Disusun Oleh:
dr. Nadia Nur Azizah
MINI PROJECT
UPAYA PEMBENTUKAN PROGRAM KELAS IBU BALITA
DI PUSKESMAS MLATI II
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
anugerahNya, sehingga dapat diselesaikan Mini Project dengan judul “Upaya Pembentukan
Program Kelas Ibu Balita di Puskesmas Mlati II” diajukan dalam rangka memenuhi tugas
internsip di Puskesmas.
Semoga semua amal kebaikan yang telah diberikan, dibalas oleh Allah dengan pahala
berlipat ganda dan ampunan atas segala kesalahan dan mini project ini memberi manfaat
untuk kesejahteraan masyarakat.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena
berbagai macam gangguan kesehatan (kesakitan) dan kematian. Informasi kematian
anak, yang terdiri dari angka kematian neonatal (AKN), angka kematian bayi (AKB) dan
angka kematian balita (AKBA) merupakan indikator penting untuk menilai tingkat
kesejahteraan termasuk derajat kesehatan suatu negara serta kualitas hidup. Menurut Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, Angka kematian neonatal (AKN)
15 per 1.000 kelahiran hidup, Angka kematian bayi (AKB) 24 kematian per 1.000
kelahiran hidup, dan Angka kematian di bawah 5 tahun (AKBA) 32 per 1.000 kelahiran
hidup. Sesuai target SDG’s point 3 angka Kematian Neonatal dapat diturunkan hingga 12
per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi angka kematian anak dan bayi.
Menurut Riskesdas 2018, diantaranya adalah usia ibu saat bersalin, jarak antar kehamilan,
tempat tinggal perkotaan maupun pedesaan, pendidikan ibu, dan kuintil kekayaan. Latar
belakang yang sangat berperan dalam tingkat kematian anak adalah pendidikan ibu. AKBA
di antara anak dari ibu yang tidak sekolah, tiga kali lebih tinggi dibandingkan anak dari ibu
yang lulus perguruan tinggi.
Salah satu strategi untuk menanggulangi masalah terkait dengan kesehatan ibu
hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, bayi dan anak balita, Kemenkes RI mempunyai program
antara lain dengan diadakannya Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita dengan
penerapan Buku KIA sebagai salah satu alat untuk meningkatkan cakupan pelayanan KIA.
Namun tidak semua ibu dan keluarga mau/dapat membaca buku KIA karena
berbagai sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu
membaca, sulit mengerti atau memang tidak mampu membaca (buta aksara).
TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
C. MANFAAT
1. BAGI IBU BALITA
Setelah dilakukan pembentukan kelas ibu balita, diharapkan akan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu untuk memanfaatkan buku
KIA sehingga dapat mandiri dan memahami kesehatan dan perawatan pada
balita.
2. BAGI PUSKESMAS MLATI II
Terbentuknya Kelas Ibu Balita sebagai sarana promotif dan preventif mengenai
kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Mlati II
Memperoleh gambaran mengenai keadaan kelompok ibu balita dan
menemukan upaya- upaya baru yang dapat dilakukan oleh program KIA dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kesehatan ibu dan
anak di wilayah Puskesmas Mlati II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Buku KIA
Buku ini telah digunakan di Indonesia sejak tahun 1994. Penggunaan buku kesehatan
ibu dan anak (buku KIA) telah menjangkau 33 propinsi, dalam masyarakat mengenal buku
KIA dikenal sebagai buku berwarna pink (merah muda, ia merupakan salah satu instrumen
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang diterima langsung oleh ibu dan keluarga (Depkes,
2003).
Penggunaan buku KIA merupakan salah satu bentuk upaya meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan keluarga. Buku KIA merupakan kumpulan materi standar penyuluhan,
informasi serta catatan tentang gizi, kesehatan ibu dan anak. Yang menjadi milik keluarga
untuk disimpan dirumah dan dibawa setiap ibu atau anak datang ke fasilitas kesehatan.
Didalamnya terdapat stiker Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) sebagai alat pemantauan intensif bagi setiap ibu hamil di seluruh Indonesia, dalam
upaya mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi (Depkes, 2009)
Buku KIA bermanfaat untuk melihat data lengkap tentang pelayanan yang sudah
didapat ibu dan anak, keadaan kesehatan, gizi dan tumbuh kembang anak sejak masih
dalam kandungan sampai usia lima tahun. Selain itu, buku KIA bertindak sebagai pedoman
dalam memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ia digunakan untuk
dapat segera mengetahui dan memantau adanya resiko tinggi pada ibu dan anak sehingga
dapat segera ditentukan alternatif penanganannya.
Buku KIA juga berguna sebagai alat komunikasi, informasi dan edukasi antara tenaga
kesehatan dan ibu/keluarga dalam memberikan pelayanan dan memberikan nasehat
pemeliharaan kesehatan ibu dan anak secara lebih bermutu, sering pula, buku KIA dipakai
sebagai informasi tambahan digunakan pada saat melakukan audit kematian maternal dan
neonatal.
Informasi di dalam buku KIA meliputi: identitas keluarga, amanat persalinan dan stiker
P4K, catatan kesehatan ibu hamil, catatan kesehatan ibu bersalin dan bayi baru lahir,
catatan kesehatan ibu nifas, pelayanan KB ibu nifas, pemeriksaan neonatal, catatan
penyakit dan masalah perkembangannya, pemberian vitamin A, pelayanan stimulasi
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang oleh bidan/perawat/dokter, catatan pemberian
imunisasi dasar lengkap, dan KMS.
B. Program Kelas Ibu Balita
1. Pengertian Kelas Ibu Balita
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu mempunyai anak berusia
antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi , tukar pendapat, tukar
pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator dengan
menggunakan buku KIA
Dewasa ini penyuluhan kesehatan ibu dan anak pada umumnya masih banyak
dilakukan melalui konsultasi perorangan atau kasus per kasus yang diberikan pada
waktu ibu memeriksakan anaknya atau pada waktu kegiatan posyandu. Kegiatan
penyuluhan semacam ini bermanfaat untuk menangani kasus per kasus namun memiliki
kelemahan antara lain:
1) Pengetahuan yang diperoleh hanya terbatas pada masalah kesehatan yang
dialami saat konsultasi
2) Penyuluhan yang diberikan tidak terkoordinir sehingga ilmu yang diberikan
kepada ibu hanyalah pengetahuan yang dimiliki oleh petugas saja
3) Tidak ada rencana kerja sehingga tidak ada pemantauan atau pembinaan
secara lintas sektor dan lintas program
4) Pelaksanaan penyuluhan tidak terjadwal dan tidak berkesinambungan.
Kelas Ibu Balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak berusia
0-5 tahun dengan jumlah peserta maksimal 10 orang per kelasnya. Di kelas ibu ini ibu-
ibu akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara
terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu akan difasilitasi oleh bidan/tenaga
kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Balita yaitu Buku KIA, Flip chart
(lembar balik), Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Balita(Depkes RI, 2014).
Beberapa keuntungan Kelas Ibu Balita
1) Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman kelas ibu
balita yang memuat 3 modul, yaitu Modul A (usia 0-1 tahun), modul B (usia 1-2 tahun)
dan modul C (usia 2-5 tahun)
4) Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi terstruktur
dengan baik.
5) Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu pada saat pembahasan materi
dilaksanakan.
Tujuan Umum
Kelas Ibu Balita adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam
menggunakan buku KIA secara mandiri.
Sasaran kegiatan
Peserta kelas ibu Balita ditujukan bagi ibu yang mempunyai anak balita (usia 0-
59 bulan). Jumlah peserta kelas ibu balita maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas
dengan pengelompokkan sesuai panduan modul kelas ibu balita (Kelas Modul A,
Modul B, Modul C)
Bentuk kegiatan
Pada setiap pertemuan akan disampaikan materi secara interaktif yang disesuaikan
dengan modul kelompok usia. Pertemuan kelas ibu balita akan dilakukan dalam 2 kali
pertemuan setiap kelompoknya, sehingga diharapkan peserta dapat hadir di kedua
pertemuan tersebut untuk melengkapi pemahaman dan pengetahuannya. Waktu
pertemuan bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan
sekitar 90 menit dengan mencakup 2-3 materi per sesinya.
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan adalah ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan. Pada penelitian ini sampel
didapatkan dari 10 anggota group Ibu Chating (cegah stunting) yang memiliki anak usia 0-
6 bulan dan bersedia untuk datang pada 2 pertemuan.
D. Instrumen Pelaksanaan
1. Sarana penyuluhan: Flip chart, PPT, Buku KIA
2. Format tabel kuesioner pre dan post test
3. Lembar evaluasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah pretes, dilakukan penyuluhan dengan media lembar balik sert slide
powerpoint. Penyuluhan dilakukan secara komunikatif 2 arah sehingga terjadi
interaksi antara peserta dan peserta, serta peserta dan fasilitator. Fasilitator
penyuluhan diambil dari bagian Gizi Puskesmas Mlati II untuk materi ASI dan
MPASI, sementara dari bagian KIA untuk materi Imunisasi, stimulasi tumbuh
kembang, dan penyakit terbanyak pada bayi/anak.
2. KARAKTERISTIK PESERTA
Berdasarkan tabel diatas, dari 10 peserta 50% persen berusia 21-30, dan 50%
berusia diatas 30 tahun. Untuk tingkat pendidikan termasuk tingkat pendidikan
SMA sebanyak 60% dari peserta dan tingkat perguruan tinggi untuk 40% peserta.
Untuk pekerjaan, mayoritas 80% sebagai ibu rumah tangga dan 20% bekerja
sebagai wiraswasta.
ASI 70 80,5
MPASI 69,5 85
Imunisasi 63,3 72
Stimulasi Tumbuh Kembang 87,7 90
A. KESIMPULAN
Melalui intervensi Kelas Ibu Balita terdapat kenaikan pengetahuan dan keterampilan
Ibu tentang kesehatan dan perawatan anak terutama dalam hal ASI, MPASI, Stimulasi
Tumbuh Kembang, Imunisasi, serta cara menyikapi penyakit terbanyak yang diderita
bayi/anak. Kenaikan pengetahuan dan keterampilan ini didapat dari bentuk edukasi
kesehatan secara interaktif yang disampaikan oleh fasilitator dan juga interaksi sesama
peserta.
B. SARAN
Intervensi dalam bentuk health education yang berisi penyuluhan dan pelatihan
keterampilan pada program Ibu balita mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu, sehingga lebih baik dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
Untuk pelaksanaan program kelas Ibu Balita selanjutnya dapat dikembangkan dengan
cara menghadirkan pembicara ahli (expert), pemilihan materi sesuai minat audiens, serta
pembuatan kelas ibu balita dari kelompok usia yang berbeda sesuai dengan modul
program kelas ibu balita.
Program Kelas Ibu Balita dapat terus berkembang jika adanya pengalokasian dana yang
cukup agar dapat berjalan dengan maksimal dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Depkes RI, 2014. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Balita. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Depkes RI, 2014. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Balita. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI
Depkes RI, 2009. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Depkes RI
LAMPIRAN
Foto Kegiatan