Bab VIII.2
Poliomielitis
Ismoedijanto, Hardiono Pusponegoro, Kusnandi Rusmil, Haryono Suyitno
Imunisasi polio
Jadwal imunisasi
Imunisasi dasar OPV atau IPV diberikan mulai umur 2-3 bulan tiga
dosis berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu. Imunisasi
booster dilakukan pada usia 18 bulan. Imunisasi dapat diberikan
bersama-sama waktunya dengan suntikan vaksin DTP dan Hib.
Pemberian setelah dua dosis OPV, memberikan serokonversi 90%-
93% untuk tipe 1, 99%-100% tipe 2, dan 76%-98% tipe 3. Setelah
pemberian tiga dosis serokonversi mencapai hampir 100% untuk
ketiga tipe.
Imunisasi untuk PD31
Vaksin polio
Imunisasi polio dapat dilakukan dengan cara memberikan suntikan
IPV (meningkatkan antibodi humoral dengan cepat) atau meneteskan
ketiga tipe virus polio sehingga pada kejadian infeksi, vaksin ini akan
memberikan perlindungan dengan mencegah penyebaran virus polio
ke sistem saraf. Pemberian OPV juga menghasilkan respons imun lokal
di membran mukosa intestinal tempat terjadinya multiplikasi virus
•• VDPV
Efek simpang lain adalah vaccine derived polio viruses (VDPV).
Pada bulan September 2000 terjadi kasus polio yang disebabkan
oleh virus polio yang berasal dari OPV‑vaccine‑derived poliovirus
yang menyebabkan KLB di kepulauan Hispaniola, Filipina,
Imunisasi untuk PD31
liar tipe 1 dan 3 yang masih tetap bersirkulasi sebagai virus polio
liar pada daerah endemis, sedangkan dan tipe 3 hanya terbatas di
Nigeria Utara dan Selatan, Niger, Afganistan, dan India.
Pada saat polio liar 3 dan 1 sangat menurun, muncul cVDPV
2 yang menyebabkan wabah di beberapa negara, bahkan mampu
menyebar secara luas seperti virus polio liar.
Tujuan Global Polio Eradication Initiative adalah untuk memastikan
bahwa penularan virus polio diputuskan secara global melalui suatu
usaha yang terkoordinasi secara nasional dan global. Kegiatan yang
termasuk dalam program Global Polio Eradication Initiatives ialah,
1. Memutuskan rantai penularan virus polio
Dilakukan kegiatan imunisasi massal di daerah endemis,
respons mop‑up yang segera terhadap import virus polio liar,
pemberian imunisasi tambahan di daerah bebas polio yang
memiliki risiko paling tinggi, meningkatkan cakupan imunisasi
polio rutin, surveilans, serta laboratorium yang berkualitas
baik.
2. Mendapatkan sertifikasi eradikasi polio secara global
Sertifikasi eradikasi polio diberikan secara regional. Masing-
masing regional memiliki sebuah komisi sertifikasi yang
mempertimbangkan pemberian sertifikasi apabila semua
negara di regional tersebut mampu mendokumentasikan dan
menunjukkan tidak ada penularan virus polio liar selama
setidaknya tiga tahun berturut-turut dengan surveilans yang
baik.
3. Mengembangkan produk vaksin IPV untuk fase penghentian
penggunaan OPV secara global.
Kendali (containment)
Setelah dinyatakan bebas polio, maka virus polio liar yang pernah
beredar harus disimpan di laboratorium untuk diisolasi dengan
pengamanan yang ketat. Pengendalian virus polio liar yang ketat
telah menyulitkan Indonesia memproduksi IPV (bahan baku adalah
polio liar), sehingga IPV buatan Indoneisia akan mengacu pada bahan
baku virus polio yang dilemahkan disebut Sabin IPV.
Imunisasi untuk PD31
Sertifikasi
Kegiatan sertifikasi ialah mempertahankan standar sertifikasi
surveilans untuk mendeteksi kasus polio secara cepat. Sertifikasi
Penghentian imunisasi
Tujuan penghentian imunisasi polio adalah mencapai konsensus
kapan dan bagaimana menghentikan pemberian vaksin polio oral.
Imunisasi pada masa transisi sangat tergantung pada komitmen
pemerintah. Dianjurkan melakukan pemberian bOPV tiga kali
dengan tambahan satu kali IPV, sebelum akhirnya akan menuju
penggunaan tiga kali IPV dalam bentuk vaksin kombinasi.
Daftar rujukan
1. Simoes EAF. Poliomyelitis. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders; 2007. h. 1344-50.
2. World Health Organization. Modul 6: poliomyelitis. Immunological basis for
immunization series. Geneva: WHO; 1996.
3. Plotkin SA, Vidor E. Poliovirus vaccine-inactivated. Dalam: Plotkin SA, Orenstein
WA, penyunting. Vaccines. Edisi ke-4. Philadelphia: WB Saunders; 2004. h. 625-50.
4. Depkes RI. Petunjuk pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. Jakarta: Depkes
RI; 2000.Depkes RI. Petunjuk pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. Jakarta:
Depkes RI; 2000.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan SubPIN, Jakarta: Depkes RI; 2006.
6. World Health Organization. Global polio eradication progress 2000. Geneva: WHO;
2001.
7. World Health Organization. Poliomyelitis fact sheet. Geneva: WHO; 2001.
8. World Health Organization. Polio eradication: the final chalange. Geneva: WHO; 2003.
9. World Health Organization. Global polio eradication initiative: strategic plan 2004-
2008. Switzerland: WHO; 2003.
Imunisasi untuk PD31
10. Strategic plan 2004- 2008. 12 THGAVI board meeting. Geneva: WHO; 2003.
Pedoman Imunisasi
Di Indonesia
Penyunting
IG.N. Gde Ranuh
Hariyono Suyitno
Sri Rezeki S. Hadinegoro
Cissy B. Kartasasmita
Ismoedijanto
Soedjatmiko
Koordinator Penerbitan
Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K)
ISBN 978-979-8421-34-1
Daftar Kontributor...................................................................................ix
Bab XI Glossary.................................................................................414