Anda di halaman 1dari 23

PUSKESMAS PELAMBUAN

2017
Ancaman risiko Penyakit Tular Vektor dan zoonotik yang
secara global dan nasional sangat tinggi (>70% EID
global adalah zoonosis termasuk penyakit tular vektor
dan reservoir);
Adanya perubahan Iklim, Lingkungan dan Perilaku
manusia yang dapat mempengaruhi pola penularan yi
musim, resistensi agent (virus , parasit, plasmodium dll)
dan resistensi vektor dan perubahan bionomik vektor
Gambaran tentang vektor dan reservoir penyakit secara
nasional belum lengkap
Penyakit menular ---> tidak mengenal batas wilayah
Mobilitas penduduk dari / ke daerah endemis ke / dari
daerah non endemis
Perubahan lingkungan sebagai pemicu munculnya
berbagai penyakit
New emerging dan re-emerging diseases
Kesepakatan global untuk eradikasi dan eliminasi
Kegiatan pengamatan dan pengendalian vektor
merupakan upaya paling hulu untuk keberhasilan
mencegah penularan penyakit tular vektor.
DISTRIBUSI LUAS / BERAT:
MALARIA eliminasi 2030
DBD & DEMAM DENGUE
CHIKUNGUNYA
FILARIASIS eliminasi 2020

DISTRIBUSI LOKAL/FOKUS:
PES
JAPANESE ENCEPHALITIS (JE)
LEPTOSPIROSIS
HANTA VIRUS
Shistosomiasis eliminasi kapan??

VEKTOR: PUBLIC HEALTH PROBLEM YG LAIN:


LALAT
KECOAK
RODENT
70% penyakit EID adalah zoonosis
Lima prioritas zoonosis (Rabies, Antraks, Leptospirosis,
Flu Burung dan Pes) berpotensi KLB dan termasuk
dalam Permenkes 1501 tahun 2010.
Penyakit zoonosa seperti Antraks dan Leptospirosis
cenderung meningkat.
Perlu kerjasama multisektor dalam penanggulangan
Zoonosis
Kesepakatan global Pemerintah RI dengan negara-
negara yang tergabung dalam GHSA, Indonesia menjadi
ketua untuk Zoonosis disease action package
Keterbatasan tenaga entokes untuk melakukan
surveilans dan pengendalian vektor
Informasi vektor belum menjadi kekuatan utama untuk
digunakan sebagai dasar Pengendalian VBPP.
Pengendalian Vektor belum komprehensif dan
berkesinambungan.
Pengendalian vektor terpadu belum sesuai dengan SOP,
masih mengutamakan pengendalian secara kimia
Adanya peningkatan resistensi vektor terhadap
insektisida
Menurut WHO, 2005 adalah suatu penyakit yang
secara alamiah dapat menular di antara hewan
vertebrata dan manusia
Menurut UU No. 18 tahun 2009 tentang
Peternakan dan kesehatan Hewan, penyakit
zoonosis adalah penyakit yang dapat menular
dari hewan kepada manusia atau sebaliknya
Direct zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit
hanya memerlukan satu vertebrata sebagai inang antara
(intermediate host). Penularan agen penyakit terjadi secara
langsung, yaitu agen penyakit menginfeksi hewan, kemudian pindah
ke manusia
Contoh: penyakit rabies, brucellosis, trichinosis
Cyclo zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit
memerlukan dua atau lebih inang vertebarata
Contoh: penyakit taeniasis dan penyakit hidatid
Meta zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit
memerlukan inang vertebrata dan invertebrata
Contoh: penyakit fasioliosis
Sapro zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit
memerlukan satu inang antara dari bahan organik atau bahan hidup
yang tidak berjiwa sebagai reservoir
Contoh: penyakit cutaneus larva migran
zoonosis yang disebabkan oleh bakteri, misalnya
antraks, brucellosis, leptospirosis, tuberkulosis, listeriosis
dan salmonelosis
Zoonosis yang disebabkan oleh virus, misalnya rabies,
Japanese encephalitis, nipah dan Avian influenza
Zoonosis yang disebabkan oleh parasit misalnya
toxoplasmosis, taeniasis dan scabies
Zoonosis yang disebabkan oleh jamur misalnya
ringworm,
Zoonosis disebabkan oleh penyebab lainnya, misalnya
BSE, yang disebabkan oleh prion yaitu suatu molekul
protein tanpa asam inti, baik DNA maupun RNA
Penyakit yang dapat secara bebas berkembang di alam di antara
hewan liar maupun domestik. Manusia hanya kadang terinfeksi dan
akan menjadi titik akhir dari infeksi. Pada jenis ini, manusia tidak
dapat menularkan kepada hewan atau manusia lain. Berbagai
penyakit yang masuk dalam golongan ini yaitu Rabies,
Leptospirosis, tularemia, dan hidatidosis.
Zooantroponosis: zoonosis yang berlangsung secara bebas pada
manusia atau merupakan penyakit manusia dan hanya kadang-
kadang saja menyerang hewan sebagai titik terakhir. Termasuk
dalam golongan ini yaitu tuberkulosis tipe humanus disebabkan oleh
Mycobacterium tubercullosis, amebiasis dan difteri
Amphixenosis: zoonosis dimana manusia dan hewan sama-sama
merupakan reservoir yang cocok untuk agen penyebab penyakit dan
infeksi teteap berjalan secara bebas walaupun tanpa keterlibatan
grup lain (manusia atau hewan)
Contoh: Staphylococcosis, Streptococcosis
agen patogen yang telah diketahui muncul pada
suatu area baru
agen patogen yang telah diketahui atau yang
berkerabat dekat terjadi pada spesies yang tidak
peka atau
agen patogen yang tidak atau belum diketahui
terdeteksi untuk pertama kali
Adalah suatu penyakit zoonotik yang pernah mewabah dan
sudah mengalami penurunan intensitas kejadian namun mulai
menunjukkan peningkatan kembali
Faktor-faktor yang memicu emerging dan re-
emerging zoonosis yaitu
1. perubahan ekologi
2. perubahan demografi dan perilaku manusia
3. perjalanan dan perdagangan internasional
4. kemajuan teknologi dan industri
5. Adaptasi dan perubahan mikroorganisme
6. penurunan perhatian pada tindakan-tindakan kesehatan masyarakat dan
pengendalian
7. perubahan pada individu inang, misalnya imunodefisiensi.
Penularan zoonosis antara lain terjadi
melalui makanan (foodborne), udara (airborne) dan
kontak langsung dengan hewan sakit
Bahaya biologis pangan yang dapat menyebabkan
zoonosis yaitu:
- Bakteri : Bacillus anthracis, Brucella abortus, Brucella
melitensis, Mycobacterium bovis, Salmonella typhi, Salmonella
paratyphi
- Virus : Hepatitis A Virus, Hepatitis E Virus
- Parasit : Taenia saginata, T. solium, T. asiatica, Trichinella
spiralis, ''Toxoplasma'', Echinococcus granulosus, E. Multilocularis
- Prion: Bovine Spongioform Encephalopathy (BSE)
Vektor penyakit merupakan arthropoda yang
berperan sebagai penular penyakit sehingga
dikenal sebagai arthropod borne diseases
atau sering juga disebut sebagai vector borne
diseases yang merupakan penyakit yang
penting dan seringkali bersifat endemis maupun
epidemis dan menimbulkan bahaya bagi
kesehatan sampai kematian.
6 penyakit tular vektor yang masih merupakan
masalah kesehatan di Indonesia, yaitu :
- Malaria
- Demam Berdarah Dengue (DBD)
- Filariasis
- Chikungunya
- Japanese Encephalitis
- Pes
Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas :
Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang
Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki
seribu
Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya
Tungau
Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk
Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat
Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria
Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
Ordo Siphonaptera yaitu pinjal
Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes
Ordo Anophera yaitu kutu kepala
Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus.
Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang
pengganggu antara lain:
Ordo hemiptera, contoh kutu busuk
Ordo isoptera, contoh rayap
Ordo orthoptera, contoh belalang
Ordo coleoptera, contoh kecoak
Secara umum, vektor mempunyai peranan yaitu sebagai
pengganggu dan penular penyakit. Vektor yang berperan sebagai
pengganggu yaitu nyamuk, kecoa/lipas, lalat, semut, lipan,
kumbang, kutu kepala, kutu busuk, pinjal, dll. Penularan penyakit
pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal
sebagai arthropod borne diseases atau sering juga disebut
sebagai vector borne diseases
Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada manusia
yang rentan dapat melalui beberapa cara yaitu :
- Dari orang ke orang
- Melalui udara
- Melalui makanan dan air
- Melalui hewan
- Melalui vektor arthropoda
Deteksi jenis vektor nyamuk dan serangga
lainnya yang berpotensi menularkan penyakit
tular vektor
Kegiatan surveilans vektor untuk memantau
perkembangan dan penyebarannya.

Anda mungkin juga menyukai