Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit yang dapat menular atau penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh
transmisi suatu agent infeksias tertentu/produk-produk toksiknya dari manusia/hewan yang
terinfeksi ke host yang rentan, baik secara langsung atau tidak langsung. Penyakit-penyakit
menular secara terus-menerus hadir sebagai permasalahan-permasalahan kesehatan akut yang
paling penting di semua negara di dunia. Di hampir semua negara-negara yang sedang
berkembang, penyakit menular hingga kini tetap menjadi kausa terbesar dari morbiditas dan
mortalitas. Salah satu penyakit menular yang masih menjadi perhatian dan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia dewasa ini yaitu demam chikungunya yang penyebarannya semakin
luas. Di Indonesia, infeksi virus chikungunya telah ada sejak abad ke - 18 seperti yang
dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Kejadian Luar Biasa(KLB)
penyakit chikungunya pertama kali dilaporkan pada tahun 1973 di Samarinda Provinsi
Kalimantan dan di Jakarta. Secara Epidemiologis, saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia
berpotensial untuk timbulnya KLB Chikungunya. Demam Chikungunya ditularkan oleh nyamuk
Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus seperti halnya vektor penular Demam Berdarah
Dengue(DBD). Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan
kejadian demam chikungunya. Oleh karena itu penanggulangan vektor penyakit demam
chikungunya sama dengan upaya pengendalian vektor DBD yaitu PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk), baik secara fisik(3M),Kimiawi(Temephos),maupun Biologis(Ikan Pemakan Jentik).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan masalah dalam makalah
ini seperti :
1. Apa itu penyakit menular chikungunya?
2. Apa yang menjadi penyebab penyakit menular chikungunya?
3. Bagaimana masa inkubasi penyakit menular chikungunya?
4 .Bagaimana gejala klinis dari penyakit menular chikungunya?
5. Bagaimana patogenesis/patofisiologi penyakit menular chikungunya?
6. Bagaimana cara penularan penyakit menular chikungunya?
7. Bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit menular chikungunya?
8. Bagaimana pengobatan penyakit menular chikungunya?
9. Bagaimana epidemiologi dari penyakit chikungunya?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit menular chikungunya
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit menular chikungunya
3. Untuk mengetahui masa inkubasi penyakit menular chikungunya
4. Untuk mwngetahui gejala klinis penyakit menular chikungunya
5. Untuk mengetahui patogenesis/patofisiologi penyakit menular chikungunya
6. Untuk mengetahui cara penularan penyakit menular chikungunya
7. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit menular chikungunya
8. Untuk mengetahui pengobatan terhadap penyakit menular chikungunya
9. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit chikungunya

D. Sistematika Penulisan

Penulis menggunakan metode kepustakaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definsi penyakit chikungunya

Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti atau
aedes alpopictus yang terinfeksi virus dari genus Alphavirus dan family Togaviridae .
Selama lebih dari satu dekade beberapa penyakit zoonotik dan virus yang bersifat
vectorborne telah muncul menyerang berbagai daerah di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Di
antara penyakit virus tersebut adalah demam Chikungunya (CHIK) yang ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi. Chikungunya bukan merupakan penyebab
penyakit vector-borne utama, namun kemunculannya di daerah-daerah Asia-Pasifik telah
menimbulkan berbagai masalah di bidang kesehatan masyarakat. Demam CHIK yang mula-mula
ditemukan di Afrika, relatif umum dijumpai di bagian tenggara dan selatan benua Asia sekitar
tahun 1960-an. Setelah menimbulkan wabah di berbagai negara di Asia seperti India, Sri Langka,
Myanmar (Burma, waktu itu) dan Thailand, virus ini menghilang dan hanya menyebabkan kasus-

kasus sporadik saja yang berlanjut sampai tahun 1980-an. Virus juga menyebar ke Indonesia dan
untuk pertama kali dilaporkan dan dicatat pada tahun 1973 terjadi di Samarinda Provinsi
Kalimantan Barat dan di DKI Jakarta. Wabah ini merupakan akibat yang ditimbulkan oleh
musim hujan yang memberikan suasana yang baik untuk nyamuk Aedes berkembang biak di
pemukiman urban di mana manusia merupakan hospes reservoir dari virus CHIK yang dibawa
oleh nyamuk tersebut. Meskipun penyakit ini tidak sampai menyebabkan kematian, tetapi
penderita dapat merasa sangat cemas oleh gejala-gejala yang terjadi.

3
2.2 Etiologi/Penyebab
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Alphavirus dan
family Togaviridae dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albhopictus
yang terinfeksi oleh virus tersebut .

2.3 Masa inkubasi


Masa inkubasi terdiri dari masa inkubasi intrinstik dan ekstrinstik.
Masa inkubasi instrinsik adalah periode sejak seorang terinfeksi virus chikungunya sampai
timbulnya gejala klinis, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik adalah periode sejak nyamuk
terinfeksi virus chikungunya sampai virus tersebut menginfeksi orang lain melalui gigitan
nyamuk tersebut
Masa inkubasi intrinstik Chikungunya rata-rata antara 3-7 hari (kisaran 1-12 hari), sedangkan
masa inkubasi ekstrinsik berkisar 10 hari.

4
2.4 Gejala Klinis Penyakit Menular Chikungunya

1. Demam
Pada fase akut selama 2-3 hari selanjutnya dilanjutkan dengan penurunan suhu tubuh
selama 1-2 hari kemudian naik lagi membentuk kurva "sadle backfever"(bifasik) . Bisa disertai
menggigil dan muka kemerahan (flushed face). Pada beberapa penderita mengeluh nyeri di
belakang bola mata dan bisa terlihat mata kemerahan(conjunctival injection).

2. Sakit Persendian
Nyeri persendian ini sering merupakan keluhan yang pertama muncul sebelum timbul
demam. Nyeri sendi dapat ringan(arthralgia) sampai berat menyerupai artritis rheumathoid
terutama di sendi-sendi pergelangan kaki (dapat juga nyeri sendi tangan) sering dikeluhkan
penderita. Nyeri sendi ini merupakan gejala paling dominan , pada kasus berat terdapat tanda-
tanda radang sendi yaitu kemerahan,kaku dan bengkak. Sendi yang sering dikeluhkan adalah
pergelangan kaki,pergelangan tangan,siku jari, lutut,dan pinggul.

5
Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha
mengurangi dan membatasi gerakan. Artritis ini dapat bertahan selama beberapa minggu,bulan
bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid
Arthritis.

3. Nyeri Otot
Nyeri otot(fibromyalgia) bisa pada seluruh otot terutama pada otot penyangga berat badan
seperti pada otot bagian leher,daerah bahu, dan anggota gerak. Kadang-kadang terjadi
pembengkakan pada otot sekitar sendi pergelangan kaki(achilles) atau sekitar mata kaki.

4. Bercak Kemerahan(rash) Pada Kulit


Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulopapular(viral rash),
sentrifugal (mengarah ke bagian anggota gerak,telapank tangan, dan telapak kaki). Bercak
kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam,tetapi lebih sering muncul pada hari ke 4-5
demam. Lokasi kemerahan di daerah muka,badan,tangan dan kaki.

5. Kejang dan Penurunan Kesadaran


Kejang biasanya pada anak karena demam yang terlalu tinggi , jadi kemungkinan bukan
secara langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan kesadaran.
pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia atau jumlah sel.

6. Manifestasi Perdarahan
Tidak ditemukan perdarahan pada saat awal perjalanan penyakit walaupun pernah
dilaporkan di India terjadi perdarahan gusi pada 5 anak dari 70 anak yang diobservasi.

7. Gejala Lain

Gejala lain yang kadang-kadang dapat timbul adalah kolaps pembuluh darah kapiler dan
pembesaran kelenjar getah bening.

6
Diagnosis Banding

Diagnosis banding penyakit chikungunya yang paling mendekati adalah Demam Dengue atau
Demam Berdarah Dengue.

Manifestasi Utama yang Membedakan Chikungunya dengan dengue (WHO SEARO, 2009)

2.5 Patogenesis/patofisiologi Penyakit Menular Chikungunya

A. Tahap Pre-Patogenesis
Host digigit nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus chikungunya. Tahap pre-patogenesis
penyakit chikugunya ini terjadi pada manusia sehat yang memiliki faktor resiko. Salah satunya
terinfeksi virus chikungunya oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti.

B. Tahap Patogenesis
1. Tahap Subklinis/ Pra gejala/ tahap inkubasi
Pada tahap ini nyamuk Aedes aegypti telah menggigit dan virus chikungunya menginfeksi tubuh.
Lalu berinkubasi selama 2-12 hari dengan rata-rata 3-7 hari(Widodo,2010). Meskipun virus telah
masuk dan berkembang biak di dalam tubuh, tetapi belum menunjukkan adanya gejala.

2. Tahap Klinis/ tahap penyakit dini


Demam tinggi, sakit perut, mual, muntah, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta bintik-bintik
merah terutama di badan dan tangan, meski gejalanya mirip dengan demam berdarah dengue,
pada chikungunya tidak terjadi perdarahan hebat,renjatan(shock) maupun kematian.

7
3. Tahap Laten/ periode infeksi/ tahap penyakit lanjut
Kaku otot dan sendi sehingga organ tubuh yang terserang virus tidak bisa digerakkan; stroke
sementara.

C. Tahap Pasca-Patogenesis
Pada demam chikungunya tidak ada perdarahan hebat,renjatan(syok) maupun kematian tetapi
penderita akan mengalami kelumpuhan motorik yang tidak permanen. Manifestasi penyakit
berlangsung 3-10 hari. Penyakit ini termasuk Self Limiting Disease alias akan sembuh sendiri.
Namun rasa nyeri masih akan terasa dalam beberapa minggu atau bulan. Penyakit ini akan hilang
dengan sendirinya dalam kurun waktu tiga sampai sepuluh hari.

2.6 Mekanisme Penularan Penyakit Menular Chikungunya


Virus chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes SPP .
Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitian lebih lanjut. Nyamuk
Aedes tersebut dapat mengandung virus chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian
virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation
period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh
manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit.

2.7 Pencegahan Penyakit Menular Chikungunya


Melihat masih tiada kematian karena chikungunya yang dilaporkan dan tiada pengobatan
spesifik dan vaksin yang sesuai, maka upaya pencegahan sangat dititikberatkan. Upaya ini lebih
menjurus kearah pemberantasan sarang nyamuk penular dengan cara membasmi jentik nyamuk,

8
individu yang menderita demam chikungunya ini sebaiknya diisolasi sehingga dapat dicegah
penularannya ke orang lain. Tindakan pencegahan gigitan nyamuk bisa digunakan dengan
menggunakan obat nyamuk. Pemberantasan sarang nyamuk seharusnya dilakukan kawasan
perumahan bukan pada beberapa rumah saja. Untuk itu perlu diterapkan pendekatan terpadu
pengendalian nyamuk dengan menggunakan metode yang tepat (modifikasi lingkungan, biologi
dan kimiawi) yang aman, murah dan ramah lingkungan. Pencegahan dapat dilakukan dengan
mengendalikan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus si pembawa virus, untuk memutus
rantai penularan. Karena vektor chikungunya sama dengan vektor demam berdarah dengue

2.8 Pengobatan Penyakit Menular Chikungunya


Hingga saat ini tiada pengobatan yang spesifik untuk penyakit chikungunya dan vaksin
yang berguna sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan. Pengobatan hanya bersifat
simptomatis supportif sebagai pemberian analgesic, antipiretik, anti inflamasi. Seringkali
penderita chikungunya meyakini bahwa penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan, karena
rasa nyeri pada tulang-tulangnya terutama di seputar persendian sehingga tidak berani
menggerakkan anggota tubuh. Tetapi sesungguhnya hal ini karena keengganan si penderita
melakukan gerakan karena rasa ngilu pada persendian. Karena vaksin untuk pencegahan ataupun
obat khusus untuk Chikungunya belum ada, maka penanganannya cukup dengan minum obat
penurun panas dan penghilang rasa sakit. Selain itu yang penting adalah cukup istirahat,
minum dan makanan bergizi. Rasa ngilu pada persendian dapat dihilangkan dengan obat
penghilang rasa sakit dan vitamin untuk penguat daya tahan tubuh.

2.9 Epidemiologi Penyakit Chikungunya

A. TRIAD EPIDEMIOLOGI

a. Agent

Virus chikungunya (CHIKV), suatu arthropoda borne virus (arbovirus) dari genus
Alphaviruses famili Togaviridae, yang pada umumnya disebarluaskan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Vektor chik adalah nyamus Aedes yaitu Ae. albopictus untuk daerah rural/pedesaan dan
Ae. aegypti untuk daerah urban atau perkotaan.Aedes adalah genus nyamuk yang ditemukan
di daerah tropik dan subtropik dan menjadi sangat berarti sebagai pembawa penyakit di
masyarakat di banyak tempat atau negara karena kedekatannya dengan manusia. Secara
morfologis, nyamuk ini menunjukan pola yang khas yaitu adanya garis-garis putih yang di
bagian samping dada membentuk gambaran seperti susunan dawai harpa, dengan palpi
setengahnya putih dan probosis seluruhnya hitam. Nyamuk Aedes beraktivitas pada pagi hari
antara jam 07.00-10-00 dan sore hari jam 16.00-19.00 . Nyamuk ini jarak terbangnya
pendek, hanya sekitar kurang dari 200 m dan menyukai tempat-tempat dengan air bersih
untuk berkembang biak. Musim penghujan mendukung perkembangbiakan stadium
akuatik(larva dan pupa) nyamuk dan melahirkan nyamuk-nyamuk muda. Pepohonan dan

9
bermacam-macam tumbuhan yang menjadi subur saat musim hujan juga memberi suasana teduh
dan merupakan tempat peristirahatan yang baik juga aktivitas berkembang-biak bagi nyamuk
dewasa.

b. Host

Virus Chikungunya (CHIKV) diyakini memiliki siklus sylvatic dan terdapat pada monyet
vervet, babon, monyet macaque, lemur dan tikus. Pada manusia, virus ini tidak memiliki
pengaruh khusus terhadap usia atau jenis kelamin tetapi tampak bahwa anak-anak, orang tua dan
keadaan immunocompromise merupakan yang paling mudah terpengaruh.

c. Environment

Para Ae spesies. albopictus berkembang biak di tempat-tempat yang tergenang air, seperti
sekam kelapa, buah kakao, tunggul bambu, lubang pohon dan kolam batu, contoh lain seperti ban
kendaraan dan piring di bawah pot-pot tanaman. Habitat Nyamuk Ae. albopictus juga di daerah
pedesaan serta pinggiran kota dan taman kota teduh. Nyamuk Ae. aegypti lebih erat
hubungannya dengan tempat tinggal manusia karena nyamuk-nyamuk tersebut berkembang biak
pada tempat-tempat disekitar ruangan , seperti vas bunga, tempat penyimpanan air dan bak
kamar mandi, demikian juga dengan nyamuk Ae. albopictus.

B. TRANSMISI

Virus Chikungunya disebarkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi. Nyamuk terinfeksi
ketika mereka menggigit orang yang terinfeksi virus chikungunya. Nyamuk yang terinfeksi
kemudian dapat menyebarkan virus ke manusia lain ketika mereka menggigit. Monyet, dan
hewan liar lainnya, juga dapat berfungsi sebagai reservoir virus. Nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus adalah vektor utama virus chikungunya ke manusia. Spesies ini menggigit pada

10
siang hari dengan aktivitas puncak pada pagi dan sore hari. Keduanya ditemukan menggigit luar
rumah namun Ae. aegypti juga akan siap menggigit dalam ruangan. Berbagai spesies nyamuk
yang tinggal di hutan di Afrika telah ditemukan terinfeksi dengan virus.

C. DATA KASUS

Selama tahun 2013 terdapat dua kabupaten/kota dari satu provinsi yang melaporkan
terjadinya KLB chikungunya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Tasikmalaya di Provinsi
Jawa Barat. Kejadian demam chikungunya mengalami penurunan kasus yang cukup signifikan
pada tahun 2009-2012, namun kembali meningkat secara signifikan pada tahun 2013. Hingga
saat ini belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat chikungunya.Faktor penyebab turunnya
kasus antara lain kondisi cuaca yang relative kering dengan curah hujanyang rendah dan adanya
imunitas pada daerahyang terjangkit.

Pada tahun 2010 kasus chikungunya dilaporkan terdapat 20 provinsi dengan jumlah
53.899 kasus tanpa kematian seperti yang disajikan pada gambar berikut.

11
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kasus chikungunya antara lain semakin
banyaknya tempat-tempat perindukan nyamuk penular, dan semakin meningkatnya arus
mobilisasi penduduk. Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun bahwa pada tahun-tahun
sebelumnya masih banyak daerah-daerah yang belum melaporkan kejadian kasus chikungunya.
Gambar kasus chikungunya menurut provinsi

12
Enam provinsi melaporkan KLB pada tahun 2011 diantaranya yaitu : Banten,Jawa Tengah,Jawa
Timur,Bali,Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Barat. Dari 111 sampel yang diperiksa
diperoleh data bahwa laki-laki lebih banyak baik pada dugaan chikungunya maupun pada kasus
chikungunya (60 % dan 64,3 %) . Kasus dugaan chikungunya maupun kasus chikungunya paling
13
banyak ditemukan pada usia produktif(60% dan 64%) diikuti usia lanjut(15.3 dan 21,4%), paling
sedikit pada usia muda(10,8% dan 14,3%) . Kesimpulannya penyakit chikungunya lebih banyak
mengenai laki-laki dan kelompok usia produktif.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

14
Demam chikungunya adalah Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus chikungunya
(CHIKV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk(Arthropod-borne virus/mosquito-borne virus).
Virus chikungunya termasuk genus Alphavirus , famili Togaviridae.
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Alphavirus, family
Togaviridae dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albhopictus yang
terinfeksi oleh virus tersebut .
Masa inkubasi virus chikungunya terdiri dari masa inkubasi intrinstik dan ekstrinstik. Masa
inkubasi instrinsik adalah periode sejak seorang terinfeksi virus chikungunya sampai timbulnya
gejala klinis, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik adalah periode sejak nyamuk terinfeksi virus
chikungunya sampai virus tersebut menginfeksi orang lain melalui gigitan nyamuk tersebut.
Gejala klinis dari chikungunya diantaranya demam,sakit persendian,nyeri otot,bercak kemerahan
pada kulit, kejang dan penurunan kesadaran, manifestasi perdarahan,dan gejala lain.
Patogenesis atau riwayat alamiah chikungunya diantaranya tahap pre-patogenesis,tahap
patogenesis,dan tahap pasca-patogenesis.
Mekanisme penularan chikungunya dapat terjadi melalui gigitan nyamuk yang menjadi vektor
dari chikungunya. Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic
incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.
Cara pencegahan chikungunya dapat dilakukan dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti
dan Ae. albopictus si pembawa virus, untuk memutus rantai penularan. Karena
vektor chikungunya sama dengan vektor demam berdarah dengue. Hingga saat ini tiada
pengobatan yang spesifik untuk penyakit chikungunya dan vaksin yang berguna sebagai
tindakan preventif juga belum ditemukan.Pengobatan hanya bersifat simptomatis supportif
sebagai pemberian analgesic, antipiretik, anti inflamasi.

3.2 Saran
Dengan mempelajari mengenai penyakit chikungunya pembaca diharapkan dapat
memahami apa itu penyakit chikungunya, apa yang menjadi penyebabnya, bagaimana masa
inkubasinya,gejala klinisnya, perjalanan penyakitnya,bagaimana sampai bisa tertular ke
manusia,bagaimana pencegahannya dan pengobatan terhadap penyakit ini. Diharapkan agar
kiranya makalh ini boleh menjadi tambahan pengetahuan bagi pembaca sekalian.

Harapan kami, penyakit chikungunya ini dapat ditekan angka kejadian kasusnya di Indonesia ,
meskipun terbilang bahwa belum ada kasus kematian untuk penyakit ini.
Tindakan pencegahan sangat dibutuhkan disini, bisa dilakukan dengan tindakan
fisik(Pemberantasan sarang nyamuk),biologi(ikan pemakan jentik,dan secara kimiawi dengan
penyemprotan insektisida. Untuk pengobatannya yang terpenting ialah menjaga kekebalan tubuh
dan stamina tetap terjaga agar cepat pulih dan kebal terhadap virus nya. Hendaknya, para klinisi
bisa menentukan kira-kira metode pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk konfirmasi
chikungunya berdasarkan lama gejala yang sudah dialami penderita pada saat berobat, sehingga

pemeriksaan dapat menjadi efisien dan sesuai hasil yang di harapkan. Perlu pula dilakukan
pemeriksaan laboratorium, dan pemetaan peredaran chikungunya perlu dilakukan, sehingga
diperoleh daerah endemis sebagai perhatian terhadap pengelola program dalam melakukan
pencegahan penyebaran virus chikungunya.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes.2012.Buku Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya, Edisi 2, Ditjen PP


dan PL. Jakarta.

16
2. Kemenkes.2015.Profil Kesehatan Indonesia 2014,Sekretariat Jenderal.Jakarta
3. Kemenkes.2014.Profil Kesehatan Indoneisa 2013,Sekretariat Jenderal.Jakarta.
4. Kemenkes.2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010,Pusat data dan informasi.Jakarta.
5. Data dan Informasi Tahun 2014(Profil Kesehatan Indonesia)
6. Masri Sembiring Maha dan Subangkit. Manifestasi Klinis Infeksi Virus Chikungunya
pada Kejaian Luar Biasa di Indonesia
7. Suriptiastuti. 2007. Re-emergensi chikungunya : epidemiologi dan peran vector pada
penyebaran penyakit,vol.26-no.2
8. Upik Kesumawati Hadi. Penyakit Tular Vektor: Penyakit Chikungunya
9. Amirullah dan Endang Puji Astuti.Chikungunya : Transmisi dan Permasalahannya
10. Jurnal Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang jurusan kesehatan lingkungan

17

Anda mungkin juga menyukai