Kelompok 5
A. Pengertian
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada
penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada
postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia).
Chikungunya adalah penyakit yang ditandai dengan demam mendadak,
nyeri pada persendian, terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan
serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan)
pada kulit.
B. Etiologi
Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family
Togaviridae. Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di
afrika. Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK,
CK. Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Virions
mengandung satu molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang
manusia dan hewan. Virions dibungkus oleh lipid membrane, plemorfik,
spherical, dengan diameter 70 µm. Pada permukaan envelope didaptkan
glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus protein membentuk heterodimer).
Nucleopapsids isometric dengan diameter 40 µm.
Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain, ukuran
badan 3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih dibadannya dan
pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan.
Nyamuk jantan tidak menggigit manusia. Hanya nyamuk betina yang
menggigit yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk aedes
diletakkan induknya menyebar, berbeda dengan telur nyamuk lain yang
dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa
dalam beberapa minggu. Nyamuk bila terbang hampir tidak mengeluarkan
bunyi sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui kehadirannya. Telur
nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1
tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur, nyamuk dapat bertahan dalam
air yang chlorinated. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya
(CHIK) virus (alpha virus). Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus,
namun sebagian susceptible. Ternyata Susceptbility gen berada di kromosom 3.
Vektor Chikunguya di Asia adalah Aedes aegypti, Aedes albopticus. Di Afrika
adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus.
C. Epidemiologi
Chikungunya disebarkan/ditularkan ke manusia oleh gigitan nyamuk
aedes yang terinfeksi oleh virus Chikungunya. Nyamuk terinfeksi dengan virus
saat ia menggigit pasien sakit Chikungunya dan setelah sekitar seminggu,
nyamuk dapat menularkan virus saat ia menggigit orang lain yang sehat.
Penyakit tidak dapat menularkan langsung dari satu orang ke orang lain.
Wabah Chikungunya dapat berjangkit dimana nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albocpictus hidup meliputi daerah tropis terutama daerah perkotaan.
Penyakit ini pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952,
kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB)
Chikungunya dilaporkan pada tahun 1982, Demam Chikungunya di Indonesia
dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973, kemudian berjangkit di
Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999),
Aceh dan Bogor (2001). Sebuah wabah Chikungunya ditemukan di Port Klang
di Malaysia pada tahun 1999, selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah
lain. Awal 2001, kejadian luar biasa demam Chikungunya terjadi di Muara
Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun
kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat),
Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang tahun 2001-
2003 jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian
yang diakibatkan penyakit ini.
D. Patofisiologi
Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi (periode sejak digigit
nyamuk pembawa virus hingga menimbulkan gejala) sekitar 2 hingga 4 hari.
Pada saat virus masuk ke dalam sel secara endositosis virus tersebut menuju
sitoplasma dan reticulum endoplasma. Di dalam sitoplasma terjadi proses
sisntesis DNA dan sisntsesis RNA virus sedangkan di dalam reticulum
endoplasma terjai proses sintesis protein virus. Setetah masa inkubasi tersebut
virion matang di sel endothelial di limfonodi, sumsum tulang, limfa dan sel
kuffer, lalu virus tersebut di keluarkan melewati sel membrane maka virus
beredar dalam darah. Demam chikungunya salah satunya dapat menginfekasi
sel hati sehingga sel hati mengalami degenerasi dan dapat menyebabkan
nekrosis pada sel hati tersebut yang akan mempengaruhi metabolisme pada sel
hati yang mempengaruhi peningkatan bilirubin sehingga seseorang yang
mengalami demam ini biasanya terdapat ikterus. Gejala yang paling menonjol
pada kasus ini adalah nyeri pada setiap persendian (poliarthralgia) terutama
pada sendi lutut, pergelangan kaki dan tangan, serta sendi-sendi tulang
punggung. Radang sendi yang terjadi menyebabkan sendi susah untuk
digerakkan, bengkak dan berwarna kemerahan. Itulah sebabnya postur tubuh
penderita menjadi seperti membungkuk dengan jari-jari tangan dan kaki
menjadi tertekuk Gejala lain adalah munculnya bintik-bintik kemerahan pada
sebagian kecil anggota badan, serta bercak-bercak merah gatal di daerah dada
dan perut. Muka penderita bisa menjadi kemerahan dan disertai rasa nyeri pada
bagian belakang bola mata. Meskipun gejala penyakit itu bisa berlangsung 3-
10 hari (kemudian sembuh dengan sendirinya), tetapi tidak dengan nyeri
sendinya yang bisa berlangsung berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Isolasi Virus (paling akurat)
a. 2-5 ml darah dalam minggu I perjalanan penyakit
b. Virus CHIK (efek sitopatik) dikonfirmasi dengan antiserum CHIK
spesifik
c. Hasil didapat dalam 1-2 minggu
2. Pemeriksaan Serologi
a. 10-15 ml darah pada fase akut (segera setelah onset klinik terjadi) dan
pada fase penyembuhan (10-14 hari) setelah sampel I diambil.
b. Pemeriksaan IgM dilanjutkan MAC-ELISA, hasil dalam 2-3 hari
c. Reaksi silang sering terjadi, konversi dengan uji neutralisasi dan HIA
d. Diagnosa (+):
1) Peningkatan antibody 4x pada fase akut dan fase penyembuhan
2) Antibody IgM spesifik CHIKV (+)
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
a. Melalui enzim reserve transcriptase = tes RT-PCR
b. Specimen sama dengan untuk isolasi virus
c. Hasil didapat dalam 1-2 hari I
G. Penatalaksanaan
Demam Chikungunya termasuk ”Self Limiting Disease” atau penyakit
yang sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk
penyakit ini. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau
menghilangkan gejala penyakitnya. Seperti, obat penghilang rasa sakit atau
demam seperti golongan paracetamol, sebaiknya dihindarkan penggunaan obat
sejenis asetosal. Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan
antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.
Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang
bergizi, cukup karbohidrat serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak
mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar. Pemberian
vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan
penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein
dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang
bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum
banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat
terjadi demam.
H. Pencegahan
Satu-satunya cara menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk
pembawa virusnya. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak di
genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol
bekas yang menampung air bersih. Nyamuk bercorak hitam putih ini juga
senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di
belakang pintu kamar. Selain itu, nyamuk ini juga menyenangi tempat yang
gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes
aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan
memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan
untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan
themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara
pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes
aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang
menggantung.
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
suku, kewarganegaraan, bahasa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa
medis, no. Rekam medis.
b. Penanggung Jawab, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, hubungan dengan pasien.
2. Alasan masuk rumah sakit
a. Alasan dirawat:
Terjadi penurunan fungsi hati
b. Keluhan utama:
Keluhan klien sehingga pasien membutuhkan perawatan medik,
jika klien tidak mempunyai keluhan utama, lakukan pemeriksaan fisik
untuk mengetahui penyebab sakitnya.
3. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini
2. Riwayat kesehatan sekarang: Waktu timbulnya penyakit dan Usaha
yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga yang menderita penyakit yang sama.
4. Data Bio-Psiko-Sosio-Spiritual
Menurut teori Virginia Henderson, pengkajian terhadap kebutuhan
pasien dapat dilakukan diantaranya dari segi:
a. Bernafas
1) Peningkatan tingkat pernapasan
2) Takikardi
3) Suhu umumnya meningkat (37,9º C)
4) Menggigil
b. Makan
1) kesulitan dalam menelan makanan
2) berapa berat badan pasien
3) mual dan muntah
4) porsi makanan dihabiskan
5) status gizi
c. Minum
Asupan cairan
d. Eliminasi BAB & BAK
1) Konsisitensi feses, bau feses, warna feses, darah (+/-).
2) Warna urine, dan bau urine.
e. Gerak aktivitas
1) Kemampuan ADL : Kemampuan untuk makan, mandi, toileting,
berpakaian dan intrumentalia.
2) Kemampuan mobilisasi
Pasien mampu mengubah posisi di tempat tidur, mampu duduk di
tempat tidur, ketika pasien berdiri dan berpindah pasien merasakan
pusing.
f. Istirahat tidur
Kualitas tidur, kuantitas tidur.
g. Pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh
h. Kebersihan diri
Aktivitas mandi pasien
i. Rasa nyaman
Kejang dan kelemahan
j. Rasa aman
Tingkat kecemasan dan raut wajah pasien.
k. Sosial
Kemampuan berkomunikasi, Sosialisasi orientasi terhadap orang, waktu
dan tempat
l. Pengetahuan belajar
Pemahaman terhadap penyakit
m. Rekreasi
Kegiatan hiburan yang dilakukan klien
n. Spiritual
Kepercayaan klien
5. Pemeriksaan Fisik
a. KU (Keadaan Umum)
1) Kesadaran : compos mentis
2) Bentuk tubuh : sedang ( TB : 160, BB : 58 )
3) Postur tubuh : normal
4) Warna kulit : putih
5) Turgor kulit : normal
b. Tanda-Tanda Vital
1) Suhu
2) Nadi
3) Tekanan darah
4) Respirasi
c. Keadaan Fisik (head to toe)
1) Kepala : bentuk, distribusi rambut, kebersihan rambut dan kulit
kepala, nyeri tekan.
2) Mata : Posisi mata, konjungtiva pucat, penglihatan, sklera.
3) Telinga : bentuk telinga, pendengaran,keadaan telinga, dan tidak
ada sekret.
4) Hidung : bentuk hidung, tidak atau terdapat sekret, ada atau tidak
terdapat pernapasan cuping hidung.
5) Mulut dan gigi : keadaan bibir, menggunakan gigi palsu atau tidak,
kebersihan mulut.
6) Leher : terdapat pembengkakan atau tidak, ada nyeri tekan atau
tidak.
7) Thorax : Bentuk thorax simetris, respirasi normal (16-20
kali/menit)
8) Abdomen : terdapat pembesaran atau tidak, peristaltik usus
9) Ekstremitas :
- Atas : keadaan baik atau lemah.
- Bawah : keadaan baik atau lemah.
Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
o Keperawatan
DX
1 Ds:- Cikungunya Hipertermia
Do: suhu tubuh
meningkat (>
37,5°C), kulit Virus beredar di aliran darah
tampak kemerahan, masuk ke jaringan tubuh
kulit teraba panas.
Hipertermia
Terjadi arthritis
Nyeri akut
B. Diagnosa keperawatan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan: klien
tampak meringis, klien tampak melindungi area tubuh yang nyeri, klien
melaporkan nyeri secara verbal.
C. Perencanaan Keperawatan
D. Implementasi
E. Evaluasi
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs327/en/