Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

CHIKUNGUNYA

NAMA : TRISDA
NIM : 1420119072
KELAS : SIANG (AMBON)
PRODI : KEPERAWATAN
SEMESTER : V ( LIMA)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MALUKU HUSADA
LAPORAN PENDAHULUAN
CHIKUNGUNYA

I. KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang
disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah
nyamuk Aedes Aegypti, juga dapat oleh nyamuk Aedes Albopictus.
Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk
atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi
yang hebat, masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting
dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari.
Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang berlangsung
beberapa minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah dilaporkan menyebabkan
kematian, masyarakat sempat dicemaskan karena penyebaran penyakit yang mewabah,
disertai dengan keluhan sendi yang mengakibatkan pasien lumpuh.

B. Etiologi
Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family
Togaviridae. Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus
Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. Virus
Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus.
Virions mengandung satu molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang
manusia dan hewan. Virions dibungkus oleh lipid membrane; plemorfik; spherical;
dengan diameter 70 µm. Pada permukaan envelope didaptkan glycoprotein spikes (terdiri
atas 2 virus protein membentuk heterodimer).
Nucleopapsids isometric; dengan diameter 40 µm. Nyamuk Aedes aegypti
berukuran kecil disbanding nyamuk lain: ukuran badan 3-4 mm, berwarna hitam dengan
hiasan titik-titik putih dibadannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk
dapat hidup berbulan-bulan.
Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina
yang menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk aedes diletakkan
induknya menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok.
Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu.
Nyamuk bila terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang
diserang tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang;
terbang sangat cepat. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat
lebih dari 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur; nyamuk dapat bertahan
dalam air yang chlorinated.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha
virus). Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebagian susceptible.
Ternyata Susceptbility gene berada di kromosom 3. Vektor Chikunguya di Asia adalah
Aedes aegypti, Aedes albopticus. Di Afrika adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus.

C. Patofisiologi dan Pathway


Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi (periode sejak digigit nyamuk
pembawa virus hingga menimbulkan gejala sekitar 2 hingga 4 hari. Pada saat virus
masuk ke dalam sel secara endositosis virus tersebut menuju sitoplasma dan
reticulumendoplasma. Di dalam sitoplasma terjadi proses sisntesis DNA dan sisntsesis
RNA virus, sedangkan di dalam reticulum endoplasma terjadi proses sintesis protein
virus. Setetah masa inkubasi tersebut virion matang di sel endothelial di limfonodi,
sumsum tulang, limfa dan sel kuffer, lalu virus tersebut di keluarkan melewati sel
membrane maka virus beredar dalam darah. Demam chikungunya salah satunya dapat
menginfekasi sel hati sehingga sel hati mengalami degenerasi dan dapat menyebabkan
nekrosis pada sel hati tersebut yang akan mempengaruhi metabolisme pada sel hati yang
mempengaruhi peningkatan bilirubin sehingga seseorang yang mengalami demam ini
biasanya terdapat ikterus. Gejala yang paling menonjol pada kasus ini adalah nyeri pada
setiap persendian (poliarthralgia) terutama pada sendi lutut, pergelangan kaki dan tangan,
serta sendi-sendi tulang punggung. Radang sendi yang terjadi menyebabkan sendi susah
untuk digerakkan, bengkak dan berwarna kemerahan. Itulah sebabnya postur tubuh
penderita menjadi seperti membungkuk dengan jari-jari tangan dan kaki menjadi
tertekuk. Gejala lain adalah munculnya bintik-bintik kemerahan pada sebagian kecil
anggota badan, serta bercak-bercak merah gatal di daerah dada dan perut. Muka
penderita bisa menjadi kemerahan dan disertai rasa nyeri pada bagian belakang bola
mata. Meskipun gejala penyakit itu bisa berlangsung 3-10 hari (kemudian sembuh
dengan sendirinya), tetapi tidak dengan nyeri sendinya yang bisa berlangsung
berminggu-minggu bahkan berbulan- bulan.

alphavirus

Viremia Hipertermi

Imflamasin otot, sendi

Nyeri akut Hambatan mobilitas fisik


D. Manifestasi klinis
Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan
dalam 48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien.
Manifestasi penyakit berlangsung 3-10 hari. Virus ini termasuk self limiting diseases
alias hilang dengan sendirinya.
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja kalau
Chikungunya akan membuat semua persendian terasa ngilu.
1. Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan.
Demam penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-40 derajat C.
2. Sakit persendian :
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan
dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh” sebelum
berobat. Sendi yang sering sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan
tangan serta tulang belakang.
3. Nyeri otot :
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang
terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
4. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari
ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki, terutama
badan dan lengan. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.
5. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection dan
sedikit fotophobia.
6. Kejang dan penurunan kesadaran
Kejamg biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara
langsung oleh penyakitnya.

Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di
bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.
Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu
nyata dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi. Tetapi pada bayi dan anak
kecil timbul:
1. Kemerahan pada wajah dan munculnya ruam kemerahan dalam bentuk papel-papel
(maculopapular) atau erupsi seperti biduran (urtikaria).
2. Rasa linu di persendian tangan dan kaki serta pergelangan lutut.
3. Demam tinggi disertai muntah-muntah, menggigil, sakit kepala, sakit perut, serta
bintik merah pada kulit seperti penderita demam berdarah.
4. Mimisan bisa terjadi pada pasien anak-anak.
5. Pada umumnya pada anak hanya berlangsung selama 3 hari

Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan
hebat, renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi racun yang
menyerang pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus
penyebab chikungunya akan memproduksi virus yang menyerang tulang

E. Epidemiologi
Sejarah Penyakit yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat ini berlaku pada
tahun 1952 hingga 1953. Sejurus kemudian, epidemik berlaku di Filiphina(1954, 1956,
dan 1968) Thailand, Kamboja, Vietnam, India, Myanmar, Sri Lanka, dan mulai
ditemukan di Indonesia pada tahun 1973.
Namun sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah sebelah selatan Sahara, Asia
Selatan, dan Asia Tenggara. Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali
di Samarinda, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta,
selanjutanya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya tahun
2001 sampai bulan Februari 2003 mencapai 9318 tanpa kematian.
Sejak tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik
termasuk Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat
terlihat selepas bencana tsunami pada Desember 2004.
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh
nyamuk penular, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.
Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis
(berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain
manusia, primata lainnya diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji
hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga bisa mengandung
antibodi terhadap virus Chikungunya.
Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya
itu kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk
pembawa. Masa inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh
hari, biasanya berlaku dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit
berlangsung tiga sampai sepuluh hari.

F. Pemeriksaan diagnostik
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji
hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan
serologis ini hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan
penelitian, tidak bermanfaat untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari.
Demam Chikungunya dikenal sebagai flu tulang (break-bone fever) dengan gejala
mirip dengan demam dengue, tetapi lebih ringan dan jarang menimbulkan demam
berdarah. Artralgia, pembuluh darah konjungtiva tampak nyata, dengan demam
mendadak yang hanya berlangsung 2-4 hari. Pemeriksaan serum penderita untuk uji
netralisasi menunjukkan adanya antibodi terhadap virus Chikungunya.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. 2-5 ml darah dalam minggu I perjalanan penyakit
b. Virus CHIK (efek sitopatik) dikonfirmasi dengan antiserum CHIK spesifik
c. Hasil didapat dalam 1-2 minggu
2. Pemeriksaan serologi
a. 10-15 ml darah pada fase akut (segera setelah onset klinik terjadi) dan padafase
penyembuhan (10-14 hari) setelah sampel I diambil.
b. Pemeriksaan IgM dilanjutkan MAC-ELISA, hasil dalam 2-3 hari
c. Reaksi silang sering terjadi, konversi dengan uji neutralisasi dan HIA
d. Diagnosa (+):
e. Peningkatan antibody 4x pada fase akut dan fase penyembuhan
f. Antibody IgM spesifik CHIKV (+)
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
a. Melalui enzim reserve transcriptase = tes RT-PCR
b. Specimen sama dengan untuk isolasi virus
c. Hasil didapat dalam 1-2 hari I
G. Penatalaksanaan
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap
penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini
umumnya cukup baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri
dalam waktu tertentu. Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau
demam berdarah dengue, maka perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita
perlu segera dirujuk apabila terdapat tanda-tanda bahaya.
Demam Chikungunya termasuk Self Limiting Disease? atau penyakit yang
sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini.
Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala
penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan
parasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal.
Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan
pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.
Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang
bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin.
Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk
penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein
dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan
istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga
disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat keluhan saat ini
4. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Hospitalisasi/tindakan operasi
5. Riwayat sosial
6. Pengkajian pola kesehatan klien saat ini
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
b. Nutrisi
c. Cairan
d. Aktivitas
e. Tidur dan istirahat

B. Diagnose keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan reaksi imflamasi
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Nyeri

C. Intervensi
1. Hipertermi
Definisi : peningkatan suhu tubuh berkisaran di atas normal.
Batasan karakteristik :
• kulit kemerahan
• peningkatan suhu tubuh berkisaran diatas normal
• kejang
• kulit terasa hangat
Faktor yang berhubungan :
• penyakit
No Diagnosa Noc Nic
1 Hipertermi Setelah dilakukan • Monitor suhu sesering
tindakan keperawatan mungkin
selama 3 x 24jam • Monitor IWL
Hipertermi klien dapat • Monitor dan suhu kulit
teratasi dengan kriteria • Monitor tekanan darah, nadi
hasil : dan respirasi
• suhu tubuh dalam • Monitor penurunan tingkat
rentang normal kesadaran
• nadi dan RR dlm • Monitor intake dan output
rentang normal tdk • Berikan antiseptic
ada perubahan warna • Berikan pengobatan untuk
kulit dan tdak pusing mengatasi penyebab demam
• Selimuti pasien
• Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil.
• Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negative dari kedinginan

2. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakn jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian awitan yang tiba-tiba atau lambat dari instensitas ringan
hingga berat dgn akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan belangsung
Batasan karakteristik :
• Perubahan prekuensi jantung
• Perubahan frekwensi pernafasan
• Sikap melindungi area nyeri
• Melaporkan nyeri secara verbal
Factor yang berhubungan :
• Agen cedera ( mis : biologis, zat kimia, fisik, psikologis )
No Diagnosa Noc Nic
1 Nyeri akut Setelah dilakukan • Lakukan pengkajian nyeri
tindakan keperawatan secara komprehensif
selama 3 x 24jam termasuk lokasi
Nyeri klien dapat • Berikan posisi yang
teratasi dengan criteria nyaman, usahakan situasi
hasil : ruangan yang tenang.
• Mampu mengontrol • Alihkan perhatian pasien
nyeri dari rasa nyeri
• Melaporkan bahwa • Berikan obat-obat analgetik
nyeri berkurang dgn • Control lingkungan yang
menggunakan dapat mempengaruhi nyeri
manajemen nyeri seperti suhu ruangan
• Mampu mengenali • Kurangi factor presipitasi
nyeri ( skala, nyeri
intensitas, frekuensi
dan tanada nyeri )
• Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

3. Hambatan mobilitas fisik


Definisi : Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah
Batasan karakteristik :
• Kesulitan membolak-balik posisi
• Dispnea setelah beraktivitas
• Gerakan bergetar
• Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
• Tremor akibat pergerakan
• Ketidakstabilan postur
• Pergerakan lambat
• Pergerakan tidak terkoordinasi
Faktor yang berhubungan :
• Gangguan neuromuskular, Nyeri

No Diagnosa Noc Nic


1 Hambatan Setelah dilakukan • Monitoring vital sign
mobilitas fisik
tindakan keperawatan sebelm/sesudah latihan dan
selama…. lihat respon pasien saat
gangguan mobilitas latihan
fisik teratasi dengan • Konsultasikan dengan
kriteria hasil: terapi fisik tentang rencana
• Klien meningkat ambulasi sesuai dengan
dalam aktivitas fisik kebutuhan
• Mengerti tujuan dari • Kaji kemampuan pasien
peningkatan dalam mobilisasi
mobilitas • Latih pasien dalam
• Memverbalisasikan pemenuhan kebutuhan
perasaan dalam ADLs secara mandiri sesuai
meningkatkan kemampuan
kekuatan dan • Dampingi dan Bantu pasien
kemampuan saat mobilisasi dan bantu
berpindah penuhi kebutuhan ADLs ps.
• Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
• Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Sam, I,C, MRCpath, Bakar S.A 2006. Cikungunya Virus Infection, Medical Journal of
Malaysia, volume 61. Issue No.2.
Service, M. 2007. Cikungunya Risk of Transmission I The USA. Wing Beats 18 (1) : 16-17.
Dr. Nasronudin, dr., SpPD, K-PTI, “Penyakit Infeksi di Indonesia”, 2007, Air langga
University Press, Surabaya.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai