Anda di halaman 1dari 12

1

DEMAM CHIKUNGUNYA

DISUSUN OLEH :
PRADIKA SANGGA PRAMANA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
2010
2

PENDAHULUAN

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada


penderita, yang berarti “posisi tubuh meliuk atau melengkung” (that which
contorts or bends up),mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat
nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini, menurut lembar data keselamatan
(MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut,
pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki.
Chikungunya ialah sejenis demam dan boleh dikatakan ‘bersaudara’
dengan demam berdarah, karena ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty maupun
albopictus. Bedanya, jika virus demam berdarah menyerang pembuluh darah,
sedangkan virus Chikungunya menyerang sendi dan tulang.
Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang mempunyai
selubung, merupakan salah satu anggota grup A dari arbovirus, yaitu alphavirus
dari famili Togaviridae. Dengan mikroskop elektron, virus ini menunjukkan
gambaran virion yang sferis yang kasar atau berbentuk poligonal dengan diameter
40-45 nm (nanometer) dengan intibidiameter 25-30 nm. Vektor penular utamanya
adalah Aedes aegypti, namun virus ini juga dapat diisolasi dari dari nyamuk
Aedes africanus, Culex fatigans dan Culex tritaeniorrhynchus.
Akan tetapi, nyamuk yang membawa darah bervirus didalam tubuhnya
akan kekal terjangkit sepanjang hayatnya. Tidak ada bukti yang menunjukkan
virus Chikungunya dipindahkan oleh nyamuk betina kepada telurnya sebagaimana
virus demam berdarah.
Penyakit demam Chikungunya ini merupakan penyakit endemik.Wabah
penyakit ini pertama kali menyerang di Tanzania, Afrika pada tahun 1952.
Kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta,
selanjutanya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya
tahun 2001 sampai bulan Februari 2003 mencapai 9318 tanpa kematian. Sejak
tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik termasuk
Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat
terlihat selepas bencana tsunami pada Desember 2004.
3

DEMAM CHIKUNGUNYA

A. Konsep Teori
1. Pengertian Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit yang ditandai dengan demam mendadak,
nyeri pada persendian, terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan
tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik
kemerahan) pada kulit.

2. Penyebab Chikungunya
Virus penyebab adalah chikungunya kelompok alpha virus atau
“group A” antropo bornes virus. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti yang juga nyamuk penular demam berdarah dengue
(DB). Masa inkubasi virus ini antara 1-2 hari pada umumnya 2-4 hari.
Cara penularan chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit
oleh nyamuk penular, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang
lain. Penyakit ini biasanya tidak terjadi penularan dari orang ke orang.

3. Gejala Chikungunya
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja
kalau Chikungunya akan membuat semua persendian terasa ngilu.
a. Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka
kemerahan. Demam penyakit ini ditandai dengan demam tinggi
mencapai 39-40 derajat C.
b. Sakit persendian
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul
demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita
“merasa lumpuh” sebelum berobat. Sendi yang sering sering dikeluhkan:
sendi lutut, pergelangan , jari kaki dan tangan serta tulang belakang.
4

c. Nyeri otot
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah
bahu. Kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
d. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih
sering pada hari ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan,
tangan, dan kaki, terutama badan dan lengan. Kadang ditemukan
perdarahan pada gusi.
e. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival
injection dan sedikit fotophobia.
f. Kejang dan penurunan kesadaran
Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan
secara langsung oleh penyakitnya.
g. Gejala lain
Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah
bening di bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.
Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi
tidak terlalu nyata dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi,
tetapi pada bayi dan anak kecil timbul.
Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada
perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD
akan ada produksi racun yang menyerang pembuluh darah dan
menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab chikungunya
akan memproduksi virus yang menyerang tulang.
5

4. CARA PENULARAN
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit
digigit oleh nyamuk penular , kemudian nyamuk penular tersebut
menggigit orang lain. Virus menyerang semua usia, baik anak-anak
maupun dewasa di daerah endemis (berlaku dengan kerap di suatu kawasan
atau populasi dan senantiasa ada). Selain manusia, primata lainnya diduga
dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi,
mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga bisa mengandung antibodi
terhadap virus Chikungunya.
Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan
penyakitnya itu kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya
berlaku pada nyamuk pembawa. Masa inkubasi dari demam Chikungunya
berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku dalam waktu dua
hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai sepuluh
hari.

5. KOMPLIKASI
a myelomeningoensefalitis
b sindrom guillain Barre
c hepatitis fulminan
d miokarditis
e perikarditis (jarang)
f Infeksi asimptomatik sering terjadi dan ini menyebabkan terbentuknya
imunitas terhadap virus (tidak ada serangan kedua).
6

6. DIAGNOSIS
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik
antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture
ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini hanya bermanfaant digunakan
untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat untuk
kepentingan praktis klinis sehari-hari.
Pemeriksaan serum penderita untuk uji netralisasi menunjukkan
adanya antibodi terhadap virus Chikungunya.

7. CARA PENGOBATAN
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya.
Pengobatan terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang
timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat “self
limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu. Tetapi
apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam berdarah
dengue, maka perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita
perlu segera dirujuk apabila terdapat tanda-tanda bahaya.
Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup
karbohidrat dan terutama protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
serta minum air putih sebanyak mungkin untuk menghilangkan gejala
demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya minum
jus buah segar). Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk
untuk menghadapi penyakit ini, karena daya tahan tubuh yang bagus dan
istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu pada persendian cepat hilang.
Belum ditemukan imunisasi yang berguna sebagai tindakan preventif.
Namun pada penderita yang telah terinfeksi timbul imunitas / kekebalan
terhadap penyakit ini dalam jangka panjang. Pengobatan yang diberikan
umumnya untuk menghilangkan atau meringankan gejala klinis yang ada
saja (symptomatic therapy), seperti pemberian obat panas, obat
mual/muntah, maupun analgetik untuk menghilangkan nyeri sendi.
7

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan demam Chikungunya secara umum dibagi dua, yaitu tata
laksana periode akut dan kronik.
a. Tatalaksana Periode Akut
1).Rawat jalan
Pada perawatan di rumah, yang harus dilakukan adalah istirahat
yang cukup, membatasi kegiatan fisik, kompres dingin (membantu
mengurangi kerusakan sendi), minum banyak air dengan elektrolit
( setidaknya 2 liter cairan dalam 24 jam), bila mungkin produksi
kencing harus diukur dan lebih dari satu liter dalam 24 jam. Demam
diatasi dengan paracetamol pada pasien tanpa penyakit ginjal dan hati.
Bila demam lebih dari lima hari, nyeri tidak tertahankan,
ketidakseimbangan postural dan ekstremitas dingin, penurunan output
urin, perdarahan kulit atau melalui lubang manapun dan muntah terus
menerus, pasien harus datang ke sarana kesehatan primer.
2).Sarana kesehatan primer
Kemungkinan diagnosis banding yang lain misalnya leptospira,
demam dengue, malaria dan penyakit lain harus disingkirkan dengan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dasar.
Harus dicari tanda dehidrasi dan dilakukan rehidrasi dengan adekuat.
Dilakukan pemeriksaan darah untuk melihat lekosit dan trombosit.
Pengobatan lain merupakan simptomatis dengan paracetamol sebagai
antipiretik. Manifestasi kulit dapat diatasi dengan obat topical atau
sistemik. Bila hemodinamik tidak stabil, oligouria ( urin < 500 cc/24
jam), perubahan kesadaran atau manifestasi perdarahan, pasien harus
segera dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih tinggi. Demam dapat
memperburuk nyeri sendi, sehingga sebaiknya dihindari dalam fase
akut. Aktivitas ringan dan fisioterapi direkomendasikan bagi pasien
yang mengalami perbaikan klinis.
8

3).Sarana kesehatan sekunder


Harus diperiksa sampel darah untuk serologi IgM ELISA. Sebagai
alternative dapat diperiksa IgG diikuti dengan pemeriksaan sampel
kedua dengan jarak 2-4 minggu. Tanda gagal ginjal harus diperhatikan
(jumlah urin, kreatinin, natrium dan kalium), fungsi hati (transaminase
dan bilirubi), EKG, malaria (hapusan darah tepi) dan trombositopenia.
Pemeriksaan cairan serebrospinal harus dilakukan bila dicurigai
terdapat meningitis. Dapat digunakan sistem scoring CURB 65 untuk
penentuan perlu tidaknya rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi.
4).Sarana kesehatan tersier
Harus diperiksa sampel darah untuk serologi/PCR/pemeriksaan
genetic sesegera mungkin bila fasilitas tersedia. Pertimbangkan
kemungkinan penyakit rematik lain seperti rematoid arthritis, gout,
demam rematik pada kasus-kasus yang tidak biasa. Dapat diberikan
terapi NSAID. Pada komplikasi serius berupa perdarahan transfusi
trombosit pada perdarahan dengan trombosit kurang dari 50ribu, fresh
frozen plasma atau injeksi vitamin K bila INR lebih dari dua.
Hipotensi diatasi dengan cairan atau intropik gagal ginjal akut dengan
dialysis, kontraktur dan deformitas dengan fisioterapi atau bedah dan
manifestasi kulit dengan obat topical atau sistemik. Pasien dengan
mioperikarditis atau meningoensefalitis mungkin membutuhkan
perawatan intensif di ICU. Pada kasus atralgia yang refrakter terhadap
obat lain dapat digunakan hidroksiklorokuin 200mg per oral sekali
sehari atau klorokuifosfat 300mg per oral tiap hari selama 4 minggu.
Perlu dinilai adakah kecacatan dan direncanakan prosedur rehabilitasi.
9

b. Tatalaksana Fase Kronik


1).Tatalaksana Masalah Osteoartikular
Masalah osteoartikular pada demam chikungunya biasanya
membaik dalam satu sampai dua minggu. Pada kurang dari 10%
kasus, masalah ini dapat berlangsung dalam beberapa bulan.
Tatalaksana manifestasi osteoartikular mengikuti guideline yang
telah dibahas sebelumnya. Karena dapat terjadi proses imunologi pada
kasus kronik dapat diberikan steroid jangka pendek. Walaupun NSAID
meringankan gejala pada sebagian besar pasien harus diperhatikan juga
efek samping pada ginjal, gastrointestinal, jantung, dan sumsum
tulang. Kompres dingin dilaporkan dapat mengurangi keluhan sendi.
2).Tatalaksana Masalah Neurologis
Sekitar 40% pasien dengan demam chikungunya akan
mengeluhkan berbagai gejala neurologi tetapi hanya 20% diantaranya
mengalami manifestasi persisten. Keluhan paling umum adalah
neuropati perifer dengan komponen sensoris dominan. Obat
antineuralgi (amitriptilin, carbamazepin, gabapentin) dapat diberikan
pada dosis standar untuk neuropati. Keterlibatan ocular selama fase
akut pada kurang dari 0.5% kasus dapat menyebabkan penurunan
visus dan nyeri mata. Penurunan visus karena uveitis atau retinitis
dapat berespon terhadap steroid.
3).Tatalaksana Masalah Dermatologi
Manifestasi kulit demam chikungunya berkurang setelah fase akut
terlewati. Namun apabila terjadi lesi psoriatic dan lesi atopic
diperlukan tatalaksana spesifik. Hiperpigmentasi dan erupsi popular
dapat diobati dengan krim zinc oxide. Jarang terjadi luka persisten.
10

9. CARA PENCEGAHAN
Cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa
virusnya, termasuk memusnahkan sarangpembiakan larva untuk
menghentikan rantai hidup dan penularannya. Cara sederhana yang sering
dilakukan masyarakat misalnya:
a. Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk
tersebut berkembang biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu
7-10 hari.
b. Menutup tempat penyimpanan air
c. Mengubur sampah
d. Menaburkan larvasida.
e. Memelihara ikan pemakan jentik
f. Pengasapan
g. Pemakaian anti nyamuk
h. Pemasangan kawat kasa di rumah.
i. Membuka pintu dan jendela pada pagi hingga sore hari sehingga terjadi
pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat untuk menghindari
nyamuk yang menyukai daerah gelap, lembab dan pengap.
j. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari
golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-
jentiknya. Malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan
menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes aegypti
tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang
menggantung.
11

10. PROGRAM PEMERINTAH


Kebanyakan dari masyarakat menganggap remeh program 3M
(Mutup, Menguras, dan Menimbun) pemerintah. 3M sudah sering
digembar-gemborkan pemerintah, namun tak kunjung diikuti oleh
masyarakat, sehingga angka kejadian demam berdarah dan chikungunya
tetaplah tinggi.
Terkait adanya konferensi perubahan iklim di Bali, tampaknya 3M
perlu diubah. Karena salah satu M nya adalah menimbun barang-barang
yang dapat menyebabkan air tergenang seperti kaleng bekas, plastik, dll.
Dan ini merupakan pencemaran lingkungan yang nyata. Karena barang-
barang tersebut (plastik, dll) sulit terurai oleh tanah. Dan akan terurai
setelah berpuluh-puluh tahun kemudian. Dan sudah sepatutnya pemerintah
mulai merubah M yang ketiga (mengubur), menjadi mendaur ulang atau
bisa juga dengan merombeng (menjual) barang-barang bekas.
3M pemerintah lalu dikembangkan menjadi 3M Plus. Yaitu dengan
melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik,
menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang
kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi
setempat.
12

DAFTAR PUSTAKA

Karmat S, Das AK. Chikungunya. JAPI: 2006; 54: 725-727.

WHO. Guidelines on Clinical Management on Chikungunya Fever. October


2008.

Widodo, Djoko. 2007. Diagnosis dan Penatalaksanaan Chikungunya.


Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM.

Wilson Mary. Chikungunya on Three Continents. (Online).


(http://infectious-diseases.jwatch. org/cgi/content/full/2008/227/2, diakses 26
Pebruari 2009).

Yulvi H. Rapid Detection of Chikungunya Virus by PCR. USU Repository


2006.

http://octryjuwita.multiply.com/journal/item/22, diakses 6 desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai