumps), rubeola, cacar (variola) dan cacar air (varicella).
b. Droplet infection peroral. misalnya penyakit polio, hepatitis infeksiosa, penyakit
karena virus Echo, Coxsackie dan mumps (Depkes RI Pusdikes, 1996).
Kontak tidak langsung
Cara-cara penularan melalui kontak tidak langsung menggunakan perantaraan suatu
media dan meliputi beberapa macam diantaranya:
1. Melalui debu. Contoh: variola, hepatitis infekeiosa, Q fever.
2. Makanan, minuman dan alat-alatnya. Contoh: Polio, Echo. Coxsackie, Hepatitis
infeksiosa
3. Gigitan hospes reservoir : Virus berada di dalam air ludah hewan reservoar dan akan
menyebabkan penyakit pada mahluk yang digigitnya. Contoh :
a. Rabies, dengan hospes reservoar anjing, kucing,kera, kuda, sapi, domba, srigala.
b. Pseudorabies, hospes reservoarnya terutama babi.
c. B virus, melalui gigitan kera dan dapat menimbulkan radang otak.
4. Melalui hospes perantara : Secara epidemiologis ada dua hospes perantara yaitu :
a. Vektor mekanis:
Vektornya berupa serangga (Arthopoda). Di sini virus tidak mengalami
perkembangbiakan/perubahan bentuk di dalam tubuh vektor, Jadi virus hanya
menempel saja pada moncong, kaki dan sayap. Serangganya biasanya yang
menghinggapi sampah, kotoran manusia, sekret konjungtiva atau kulit yaitu lalat rumah,
lipas dan semut. Misalnya: lalat dapat menularkan penyakit polio. Echo, Coxsackie dan
Hepatitis infectiosa.
b. Vektor sejati (obligat)
Biasanya serangga pengisap darah. Mikroorganisme akan masuk ke dalam tubuh
vektor dan berkembangbiak dengan perubahan bentuk sebelum ditularkan ke hospes
lain. Dengan demikian mikroorganisme dapat tumbuh dulu dalam tubuh vektor dan
disebut masa tunas ekstrinsik, yang lamanya bisa berbeda-beda tergantung Jenis
mikroorganismenya. Arthopoda merupakan hospes perantara sedangkan manusia
hospes reservoar. Contohnya Dengue, (hospes perantaranya Aedes aegypti, masa
tunas ekstrinsik 11 hari), Chikungunya (hospes perantaranya Aedes aegypti, Culex
fatigans dan Mansonia), Urban yellow fever (hospes perantaranya Aedes aegypti)
Arthopoda merupakan hospes perantara, vertebrata hospes reservoar sedangkan
manusia hospes insidental. Contohnya adalah JBE/Japanese B. encephalitis(hospes
reservoar: babi dan burung yang hidup dekat air, Vektor: Culex tritaeniorhynchus),
Jungle yellow fever (hospes reservoar: kera. hospes perantara nyamuk Haemagogus).
Arthopoda merupakan hospes perantara dan hospes reservoar, vertebrata dan manusia
merupakan hospes insidental. Jadi sebenarnya virusnya adalah parasit dan serangga.
Pada serangga infeksi bisa secara turun temurun melalui penularan transovarial. Jadi
arthopoda juga merupakan carrier. Contohnya adalahColorado tick fever dan Rocky
mountain spotted fever yang disebar oleh sengkenit Dermacentor andersonii.
Pada vertebrata, invasi sebagian besar virus membangkitkan reaksi keras, biasanya
pada durasi pendek. Hasilnya bersifat menentukan. Inang bisa menyerah ataupun
hidup dengan memproduksi antibodi yang menetralisir virus. Tanpa melihat keadaan ini,
virus biasanya aktif dalam waktu yang pendek, walaupun bisa terjadi infeksi persisten
atau laten yang berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun (hepatitis B, herpes
simpleks, cytomegalovirus, retrovirus). Pada vektor arthropoda virus, hubungannya
biasanya agak berbeda. Virus biasanya tidak menimbulkan atau hanya sedikit
menimbulkan efek penyakit dan tetap aktif dalam arthropoda selama hidupnya Dengan
demikian, arthropoda, berbeda dengan vertebrata, berperan sebagai inang permanen
dan reservoar. (Indan, 2009).
Telah dikenal setidaknya tiga pola penyebaran yang berbeda pada virus yang ditularkan
artropoda:
1. Siklus manusia-artropoda: Contoh: demam kuning urban (urban yellow fever),
demam dengue

2. Siklus vertebrata tingkat rendah-artropoda dengan infeksi tangensial pada


manusia: Contoh: demam kuning hutan (jungle yellow fever), ensefalitis St.
Louis. Manusia yang terinfeksi merupakan pejamu "buntu!' Metode ini
merupakan mekanisme transmisi yang lebih lazim dijumpai
3. Siklus artropoda-artropoda yang terkadang menginfeksi manusia dan vertebrata
derajat rendah: Contoh: Colorado tick fever, ensefalitis La Crosse.

Pada siklus ini, virus dapat ditularkan dari artropoda dewasa ke keturunannya
melalui telur (penyebaran transovarian). Dengan demikian, siklus tersebut dapat
berlanjut dengan atau tanpa intervensi pejamu vertebrata yang mengalami
viremia. (Indan, 2009)
Pada vertebrata, invasi oleh kebanyakan virus menyebabkan reaksi yang hebat,
dan biasanya berlangsung singkat. Hasilnya bersifat mutlak. Pejamu dapat kalah
atau tetap hidup berkat pembentukan antibodi yang menetralkan virus. Tanpa
mengindahkan hasil akhirnya, persinggahan virus aktif biasanya berlangsung
singkat, meskipun infeksi persisten atau laten yang menetap selama berbulan-
bulan hingga bertahun-tahun dapat terjadi (hepatitis B, herpes simpleks,
cytomegalovirus, retrovirus). Pada vektor artropoda virus, hubungan yang terjadi
biasanya agak berbeda. Virus menyebabkan kesakitan yang ringan atau tidak
menimbulkan penyakit sama sekali dan tetap aktif di dalam artropoda sepanjang
siklus hidup alami artropoda tersebut. Dengan demikian, artropoda, berkebalikan
dengan vertebrata, berperan sebagai pejamu tetap dan reservoar.
Mekanisme penyebaran virus bervariasi, tetapi rute yang paling umum terjadi
melalui aliran darah atau limfe. Adanya virus di dalam darah disebut viremia.
Virion dapat berada bebas di dalam plasma (mis, enterovirus, togavirus) atau
berhubungan dengan tipe sel tertentu (mis, virus campak) (Tabel 5.1). Beberapa
virus bahkan bermultiplikasi di dalam sel tersebut. Fase viremia berlangsung
singkat pada banyak infeksi virus, Dalam beberapa kasus, terjadi penyebaran
neuronal; inilah rupanya cara virus rabies mencapai otak sehingga menyebabkan
penyakit, dan cara virus herpes simpleks berpindah ke ganglia untuk memulai
infeksi laten, Virus cenderung menunjukkan spesifisitas organ dan sel, tropisme
menentukan pola penyakit sistemik yang terjadi selama infeksi virus, Sebagai
contoh, virus) Hepatitis B bersifat tropik terhadap hepatosit hati dan hepatitis
adalah penyakit utama yang disebabkan virus.
Tropisme jaringan dan sel oleh virus tertentu biasanya mencerminkan kehadiran
reseptor permukaan sel spesifik untuk virus tersebut. Reseptor adalah komponen
permukaan sel tempat bagian permukaan virus (kapsid atau selubung) dapat
berinteraksi secara spesifik dan mengawali terjadinya infeksi. Reseptor adalah
konstituen sel yang berfungsi dalam metabolisme seluler normal, tetapi juga
mempunyai afinitas terhadap virus tertentu. Identitas reseptor seluler spesifik
diketahui untuk beberapa virus, tetapi tidak diketahui pada banyak kasus.
Faktor-faktor yang memengaruhi ekspresi gen virus merupakan determinan
penting pada tropisme sel. Bagian enhancer yang menunjukkan beberapa
spesifisitas tipe-sel dapat mengatur transkripsi gen virus. Sebagai contoh,
enhancer JC polyomavirus jauh lebih aktif pada sel glia dibandingkan pada jenis
sel lainnya. Mekanisme lain mengenai tropisme jaringan melibatkan enzim
proteoglikan. Paramiksovirus tertentu tidak bersifat infeksius hingga selubung
glikoprotein mengalami pembelahan proteolitik. Siklus replikasi virus multipel
tidak terjadi pada jaringan yang tidak menunjukkan enzim pengaktif yang tepat
(Jawetz, 2014).
Berhubungan Contoh
dengan tipe sel
Virus DNA Virus RNA
Limfosit Virus Epstein-barr, Mumps, Campak,
Cytomegalovirus, Rubella, Human
Virus Hepatitis B, Immunodeficiency
Virus JC, Virus
Virus BK
Monosit-makrofag Cytomegalovirus Poliovirus, Human
Immunodeficiency
Virus, virus Campak
Netrofil Virus Influenza
Sel darah merah Parvovirus B19 Virus Colorado Tick
Fever
Tidak ada (bebas Togavirus, Picornavirus
dalam plasma)
Sumber : Jawet, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta.
Penerbit EGC. 2014.
Penyebaran dapat ditentukan sebagian oleh gen spesifik. Penelitian dengan
reovirus telah menunjukkan bahwa besarnya penyebaran dari saluran
gastrointestinal ditentukan oleh salah satu protein kapsid luar.

Anda mungkin juga menyukai