Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENYULUHAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS RAWAT INAP KOTA KARANG PERIODE APRIL AGUSTUS 2014


Nama
Dokter Pendamping
Materi Penyuluhan
Tanggal

: dr. Atika Prisilia


: dr. Hj. Susi Kania, M.Kes
: DEMAM CHIKUNGUNYA
: Selasa, 24 Juni 2014

LAPORAN PENYULUHAN
I. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, infeksi virus Chikungunya telah ada sejak abad ke-18 seperti yang
dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus ini
menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari (vijfdaagse koorts) yang
kadangkala disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Kejadian Luar Biasa (KLB)
penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan pada tahun 1973 di Samarinda Provinsi
Kalimantan Timur dan di Jakarta. Tahun 1982 di Kuala Tungkal Provinsi Jambi dan tahun 1983
di Yogyakarta. Sejak tahun 1985 seluruh provinsi di Indonesia pernah melaporkan adanya KLB
Chikungunya. KLB Chikungunya mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara
Enim, tahun 2000 di Aceh, tahun 2001 di Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ), tahun 2002 di
Palembang, Semarang, Indramayu, Manado, DKI, Banten, tahun 2003 terjadi di beberapa wilayah
pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah. Berdasarkan laporan KLB dari Puskesmas Gatak
Sukoharjo, penderita chikungunya pada bulan November 2013 meningkat dengan jumlah lebih
dari 25 orang di wilayah Yagan, Krajan, Sukoharjo. Secara epidemiologis, saat ini hampir seluruh
wilayah di Indonesia berpotensial untuk timbulnya KLB Chikungunya.
II. Permasalahan
Demam chikungunya adalah suatu penyakit menular akut dengan gejala demam, nyeri
pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan tangan dan kaki, tulang belakang yang disertai
ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Demam chikungunya sering dijumpai
terutama di daerah tropis dan sering menyebabkan epidemi (kejadian luar biasa/wabah) dalam
interval waktu tertentu (5-10 tahun). Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam
chikungunya antara lain rendahnya status kesehatan masyarakat, status sosial ekonomi masyarakat
yang buruk, perilaku masyarakat yang tidak menerapkan PHBS, serta kepadatan populasi nyamuk

penular terutama pada saat musim hujan. Bila terjadi keterlambatan penanganan kasus
chikungunya dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini menyerang tidak mengenal waktu atau
kapan saja serangan nyamuk ini bisa terjadi tetapi umumnya kasus terbanyak di musim hujan dan
pada umumnya kasus ini terjadi di daerah dengan sanitasi dan lingkungan yang buruk.
III. Tujuan
Kegiatan yang perlu kita lakukan untuk menurunkan kasus demam chikungunya adalah
meningkatkan sanitasi lingkungan sekitarnya seperti penataan tanah-tanah kosong, membersihkan
bangunan-bangunan yang mangkrak, membina penjual gentong/kendi, pot bunga dan tempat lain
yang menjadi tempat perindukan nyamuk aedes aegypti sehingga akan membatasi sarang nyamuk
dan secara otomatis akan menurunkan jumlah virus chikungunya. Usaha nyata yang dapat
dilakukan oleh individu dan kelompok dalam pencegahan dapat dilakukan dengan berperilaku
hidup bersih dan sehat, secara bersama-sama membersihkan lingkungan tempat berkembang
biaknya nyamuk aedes aegypti.
IV. Manfaat
- Bagi Penyuluh
Melatih kemampuan dalam memberikan penyuluhan kepada sasaran
- Bagi Sasaran
Memberikan pengetahuan tentang pengertian, penyebab, pengelolaan dini, serta
pencegahan terhadap penyakit demam chikungunya ini.
V. Sasaran
Seluruh peserta yang berkunjung ke Posyandu Melati VIII, Pulau Pasaran, Bandar Lampung.
VI. Rencana Kegiatan
Topik
Metode
Media dan Alat
Waktu
Tempat

: Demam Chikungunya
: Penyuluhan dan Tanya Jawab
: Leaflet
: 24 Juni 2014, pukul 09.00 WIB - selesai
: Posyandu Melati VIII, Pulau Pasaran, Bandar Lampung.

VII. Hasil Kegiatan


Kesan peserta penyuluhan tentang penyakit Demam Chikungunya dapat dilihat dari
adanya perhatian saat diberikan penyuluhan dan adanya tanya jawab yang aktif setelah
penyuluhan selesai.
MATERI PENYULUHAN

I. Pengertian
Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk dan
dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Demam chikungunya sering rancu dengan
penyakit demam dengue, demam berdarah dengue, dan campak, yaitu demam yang tinggi,
menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik-bintik merah
pada kulit terutama badan dan lengan tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting
pada demam chikungunya. Serangan demam chikungunya dalam bentuk KLB (Kejadian Luar
Biasa) sudah sering terjadi, terutama karena penyebarannya oleh nyamuk. Untuk mencegah
serangan demam chikungunya, maka rumah, asrama, hotel, sekolah, pasar, terminal dan tempattempat lainnya, harus terbebas dari media berkembang biaknya nyamuk, termasuk 200 meter
sekitarnya.
II. Penyebab
Penyakit Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV) yang
termasuk keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Cara transmisi bagi chikungunya ini adalah vector-borne yaitu melalui gigitan
nyamuk Aedes sp yang terinfeksi. Transmisi melalui darah berkemungkinan bisa terjadi dengan
satu kasus pernah dilaporkan. CHIKV dikatakan tidak bisa ditularkan melalui ASI.

III. Siapa Saja yang beresiko terhadap penyakit ini?


Semua orang dapat tertular, mulai dari anak-anak sampai dewasa, lelaki maupun
merempuan, kaya ataupun miskin. Penyakit ini menyerang tidak mengenal waktu atau kapan
saja serangan nyamuk ini bisa terjadi tetapi umumnya kasus terbanyak di musim hujan dan
pada umumnya kasus ini terjadi di daerah dengan sanitasi dan lingkungan yang buruk.
IV. Tanda dan Gejala
Rata-rata masa inkubasi bagi Chikungunya adalah sekitar 2-12 hari tetapi
umumnya 3-7 hari (Centers for Disease Control and Prevention, 2010). Gejala yang sering
ditimbulkan infeksi virus ini berupa demam mendadak disertai menggigil selama 2-5 hari.
Gejala demam biasanya timbul mendadak secara tiba-tiba dengan derajat tinggi ( >40C).
Demam kemudian menurun setelah 2-3 hari dan bisa kambuh kembali 1 hari berikutnya.
Demam juga sentiasa berhubungan dengan gejala-gejala lainnya seperti sakit kepala, mual
dan nyeri abdomen.

Nyeri sendi (arthralgia) dan otot (myalgia) bisa muncul pada penderita
chikungunya. Keluhan arthralgia ini ditemukan sekitar 80% pada penderita chikungunya dan
biasanya sendi yang sering dikeluhkan adalah sendi lutut,siku, pergelangan, jari kaki dan
tangan serta tulang belakang. Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut
tertekuk dan berusaha mengurangi dan membatasi gerakan. Gejala ini dapat bertahan selama
beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat
menyerupai Rheumatoid Artritis. Nyeri otot pula bisa terjadi pada seluruh otot terutama pada
otot penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu dan anggota gerak.
Pada kebanyakan penderita, gejala peradangan sendi biasanya diikuti dengan
adanya bercak kemerahan makulopapuler yang bersifat non-pruritic. Bercak kemerahan ini
sering ditemukan pada bagian tubuh dan anggota gerak tangan dan Universitas Sumatera
Utarakaki. Bercak ini akan menghilang setelah 7-10 hari dan kemudiannya diikuti dengan
deskuamasi (Yulfi, H., 2006). Gejala-gejala lain yang bisa ditemukan termasuk sakit kepala,
pembesaran kelenjar getah bening di leher dan kolaps pembuluh darah kapiler (Oktikasari,
F.Y., Susanna, D., dan Djaja, I.M., 2008).
V. Penatalaksanaan
Sehingga kini masih tiada pengobatan spesifik untuk penyakit ini dan vaksin yang berguna
sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan. Pengobatannya hanya bersifat simptomatis dan
supportif seperti pemberian analgesik, antipiretik, anti inflamasi (Sudeep, A.B. and Parashar, D.
2008). Pemberian aspirin kepada penderita demam chikungunya ini tidak dianjurkan karena
dikuatiri efek aspirin terhadap platelet. Pemberian chloroquine phosphate sangat efektif untuk
arthritis chikungunya kronis (Abraham, A.S., and Sridharan, G., 2007). Penularan wabah
chikungunya yang semakin berkembang membuat para peneliti berminat mengembangkan agen
antivirus baru, RNAi. Ianya bertindak mencegah infeksi yang ditimbulkan virus dengan
mengganggu post transcriptional expression mRNA (Sudeep, A.B. and Parashar, D 2008).
VI. Komplikasi
Penyebab morbiditas yang tertinggi adalah dehidrasi berat, ketidakseimbangan
elektrolit dan hipoglikemia. Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi meskipun jarang berupa
gangguan perdarahan, komplikasi neurologis, pneumonia dan gagal nafas.
VII. Pencegahan

Melihat masih tiada kematian karena chikungunya yang dilaporkan dan tiada pengobatan
spesifik dan vaksin yang sesuai, maka upaya pencegahan sangat dititikberatkan. Upaya ini lebih
menjurus ke arah pemberantasan sarang nyamuk penular dengan cara membasmi jentik nyamuk.
Individu yang menderita demam chikungunya ini sebaiknya diisolasi sehingga dapat dicegah
penularannya ke orang lain. Tindakan pencegahan gigitan nyamuk bisa dilakukan dengan
menggunakan obat nyamuk dan repelan tetapi pencegahan yang sebaiknya berupa pemberantasan
sarang nyamuk penular. Pemberantasan sarang nyamuk seharusnya dilakukan pada seluruh
kawasan perumahan bukan hanya pada beberapa rumah sahaja. Untuk itu perlu diterapkan
pendekatan terpadu pengendalian nyamuk dengan menggunakan metode yang tepat (modifikasi
lingkungan, biologi dan kimiawi) yang aman, murah dan ramah lingkungan (Depkes RI, 2003).

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)


PSN ini bertujuan mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
sehingga penularan Chikungunya dapat dicegah atau dibatasi. Sasaran bagi PSN ini adalah semua
tempat perkembangbiakan nyamuk penular Chikungunya seperti:
a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari.
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA).
c. Tempat penampungan air alamiah.
Keberhasilan kegiatan PSN Chikungunya antara lain dapat diukur dengan
Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ 95% diharapkan penularan Chikungunya
dapat dicegah atau dikurangi (Sunoto,1991).
Pengendalian secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M Plus (Menguras, Menutup,
Mengubur) yaitu :
Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi, drum dan
lain-lain seminggu sekali (M1).
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air , tempayan dan lain-lain
(M2).
Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan
(M3).

Anda mungkin juga menyukai