Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Pembangunan Kesehatan Masyarakat (PPKM) adalah

rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong

royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam

memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya di bidang

kesehatan dan di bidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai

kehidupan yang sehat sejahtera.

Dalam melaksanakan pendidikan, proses pembelajaran yang

terjadi tidak terbatas didalam kelas saja. Pengajaran yang

berlangsung pada pendidikan ini lebih ditekankan pada pengajaran

yang menerobos di luar kelas, bahkan diluar institusi pendidikan

seperti diluar kerja, alam atau kegiatan masyarakat. Praktik

Pembangunan Kesehatan Masyarakat (PPKM) merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari sistem program pengajaran serta

merupakan wadah yang tepat untuk mengaplikasikan Kognitive,

Afektive, dan Psikomotor (KAP) yang diperoleh pada proses belajar

mengajar (PBM).

Praktek Pembangunan Kesehatan Masyarakat (PPKM)

merupakan rangkaian terintegrasi dari program pendidikan akademik

sebelum seorang mahasiswa dinyatakan lulus dari seluruh rangkaian

dalam kurikulum pendidikan di program studi D III Teknologi

1
Laboratorium Medis. Program Praktik ini dirancang sebagai media

bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan kemampuan dan

keterampilan secara langsung dilapangan. Kegiatan ini dirancang agar

mahasiswa dapat secara mandiri dan profesional melaksanakan

Praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat diwilayah binaan yang

telah ditentukan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

berkomunikasi serta mengembagkan program Puskesmas di

Bidang Laboatorium Klinik secara professional.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Melatih Mahasiswa dalam pengembangan kerjasama

dengan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.

2. Membantu melaksanakan program Puskesmas yang

berkaitan dengan Praktik Pembangunan Kesehatan

Masyarakat

3. Membantu pengembangan program laboratorium Klinik di

puskesmas.

1.3 Manfaat PPKM

1. Mahasiswa dapat mengembangkan kerjasama dengan tenaga

kesehatan dan masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas.

2
2. Mahasiswa dapat melaksanakan program Puskesmas yang

berkaitan dengan Praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat

3. Mahasiswa dapat membantu mengembangkan program

Laboratorium Klinik di Puskesmas.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kimia Klinik

2.1.1 Pemeriksaan Glukosa

Pengertian Glukosa darah atau kadar gula darah adalah

istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah.

Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur

dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui

darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Glukosa

(kadar gula darah), suatu gula monosakarida, karbohidrat

terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam

tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua

karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan

deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu,

dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan proteoglikan.

Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat

yang terdapat dalam makanan. Gugus/molekul gula dalam

karbohidrat dibagi menjadi gugus gula tunggal (monosakarida)

misalnya glukosa dan fruktosa, dan gugus gula majemuk yang

terdiri dari disakarida (sukrosa, laktosa) dan polisakarida

(amilum, selulosa, glikogen).

4
a. Metabolisme Gula Darah

Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk

dalam aliran darah masuk ke hati, dan disintesis

menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO 2 dan

H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam

sel tubuh yang memerlukannya.

Kadar gula dalam tubuh dikendalikan oleh suatu hormon

yaitu hormon insulin, jika hormon insulin yang tersedia kurang

dari kebutuhan, maka gula darah akan menumpuk dalam

sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila kadar

gula darah ini meninggi hingga melebihi ambang ginjal, maka

glukosa darah akan keluar bersama urin (glukosuria).

Beberapa jaringan di dalam tubuh, misalnya otak dan sel

darah merah, bergantung pada glukosa untuk memperoleh

energi. Dalam jangka panjang, sebagian besar jaringan juga

memerlukan glukosa untuk fungsi lain misalnya membentuk

gugus ribose pada nukleotida atau bagian karbohidrat pada

glikoprotein. Oleh karena itu, agar dapat bertahan hidup

manusia harus memiliki mekanisme untuk memelihara kadar

gula darah.

b. Beberapa Faktor yang Mengatur Kadar Glukosa

Ada beberapa faktor yang mengatur kadar glukosa tidak

melaui ambang batas :

5
1. Insulin yang dihasilkan pankreas tubuh. Insulin mengubah

glukosa darah menjadi energi.

2. Glukagon yang dihasilkan pankreas; apabila kadar glukosa

berlebih akan diubah menjadi glikogen, atau sebaliknya

apabial kadar glukosa darah rendah akan mengubah

glikogen menjadi glukosa

3. Proses glukoneogenesis yang akan mengubah Lemak

dan protein tubuh menjadi glukosa darah apabila kadar

glukosa darah rendah

c. Absorbsi Glukosa Darah

Tubuh setelah mendapat intake makanan yang

mengandung gula akan melakukan proses pencernaan, dan

absorbsi akan berlangsung terutama di dalam duodenum

dan jejunum proksimal, setelah absorbsi akan terjadi

peningkatan kadar gula darah untuk sementara waktu dan

akhirnya kembali pada kadar semula baseline. (Sylvia

Anderson Price, 2008). Besarnya kadar gula yang diabsorbsi

sekitar 1 gram/kg BB tiap jam. Kecepatan absorbsi gula di

dalam usus halus konstan tidak tergantung pada jumlah gula

yang ada atau kadar dimana gula berada. Untuk mengetahui

kemampuan tubuh dalam memetabolisme karbohidrat dapat

ditentukan dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO).

6
d. Penyakit yang Berhubungan dengan Glukosa Darah

1. Hiperglikemia

a) Karena penyakit kelenjar tiroid/gondok. Pada

pembesaran kelenjar tiroid/gondok maka akan terjadi

peningkatan kadar glukosa darah. Kenaikan kadar

glukosa darah disebabkan hiper aktifitas dari hormon

yang dikeluarkan sel gondok (tiroksin)

b) Hiperglikemi karena kelainan kelenjar otak (hipofise,

hipotalamus)

c) Hiperglikemi karena kekurangan, kelemahan aktifitas

hormon insulin yang diproduksi dan dikeluarkan oleh

pankreas lebih. Kelainan in disebut Diabetes Mellitus.

2. Hipoglikemia

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah

merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada

dibawah normal, yang terjadi karena ketidakseimbangan

antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-

obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai

dengan gejala klinis antara lain : penderita merasa pusing,

lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,

berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan

terkadang sampai hilang kesadaran ( syok hipoglikemia ).

7
e. Macam-Macam Pemeriksaan Glukosa Darah

1. Glukosa Darah Sewaktu

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap

waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan

terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.

2. Glukosa Darah Puasa dan 2 jam Setelah Makan

Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah

pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah pasien

berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan

glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang

dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan

makan.

2.1.2 Pemeriksaan Asam Urat

Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan yang

dihasilkan dari metabolisme atau pemecahan purin. Asam urat

sebenarnya merupakan antioksidan dari manusia dan hewan,

tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan mengalami

pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam urat

mempunyai peran sebagai antioksidan bila kadarnya tidak

berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya berlebih asam urat

akan berperan sebagai prooksidan.

Asam urat atau uric acid adalah asam hasil metabolisme

protein berupa asam-asam inti yang terdapat dalam inti sel.

8
Setelah mengalami berbagai macam proses biokimia akan

menjadi oksida purin. Purin sendiri merupakan salah satu

turunan asam amino. Oksida purin ini di metabolisme lagi oleh

suatu enzim dan menghasilkan asam urat. Jadi asam urat adalah

hasil akhir dari metabolisme tubuh dari bahan purin.

a. Metabolisme Asam Urat

Pembentukan asam urat dalam darah juga dapat

meningkat yang disebabkan oleh faktor dari luar tertama

makanan dan minuman yang merangsang pembentukan

asam urat. Adanya gangguan dalam proses ekskresi dalam

tubuh akan menyebabkan penumpukan asam urat di dalam

ginjal dan persendian. Jalur kompleks pembentukan asam

urat dimulai dari ribose 5-phosphate, suatu pentose yang

berasal dari glycidic metabolism, dirubah menjadi PRPP

(phosphoribosyl pyrophosphate) dan kemudian

phosphoribosilamine, lalu ditransformasi menjadi inosine

monophosphate (IMP). Dari senyawa perantara yang berasal

dari adenosine monophosphate (AMP) dan guanosine

monophosphate (GMP), purinic nucleotides digunakan untuk

sintesis DNA dan RNA, serta inosine yang kemudian akan

mengalami degradasi menjadi hypoxanthine, xanthine dan

akhirnya menjadi asam urat.

9
b. Penyebab Asam Urat

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya

deposit/penimbunan kristal asam urat dalam sendi.

Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan

metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik

dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang

kurang dari ginjal. Beberapa faktor lain yang mendukung,

seperti:

1. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang

menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia),

retensi asam urat, atau keduanya.

2. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes

mellitus, hipertensi, gangguan ginjal yang akan

menyebabkan pemecahan asam yang dapat

menyebabkan hiperurisemia.

3. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan

ekskresi asam urat seperti aspirin, diuretic, levodopa,

diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan ethambutol.

4. Mengkomsumsi makanan yang mengandung kadar purin

yang tinggi adalah jeroan yang dapat ditemukan pada

hewan misalnya sapi, kambing dan kerbau.

10
c. Faktor Resiko Asam Urat

Faktor resiko yang menyebabkan orang terserang

penyakit asam urat adalah pola makan, kegemukan, dan

suku bangsa. Di dunia, suku bangsa yang paling tinggi

prevalensinya pada orang Maori di Australia. Prevalensi

orang Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali,

sedangkan di Indonesia prevalensi tertinggi pada penduduk

pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa

karena kebiasaan atau pola makan ikan dan mengonsumsi

alkohol. Alkohol menyebabkan pembuangan asam urat lewat

urine itu ikut berkurang sehingga asam uratnya tetap

bertahan di dalam darah. Konsumsi ikan laut yang tinggi juga

mengakibatkan asam urat. Asupan yang masuk ke tubuh

juga memengaruhi kadar asam urat dalam darah.

Pada orang gemuk, asam urat biasanya naik sedangkan

pengeluarannya sedikit. Maka untuk keamanan, orang

biasanya dianjurkan menurunkan berat badan. Yang paling

penting untuk diketahui adalah kalau asam urat tinggi dalam

darah, tanpa kita sadari akan merusak organ-organ tubuh,

terutama ginjal, karena saringannya akan tersumbat.

Tersumbatnya saringan ginjal akan berdampak munculnya

batu ginjal, atau akhirnya bisa mengakibatkan gagal ginjal.

Asam urat pun merupakan faktor risiko untuk penyakit

11
jantung koroner. Diduga kristal asam urat akan merusak

endotel (lapisan bagian dalam pembuluh darah) koroner.

Karena itu, siapapun yang kadar asam uratnya tinggi harus

berupaya untuk menurunkannya agar kerusakan tidak

merembet ke organ-organ tubuh yang lain.

d. Pencegahan Asam urat

Ada berbagai langkah upaya yang dapat dilakukan untuk

mencegah asam urat yaitu :

1. Mengatur pola hidup dengan baik dan teratur.

2. Menggurangi kebiasaan buruk yaitu bagi perokok aktif.

3. Menghindari konsumsi yang mengandung lemak jenuh.

4. Jangan mandi pada malam hari.

5. Berolahraga yang rutin minimal 2-3 kali dalam seminggu.

6. Daging, ikan, kerang, kacang-kacangan, buncis, kembang

kol, bayam, asparagus, Melinjo /emping, daun melinjo,

dan jamur 50 - 150 mg purin harus dibatasi

7. Sayuran, buah-buahan, susu atau keju, telur, dan serealia

0 - 15 mg purin Sangat disarankan

2.1.3 Pemeriksaan Kolesterol

Menurut Stoppard (2010) kolesterol adalah suatu zat lemak

yang dibuat didalam hati dan lemak jenuh dalam makanan. Jika

terlalu tinggi kadar kolesterol dalam darah maka akan semakin

meningkatkan faktor resiko terjadinya penyakit arteri koroner.

12
Kolesterol sendiri memiliki beberapa komponen, yang dibagi

menjadi 2 klasifikasi yaitu berdasarkan jenis dan kadar

kolesterolnya.

Kolesterol sangat dibutuhkan bagi tubuh dan digunakan

untuk membentuk membran sel, memproduksi hormon seks dan

membentukasam empedu, yang diperlukan untuk mencerna

lemak. Kolesterol sangat dibutuhkan untuk memperoleh

kesehataan yang optimal. Kadar kolesterol normal dalam darah

< 200 mg/dl dan apabila kadar kolesterol dalam darah sudah

mencapai > 240 mg/dl dapat dikatakan kadar kolesterol tinggi

(Vella, 2009). Kolesterol sangat larut dalam lemak, tetapi hanya

sedikit larut dalam air dan mampu membentuk ester dengan

asam lemak (Guyton & Hall, 2007).

Kolesterol termasuk zat gizi yang sukar diserap oleh tubuh,

masuk kedalam organ tubuh melalui sistem limpatik. Kolesterol

dalam plasma darah terutama dijumpai berikatan dengan asam

lemak dan ikut bersirkulasi dari bentuk ester kolesterol.

Prosedur pemeriksaan glukosa darah, asam urat dan

kolesterol menggunakan alat POCT.

13
2.2 Pemeriksaan Hematologi

2.2.1 Pemeriksaan Hemoglobin

Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi.

Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen.

Dengan fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke

jaringan-jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah

kira -kira 15 gram setiap 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya

disebut “100 persen”.

Di Laboratorium Klinik kadar Hb dapat ditentukan

dengan berbagai cara dan metode di antaranya cara manual

metode Sahli, Cuprit Sulfat (CuSO 4), cara colorimetri atau

fotometer metode sianmenthemoglobin (Hi-CN).

Nama Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan

globin. Heme adalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi,

sedang globin adalah protein yang dipecah menjadi asam

amino. Hemoglobin terdapat dalam sel-sel darah merah dan

merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa

oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Setiap orang

harus memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah

dan jumlah darah sekitar lima juta sel darah merah per

millimeter darah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan

jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indek

kapasitas pembawa oksigen pada darah.

14
Kekurangan Hemoglobin menyebabkan terjadinya

anemia, yang ditandai dengan gejala kelelahan, sesak napas,

pucat dan pusing. Kelebihan Hemoglobin akan menyebabkan

terjadinya kekentalan darah jika kadarnya sekitar 18-19 gr/dl.

yang dapat mengakibatkan stroke. Kadar hemoglobin dapat

dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal,

misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang

tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh

posisi pasien (berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi

hari).

a. Struktur Hemoglobin.

Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan

empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu

atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin

mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang

disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering

ditemui adalah anemia selsabit dan talasemia.

Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein

(globulin chain) yang terhubung satu sama lain.

Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2

alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains,

sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau

yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan

15
molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2

rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia

dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 sub

unit protein), yang terdiri dari masing-masing dua sub unit

alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Sub unit-sub

unitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama.

Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000

Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi

sekitar 64,000 Dalton.

b. Fungsi Hemoglobin

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di

dalam jaringan-jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru -paru kemudian dibawa ke

seluruh jaringan - jaringan tubuh untuk dipakai sebagai

bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan -jaringan tubuh

sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang.

2.3 Pemeriksaan Imunoserologi

2.3.1 Pemeriksaan HBsAg

Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam

nyawa yang disebabkan oleh virus hepatitis B. ini adalah

masalah kesehatan global utama dan jenis yang paling serius

dari hepatitis virus. Hal ini dapat menyebabkan penyakit hati

16
kronis dan menempatkan orang pada risiko tinggi kematian dari

sirosis hati dan kanker hati. Di seluruh dunia, sekitar dua miliar

orang telah terinfeksi virus hepatitis B dan lebih dari 240 juta

telah menjadi infeksi kronis (jangka panjang). Sekitar 600.000

orang meninggal setiap tahun karena konsekuensi akut atau

kronis hepatitis B. sebuah vaksin untuk melawan hepatitis B

telah tersedia sejak 1982. Vaksin hepatitis B adalah 95% efektif

dalam mencegah infeksi kronis. Struktur virus hepatitis B dapat

dilihat pada gambar 2

a. Antigen Virus Hepatitis B

Berbagai jenis antigen diproduksi oleh virus hepatitis B

selama bermultiplikasi dalam sel hospes. Beberapa di

antaranya masuk ke dalam darah dan menyebabkan

perubahan atau gangguan yang dapat dideteksi.

Gambar 2.1 : Struktur virus hepatitis B


(Sumber : Sanityoso. 2009)

Beberapa jenis antigen yang dapat dideteksi dalam

darah dan jaringan biopsi hati penderita, antara lain adalah:

17
1. DNA Hepatitis B (HBV DNA)

DNA merupakan senyawa yang dapat dideteksi dalam

darah setelah terjadinya infeksi. DNA virus dapat dideteksi

1 minggu setelah terinfeksi, dengan menggunakan

metode PCR. Tingginya kadar HBV DNA dalam darah

mengindikasikan seberapa cepat virus bereplikasi. Tes

DNA HBV pada umumnya dapat digunakan untuk deteksi

dini virus hepatitis B.

2. DNA Polymerase HBV

Enzim ini dapat di deteksi dalam darah segera

setelah terjadinya infeksi hepatitis B, kira-kira pada saat

yang sama dengan HBV DNA. Biasanya 1 munggu atau

lebih setelah terinfeksi. Tes ini tidak digunakan sebagai

indikator perkembangan penyakit dan penelitian untuk

pengembangan terapi yang tepat.

3. Protein Inti HBV (HbsAg)

HbsAg tidak dapat dideteksi dalam aliran darah,

namun dapat dideteksi dari sampel biopsy hati. Protein

HBc membentuk kompleks lapisan inti hepatitis B yang

mengelilingi HBV DNA dan DNAp.

4. Protein Permukaan HBV (HbsAg)

Lapisan permukaan luar HBV tersusun dari protein

HBs yang diproduksi dalam jumlah besar yang dibutuhkan

18
virus untuk bereproduksi. Protein HBs ini berkelompok

membentuk partikel bola dengan diameter 17-25 nm, atau

membentuk partikel batang dengan panjang yang

bervariasi. Protein HBs akan mengelilingi partikel inti

sehingga membentuk viron HBV yang lengkap yang dapat

menginfeksi sel hospes.

Masa inkubasi HBV adalah 6-25 minggu. HbsAg dapat

dideteksi setelah terinfeksi dan 1-6 sebelum muncul gejala

klinis. Uji untuk membuktikan keberadaan HbsAg

merupakan cara standar yang digunakan untuk

mengidentifikasi infeksi awal oleh HBV.

5. Protein Hbe (HbeAg/Antigen e)

Antigen e adalah peptida dan biasanya dapat dapat

dideteksi dalam aliran darah ketika HBV sedang aktif

bereplikasi. Fungsi protein non-struktural ini belum

diketahui, HBV. HBe dapat di identifikasi pada saat yang

sama dengan HbsAg dan HbeAg ini menghilang sebelum

HbsAg menghilang. Kehadiran HbeAg pada infeksi kronis

biasanya digunakan sebagai indikasi bahwa HBV sedang

aktif bereproduksi dan kemungkinan besar terjadi

kerusakan sel hati. Pada infeksi akut, HbeAg biasanya

jarang ditemukan.

19
6. HBx Protein. Fungsi dari protein ini belum diketahui

secara pasti.

b. Cara Penularan HBV

Secara epidemiologi, penularan infeksi virus hepatitis B

dibagi menjadi 2 cara, pertama, penularan vertikal yaitu

penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang HBsAg positif

kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa

perinatal. Resiko terinfeksi pada bayi berkisar antara 50-60 %.

Kedua, penularan horizontal yaitu penularan infeksi virus

hepatitis B dari seorang pengidap virus hepatitis B kepada

orang disekitarnya, misalnya melalui hubungan seksual dan

penggunaan bersama peralatan rumah tangga dan alat-alat

kedokteran.

c. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya infeksi

hepatitis B

1. Faktor Hospes

Adalah semua faktor yang terdapat pada manusia

yang dapat mempengaruhi perjalanan penyakit hepatitis B

meliputi :

a) Umur

Hepatitis B dapat meyerang semua golongan

umur. Infeksi paling sering pada bayi dan anak

berisiko kronis. Insidensi kronis pada bayi sekitar 90

20
%, pada anak – anak usia sekolah 23 – 46 %,

sedangkan pada orang dewasa 3 – 10%. Hal ini

berkaitan dengan keberadaan antibody dalam tubuh

untuk mecegah terjadinya hepatitis kronis. Bayi yang

baru lahir atau 2 bulan pertama setelah lahir lebih

sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang

belum mendapatkan imunisasi hepatitis B hal ini

terjadi kerena sistem imun pada bayi belum

berkembang dengan sempurna.

b) Jenis Kelamin

Umumnya wanita 3x lebih sering terinfeksi

hepatitis B dibandingkan pria.

c) Kebiasaan Hidup

Sebagian besar penularan pada masa remaja

disebabkan kerena aktivitas seksual dan perilaku yang

menyimpang antara lain homoseksual, pecandu

narkotika suntik, pemakaian jarum tato dan lainnya.

d) Pekerjaan

Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi

hepatitis B adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi,

perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas

laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-

hari kontak dengan penderita dan spesimen penderita.

21
d. Faktor Perbedaan Antigen Virus

Virus hepatitis B terdiri dari 3 jenis antigen utama yakni

HBsAg, HBcAg dan HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik

protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw,

adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi

dalam penyebarannya. Subtipe adw terjadi eRopah, Amarika

dan Australia. Subtipe ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan.

Subtipe adw dan adr terjadi di Ma laysia, Thailand, Indonesia.

Sedangkan subtipe adr terjadi di Jepang dan China

e. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan

hepatitis B antara lain adalah lingkungan dengan sanitasi

buruk, daerah dengan angka prevalensi VHB tinggi, daerah

unit bedah ginekologi, gigi, mata, unit laboratorium, unit bank

darah, ruang dialisa, ruang transplantasi dan unit perawatan

penyakit dalam.

f. Diagnosis Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menegakkan

diagnosis penyakit hepatitis. Uji yang dilakukan untuk

menentukan keberadaan antigen virus hepatitis B atau

antibody terhadap virus hepatitis B. Biasanya pemeriksaan

yang dilakukan adalah menentukan antigen permukaan

(HbsAg), antibody terhadap HBsAg dan antibody terhadap

22
antigen inti (HbcAg), baik atau IgG. Interpretasi terhadap hasil

pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada tabel.

Pada kasus hepatitis B kronis, pemeriksaan tambahan

perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit

atau kerusakan sel hati.

1. HbeAg dan Anti-Hbe. HbeAg adalah antigen sampul

hepatitis B dan anti-Hbe adalah antibody terhadap HbaAg.

Bila HbaAg dapat terdeteksi dalam darah, ini berati bahwa

virus masih aktif dalam sel hati dan dapat ditularkan pada

orang lain. Bila HbaAg adalah negatif dan anti-Hbe positif,

umunya virus tidak aktif.

2. Viral load HBV. Uji viral load dilakukan untuk mengetahui

jumlah virus HIV dalam darah. viral load diatas 100.000

menunjukan bahwa virus aktif bereplikasi dan berpotensi

menyebabkan kerusakan pada hati. Bila viral load di atas

100.00, terutama enzim hati juga tinggi, sebaiknya

dilakukan tindakan pengobatan. Bila menunjukan bahwa

virus dikendalikan oleh sistem kekebalan tubuh. Walaupun

demikian virus masih dapat menular pada orang lain.

3. Tes Enzim Hati. Pemeriksaan enzim hati SGPT dan

SGOT atau ALT dan AST untuk mengetahui fungsi hati.

Enzim hati yang tinggi menunjukan bahwa hati tidak

berfungsi dengan baik dan kemungkinan ada kerusakan

23
permanen pada hati. Selama infeksi hepatitis B akut,

enzim hati biasanya tinggi untuk sementara, tetapi hal ini

jarang menimbulkan masalah jangka panjang pada sel

hati. Pada hepatitis B kronis, enzim ini, terutama SGPT,

dapat menimbulkan kerusakan hati secara kronis.

4. Alfa-Fetoprotein (AFP). Adalah pemeriksaan untuk

mengukur kadar AFP, yaitu protein yang dibuat oleh sel

kanker hati. Karena orang dengan hepatitis B kronis

berisiko tinggi terhadap terjadinya kanker hati, uji AFP

perlu dilakukan setiap 6–12 bulan. AFP merupakan

penanda keberadaan sel tumor atau sel kanker hati.

5. Biopsi Sel. Biopsy hati dilakukan untuk memastikan

tingkat kerusakan yang terjadi pada sel hati. Pemeriksaan

ini biasanya hanya diusulkan untuk penderita dengan viral

load HBV yang tinggi (diatas 100.000) dan kenaikan

enzim hati yang tinggi.

g. Pencegahan

1. Cara terbaik untuk mencegah hepatitis B adalah

vaksinasi. Dua jenis vaksin yang tersedia adalah

rekombivaks HB dan energix–B kedua vaksin

membutuhkan tiga kali suntikan yang di berikan selama

jangka waktu 6 bulan. Efek samping biasanya ringan

termasuk rasa sakit pada daerah suntikan dan gejala mirip

24
flu ringan. Juga tersedia vaksin kombinasi terhadap HAV

dan HBV (Tiwindriks), yang dapat memberikan

perlindungan terhadap kedua infeksi virus.

2. Hindari perilaku seks menyimpang atau berganti-ganti

pasangan dan penggunaan jarum suntik secara bersama-

sama pada pencadu narkotika suntik. Disamping itu hindari

penggunaan barang-barang yang dapat tercemar dengan

darah orang lain, misalnya sikat gigi, alat cukur, jarum

tindik dan sebagainya.

h. Pengobatan

1. Biasanya orang yang mengalami gejala hepatitis B akut

hanya membutuhkan istrahat ditempat tidur, minum

banyak cairan, hindari alkohol dan obat penawar rasa

sakit.

2. Pengobatan yang intensif di sarankan oleh orang hepatitis

kronik orang dengan hepatitis kronis. Obat yang digunakan

untuk virus hepatitis B antara lain interferon-α, lamifudin

(3tc), adefofir di pifoksil, tenolfofir, asikkolofir, kolkisin,

famsiklofir, gansiklofir, dan siklofir, zadaksin, interferon-B

dan interferon-β dan interferon-γ.

3. Untuk infeksi akut bisa diberikan imunisasi pasif dengan

immunoglobulin hepatitis B (HBIG). HBIG diberikan segera

setelah paparan virus hepatitis B karena obat ini

25
memberikan perlindungan cepat tetapi dalam jangka

pendek.

2.3.2 Pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang

menyebabkan penyakit AIDS, yang termasuk kelompok lentivirus

(subkelompok retrovirus).Acquired Immunodeficiency Syndrome

didefinisikan oleh Centers for Disease Control (CDC) sebagai

kumpulan gejala pada HIV seropositif dengan jumlah sel T

Cluster of Differention (CD4) + < 200/μL, persentase sel T CD4

<14, atau penyakit apapun yang dipertimbangkan indikatif

terhadap kerusakan parah imunitas yang dimediasi sel. Tanpa

pengobatan, rata-rata usia harapan hidup setelah terinfeksi HIV

diperkirakan 9-11 tahun. Infeksi HIV terjadi melalui transfusi

darah, sperma, cairan vagina, atau ASI.

a. Struktur Human Immunodeficiency Virus

Human Immunodeficiency Virus memiliki struktur yang

berbeda dari retrovirus lainnya. Human Immunodeficiency

Virus mempunyai bentuk seperti bola dengan diameter

sekitar 120 nm, sekitar 60 kali lebih kecil dari sel darah

merah. Virus terdiri dari dua salinan positif untai tunggal RNA

yang mengkode sembilan gen tertutup oleh kapsid berbentuk

kerucut yang terdiri dari 2.000 salinan dari p24 protein virus.

Single-stranded RNA terikat erat dengan protein

26
nukleokapsid, p7, dan enzim-enzim yang diperlukan untuk

pengembangan virion seperti reverse transcriptase,

protease, ribonuclease dan integrase. Sebuah matriks yang

terdiri dari p17 protein virus mengelilingi kapsid, yang

memastikan keutuhan partikel virion.

Virus dikelilingi oleh selubung virus yang terdiri dari dua

lapisan molekul lemak yang disebut fosfolipid diambil dari

membran sel manusia ketika partikel virus yang baru

terbentuk bertunas dari sel. Protein yang menempel pada

selubung virus adalah protein dari sel host dan sekitar 70

salinan dari protein virus HIV yang menonjol melalui

permukaan partikel virus. Protein ini, yang dikenal sebagai

Env, terdiri dari penutup yang terbuat dari tiga molekul yang

disebut glikoprotein (gp) 120, dan sebuah bentuk batang

yang terdiri dari tiga molekul gp41 yang menempel pada

selubung virus. Kompleks glikoprotein ini digunakan virus

untuk menempel dan bergabung dengan sel-sel target untuk

menginisiasi siklus infeksi. Kedua protein permukaan ini,

terutama gp120, dipertimbangkan sebagai target pengobatan

di masa depan atau vaksin terhadap HIV.

27
Gambar 2.2. : Diagram virus HIV
(Sumber : Mandal, 2008)

b. Siklus Replikasi Virus Human Immunodeficiency Virus

Human Immunodeficiency Virus memasuki makrofag

dan sel T CD4 + oleh adsorpsi glikoprotein pada permukaan

reseptor pada sel target diikuti oleh penggabungan dari

selubung virus dengan membran sel dan pelepasan kapsid

HIV ke dalam sel. Masuknya HIV ke dalam sel dimulai

melalui interaksi kompleks selubung trimerik (gp160 spike)

dan kedua CD4 dan reseptor kemokin (umumnya baik CCR5

atau chemokine co- receptor 4 (CXCR4), tetapi yang lain

dikenal untuk berinteraksi) pada permukaan sel gp120

berikatan pada integrin α4β7 yang mengaktifasi lymphocyte

function associated antigen 1 (LFA-1) sebuah integrin pusat

yang terlibat dalam pembentukan sinapsis virologi, yang

memfasilitasi penyebaran sel ke sel yang efektif dari HIV-1.

28
Lonjakan gp160 berisi domain pengikat untuk CD4 dan

reseptor kemokin.

Setelah HIV terikat pada sel target, HIV RNA dan

berbagai enzim, termasuk reverse transcriptase, integrase,

ribonuclease, dan protease, disuntikkan ke dalam sel.

Selama transpor berbasis mikrotubulus ke inti, genom

ribonucleic acid (RNA) untai tunggal virus ditranskripsi

menjadi deoksiribonucleic acid (DNA) untai ganda, yang

kemudian diintegrasikan ke dalam kromosom host.

Human Immunodeficiency Virus dapat menginfeksi sel

dendritik (SD) melalui CD4-CCR5 ini, akan tetapi cara lain

menggunakan reseptor lektin tipe C yang spesifik dengan

manosa/mannose specific type lectin receptors seperti

DCSIGN juga dapat digunakan. SD adalah salah satu sel

pertama yang dihadapi oleh virus selama transmisi

seksual.SD diperkirakan memainkan peranan penting

dengan mentransmisikan HIV pada sel T ketika virus

ditangkap pada mukosa oleh SD. Kehadiran fasciculation

and elongation protein zeta 1 (FEZ 1), yang terjadi secara

alami di neuron, diyakini dapat mencegah infeksi sel oleh

HIV.

Masuknya HIV-1, serta masuknya banyak retrovirus

lainnya, telah lama diyakini terjadi pada membran plasma.

29
Baru – baru ini ditemukan infeksi produktif oleh endositosis

dari HIV-1 bergantung kepada clathrin dan tidak bergantung

pH.Hal ini telah dilaporkan untuk membentuk satu-satunya

rute masuk produktif.

Gambar 2.3: Siklus replikasi virus HIV


(Sumber : Mandal, 2008)

c. Penyebaran Virus Human Immunodeficiency Virus Dalam

Tubuh

Human Immunodeficiency Virus kini diketahui

menyebar di antara sel-sel T CD4 + oleh dua rute paralel:

penyebaran tanpa sel dan penyebaran sel ke sel, sebagai

contoh, ia menggunakan mekanisme penyebaran hibrida.

Dalam penyebaran tanpa sel, partikel virus bertunas melalui

sel T yang terinfeksi, memasuki darah / cairan ekstraseluler

dan kemudian menginfeksi sel T lain saat bertemu. HIV

dapat juga menyebar dengan transmisi langsung dari satu

sel ke sel lain dengan proses penyebaran sel ke sel. Dua

jalur transmisi sel ke sel telah dilaporkan. Pertama, sel T

yang terinfeksi dapat menularkan virus secara langsung ke

30
sel T target melalui sinaps virologi. Kedua, sel penyaji

antigen / antigen presenting cell (APC) juga dapat

menularkan HIV ke sel T melalui proses yang melibatkan

infeksi produktif. Infeksi melalui transfer sel ke sel dilaporkan

jauh lebih efisien daripada transfer beberapa sel.

Penyebaran sel-sel dianggap sangat penting dalam jaringan

limfoid di mana limfosit T CD4 + sangat padat dan cenderung

sering berinteraksi.

2.3.3 Pemeriksaan Sifilis

Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular

seksual (PMS). Lesi sifilis biasa terlihat jelas ataupun tidak

terlihat dengan jelas. Penampakan lesi bisa dipastikan hampir

seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.

Penyakit ini bisa menular jika ia melakukan hubungan

seksual dengan wanita lainnya. Namun tidak hanya sebatas itu,

seorang ibu yang sedang hamil yang telah tertular penyakit ini

bisa menularkannya kepada janinnya. Sifilis juga dapat diartikan

sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema

pallidum, merupakan peyakit kronis dan dapat menyerang

seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di dalam

kandungan melalui plasenta.

31
a. Etiologi

Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum.

Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri

spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat empat

subspecies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema

pallidum pallidum, Treponema pallidum pertenue,

Treponema pallidum carateum, dan Treponema pallidum

endemicum.

Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta

yang bersifat motile yang umumnya menginfeksi melalui

kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang

melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat

menyebabkan sifilis. ditularkan kepada janin melalui jalur

transplasental selama masa-masa akhir kehamilan. Struktur

tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema

pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas

untuk bergerak di dalam medium kental seperti lender

(mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses

sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang

melalui jaringan dan membran mucosa.

b. Patofisiologi        

Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat

sistemik. Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk

32
sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil yang

menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin

sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat

menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika

cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan

dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat

berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian

tubuh lain di luar alat kelamin.

c. Penularan                                                          

Sifilis bisa ditularkan atau diturunkan dari seorang ibu

kepada anak dalam kandungannya. Sipilis kongenital,

melalui infeksi transplasental terjadi pada saat janin berada

di dalam kandungan ibu yang menderita sifilis. Penularan

karena mencium atau pada saat menimang bayi dengan

sifilis kongenital jarang sekali terjadi.

Cara penularan sifilis lainnya antara lain melalui

transmisi darah. Hal ini bisa terjadi jika pendonor darah

menderita sifilis pada stadium awal. Ada lagi kemungkinan

penularan cara lain, yaitu penularan melalui barang-barang

yang tercemar bakteri penyebab sifilis, Treponema pallidum,

walaupun itu baru secara teoritis saja, karena kenyataannya

boleh dikatakan tidak pernah terjadi. Jadi dari keterangan di

33
atas dapat disimpulkan bahwa resiko penularan penyakit

syphilis dapat terjadi jika:

1. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang

mengidap penyakit sifilis, jika tidak (pernah) melakukan

hubungan seksual aktif dengan penderita sifilis maka dia

tidak akan punya resiko terkena penyakit ini.

2. Ibu menderita sifilis saat sedang mengandung kepada

janinnya lewat transplasental.

3. Lewat transfusi darah dari darah penderita sifilis

2.3.4 Pemeriksaan Golongan Darah

Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari

suatu kelompok berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen

warisan pada permukaan membran sel darah. Hal ini disebabkan

karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada

permukaan membran sel darah tersebut.

Golongan darah secara umum terbagi menjadi empat

golongan darah yaitu A,B,O dan AB. Dalam darah terdapat

antigen dan antibodi dimana antigen berada pada sel – sel darah

merah dan antibodi berada dalam serum.

Sel–sel yang hanya memiliki antigen A dan mempunyai

anti-B didalam serum disebut golongan A. Sedangkan sel - sel

yang hanya memiliki antigen B dan mempunyai anti-A dalam

serum disebut golongan B. Sel – sel yang memiliki antigen A dan

34
antigen B dan tidak mempunyai anti-A dan anti-B dalam serum

disebut golongan AB. Sel-sel yang tidak memiliki antigen A dan

antigen B, mempunyai anti-A dan anti-B dalam serum disebut

golongan O Eritrosit terdapat sejumlah besar antigen genetik

tertentu.

2.4 Pemeriksaan Bakteriologi

2.4.1 Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam)

Basil Tahan Asam atau (BTA) adalah nama lain dari

Microbakterium tuberculosis yaitu suatu kuman berbentuk batang

yang tahan terhadap pencucian alkohol asam pada saat

dilakukan pewarnaan. BTA menyebabkan suatu penyakit infeksi

menular dan mematikan yang biasa disebut tuberkulosis atau

TB.Hal ini pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret

1882 oleh Robert Koch, sehingga penyakit TBC pada paru-paru

pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP). Sebagian besar

kuman TB menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai

organ tubuh lainnya.

Mikrobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang

merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus

ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 1-10 mikron dan lebar

0,2-0,6 mikron. Microbacterium tuberculosis tidak dapat

diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau bakteri gram

negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa,

35
warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol,

meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk

dalam bakteri tahan asam dalam pewarnaan dengan metode

Ziehl Neelsen.

Microbakterium tuberculosis memerlukan media khusus

untuk biakan, yang (mengandung telur) antara lain Lowenstein

Jensen, dan Ogawa. Bakteri ini bisa tumbuh lambat pada media

buatan 6-8 minggu. Microbakterium tuberculosis tidak

menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari

peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid asam mikolat

kira-kira setinggi 60%. Pada dinding sel mycobacteria, lemak

berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di

bawahnya.Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel,

sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotic.

a. Patogenesis dan Cara Penularan Tuberculosis Paru

Tempat masuk Microbakterium tuberculosis adalah

saluran pernafasan.Sumber penularan adalah pasien TB

BTA positif melalui percik renik dahak (droplet) yang

dikeluarkanya. Infeksi dapat terjadi apabila orang lain

menghirup udara yang mengandung percik renik dahak

yang infeksius tadi. Tapi bukan berarti bahwa pasien TB

dengan hasil pemeriksaan BTA Negatif tidak mengandung

kumandalam dahaknya. Karena jumlah kuman yang

36
terkandung di dalam contoh uji <dari 5.000 kuman/cc dahak

sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis

langsung.

Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet

nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat menghasilkan

sekitar 3000 percikan dahak .

Penularan umumnya terjadi dalam ruangan dimana

percikan dahak beradadalam waktu yang lama.Ventilasi

dapat mengurangi jumlah percikan, adanyapaparan sinar

matahari langsung juga dapat membunuh kuman. Percikan

dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang

gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien

ditentukan oleh banyak nyakuman yang dikeluarkan dari

parunya.Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

dahak, makin menular pasien tersebut.Faktor yang

memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan

oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut.

b. Diagnosis Tuberkulosis Paru

Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk

berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti

dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,

37
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat

malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari

satu bulan. Setiap orang yang datang ke unit pelayanan

kesehatan dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai

seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada

pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien

anak.Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan

diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan

menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk

penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan

dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang

dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan

berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

1. Dahak S (Sewaktu)

Dahak sewaktu adalah dahak yang dikumpulkan

atau ditampung di fasyankes (fasilitas pelayanan

kesehatan) pada saat suspek TB datang berkunjung

pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa

38
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua.

2. Dahak P (Pagi)

Dahak pagi adalah dahak yang dikumpulkan atau

ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah penderita bangun tidur. Pot dibawa dan

diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.

3. Dahak S (sewaktu)

Dahak sewaktu adalah dahak yang dikumpulkan di

fasyankes pada hari kedua, saat penderita datang

menyerahkan dahak pagi.

Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa

ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).

Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis

utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan

uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang

diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak

dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu

memberikan gambaran yang khas pada TB paru,

sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran

kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan

39
aktifitas penyakit tuberculosis atau tidak ada fasilitas

biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak

SPS hasilnya BTA positif.

2.5 Pemeriksaan Parasitologi

2.5.1 Pemeriksaan Malaria

Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang

artinya buruk dan “Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria

berarti udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena

malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan

banyak tumpukan air.

Malaria adalah umum di daerah ini karena jumlah yang

signifikan dari curah hujan dan suhu tinggi yang konsisten,

hangat, suhu yang konsisten dan kelembaban yang tinggi,

bersama dengan air tergenang di mana larva matang,

sediakan nyamuk dengan lingkungan yang diperlukan untuk

pembibitan terus menerus. Penyebab penyakit ini adalah

protozoa, ditemukan pada tahun 1880 oleh Charles Louis

Alphonse Laveran, sedangkan ia bekerja di rumah sakit militer

di Constantine, Aljazair, ia mengamati parasit dalam apusan

darah diambil dari seorang pasien yang baru saja meninggal

karena malaria, Hasil penyakit dari perkalian parasit malaria

dalam sel darah merah, menyebabkan gejala yang biasanya

40
termasuk demam dan sakit kepala, dalam kasus yang parah

berkembang menjadi koma, dan kematian.

a. Morfologi

Plasmodium Falciparum

1. Bentuk Tropozoit

Bentuk seperti cincin dengan inti yang kecil dan

sitoplasma halus, sering ditemukan bentuk cincin

dengan dua inti. Pada tropozoit dewasa, sitoplasma

berbentuk ovale dan tidak teratur, pigmen berkumpul

menjadi satu kelompok dan berwarna hitam. Tropozoit

dewasa biasanya ditemukan pada infeksi berat.

2. Bentuk Skizon

Jarang ditemukan, biasanya ditemukan dengan

tropozoit dewasa yang berjumlah banyak.Bentuknya

kecil sitoplasma pucat, pigmen berwarna gelap. Pada

skizon dewasa terdapat merozoit yang berjumlah 20.

3. Bentuk Gametosit

Berbentuk seperti pisang, pigmen tersebar sampai

ke ujung, terdapat balon merah dipinggir

parasit.Bentuk gametosit dapat ditemukan bersamaan

dengan bentuk tropozoit.

41
Gambar 2.4 : Morfologi plasmodium falcifarum
(Sumber : Arsin. 2012)

Plasmodium Vivax

1. Bentuk Tropozoit

Bentuk seperti cincin ukuran lebih besar dari

tropozoit Plasmodium falciparum dengan sitoplasma

yang bentuknya tidak teratur. Sedangkan tropozoit

dewasa bentuk sitoplasmanya amoboit dengan inti

yang besar. Pigmen berwarna coklat kekuningan yang

tersebar pada sebagian sitoplasma dan bila

bentuknya bulat tanpa vakuola akan sulit di bedakan

dengan bentuk gametosit.

2. Bentuk Skizon

Bentuk tidak teratur, sitoplasma terpecah-pecah

dalam kelompok dan pigmennya berwarna coklat.

42
Pada skizon dewasa terdapat 16 merozoit yang

ukurannya lebih besar dari plasmodium lain.

3. Bentuk Gametosit

Berbentuk bulat dengan inti ditengah sitoplasma,

disekelilingnya terdapat daerah yang tidak berwarna.

Makrogametosit lebih besar dari Plasmodium lain

yang tidak dapat dibedakan dengan bentuk tropozoit

dewasa. Pigmen halus dan terbesar pada sitoplasma.

Mikrogametosit mempunyai inti besar berwarna merah

muda, sitoplasma pucat dengan pigmen yang

terbesar.

Gambar 2.5 : Morfologi plasmodium vivax


(Sumber : Arsin. 2012)

Plasmodium Malariae

1. Bentuk Tropozoit

Bentuk seperti cincin dengan sitoplasma tebal

dengan inti yang besar.Pada tropozoit dewasa bentuk

43
cincin berukuran lebih besar, pigmen kasar dan sering

menutupi inti.Sulit dibedakan dengan bentuk gametosit

Plasmodium falciparum.

2. Bentuk Skizon

Ukurannya lebih kecil dari Plasmodium vivax.

Bentuk kecil seperti bunga mawar. Jumlah merozoit

rata-rata 8, sering hanya inti dan pigmen yang terlihat.

3. Bentuk Gametosit

Pigmen padat, gelap dan menggumpal.

Bentuknya sama dengan tropozoit yang berkelompok

sehingga sulit dibedakan dan jumlah dalam darah

sedikit.

Plasmodium oval

Morfologi plasmodium ovale mempunyai persamaan

dengan plasmodium malariae tetapi perubahan pada

eritrosit yang dihinggapi parasit mirip dengan plasmodium

vivax. Trofozoit muda berukuran kira – kira 2 mikron (1 / 3

eritrosit). Titik – titik schuffner (disebut juga titik James)

terbentuk sangat dini dan tampak jelas. Stadium trofozoit

berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang

lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen plasmodium

malariae. Pada stadium ini eritrosit agak membesar dan

sebagian besar berbentuk lonjong (oval) dan pinggir

44
eritrosit bergerigi pada salah satu ujungnya dengan titik

Schuffner yang menjadi lebih banyak.

b. Penyebab

Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus

Plasmodium. Terdapat empat spesies yang menyerang

manusia yaitu :

a. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria

falciparum atau malaria tertiana maligna/malaria

tropika/malaria pernisiosa.

b. Plasmodium vivax (Labbe, 1899) menyebabkan malaria

vivax atau malaria tertiana benigna.

c. Plasmodium ovale (Stephens, 1922) menyebabkan

malaria ovale atau malaria tertiana benigna ovale.

d. Plasmodium malariae (Grassi dan Feletti, 1890)

menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana.

Gambar 2.6 : Morfologi plasmodium oval


(Sumber : Arsin. 2012)

45
BAB III

JENIS KEGIATAN

Penyuluhan Diabetes Melitus

Bidang Studi : Teknologi Laboratorium Medis

Topik : Diabetes Melitus

Sub Topik : Pencegahan Diabetes Melitus

Sasaran : Masyarakat Lansia Di Kelurahan Kota Baru

Hari/Tanggal    : Selasa 4 Februari 2020

Jam                    : 08.00 WIT - selesai

Waktu                : 40 menit

Tempat             : Puskesmas Kota Kecamatan Ternate Tengah

A. TUJUAN

1.1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang

Pencegahan Diabetes Melitus di Kelurahan Kota Baru

selama   40 menit, diharapkan yang menderita atau beresiko

dapat memahami tentang Diabetes Melitus dan dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang

Diabetes Melitus di Kelurahan Kota Baru selama 40 menit,

diharapkan seluruh pasien atau keluarga dapat mengetahui

tentang:

46
1. Pengertian Diabetes Melitus

2. Faktor Resiko Diabetes Melitus

3. Gejala Diabetes Melitus

4. Diagnosis Diabetes Melitus

5. Komplikasi Diabetes Melitus

6. Bahaya Komplikasi Dari Diabetes Melitus

7. Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus

8. Kunci Sehat Ala Penderita Diabetes

1.3. Media

1. Materi SAP

2. Leaflet

1.4. Metode

1. Penyuluhan

2. Tanyajawab

B. Materi

1.1. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan

metabolism kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah

(hiperglikemia). Disebabkan karena ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh dibutuhkan

untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat

digunakan untuk metabolism dan pertumbuhan sel.

47
1.2. Faktor Resiko

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan faktor resiko

Diabetes mellitus. Berikut adalah faktor resiko, yaitu :

1. Mempunyai keturunan diabetes

2. Kegemukan

3. Jarang berolahraga

4. Telah teridentifikasi mempunyai kadar gula darah tinggi

5. Lahir dengan berat badan lebih dari 4 kg

6. Riwayat tekanan darah tinggi

7. Kadar lemak darah tinggi

8. Mempunyai riwayat gangguan organ jantung

1.3. Gejala Diabetes Melitus

Gejala diabetes mellitus adalah :

1. Kencing dalam jumlah banyak siang dan malam hari

2. Rasa lapar yang berlebihan

3. Berat badan menurun meskipuntetap enak makan

4. Lemah,lesu

5. Luka sukar sembuh, infeksi kulit yang berulang, gatal-gatal

disekitar alat kelamin luar.

6. Kesemutan terutama daerah kaki

1.4. Diagnosis Diabetes

Penyakit itu mudah diketahui dengan memeriksa kadar

glukosa darah. Diagnosis diabetes mellitus dipasrikan bila :

48
kadar gula darah sewaktu < 200 mg/dl atau lebih ditambah

gejala khas diabtes, Glukosa darah puasa 126 mg/dl.

1.5. Komplikasi Diabetes Melitus

1. Kehilangan kesadaran

2. Stress, susah tidur

3. Infeksi mulut dan gusi

4. Tekanan darah tinggi

5. Kerusakan ginjal

6. Penyakit kulit dan susah sembuh

7. Gangguan syaraf

8. Penyakit jantung

9. Gangguan ketajaman penglihatan, buta

1.6. Bahaya Komplikasi Diabetes Melitus

Adapun komplikasi dari Diabetes mellitus adalah :

1. Buta

2. Jantung

3. Syaraf

4. Penyakit kulit dan susah sembuh

5. Ginjal

6. Infeksi mulut dan gusi

7. Stress/mental susah tidur

8. Otak

49
1.7. Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus

1. Pemeriksaan mata minimal 1 tahun sekali

2. Lakukan pemeriksaan laboratorium

3. Pemeriksaan profil lemak (Cholesterol,HDL,LDL)

4. Pemeriksaan dan perawatan gigi minimal 6 bulan sekali

5. Pencegahan luka dan perawatan kaki dengan seksama

6. Stop merokok

7. Berolahraga secara teratur

8. Menurunkan kelebihan berat badan

1.8. Kunci Sehat Ala Penderita Diabetes

1. Diet Sehat DM (3 J)

2. Olahraga

3. Hindari stress

4. Cek kadar gula darah secara teratur

5. Menghindari terjadinya luka

Penyuluhan HIV/AIDS

BidangStudi : Teknologi Laboratorium Medis

Topik : HIV/AIDS

Sub Topik : Pencegahan HIV

Sasaran : Ibu-Ibu dan Lansia

Hari/Tanggal    : Rabu 5 Februari 2020

Jam                    : 10.00 WIT - selesai

Waktu                : 40 menit

50
Tempat             :Kel. Tanah Raja

A.TUJUAN

1.1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang HIV di Kel.

Tanah Raja,  40 menit, diharapkan bagi masyarakat yang

mengikuti dapat memahami tentang HIV/AIDS.

1.2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang HIV di Kel.

Tanah Raja selama 40 menit, diharapkan seluruh pasien atau

keluarga dapat mengetahui tentang:

1. Pengertian HIV

2. Penularan HIV

3. Perkembangan HIV

4. Kelompok perilaku resiko tinggi terinfeksi HIV

5. Diagnosa adanya infeksi HIV

6. Pencegahan HIV

1.3. Media

1. Materi SAP

2. Leaflet

1.4.Metode

1. Penyuluhan

2. Tanyajawab

51
B.Materi

1.1. Pengertian

HIV adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh

manusia.Virus akan memperlemah kekebalan tubuh. Sehingga

Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi

ataupun mudah terkena tumor.

1.2. Penularan

1. Hubungan seks tidak terlindung dengan orang yang telah

terinfeksi HIV

2. Transfusi darah orang yang telah terinfeksi HIV

3. Jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) secara

bergantian dengan orang yang telah terinfeksi HIV

4. ibu hamil pengidap HIV pada janin yang dikandung atau bayi

yang dilahirkan

5. Melalui ASI ibu pengidap HIV kepada bayi.

1.3. Perkembangan

AIDS mulai berkembangDengan gejala-gejala seperti berikut :

 Rasa lelah dan lesu Berat badan menurun secara drastic

 Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam

 Mencret dan kurang nafsu makan

 Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut

 Pembengkakan leher dan lipatan paha

52
1.4. Kelompok perilaku resiko tinggi terinfeksi HIV

 Sex bebas,

 Homosexsual

 Wanita/wariapenjajaseks dan pelanggannya

 PenggunaNapzasuntik (IDU)

 PasanganpenggunaNapzasuntikNarapidana

1.5. Diagnosa adanya infeksi HIV


Pada kenyataannya pengidap HIV bisa saja terlihat sangat
sehat. Diagnosa adanya infeksi HIV dengan cara melakukan
pemeriksaan laboratoruim sehingga antibodi yang khusus terhadap
virus tersebut

1.6. Pencegahan hiv

 Absen dari seks Tidak berhubungan seks saat jauh dari

pasangan

 Berlaku saling setia

 Condom : gunakan kondom

 Drug (No Use Drug)

 Education

Penyuluhan tentang Rokok

Bidang Studi : Teknologi Laboratorium Medis

Topik : ROKOK

Sub Topik : BAHAYA MEROKOK

Sasaran : SISWA

Hari/Tanggal    : Senin, 10 februari 2020

53
Jam                    : 08.00 WIT - selesai

Waktu                : 40 menit

Tempat             : SMA NEGERI 1 TERNATE

A. TUJUAN

1.1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang

Merokok,  40 menit, diharapkan bagi siswa yang mengikuti

dapat memahami tentang Bahaya Merokok.

1.2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Bahaya

Merokok selama 40 menit, diharapkan seluruh siswa dapat

mengetahui tentang:

1. Pengertian Rokok

2. Zat yang terkandung dalam rokok

3. Bahaya Rokok

4. Bahaya yang ditimbulkan akibat merokok

5. Tipe- Tipe Perokok

6. Alasan Seseorang Harus Berhenti/ tidak Perlu Merokok

7. Tips dan upaya berhenti Merokok

1.3. Materi

Terlampir

1.4. Media

1. Materi SAP

54
2. Leaflet

1.5. Metode

1. Penyuluhan

2. Tanya jawab

B. Materi

1.1. Pengertian

Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

digunakan mengakibatkan bahaya kesehatan bagi diri sendiri

maupun masyarakat

1.2. Zat yang terkandung dalam rokok

1. TAR adalah bahan kimia yang menyebabkan penyakit

kanker

2. CO2 adalah gas beracun yang menurun kan oksigen dalam

darah

3. Nikotin adalah gas yang menyebabkan ketagihan

4. Senyawa radio aktif adalah zat yang menyebabkan penyakit

KANKER

1.3. Bahaya Rokok

1. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia yang 200

diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat

menyebabkan kanker bagi tubuh.

55
2. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga

kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali

mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan.

3. Rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi

apapun.

4. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan

orang yang tergolong miskin.

5. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa

6. Merokok dapat menyebabkan kematian

1.4. Bahaya Yang Ditimbulkan dari Meroko

1. Rambut rontok

2. Katarak

3. Kulit keriput

4. Hilangnya pendengaran

5. Caries

6. Berisiko tinggi terkena kanker paru-paru dan jantung

7. Kerusahan paru

8. Penyakit jantung

1.5. Alasan Seseorang Harus Berhenti/ tidak Perlu Merokok

1. Kemungkinan/ resiko untuk menderita serangan

jantung dan kanker paru akan berkurang.

2. Dapat bernafas lebih mudah, lega dan nyaman

3. Keluhan batuk akan berkurang, bahkan menghilang.

56
4. Dapat menghemat uang

5. Penampilan paras muka, bibir, kulit dan bau lebih baik

6. Stamina dan energy akan bertambah

7. Dapat mencapai kesehatan yang optimal

8. Terbebas dari kecanduan rokok

1.6. Tips dan upaya berhenti Merokok

1. Memiliki niat dan motivasi

2. Minum air atau jus

3. Mengunyah permen

4. Menarik nafas panjang

5. Melakukan olahraga

6. Carilah dukungan dari orang-orang yang juga ingin berhenti

merokok

7. Langsung berhenti merokok

8. Makan makanan yang sehat dan bergizi

Penyuluhan tentang Anemia

Bidang Studi : Teknologi Laboratorium Medis

Topik : ANEMIA

Sasaran : SISWA

Hari/Tanggal    : Senin, 10 februari 2020

Jam                    : 08.00 WIT - selesai

Waktu                : 40 menit

Tempat             : SMA NEGERI 1 TERNATE

57
A. TUJUAN

1.1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang

Merokok,  40 menit, diharapkan bagi siswa yang mengikuti dapat

memahami tentang Bahaya Merokok.

1.2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Bahaya

Merokok selama 40 menit, diharapkan seluruh siswa dapat

mengetahui tentang:

1. Pengertian Rokok

2. Zat yang terkandung dalam rokok

3. Bahaya Rokok

4. Bahaya yang ditimbulkan akibat merokok

5. Tipe- Tipe Perokok

6. Alasan Seseorang Harus Berhenti/ tidak Perlu Merokok

7. Tips dan upaya berhenti Merokok

1.3. Materi

Terlampir

1.4. Media

1. Materi SAP

2. Leaflet

1.5. Metode

1. Penyuluhan

58
2. Tanya jawab

B.Materi

1.1. Pengertian

Anemia adalah penyakit kurang darah yang sebagian besar

disebabkan karena kurang mengkonsumsi zat besi.

1.2. Anemia umumnya terjadi pada

Wanita dan remaja putri

1.3. Mengapa Wanita Lebih Mudah Terkena Anemia

1. Wanita membutuhkan zat besi 2 kali lebih banyak daripada

pria karena mengalami haid setiap bulannya dan akan

kehilangan darah pada saat melahirkan.

2. Wanita umumnya kurang mengkonsum si makanan yang

mengandung zat besi seperti daging, ikan, hati, tempe,

sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan serta buah.

1.4. Tanda- tanda Anemia

3L Letih,Lesu,Lemah Disertai dengan :

 pusing,

 Mata berkunang-kunang

 Muka, tangan dan kelopak mata bagian dalam pucat

1.5. Bahaya Anemia

a. Pada anak dan remaja

 Anak menjadi kurang cerdas

59
 Semangat belajar menurun

 Mudah terserang penyakit

b. Pada ibu hamil dan menyusui

 Dapat menimbulkan perdarahan sebelum dan sesudah

melahirkan

 Berat badan bayi yang dilahirkan rendah Kematian ibu saat

melahirkan

 Pada ibu menyusui dapat menyebabkan jumlah ASI dan

kualitasnya menurun

c. Pada Wanita

 Daya tahan tubuh menurun

 Kebugaran menurun

 Kemampuan bekerja menurun

1.6 Cara Mencegah Dan Mengobati Anemia

1. Makan makanan yang mengandung zat besi :

 Sayuran berwarna hijau tua (daun kangkung, katuk, daun

singkong, bayam, sawi)

 Makanan hewani (ikan, daging, hati, ayam

 Kacang- kacangan (tempe, kacang merah, kacang hijau,

kacang panjang, kecipir, buncis)

 Buah-buahan (jeruk, pepaya rambutan, belimbing)

60
2. Jika dibutuhkan

minum tablet tambah darah seminggu sekali atau setiap hari

selama haid

Penyuluhan tentang Cacingan

BidangStudi : Teknologi Laboratorium Medis

Topik : Cacingan

Sub Topik : Pencegahan Kecacingan

Sasaran : Pengunjung Puskesmas Kota

Hari/Tanggal    : Sabtu/ 8 Februari 2020

Jam                    : 08.00 WIT - selesai

Waktu                : 40 menit

Tempat             : PKM Kota Kecamatan Ternate Tengah

1. TUJUAN

1.1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang

Pencegahan Cacingan di PKM Kota selama   40 menit,

diharapkan yang menderita atau beresiko dapat memahami

tentang Cacingan dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

1.2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Cacingan

di Puskesmas Kota selama 40 menit, diharapkan seluruh

pasien atau keluarga dapat mengetahui tentang:

61
1. Pengertian Cacingan

2. CacingApa Saja Yang Bisa Menyerang Anak

3. Bagaimana Penularannya

4. Apa Saja Gejalanya

5. Apa Bahaya Cacing Pada Anak

6. Mengapa Anak Harus Mendapat Obat Cacing

7. Bagaimana Mencegah Cacingan

1.3. Materi

Terlampir

1.4 Media

1.Materi SAP

2.Leaflet

1.5. Metode

1. Penyuluhan

2. Tanyajawab

B.Materi

1.1. Pengertian

Cacingan adalah penyakit yang diakibatkan oleh cacing yang

menyerang tubuh manusia.

1.2. Cacing Apa Saja Yang Bisa Menyerang Anak

 Cacing gelang (Ascarislumbricoides)

 Cacing cambuk (Trichuristrichiura)

62
 Cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator

americanus)

 Cacing kremi (Oxyurisvermicularis/Enterobiusvermicularis)

1.3. Bagaiman Penularnnya

Cacing dewasa hidup di usus orang yang terinfeksi Tinja

orang yang terinfeksi menanggung telur cacing Telur cacing

mengkontamniasi di tanah atau air sayuran dan buah-buahan

dapat terkontaminasi dengan telur ini mengkonsumsi

makanan setengah matang dapat menjadi sumber infeksi

cacingan.

1.4. Apa Saja Gejalanya

a. Gejala Umum :

 Perut buncit tapi badan kurus

 Rambut seperti rambut jagung

 Lemas, cepat lelah

 Nyeri perut, mual, muntah

 Diare berulang dan kembung

 Mata belekan

 Keluar cacing dari mulut atau dubur

b. Gejala khusus:

 Cacing gelang: penurunan nafsu makan,kurang gizi,

sumbatan saluran cerna, batuk tak sembuh-sembuh

63
 Cacing cambuk: diare, perdarahan usus,anemia

 Cacing tambang: lesu, pucat, anemia berat

 Cacing kremi: anus terasa gatal pada malamhari

1.5. Bahaya Cacingan Pada Anak

 Anak mudah lelah dan rewel

 Anak menjadi kurang gizi karena cacing mengisap makanan

dari usus.

 Anak menjadi anemia karena cacing mengisap darah dalam

tubuh.

 Mengganggu pertumbuhan anak.

 Menurunkan kemampuan belajar pada anak sekolah.

1.6. Mengapa Anak Harus Mendapat Obat Cacing

 Untuk memotong siklus kehidupan cacing.

 Anak-anak sangat mudah terinfeksi cacing.

 Infeksi cacing memberikan dampak buruk pada anak.

1.7. Bagaimana Mencegah Cacingan

a. Minum obat cacing tiap 6 bulansekali

b. Potong kuku secara teratur

c. Cuci tangan dengan sabun

d. Minum air bersih dan air yang sudah direbus

e. BAB jamban

f. Menutup makanan di tudung saji

g. Mengenakan alas kaki

64
BAB IV
HASIL PRAKTIK

4.1 Gambaran Umum Tempat PPKM

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional

standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di

satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung

jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah yaitu desa / kelurahan atau dusun / rukun

warga RW (Profil Puskesmas Kota, 2017).

1) Gambaran Umum Tempat PKMD (Puskesmas Kota Ternate)

a. Kondisi Geografi

Puskesmas Kota Ternate merupakan salah satu

puskesmas yang berada di wilayah di kecamatan Kota Ternate

Tengah di kelurahan Stadion, Kota Ternate Propinsi Maluku

Utara.

Luas wilayah kerja Puskesmas Kota Ternate sekitar

10,7 km2 yang terdiri dari 8 kelurahan dengan jumlah Rw 30

dan Rt 77. Adapun batas administrative wilayah kerja

Puskesmas Kota Ternate pada bagian utara berbatasan

dengan Kelurahan Kalumpang, bagian timur berbatasan

dengan Laut, bagian selatan berbatasan dengan Kelurahan

65
Toboko dan Kelurahan Tanah Tinggi, sementara pada bagian

Barat berbatasan dengan Gunung Gamalama.

b. Kondisi Demografi

1. Kependudukan

Data kependudukan pada tahun 2017 menunjukkan

bahwa penduduk yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Kota Ternate berjumlah 29.419 jiwa, terdiri dari

laki-laki 15.072 jiwa (51,23%) dan perempuan sebanyak

14.347 (48,77%) yang terdistribusi ke dalam 8 kelurahan.

Jumlah penduduk terbanyak berada pada kelurahan

Maliaro sebanyak 7.596 jiwa (25,82%) sedangkan

kelurahan Tanah Raja dengan jumlah penduduk paling

sedikit yaitu 1.457 jiwa (4,95%). Adapun distribusi

penduduk untuk masing-masing kelurahan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Jumlah Penduduk Menurut

Kelurahan

No Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

. Pendudu RW RT KK

k
1. Marikurubu 5983 3 10 1254
2. Maliaro 7596 5 17 2230
3. Kampung 2587 4 8 458

Pisang
4. Stadion 2133 4 8 330
5. Takoma 2502 2 6 686

66
6. Tanah Raja 1457 4 8 243
7. Muhajirin 2185 4 8 274
8. Kota Baru 4976 4 12 592
Jumlah 29.419 30 77 6067

2. Pendidikan

Kualitas pendidikan sebuah masyarakat merupakan

salah satu indicator penting yang dapat menggambarkan

kualitas sebuah wilayah, termasuk kualitas kesehatan

lingkungannya. Kesadaran terhadap pentingnya kesehatan

harus tumbuh melalui pemahaman terhadap arti kesehatan

dan semua itu diperoleh melalui jalur pendidikan.

Kualitas pendidikan penduduk yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Kota Ternate berdasarkan data tahun

2017 dapat digambarkan bahwa secara umum sudah

melek huruf, dimana persentase penduduk berumur 10

tahun keatas yang melek huruf dalam wilayah kerja

Puskesmas Kota Ternate yaitu 89% yang terdiri dari laki-

laki sebanyak 12.884 orang (49,21%) dan penduduk

perempuan sebanyak 13.299 orang (50,79%). Adapun

untuk berdasarkan pendidikan formal yang dimiliki yaitu

SD/MI sebanyak 3.830 orang, SMP/MTS sebanyak 1.719

orang, SMA/SMK/MA sebanyak 3.538 orang, Diploma

sebanyak 901 orang dan Universitas sebanyak 2.132

orang.

67
2) Gambaran Derajat Kesehatan Puskesmas Kota Ternate

a. Derajat Kesehatan

Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan

menggunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi

mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan).

Dalam pembangunan kesehatan keberhasilan program-

program yang dilakukan oleh sebuah Puskesmas untuk

masyarakat dapat diukur berdasarkan nilai derajat

kesehatannya. Indikator penting sebagai dasar menilai derajat

kesehatan ini dapat dilihat dari suatu daerah adalah Angka

Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka

kematian balita (AKABA), Umur Harapan Hidup (UHH) dan

Status Gizi.

b. Angka Kematian (Mortalitas)

Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada

kurang waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh

keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab

lainnya. Gambaran perkembangan derajat kesehatan

masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam

masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian

kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam

penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program

pembangunan kesehatan lainnya.

68
1. Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi menunjukkan banyaknya

kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran

hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga

sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai

usia 1 tahun. Angka kematian bayi merupakan indikator

penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di

suatu masyarakat. Jumlah kelahiran hidup selama tahun

2017 di Puskesmas Kota Ternate adalah sebanyak 622

orang yang terdiri dari laki-laki 319 orang dan perempuan

303 orang, sedangkan jumlah bayi lahir mati selama tahun

2017 tidak ada kematian. Adapun Angka Kematian Bayi

(AKB) pada tahun 2017 di wilayah Puskesmas kota tidak

ada kematian 0.

2. Angka Kematian Balita

Angka kematian balita (1-4 tahun) adalah jumlah

kematian anak umur 1-4 tahun per 1.000 kelahiran hidup.

AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh

terhadap kesehatan anak balita seperti status gizi, sanitasi,

penyakit menular dan tidak menular serta kecelakaan.

Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial

dalam arti besar dan tingkat kematian penduduk. Besarnya

69
tingkat kematian balita menunjukkan tingkat permasalahan

kesehatan yang dihadapi masyarakat. Selama tahun 2017

tidak terdapat balita yang meninggal, sehingga Angka

Kematian Balita selama tahun 2017 dalam wilayah

Puskesmas Kota adalah tidak ada kematian 0 per 1000.

3. Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan

yang cukup penting. Angka kematian ibu diketahui dari

jumlah kematian karena kehamilan, persalinan dan ibu

nifas per 100.000 kelahiran hidup dalam waktu tertentu.

Angka kematian ibu mencerminkan resiko yang dihadapi

ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang

dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kesehatan

menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada

kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya fasilitas

kesehatan dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan

termasuk pelayanan antenatal dan obstetric.

Kematian ibu dikelompokkan menjadi 3, yaitu

kematian ibu hamil, kematian ibu bersalin dan kematian ibu

nifas. Selama tahun 2017 tidak terdapat kematian ibu

hamil, ibu bersalin dan ibu nifas sebanyak 1 orang atau 1,6

per 1000 kelahiran hidup yaitu di kelurahan Maliaro 1

orang.

70
c. Angka Kesakitan (Morbiditas)

Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka

insiden maupun angka prevalensi dari suatu

penyakit.Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam

suatu populasi pada kuru waktu tertentu. Morbiditas juga

berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan

masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh selama tahun

2017, diperoleh gambaran 10 penyakit terbanyak untuk semua

golongan umur pada Puskesmas Kota Ternate.

1. Kasus AFP (Non Polio)

Selama tahun 2017 tidak terdapat kasus AFP (Acute

Placcid Paralysis) non polio dalam wilayah kerja

Puskesmas Kota Ternate.

2. TB Paru

Angka insidens TB Paru per 100.000 penduduk dalam

wilayah kerja Puskesmas Kota Ternate adalah sebesar

119 per 100.000 penduduk yaitu terdapat 35 kasus baru

yang terdiri dari laki-laki 21 kasus dan perempuan 14

kasus. Angka insidens ini menunjukkan jumlah kasus baru

TB Paru yang terjadi di kalangan penduduk yang

mempunyai resiko dalam periode waktu tertentu. Jika

dibandingkan dengan tahun 2016 jumlah kasus baru tahun

ini menurun 1 Kasus (8,57%)

71
Indikator yang menunjukkan kasus TB Paru

(Tubercoulosis) dalam masyarakat dapat ditunjukkan

dengan Angka Insidens TB Paru dan Angka Prelevansi TB

Paru. Angka Insidens menunjukkan jumlah kasus baru TB

Paru yang terjadi di kalangan penduduk yang mempunyai

resiko dalam periode waktu tertentu. Sementara Angka

Prevalensi TB Paru ini mengukur jumlah orang di kalangan

penduduk yang menderita TB Paru pada satu titik tertentu.

Angka ini relative lebih tinggi dibandingkan dengan angka

insidens dikarenakan meskipun jumlah penderitanya

sedikit apabila penyakit tersebut kronis maka jumlahnya

akan meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga angka ini

sangat penting untuk penanganan dan pemberantasan

penyakit.

Angka Prevalensi TB Paru per 100.000 penduduk

dalam wilayah kerja Puskesmas Kota Ternate adalah

sebesar 126 per 100.000 penduduk atau terdapat 37

penderita TB Paru kasus baru dan kasus lama. Jika

dibandingkan dengan tahun 2016 angka ini menurun.

Angka penemuan kasus TB Paru (CDR) selama tahun

2017 adalah sebesar 68 per 100.000 penduduk dimana

terdapat 25 penderita BTA Positif. Semua penderita telah

mendapat penanganan dan pengobatan dengan angka

72
kesembuhan 81,4% yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan

15 orang perempuan. Adapun angka kesuksesan (sussess

rate) selama tahun 2017 yaitu 85,1%. Selama tahun 2017

tidak ada penderita TB yang meninggal.

3. Pneumonia

Penemuan kasus pneumonia pada balita selama

tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas Kota adalah

sebanyak 9 kasus, yang terdiri dari 7 laki-laki dan 2

perempuan. Semua penderita pneumonia telah mendapat

penanganan secara baik/penanganan 100%. Jumlah

temuan pada tahun ini masih berada dibawah angka yang

diperkirakan sebesar 63 kasus.

4. HIV, AIDS dan Infeksi Menular Seksual lainnya

Selama tahun 2017 terdapat 385 kasus HIV/AID dan

Infeksi Menular seksual lainnya yang dilaporkan dalam

wilayah kerja Puskesmas Kota Ternate.

5. Diare

Jumlah kasus diare yang ditemukan selama tahun

2017 dalam wilayah kerja Puskesmas Kota sebanyak 352

kasus. Dari jumlah tersebut penderita laki-laki berjumlah

152 orang sementara perempuan sebanyak 200 orang

dimana jumlah kasus terbanyak terjadi pada kelurahan

Marikurubu sebanyak 112 kasus. Dari seluruh kasus

73
tersebut semua penderita mendapatkan pelayanan

pengobatan hingga sembuh.

Angka penderita diare pada tahun 2017 ini masih

berada dibawah angka perkiraan dan jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya jumlah penderita diare

mengalami penurunan.

6. Kusta

Angka Penemuan kasus baru (NCDR New Case

Detection Rate) per 100.000 penduduk selama tahun 2017

yaitu 30 per 100.000 penduduk. Penemuan kasus baru

kusta selama tahun 2017 yaitu 9 orang penderita kategori

MB (Multi Basiler) dan kategori PB (Pausi Basiler) yang

terdiri dari 5 orang penderita laki-laki dan 4 orang penderita

perempuan. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 angka

ini mengalami peningkatan kasus. Adapun persentase

penderita cacat tingkat 2 yaitu 11% dan ada penderita

cacat tingkat 2 yaitu 1 orang.

Angka Prevalensi kusta yaitu sebesar 3 per 10.000

penduduk dimana angka prevalensi laki-laki 1,7 per 10.000

penduduk dan perempuan 1,3 per 10.000 penduduk.

Sedangkan untuk penderita yang RFT taun 2016 adalah 7

orang dengan kategori MB adalah 7 orang dan tidak ada

kategori PB.

74
7. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3DI)

Ada beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi diantaranya Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus

Neonatorum, Polio, Hepatitis B dan Campak.

Selama tahun 2017, salah satu diantara penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi yang ditemukan

adalah kasus campak. Jumlah kasus campak yang

ditemukan adalah sebanyak 74 kasus yang terdiri dari 42

penderita laki-laki dan 32 penderita perempuan. Semua

kasus sudah mendapat pengobatan dan penanganan

dengan baik dan tidak terdapat kasus meninggal karena

campak Jumlah kasus campak ini meningkat jika

dibandingkan dengan tahun 2016 dimana terdapat 38

kasus campak. Selama tahun 2017 tidak terdapat kasus

Tetanus Neonatorum.

3) Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas meliputi

upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.

Upaya kesehatan wajib atau primer bentuk pelayanan kesehatan

esensial dasar yang ditujukan pada target sasaran utama

kelompok rentan dengan prioritas maternal, bayi dan anak balita

dalam upaya mencegah timbulnya masalah kesehatan, penyakit

atau komplikasi yang berkaitan dengan proses kehamilan,

75
persalinan dan nifas serta proses tumbuh kembang balita. Upaya

kesehatan pengembangan merupakan intensifikasi dari program

yang esensial atau ekstensifikasi program lain diluar upaya

spesifik lokal.

a. Pelayanan Kesehatan

1. Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Hamil

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan

kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter

spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan

dan perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya,

yang mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang ada

dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif.

Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan

pelayanan K1 dan K4. Cakupan KI atau juga disebut akses

pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu

hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas

pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan

antenatal Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran

jumlah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu

hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali

kunjungan, dengan distibusi sekali pada trimester pertama,

sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester

76
ketiga tetapi masih capai target sesuai dengan standar

pelayanan minimal (SPM).

2. Pelayanan Persalinan dan Nifas

Persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan

(nakes) merupakan salah satu upaya untuk penurunan

angka kematian ibu dan bayi. Tenaga yang dapat

memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu tenaga professional (dokter spesialis

kebidanan, dokter umum, dan bidan) dan dukun bayi

(dukun bayi terlatih dan tidk terlatih).

Angka yang diperoleh dari poin ini dapat

memrefleksikan tingkat pengetahuan, sikap, perilaku

masyarakat terhadap persalinan, dimana semakin tinggi

cakupan persalinan oleh tenaga terlatih, semakin tinggi

pula pemahaman mereka terhadap persalinan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari program KIA

jumlah sasaran ibu bersalin sebanyak 654 orang. Cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 591 atau

(90%). Sementara untuk cakupan ibu nifas yang mendapat

pelayanan kesehatan adalah 578 orang (88%).

3. Pelayanan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil adalah hal

yang sangat penting. Persentase lbu Hamil yang

77
memperoleh imunisasi TT selama tahun 2017 adalah

sebagai berikut : untuk TT-1 mencapai 26%, TT-2 berada

pada kisaran 27%, TT-3 dengan presentase 38%, TT-4

mencakup 20% sementara TT-5 hanya 9%.

Angka tersebut sangat jauh dari sasaran yang

ditetapkan dalam SPM, keadaan ini disebabkan oleh

lemahnya pemahaman Ibu Hamil terhadap pentingnya

imunasasi ini.

4. Pelayanan Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil

Pemberian tablet Fe sangatlah penting bagi Ibu

Hamil selama masa kehamilan untuk mengatasi

kekurangan zat besi selama kehamilan. Berdasarkan data

yang diperoleh bahwa selama tahun 2017 jumlah ibu hamil

yang mendapatkan tablet Fe yaitu untuk Fe 1 sebanyak

655 orang (96%) sedangkan untuk Fe3 adalah sebanyak

611 (89%).

5. Pelayanan Bumil dan Neonatal Risti/Komplikasi

Persentase bumil risti atau komplikasi yang ditangani

adalah 52% dari 75 bumil risti, sedangkan persentase

neonatal risti/komplikasi yang ditangani adalah 100% dari

93 neonatal risti yang terdiri dari laki-laki 48% dan

perempuan 45%.

78
Jika dibandingkan dengan tahun 2016 persentase

pelayanan bumil risti dan neonatal risti yang ditangani

mengalami peningkatan.

6. Pelayanan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Balita dan Ibu

Nifas

Pemberian vitamin A sangat penting terutama untuk

bayi, balita dan ibu nifas. Persentase pemberian vitamin A

untuk bayi umur 6-11 bulan selama tahun 2017 adalah

74% yang terdiri dari laki-laki 37% dan perempuan 37%.

Persentase anak balita umur 1-4 tahun yang mendapat

vitamin A dua kali adalah 96% yang terdiri dari laki-laki

48% dan perempuan adalah 48%. Sedangkan persentase

ibu nifas yang mendapat vitamin A adalah 93% dan 654

orang sasaran ibu nifas.

Jika dibandingkan dengan target SPM maka

persentase pencapaian pemberian vitamin A pada bayi

dan balita sudah mencapai target. Namun pemberian

viatamin A pada ibu nifas masih rendah sehingga belum

mencapai target.

7. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

79
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu usaha untuk

menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak

kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi atau

anti konsepsi (conception control) adalah cara mencegah

terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-

obatan.

Peserta KB Baru adalah Pasangan usia subur yang

baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat

dan/atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali

salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir

masa kehamilan. Cakupan Peserta Aktif KB adalah

Cakupan peserta aktif KB dibandingkan dengan jumlah

Pasangan Usia Subur suatu wilayah kerja pada kurun yang

sama.

Peserta Keluarga Berencana baru selama tahun 2017

sebanyak 584 orang (11%) dari 5.472 pasangan usia

subur yang tercatat, sedangkan jumlah peserta KB aktif

sebanyak 4.713 orang (86%). Jika dubandingkan dengan

tahun 2016 persentase peserta KB Baru dan peserta KB

aktif mengalami peningkatan.

Adapun proporsi peserta KB aktif menurut jenis

kontrasepti yang dipergunakan untuk kategori MKJP

adalah IUD sebanyak 185 orang (3%), MOP 0 (0%). MOW

80
sebanyak 84 orang (2%), IMPLAN sebanyak 3128 orang

(57%), PIL, sebanyak 769 orang (14%), KONDOM

sebanyak 106 orang (2%), OBAT VAGINA (0%).

Jika dilihat dari data peserta KB yang menggunakan

alat kontrasepsi maka yang terbanyak menggunakan jenis

kontrasepsi suntik.

8. Kunjungan Neonatus

Cakupan kunjungan neonates 1 kali (KN 1) selama

tahun 2017 adalah 100% dari 599 bayi lahir hidup. Jika

dibandingkan dengan target SPM KNI sudah mencapai

target. Sedangkan presentase untuk kunjungan neonates 3

kali (KN lengkap) adalah 97%. Jika dibandingkan dengan

target SPM persentase cakupan KN lengkap sudah

mencapai target.

9. Kunjungan Bayi

Persentase cakupan kunjungan bayi (minimal 4 kali)

selama tahun 2017 adalah 87,5% dari 623 bayi. Jika

dibandingkan dengan target SPM maka cakupan

kunjungan bayi minimal telah mencapai target.

10. Pelayanan Imunisasi Pada Bayi

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan

sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau

anak sehingga terhindar dari penyakit. (Depkes, 2000).

81
Pelayanan imunisasi rutin pada bayi meliputi pemberian

imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun yaitu imunisasi BCG,

DPT, Polio, Campak, HB.

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada

dasarnya merupakan proyeksi terhadap cakupan sasaran

bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap.

Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah

tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga digambarkan

besarnya tingkat kekebalan masyarakat (herd immunity)

terhadap penularan PD3L. Suatu desa/kelurahan telah

mencapai target UCI apabila minimal 80% bayi di

desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap.

Cakupan imunisasi dasar bagi bayi sesuai SPM untuk

wilayah kerja puskesmas kota Ternate seperti yang telah

disebutkan diatas untuk tahun 2017 tidak mencapai target

dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam

wilayah tersebut juga digambarkan besarnya tingkat

kekebalan masyarakat (herd immunity) terhadap penularan

PD31. Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI

apabila minimal 80% bayi di desa/kelurahan tersebut

mendapat imunisasi lengkap.

82
Cakupan imunisasi dasar bagi bayi sesuai SPM untuk

wilayah kerja puskesmas kota Ternate seperti yang

disebutkan diatas untuk tahun 2017 telah mencapai target.

11. Pelayanan Pemberian Asi Ekslusive

Cakupan ASI Ekslusif selama tahun 2017 adalah

sebesar 47 % dari 243 bayi (0-6 bulan). Jika dibandingkan

dengan tahun 2016 cakupan Ekslusif selama tahun 2017

mengalami peningkatan.

12. Pelayanan Pemberian Asi Ekslusive

Pemberian MP ASI pada anak 6-23 bulan dari

keluarga miskin. Pemberian makanan tambahan diberikan

pada anak usia 6-23 bulan dengan kategori gizai kurang.

Pemberian MP ASI ini dikhususkan bagi anak dari

keluarga miskin (GAKIN). Program pemberian MP ASI

selama tahun 2017 adalah 6 orang balita (100%).

13. Pelayanan Kesehatan Anak Balita (Pra-Sekolah)

Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita (Pra-

Sekolah) dapat dijadikan indikator terhadap mutu

pelayanan kesehatan ibu dan melihat kesadaran

masyarakat tentang pemanfaatan fasilitas pelayanan KIA

di Puskesmas serta menilai tingkat kemudahan

pencapaian fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam artian

bahwa tinggi frekuensi kunjungan anak Balita

83
mencerminkan tingginya mutu pelayanan KIA, kesadaran

kana pentingnya KIA serta tingkat kemudahan pencapaian

fasilitas pelayanan kesehatan.

Pada tahun 2017, berdasarkan data yang diperoleh

cakupan anak balita yang mendapatkan pelayanan

minimal 8 kali adalah sebanyak 63% dari 2319 anak balita

yang ada. Angka ini menunjukkan bahwa cakupan

pelayanan anak balita selama tahun 2017 menurun jika

dibandingkan dengan tahun 2016.

14. Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

Selama tahun 2017 dilakukan penjaringan terhadap

murid kelas 1 SD, jumlah murid SD yang dijaring adalah

sebanyak 809 murid dari 809 jumlah murid kelas 1 dalam

wilayah kerja Puskesmas Kota. Persentase anak SD dan

setingkat yang mendapatkan pelayanan kesehatan adalah

sebesar 100%.

15. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas

Kota Ternate adalah jumlah pencabutan gigi tetap

sebanyak 24 orang yang terdiri dari laki laki 9 orang dan

perempuan 15 orang.

Adapun cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

pada anak SD dan setingkat adalah sebesar 752 murid

84
(100%). Jumlah murid yang perlu mendapatkan perawatan

adalah 144 murid sedangkan yang perlu mendapat

perawatan gigi sebanyak 38 murid ( 5%)

16. Pelayanan Usila

Pada tahun 2017, jumlah penduduk yang termasuk

dalam kategori USILA (60 tahun keatas) dalam wilayah

kerja Puskesmas Kota yang diperoleh berjumlah 3231

orang yang terdiri dari laki-laki 1.614 dan perempuan

sebanyak 1.617 orang. Adapun yang mendapat pelayanan

kesehatan adalah sebanyak 2.958 orang (92%).

Berdasarkan cakupan yang dicapai pada tahun 2017,

jumlah usila yang mendapat pelayanan kesehatan di

Puskesmas Kota sebanyak 2.958 orang (91%) yang terdiri

dari laki-laki 1.517 orang dan perempuan sebanyak 1.441

orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 cakupan

pelayanan usila selama tahun 2017 mengalami penurunan.

17. Pelayanan Kesehatan Jiwa (Keswa)

Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan

umum puskesmas juga memberikan pelayanan kesehatan

jiwa. Jumlah kunjungan pasien gangguan jiwa selama

tahun 2017 sebanyak 407 kunjungan yang terdiri dari 198

kunjungan pasien jiwa laki-laki dan 209 kunjungan pasien

jiwa perempuan dengan persentase cakupan pelayanan

85
kesehatan jiwa sebesar 2,5%. Jika dibandingkan dengan

target (15%) cakupan pelayaan kesehatan jiwa belum

mencapai target.

4) Tenaga Kesehatan

Puskesmas Kota sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dalam wilayahnya memiliki tenaga kesehatan

sebanyak 70 orang yang terdiri dari 5 orang dokter umum, 2 orang

dokter gigi, 2 orang apoteker, 1 tenaga farmasi, 19 orang tenaga

perawat, 20 orang tenaga kebidanan, 11 orang tenaga kesehatan

masyarakat, 6 orang tenaga gizi, 1 orang tenaga sanitasi, 1 orang

perawat gigi, dan 2 orang tenaga lainnya.

5) Sumber Pembiayaan Kesehatan

Sumber anggaran untuk membiayai kegiatan Puskesmas

Kota Ternate selama tahun 2017 yaitu bersumber dari APBD Kota

(rutin) sebesar Rp. 122.092.980 dan APBN berupa dana DAK

NON FISIK sebesar Rp. 340.235.000,- dan dana Kapitasi JKN Rp.

297.194.753,-. Untuk dana kapitasi JKN, biaya operasional

kegiatan dan obat-obatan sebesar 30 % dari total dana kapitasi

dan 70% jasa pelayanan dari kapitasi.

Total dana anggaran PKM kota selama tahun 2017 sebesar

Rp. 759.522.733, untuk anggaran Puskesmas Kota perkapita

adalah sebesar Rp. 25.817 perkapita (per orang) pertahun dari

jumlah penduduk 29.419 jiwa.

86
4.2 Hasil Rekapitulasi Pemeriksaan

1. Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Puskesmas Kota

Tabel 4.2 Pemeriksaan Kimia Klinik


Jenis Pemeriksaan Jumlah
Glukosa 10 orang
Asam Urat 8 orang

Kolesterol 10 orang

Tabel 4.3 Pemeriksaan Hematologi


Jenis Pemeriksaan Jumlah

Hb 5 orang

Table 4.4 Pemeriksaan Imunoserologi


Jenis Reaktif (+) Non Reaktif (-) Jumlah

Pemeriksaan
HIV 1 10 11
HBsAg 1 10 11
Sifilis 1 10 11

Jenis Pemeriksaan Jumlah


Golongan Darah 4 orang

Tabel 4.5 Pemeriksaan Bakteriologi


Jenis Positif (+) Negatif (-) Jumlah

Pemeriksaan
BTA - 3 3

87
Table 4.6 Pemeriksaan Parasitologi
Jenis Positif (+) Negatif (-) Jumlah

Pemeriksaan
DDR atau - 11 11

Malaria

4.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil Praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat

(PPKM) di Laboratorium Puskesmas Kota Ternate, mulai pada tanggal

3 Februari sampai 14 Februari 2020. Pada hari pertama kegiatan yang

dilakukan masih tahap pengenalan suasana Puskesmas, lebih

khususnya pada keadaan laboratorium. Pada hari kedua sampai hari

terakhir mahasiswa ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan serta

penyuluhan , pemeriksaan yang dilakukan dilaboratorium antara lain :

1. Pengambilan sampel (Darah Vena, Darah Kapiler dan Sputum)

2. Bakteriologi (Pemeriksaan Basil Tahan Asam atau BTA)

3. Hematologi (Pemeriksaan Hb)

4. Kimia Klinik (Pemeriksaan Glukosa, Pemeriksaan Asam urat dan

Pemeriksaan Kolesterol)

5. Parasitology (Pemeriksaan Malaria atau DDR)

6. Imonoserologi (Pemeriksaan HIV, Pemeriksaan Sifilis, Pemeriksaan

HBsAg dan Pemeriksaan Golongan Darah)

Dari hasil praktik pembangunan kesehatan masyarakat yang

dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kota terdapat beberapa

masalah yang diperoleh selama praktik, yaitu :

88
1. Kurangnya kesadaran diri petugas laboratorium terhadap

pentingnya APD khususnya Jas Laboratorium, dimana jas

laboratorium berfungsi untuk melindungi tubuh dari cairan kimia,

melindungi dari kontaminasi, melindungi pakaian dari noda

kotoran, melindungi tubuh dari percikan api, dan memudahkan

aktifitas. Karena yang kita ketahui bahwa setiap pasien yang

datang berobat harus selalu dianggap infeksius.

2. Kurangganya parameter pemeriksaan yang terdapat di

laboratorium salah satunya pemeriksaan urinalisa.

BAB V
PENUTUP

5.1Kesimpulan

1. Dari Praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat yang dilakukan

di Puskesmas Kota dilakukan berupa, Pemeriksaan Gula Darah

Sewaktu (GDS), Gula Darah Puasa (GDP), Gula Darah 2 Jam PP,

89
Pemeriksaan Asam Urat, Pemeriksaan Kolestrol, Pemeriksaan Hb

(Hemoglobin), Pemeriksaan HIV, Pemeriksaan IMS (Sifilis),

Pemeriksaan Hepatitis (HBSAg), Pemeriksaan Golongan Darah,

Pemeriksaan Sputum dan Pemeriksaan DDR atau Malaria.

2. Rekapitulasi hasil pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium

Puskesmas Kota selama 11 hari, terdiri dari Pemeriksaan Glukosa

10 orang, Pemeriksaan Asam Urat 8 orang, Pemeriksaan Kolestrol

10 orang, Pemeriksaan Hb 5 orang, Pemeriksaan HIV 11 orang,

Pemeriksaan Sifilis 11 orang, Pemeriksaan HBsAg 11 orang,

Pemeriksaan Golongan Darah 4 orang, Pemeriksaan Basil Tahan

Asam (BTA) 3 orang dan Pemeriksaan Malaria 11 orang.

5.2 Saran

5.2.1 Instansi Pendidikan

Diharapkan pihak institusi dapat meberikan waktu Praktik

Pembangunan Kesehatan Masyarakat (PPKM) lebih lama di

Puskesmas Kota. Sehingga kami dapat banyak mendapatkan

pengalaman dalam berinteraksi dengan masyarakat, tidak

seperti di Laboraturium – laboraturium rumah sakit dan lebih

mengenal laboraturium kesehatan.

5.2.2 Lahan Praktik (Puskesmas Kota)

Diharapkan kepada pihak petugas Laboratorium, sebaiknya

setiap melakukan pemeriksaan dikenakan jas laboratorium, agar

90
terhindar dari kontaminasi cairan tubuh manusia, maupun reagen

yang digunakan.

91

Anda mungkin juga menyukai